• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Budidaya Udang Vanamei

Perkembangan Output Budidaya Udang Vanamei

Gambar 5. memperlihatkan bahwa tren volume produksi budidaya udang vanamei cenderung terus meningkat. Walaupun pada periode 1999 sampai 2006 peningkatan nilai output cenderung rendah namun periode tahun 2006 sampai 2012 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan output tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 56.1%. Penurunan output tercatat hanya pada tahun 2006 dan 2009. Sehingga pertumbuhan rata-rata output budidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 13.06%. Rata-rata produksi udang vanamei tahun 2008 sampai 2012 tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 18.36%, Provinsi Sumatera Selatan sebesar 15.25% dan Jawa Barat sebesar 13.00% dari keseluruhan produksi udang vanami Indonesia.

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 5. Perkembangan output budidaya udang vanamei tahun 1999-2012 Perkembangan Input Budidaya Udang Vanamei

Gambar 6. memperlihatkan bahwa tren luas lahan budidaya udang vanamei cenderung meningkat di tahun 1999 sampai 2003 dan tahun 2004 sampai 2012. Pertumbuhan luas lahan tambak tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 19.5%. Penurunan luas lahan tambak tercatat hanya pada tahun 2004 dan 2012. Sehingga pertumbuhan rata-rata luas lahan tambak budidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 0.528%. Rata-rata pemanfaatan luas lahan tambak untuk budidaya udang vanamei tahun 2008 sampai 2012 tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat, Provinsi lampung, dan sumatera selatan.

0 50000 100000 150000 200000 250000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Vo lu m e P ro d u k si ( T o n ) Tahun Volume Produksi

13

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 6. Luas lahan tambak budidaya udang vanamei tahun 1999-2012 Gambar 7. memperlihatkan bahwa tren jumlah tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei cenderung meningkat. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 17.52%. Sehingga pertumbuhan rata-rata jumlah tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 7.69%.

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 7. Tenaga kerja budidaya udang vanamei tahun 1999-2012

Gambar 8. memperlihatkan bahwa tren jumlah pestisida yang digunakan dalam budidaya udang vanamei cenderung meningkat. Peningkatan penggunaan pestisida tertinggi terjadi pada tahun 2009. Sehingga, pertumbuhan rata-rata jumlah pestisida yang digunakan dalam budidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 8.27%. 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 L u as L ah an T am b ak ( H a) Tahun

Luas Lahan Tambak Udang (Ha)

0 20000 40000 60000 80000 100000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 P em b u d id ay a u d an g v an am ei (o ran g ) Tahun Tenaga Kerja

14

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 8. Jumlah pestisida dalam budidaya udang vanamei tahun 1999-2012 Gambar 9. memperlihatkan bahwa tren jumlah pupuk yang digunakan dalam budidaya udang vanamei cenderung meningkat. Pertumbuhan jumlah pupuk tertinggi terjadi pada tahun 2004. Sehingga pertumbuhan rata-rata jumlah pupuk yang digunakan dalam budidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 18.01%.

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 9. Jumlah pupuk dalam budidaya udang vanamei tahun 1999-2012 Gambar 10. memperlihatkan bahwa tren jumlah benih udang vanamei cenderung meningkat. Penurunan trend hanya terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Sehingga pertumbuhan rata-rata benih udang vanamei yang digunakan dalam budidaya udang vanamei pertahun adalah sebesar 6.78%.

0.0 50000.0 100000.0 150000.0 200000.0 250000.0 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Ju m lah P esti sid a (Kg ) Tahun Jumlah Pestisida (Kg) 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Ju m lah P u p u k ( Kg ) Tahun Jumlah Pupuk (Kg)

15

Sumber: KKP 2012, diolah

Gambar 10. Jumlah benih udang vanamei tahun 1999-2012

Tabel 6. Menjelaskan rata-rata penggunaan faktor produksi (Input) pada budidaya udang vanamei. Hasil penelitian ini menunjukkan ahwa penggunaan pupuk pada budidaya udang vanamei Indonesia masih dalam skala wajar pemakaian. Hal ini karena secara teknis penggunaan pupuk bagi pengelolaan tambak yang baik adalah 60 Kg per hektar (BPTP Sulawesi Selatan 2011). Benih yang ditebar sebanyak 3755 ribu ekor per hektar area. Hal ini masih dalam skala wajar karena padat tebar yang dianjurkan oleh BPTP Sulawesi Selatan adalah sebesar 3000 ekor per m3. Volume produksi udang vanamei pada lahan tambak Indonesia adalah sebesar 1.23 ton per hektar area. Tabel 4. juga menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pestisida pada budidaya udang vanamei tahun 1999 sampai 2012 adalah sebesar 1.19 Kg per hektar. Hal tersebut masih dalam batas wajar penggunaan. Secara teknis penggunaan pestisida bagi pengelolaan tambak yang baik adalah 12 Kg/Ha/1m atau 7.2 Kg/Ha/60cm kedalaman air (BPTP Sulawesi Selatan 2011).

Tabel 4. Rata-rata produksi dan penggunaan faktor produksi budidaya udang vanamei Indonesia tahun 1999-2012

Faktor Produksi Per Hektar

Pupuk (PPK) 36.25 Kg

Pestisida (PES) 1.19 Kg

Benih (B) 3755 Ribu ekor

Volume Produksi (Y) 1.23 Ton

Sumber: KKP 2012, diolah

Hasil Estimasi Model Engle-Granger Cointegration Budidaya Udang Vanamei

Tahap awal yang dilakukan dalam menganalisis data time series adalah uji kestasioneran data. Hal tersebut dilakukan agar dapat melihat ada tidaknya unit root pada setiap variabel sehingga menyebabkan hubungan diantara variabel menjadi tidak valid. Uji stasioneritas yang digunakan didasarkan pada uji

0 100000000 200000000 300000000 400000000 500000000 600000000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Ju m lah b en ih u d an g (R ib u ek o r) Tahun Jumlah Benih (ribu ekor)

16

Augmented Dickey Fuller (ADF) pada tingkat level dan first difference. Kriteria uji dalam ADF ini membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritikal dalam tabel Dickey Fuller. Apabila nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai MacKinnon Critical Value maka data bersifat stasioner. Hasil olahan uji stasioner data pada tingkat level dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 5. Hasil uji augmented dickey fuller data budidaya udang vanamei pada level

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan

t-statistics 1% 5% 10%

LnY -1.885957 -4.886426 -3.828975 -3.362984 Tidak stasioner LnTK -2.349274 -4.886426 -3.828975 -3.362984 Tidak stasioner LnPPK -3.285581 -4.992279 -3.875302 -3.388330 Tidak stasioner LNPES -1.605262 -4.886426 -3.828975 -3.362984 Tidak stasioner LNLHN -2.033282 -4.886426 -3.828975 -3.362984 Tidak stasioner LNB -3.999408 -5.124875 -3.933364 -3.420030 Stasioner* Keterangan: **data stasioner pada taraf nyata 5%, 10%

Tabel 5. Menunjukkan hanya terdapat 1 variabel yang stasioner pada level, dan 5 variabel lainnya tidak stasioner pada level. Variabel yang stasioner hanya variabel benih karena mempunyai nilai ADF t-statistics yang lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnon. Berdasarkan hasil tersebut, maka kembali dilakukan pengujian ADF test lanjutan pada tingkat first difference yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 6. Hasil uji augmented dickey fuller data budidaya udang vanamei pada first different

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan

t-statistics 1% 5% 10% LnY -3.671549 -5.124875 -3.933364 -3.420030 Stasioner*** LnTK -2.127799 -2.771926 -1.974028 -1.602922 Stasioner** LnPPK -3.745204 -4.200056 -3.175352 -2.728985 Stasioner** LNPES -2.145950 -2.771926 -1.974028 -1.602922 Stasioner** LNLHN -3.650589 -2.771926 -1.974028 -1.602922 Stasioner* LNB -2.340385 -2.771926 -1.974028 -1.602922 Stasioner**

Keterangan: * data stationer pada taraf nyata 1%, 5%, 10% ** data stasioner pada taraf nyata 5%, 10%

Uji akar unit pada tingkat first difference ini dilakukan sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada level. Tabel 6. menunjukkan bahwa semua data yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada first difference sehingga terintegrasi pada derajat satu (I(1)). Setelah melakukan uji stasioneritas data, maka dilakukan uji kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang yang stabil antara variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang sama. Berdasaran hasil uji stasioneritas, seluruh variabel dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat yang sama yaitu I(1). Dengan demikian dapat dilakukan uji

17

kointegrasi. Uji kointegrasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Engle-Granger Cointegration. Engle-Granger Cointegration digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka panjang antara Output budidaya udang vanamei dengan tenaga kerja (TK), luas lahan tambak udang vanamei (LHN), benih yang ditebar (B), pestisida (PES), dan pupuk (PPK). Tahap awal dari Engle-Granger Cointegration adalah dengan meregresi persamaan OLS antara variabel dependen dan variabel independen. Kemudian setelah meregresi persamaan didapatkan residual dari persamaan tersebut. Uji ADF pada residual bersifat stasioner pada level atau I(0) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang digunakan cenderung menuju keseimbangan pada jangka panjang walaupun pada tingkat level terdapat variabel yang tidak stasioner. Adapun hasil outputnya dapat dilihat pada Tabel 7 dan lampiran 5.

Tabel 7. Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi output budidaya udang tahun pada jangka panjang

Variabel Koefisien Standar error t-statistics Probabilitas

LNPPK 0.12451 0.0392 3.1735 0.0131** LNPES 0.25416 0.0157 16.2194 0.0000* LNLHN 0.41151 0.0564 7.2917 0.0001* LNB 0.62942 0.1278 4.9257 0.0012* LNTK 0.58628 0.1150 5.0967 0.0009* C -16.68489 2.0238 -8.2443 0.0000* R2 = 0.9999 Adjusted R2 = 0.9999 F-statistics = 134954.2 Keterangan : * data stationer pada taraf nyata 1%, 5%, 10%

** data stationer pada taraf nyata 5%, 10%

Berdasarkan informasi yang tertuang dalam Tabel 8. diketahui bahwa nilai ADF t-statistic lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnon pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen, sehingga residual persamaan regresi stasioner pada tingkat level (hasil output eviewsdapat dilihat pada lampiran 4.). Hal ini mengindikasikan terdapat hubungan kointegrasi diantara variabel yang digunakan. Berdasarkan hasil Engle-Granger Cointegration terbentuklah persamaan berikut: Tabel 8. Hasil uji augmented dickey fuller residual persamaan pada level

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan

t-statistics 1% 5% 10%

e -4.994477 -2.754993 -1.970978 -1.603693 Stasioner* Keterangan : * data stasioner pada taraf nyata 1%, 5%, 10%

Berdasarkan estimasi tersebut, maka didapatkan persamaan berikut:

LNYt = – 16.68 + 0.59 LnTKt +0.12 LnPPKt + 0.25 LnPESt + 0.41 LnLHNt + 0.62 LnBt

Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa model ini dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume produksi (output) budidaya udang vanamei

18

pada jangka panjang sebesar 99.99%. hal tersebut dikarenakan nilai R-Squared yang bernilai 0.9999.

Uji Diagnostik Model Engle-Granger Cointegration Budidaya Udang Vanamei

Uji diagnostik ekonometrika digunakan untuk mengidentifikasi apakah hasil estimasi Engle-Granger Cointegration terbebas dari permasalahan yang berkaitan dengan asumsi klasik BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator) seperti normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan uji multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antar variabel independent. hasil correlation analysis pada lampiran 6. menunjukan bahwa Korelasi antar peubah bebas tidak begitu kuat mendekati 1, maka diasumsikan tidak ada multikolinieritas.

Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test. Nilai probabilitas (0.4991) yang lebih besar apabila dibandingkan dengan taraf nyata 10% menunjukkan bahwa tidak terdapat permasalahan autokorelasi dalam model persamaan tersebut. Adapun hasil olahannya dapat dilihat dalam Lampiran 7.

Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah White Heteroscedasticity Test (no cross term). Probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.4607 yang lebih besar dibandingkan taraf nyata 10% membuat model persamaan tersebut terbebas dari problem heteroskedastisitas. Adapun hasil olahannya dapat dilihat dalam Lampiran 8.

Uji normalitas Jarque-Bera dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Hasil yang diperoleh (Gambar 12.) menunjukkan bahwa error term terdistribusi secara normal karena nilai probabilitas sebesar 0.5426 yang lebih besar dari taraf nyata 10% (α = 10%).

Gambar 11. Hasil uji normalitas engle-granger cointegration budidaya udang vanamei

19

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Output Budidaya Udang Vanamei Pada Jangka Panjang

Hasil estimasi Engle-Granger Cointegration (Tabel 7.) pada persamaan linierisasi fungsi produksi Cobb-Douglas terbukti telah memenuhi asumsi klasik regresi. Estimasi tersebut menjelaskan bahwa, variabel tanaga kerja atau pembudidaya udang vanamei berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0009 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.59% pada jangka panjang, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suparmono 2008 yang menjelaskan bahwa jumlah tenaga kerja atau pembudidaya berpengaruh signifikan dan positif terhadap produksi atau output perikanan budidaya. Hasil penelitian ini pun sesuai dengan hipotesis awal.

Variabel pupuk yang digunakan dalam budidaya udang vanamei berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0131 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 2%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah pupuk yang digunakan dalam budidaya udang vanamei sebesar 1% menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.12% pada jangka panjang, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Andriyanto et al. 2013 yang menjelaskan bahwa jumlah pupuk berpengaruh signifikan dan positif terhadap produksi atau output perikanan budidaya. Hasil penelitian ini pun sesuai dengan hipotesis awal.

Variabel pestisida yang digunakan dalam budidaya udang berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas pestisida sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah pestisida yang digunakan dalam budidaya udang vanamei sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.25% pada jangka panjang, ceteris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal.

Variabel luas lahan tambak yang digunakan dalam budidaya udang vanamei berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas luas lahan tambak sebesar 0.0001 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada luas lahan tambak yang digunakan dalam budidaya udang sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.41% pada jangka panjang, ceteris paribus. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian suparmono yang menjelaskan bahwa luas kolam berpengaruh signifikan dan positif terhadap output budidaya udang galah.

Variabel benih udang berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas jumlah benih udang vanamei sebesar 0.0012 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah benih udang vanamei yang digunakan dalam budidaya sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.62% pada jangka panjang, ceteris

20

paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan andriyanto et al. yang menjelaskan bahwa padat tebaran berpengaruh positif terhadap output budidaya udang vename di Jawa Timur.

Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM)

Error Correction Model (ECM) digunakan untuk mengestimasi model dinamis jangka pendek dari variabel output budidaya udang vanamei sebagai variabel dependen. Penggunaan metode estimasi ECM dapat menggabungkan efek jangka pendek dan jangka panjang yang disebabkan oleh fluktuasi dan time lag dari masing variabel independen. Dalam penelitian ini, estimasi ECM untuk output budidaya udang vanamei dilakukan dengan cara merestriksi variabel-variabel yang berpengaruh terhadapnya. Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) dapat dilihat pada Tabel 9 dan lampiran 9.

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi output budidaya udang pada jangka pendek

Variabel Koefisien Standar error t-statistics Probabilitas

D(LNTK) 0.865737 0.238473 3.630335 0.0110 D(LNPPK) 0.040484 0.042882 0.944076 0.3816 D(LNPES) 0.213059 0.035265 6.041626 0.0009 D(LNLHN) 0.531583 0.054392 9.773183 0.0001 D(LNB) 0.901493 0.045067 20.00345 0.0000 E(-1) -0.970138 0.142807 -6.793370 0.0005 C -0.005730 0.018117 -0.316274 0.7625 R2 = 0.9986 Adjusted R2 = 0.9972 F-statistics = 731.77 Keterangan : * data stationer pada taraf nyata 1%

Berdasarkan hasil Error Correction Model (ECM) terbentuklah persamaan berikut:

LNYt = – 0.006 + 0.866 LnTKt + 0.040 LnPPKt + 0.213 LnPESt + 0.531 LnLHNt + 0.901 LnBt– 0,970 (ECT)t-1

Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa model ini dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume produksi (output) budidaya udang vanamei pada jangka panjang sebesar 99.86%. hal tersebut dikarenakan nilai R-Squared yang bernilai 0.9986.

Uji Diagnostik Model Error Correction Model (ECM) Budidaya Udang Vanamei

Uji diagnostik ekonometrika digunakan untuk mengidentifikasi apakah hasil estimasi Engle-Granger Cointegration terbebas dari permasalahan yang berkaitan dengan asumsi klasik BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator) seperti normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test. Nilai probabilitas (0.1252) yang lebih besar

21

apabila dibandingkan dengan taraf nyata 10% menunjukkan bahwa tidak terdapat permasalahan autokorelasi dalam model persamaan tersebut. Adapun hasil olahannya dapat dilihat dalam Lampiran 10.

Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah White Heteroscedasticity Test (no cross term). Probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.2802 yang lebih besar dibandingkan taraf nyata 10% membuat model persamaan tersebut terbebas dari problem heteroskedastisitas. Adapun hasil olahannya dapat dilihat dalam Lampiran 11.

Uji normalitas Jarque-Bera dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Hasil yang diperoleh (Gambar 12.) menunjukkan bahwa error term terdistribusi secara normal karena nilai probabilitas sebesar 0.8107 yang lebih besar dari taraf nyata 10% (α = 10%).

Gambar 12. Hasil uji normalitas error correction model (ECM) budidaya udang vanamei

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Output Budidaya Udang Vanamei Pada Jangka Pendek

Hasil estimasi Error Correction Model (Tabel 9.) pada persamaan linierisasi fungsi produksi Cobb-Douglas terbukti telah memenuhi asumsi klasik regresi. Estimasi tersebut menjelaskan bahwa, variabel tanaga kerja atau pembudidaya udang vanamei berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka pendek. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0110 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 5%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.867% pada jangka pendek, ceteris paribus.

Variabel pupuk yang digunakan dalam budidaya udang vanamei tidak berpengaruh signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka pendek. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.3816 yang lebih besar dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 10%.

Variabel pestisida yang digunakan dalam budidaya udang berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang vanamei pada jangka

22

pendek. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas pestisida sebesar 0.0009 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah pestisida yang digunakan dalam budidaya udang vanamei sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.213% pada jangka pendek, ceteris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal.

Variabel luas lahan tambak yang digunakan dalam budidaya udang vanamei berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang pada jangka pendek. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas luas lahan tambak sebesar 0.0001 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada luas lahan tambak yang digunakan dalam budidaya udang sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.531% pada jangka pendek, ceteris paribus. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal.

Variabel benih udang berpengaruh positif dan signifikan terhadap output budidaya udang pada jangka pendek. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas jumlah benih udang vanamei sebesar 0.0005 yang lebih kecil dari taraf nyata atau yang digunakan, yaitu 1%. Artinya peningkatan yang terjadi pada jumlah benih udang vanamei yang digunakan dalam budidaya sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada volume (output) sebesar 0.901% pada jangka pendek, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal.

Koefisian Error Correction Term (-1) sebesar -0.9701 menunjukan bahwa disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 0.97 persen. Besar koefisien ini menunjukkan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka panjang.

Skala Usaha (Return to Scale) Budidaya Udang Vanamei

Skala hasil usaha dalam suatu industri dapat dilihat berdasarkan penjumlahan masing-masing koefisien dari setiap variabel bebas dalam model engle-granger cointegration. Skala hasil usaha menunjukkan seberapa besar pengaruh dari sejumlah proporsi input yang digandakan terhadap sejumlah proporsi output yang dihasilkan. Berdasarkan model Cobb Douglas yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh skala usaha dari budidaya udang

ditunjukkan oleh Σai sebesar 2.0058. Karena Σai = 2.0058 > 1, maka proporsi

penambahan input produksi jumlah tenaga kerja atau pembudidaya, jumlah pupuk, jumlah pestisida, luas lahan tambak dan jumlah benihakan menghasilkan proporsi penambahan produksi yang lebih besar.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa budidaya udang Indonesia berada pada daerah Increasing Return to Scale (IRTS) atau skala usaha yang meningkat, sesuai dengan hipotesis awal. Sehingga produksi budidaya udang masih dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada terutama tenaga kerja atau pembudidaya udang vanamei, pupuk, pestisida, lahan tambak dan benih.

23

Dokumen terkait