• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu Muncul dan Berhenti Tunas

Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul dan berhentinya tunas pada kedua periode pertumbuhan tunas (Tabel 2). Waktu munculnya tunas-tunas baru tersebut berbeda pada setiap pohon. Menurut Gardner et al. (2008), waktu munculnya tunas-tunas baru ditentukan oleh air dan nutrisi yang tersedia. Bulan Januari sampai Mei saat penelitian merupakan bulan dengan curah yang tinggi, yaitu dari Januari sampai April berturut-turut adalah 702 mm (sangat tinggi), 337 mm (tinggi), 281 mm (menengah), dan 511 mm (sangat tinggi) (BMKG 2014). Kondisi tersebut menyebabkan tunas-tunas baru muncul serempak dan lebat pada semua tanaman contoh yaitu tunas muncul pada hari ke-13 pada periode tunas pertama dan muncul antara hari ke-59 sampai hari ke-61 pada periode tunas kedua.

Tunas muncul dan terus tumbuh sampai pertumbuhannya berhenti pada titik tertentu yang disebut fase dorman. Fase dorman adalah fase dimana tunas berhenti tumbuh selama waktu tertentu dan diakhiri dengan munculnya tunas baru pada bagian apikal tunas (titik tumbuh) atau di ketiak daunnya. Waktu munculnya tunas sampai tunas tersebut berhenti disebut sebagai satu periode pertumbuhan tunas. Pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu mulai dorman pada kedua periode pertumbuhan tunas. Waktu mulai dorman tidak berbeda nyata pada semua tanaman contoh yaitu hari ke-38 pada periode tunas pertama dan hari ke-74 pada periode tunas kedua.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul tunas periode pertama,

10

namun memberikan pengaruh yang nyata pada periode tunas kedua. Pada periode tunas pertama, perlakuan pemangkasan tidak berpengaruh nyata sehingga perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan kedua bentuk pemangkasan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh waktu pemangkasan yang bersamaan dengan akan berakhirnya masa dorman tunas-tunas pada tanaman yang tidak dipangkas (kontrol) sehingga waktu muncul tunasnya tidak berbeda nyata dengan tanaman yang dipangkas.

Tabel 2 Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan Periode tunas ke-1a Periode tunas ke-2a waktu muncul tunas waktu mulai dorman waktu muncul tunas waktu mulai dorman ... HSPb... Pemupukan Nitrogen Kontrol 13.0 38.5 60.3 74.8

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 13.8 38.0 59.8 74.5 Standar rekomendasi (20 g N) 13.8 38.3 59.8 74.0 Di atas standar rekomendasi (30 g N) 13.5 38.3 61.0 74.8

Pemangkasan

Kontrol 13.7 39.0a 61.1a 74.9

Pangkas terbuka tengah 13.5 38.1b 59.9b 74.2

Pangkas pagar 13.3 37.7b 59.6b 74.4

Interaksi tn tn tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test), bHari setelah pemangkasan

Pemangkasan dapat mematahkan fase dormansi tunas-tunas ketiak daun dan tunas-tunas pada bagian ujung tanaman (Gardner et al. 2008) sehingga perlakuan pemangkasan baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah akan mempercepat kemunculan tunas baru yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

Lama Periode Tumbuh dan Masa Dorman Tunas

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan pemangkasan bentuk tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi lamanya periode tumbuh tunas pada periode tunas pertama dan kedua serta lama masa dorman tunas. Tidak berpengaruhnya nitrogen dalam mempengaruhi lamanya periode tumbuh tunas juga diduga disebabkan oleh tingginya curah hujan selama pengamatan yang menyebabkan pupuk yang berlebih yang diaplikasikan pada tanaman jeruk tercuci sehingga kandungan nutrisi dan mineral semua tanaman contoh diduga sama. Menurut Gardner et al. (2008), faktor utama yang mempengaruhi laju penuaan tunas atau lamanya periode tumbuh suatu tunas ialah kandungan nutrisi dan mineral daun sehingga perbedaan kandungan nutrisi yang diserap daun akan mempengaruhi lamanya periode tumbuh suatu tunas. Selama penelitian berlangsung, curah hujan pada lahan penelitian sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut menyebabkan empat dosis pupuk yang diberikan pada

11 tanaman tidak berbeda nyata karena menurut Zaman et al. (2005), hujan yang tinggi menyebabkan nitrogen yang berlebih mudah tercuci dan mengalir ke daerah bawah perakaran.

Tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian ditanam pada tanah dengan pH rendah yaitu 4.7 (Balittanah 2014). Menurut Gardner et al. (2008), pH tanah di bawah rentang 5.0 - 8.0 secara potensial mempunyai pengaruh langsung dalam menghambat pertumbuhan akar karena memiliki pengaruh tidak langsung yaitu meningkatkan keterlarutan alumunium, mangan dan besi yang bersifat racun dan membatasi pertumbuhan akar. Akar yang pertumbuhannya terhambat tidak akan optimal dalam penyerapan hara dan luas jangkauannya pendek, sementara dalam penelitian, pupuk disebar di sekeliling tanaman dengan jarak 0.5 meter dari pangkal batang utama. Menurut Alva et al. (2006), penempatan pemupukan penting diperhatikan. Alva et al. (2006) menjelaskan bahwa pupuk sebaiknya sebagian besar ditempatkan dibawah kanopi pohon atau tidak jauh dari daerah perakaran untuk meminimalisir pencucian NO3-N ke bawah zona perakaran. Kekeliruan penempatan pupuk ini akan mempermudah pupuk tercuci dan larut ke bagian tanah yang tidak terjangkau oleh akar sehingga pemupukan tidak efektif dan tidak dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan tanaman.

Tabel 3 Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan

Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tunas periode 1 masa dorman tunas periode 2 ... hari ... Pemupukan Nitrogen Kontrol 25.5 21.8 14.5

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 24.3 21.8 15.0

Standar rekomendasi (20 g N) 24.5 21.5 14.3

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 24.8 22.8 14.0

Pemangkasan

Kontrol 25.3 22.1 13.9

Pangkas terbuka tengah 24.6 21.9 14.4

Pangkas pagar 24.4 21.9 15.0

Interaksi tn tn tn

Lama periode tumbuh tunas merupakan waktu dari muncul tunas sampai waktu tunas mulai dorman, sementara lama masa dorman tunas merupakan waktu dari tunas mulai dorman sampai tunas kembali muncul. Lama periode tumbuh tunas dan lama masa dorman yang diharapkan adalah periode tumbuh tunas dan masa dorman yang paling pendek atau memiliki waktu terpendek sehingga tanaman akan cepat mengeluarkan flush baru dan pertumbuhannya akan cepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan nitrogen dan pemangkasan bentuk tidak berbeda nyata sehingga pemangkasan, baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah, tidak mempengaruhi lamanya periode tumbuh dan masa dorman tunas. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima secara umum akan mengalami masa tumbuh tunas (satu periode pertumbuhan tunas) selama 24-25 hari setelah pemangkasan dan mengalami masa dorman selama 21-22 hari.

12

Panjang Tunas

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode pertumbuhan tunas pertama dan kedua. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perbedaan dosis pupuk nitrogen yang diberikan tidak berbeda nyata karena diduga pupuk yang berlebih tercuci karena curah hujan yang tinggi selama penelitian. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa menurut Zaman et al. (2005), pupuk yang berlebih akan tercuci dan mengalir ke bagian bawah perakaran sehingga kandungan nitrogen di daerah perakaran dianggap sama dan kandungan nitrogen tersebut akan memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang tunas pada semua perlakuan. Tabel 4 Panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode

pertumbuhan tunas Perlakuan

Panjang tunas pada periode pertumbuhan tunas ke-a (cm)

1 2

Pemupukan Nitrogen

Kontrol 9.5 4.7

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 11.7 5.2

Standar rekomendasi (20 g N) 8.8 4.1

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 9.8 4.3

Pemangkasan

Kontrol 15.8a 4.3

Pangkas terbuka tengah 8.0b 4.0

Pangkas pagar 6.1b 5.4

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas pertama, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua. Pada periode tunas pertama, perlakuan kontrol memberikan pengaruh paling tinggi terhadap panjang tunas yaitu dengan panjang tunas 15.8 cm. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki bentuk tajuk yang lebih rimbun sehingga tunas-tunas dan daun-daun yang muncul akan saling menaungi satu sama lain. Menurut Gardner et al. (2008), ruas tanaman yang ternaung akan lebih panjang daripada yang tidak ternaung sehingga tajuk akan lebih panjang. Pengaruh naungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin yang mungkin bekerja secara sinergis dengan giberelin.

Hal yang sama tidak terjadi pada tunas periode kedua. Pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua karena pada periode tunas kedua tunas-tunas sudah muncul sejak periode tunas pertama pada semua tanaman contoh dan memberikan peluang yang sama pada semua perlakuan untuk tunas-tunasnya saling menaungi satu sama lain sehingga panjang tunas pada semua perlakuan pemangkasan bentuk tidak berbeda nyata.

Jumlah tunas pada tanaman yang dipangakas akan terus bertambah sehingga kesempatan tunas untuk saling menaungi tinggi. Hal ini dapat diantisipasi dengan pemangkasan pemeliharaan atau pemangkasan yang dilakukan untuk menjaga bentuk kanopi dan struktur tanaman yang telah dibentuk (Susanto dan Supriyanto

13 2005). Mempertahankan bentuk kanopi dan struktur tanaman yang telah dibentuk dilakukan dengan pembuangan cabang yang tidak akan dipilih atau cabang-cabang yang tidak diharapkan. Menurut Poerwanto dan Susila (2013), teknik pembuangan cabang-cabang tersebut termasuk ke dalam teknik pemangkasan penipisan (thinning out) . Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur akan menjaga tunas-tunas atau cabang-cabang tidak saling menaungi secara berlebihan (terlalu rimbun) sehingga tunas tidak akan terlalu panjang dan tanaman tidak akan terlalu tinggi dan lebar.

Tanaman yang pendek dan tidak terlalu lebar diperlukan untuk memudahkan pemanenan dan sanitasi tanaman. Tanaman yang dipangkas dengan perlakuan pangkas pagar dan terbuka tengah memiliki tunas-tunas yang tidak terlalu panjang sehingga diharapkan akan membentuk tanaman menjadi tidak terlalu tinggi dan terlalu lebar sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar 3 menunjukkan pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Pertambahan panjang tunas selama tiga bulan pengamatan menunjukkan pola pertumbuhan sigmoid pada periode tunas pertama (hari ke-0 sampai hari ke-39) dan pada periode tunas kedua (hari ke-60 sampai hari ke-78) serta pada kedua periode tunasnya. Masa dorman ditunjukkan dengan kurva yang datar (hari ke-39 sampai hari ke-60) yang menunjukkan tidak adanya pertambahan panjang tunas. Gambar ini juga menunjukkan panjang tunas yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan pemupukan.

Gambar 3 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pemupukan nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N), Pemupukan nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N),

x

Pemupukan nitrogen di atas standar rekomendasi (30 g N)

Pertumbuhan digambarkan berbentuk sigmoid, yaitu suatu garis yang dapat ditarik dari data secara normal terhadap waktu. Kurva berbetuk ‘S’ akan terbentuk karena adanya perbedaan laju pertumbuhan sepanjang daur hidupnya. Kurva sigmoid terdiri atas tiga fase yaitu fase eksponensial, fase linier, dan fase logaritma natural (ln). Fase eksponensial relatif pendek pada tajuk tanaman budidaya. Fase linier merupakan fase berikutnya dan waktunya relatif panjang. Pada tegakan tanaman budidaya, fase linear merupakan pernyataan dari laju pertumbuhan tanaman budidaya. Fase linier dilanjutan dengan fase logaritma natural (ln) yaitu

0 5 10 15 20 3 6 9 1 2 1 5 1 8 2 1 2 4 2 7 3 0 3 3 3 6 3 9 4 2 4 5 4 8 5 1 5 4 5 7 6 0 6 3 6 6 6 9 7 2 7 5 7 8 P an jan g T u n as (cm )

14

fase menurun atau mendatar. Secara progresif pertumbuhan berkurang menurut waktu sampai mencapai keadaan mantap. Fase keadaan mantap ini disebut sebagai pematangan fisiologis (Gardner et al. 2008).

Gambar 3 menunjukkan bahwa fase eksponensial pada periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada fase tersebut panjang tunas bertambah secara signifikan. Fase linier terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke-33 yang digambarkan dengan pertambahan panjang yang hampir sama pada tiap pengamatan. Fase ln terjadi pada hari ke-33 sampai hari ke-39. Fase linier dan fase ln seolah terlihat tertukar. Periode tunas kedua menunjukkan pola yang tidak terlalu jelas namun tetap sigmoid. Fase ekaponensialnya terjadi pada hari ke-60 sampai hari 63, fase linier pada hari 63 sampai hari 72, dan fase ln pada hari ke-72 sampai hari ke-78.

Kekurangan nutrisi dan ruang yang mengakibatkan persaingan antar tanaman akan menyebabkan pertumbuhan eksponensial tidak daat bertahan lama. Pada tanaman budidaya di lapangan, fase eksponensial mungkin hanya berlangsung beberapa hari terutama pada tegakan yang rapat. Sekali tajuk menutup, laju pertumbuhan menjadi linier sampai terjadi proses penuaan yang akhirnya memperlambat laju tersebut sampai mencapai kondisi mantap (Gardner et al. 2008).

Gambar 4 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pangkas terbuka tengah, Pangkas pagar

Gambar 4 menunjukkan pola pertumbuhan tunas yang dipengaruhi oleh bentuk pemangkasan yang terlihat sebagai pola sigmoid. Periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-39, masa dorman pada hari ke-39 sampai hari ke-60 dan periode tunas kedua pada hari ke-60 sampai hari ke-78. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa perlakuan kontrol memiliki panjang tunas terpanjang sementara bentuk pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar tidak berbeda nyata. Masa dorman tanaman yang dipangkas, baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah, lebih panjang daripada tanaman yang tidak dipangkas. Hal ini menunjukkan bahwa masa tumbuh tunas (satu periode pertumbuhan tunas) tanaman yang dipangkas lebih singkat daripada tanaman yang tidak dipangkas.

Jumlah Daun tiap Tunas

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tiap

0 5 10 15 20 25 3 6 9 1 2 1 5 1 8 2 1 2 4 2 7 3 0 3 3 3 6 3 9 4 2 4 5 4 8 5 1 5 4 5 7 6 0 6 3 6 6 6 9 7 2 7 5 7 8 P an jan g T u n as (cm )

15 tunas kecuali perlakuan tanpa pemangkasan yang berbeda nyata pada periode tunas pertama. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan pengaruh pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan terhadap panjang tunas dan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemangkasan memiliki panjang tunas terpanjang sehingga jumlah daun lebih banyak, namun jumlah daun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada periode tunas kedua karena diduga pada periode kedua tunas-tunas nya memiliki ruas-ruas yang lebih panjang. Sesuai dengan pernyataan Gardner et al. (2008) bahwa tunas-tunas yang panjang pada tanaman muda akan menyebabkan tanaman lebih rimbun sehingga tunas saling menaungi.

Tabel 5 Jumlah daun tiap tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan

Jumlah daun tiap tunas pada periode pertumbuhan tunas ke-a

1 2

Pemupukan Nitrogen

Kontrol 7.4 4.2

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 7.8 3.9 Standar rekomendasi (20 g N) 7.1 3.7 Di atas standar rekomendasi(30 g N) 7.6 3.5

Pemangkasan

Kontrol 9.7a 3.3

Pangkas terbuka tengah 6.9b 3.6

Pangkas pagar 5.9b 4.5

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi positif dengan panjang tunas. Tunas yang pendek memiliki jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan tunas yang lebih panjang kecuali pada tunas yang memiliki ruas lebih panjang. Tunas yang memiliki ruas lebih panjang kemungkinan besar akan memiliki jumlah daun yang sama dengan tunas yang lebih pendek karena ruas-ruasnya pendek.

Jumlah daun berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis. Daun yang banyak menggambarkan luas permukaan daun yang dapat menangkap cahaya matahari lebih luas walaupun banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti luas daun dan Indeks Luas Daun (ILD). Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang sedikit, namun memiliki keuntungan karena jumlah transpirasi akan sedikit dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas.

Pertambahan jumlah daun dapat digambarkan sebagai pola pertumbuhan sigmoid. Dalam hal ini, pertumbuhan digambarkan dengan pertambahan jumlah daun sehingga pola pertumbuhannya mengikuti pola pertumbuhan panjang tunas. Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-39, masa dorman pada hari ke-39 sampai hari ke-60, dan periode tunas kedua pada hari ke-60 sampai hari ke-78. Fase eksponensial, fase linier, dan fase ln tidak begitu terlihat pada pola pertambahan daun tiap tunas sehingga hanya dapat digambarkan oleh pola sigmoid secara umum.

16

Gambar 5 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pemupukan nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N), Pemupukan nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N), x Pemupukan nitrogen di atas standar rekomendasi (30 g N)

Gambar 6 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pangkas terbuka tengah, Pangkas pagar

Pertambahan jumlah daun tiap tunas pada perlakuan bentuk pemangkasan (Gambar 5 dan 6) lebih cepat berhenti daripada pertambahan panjang tunasnya (Gambar 3 dan 4). Pada periode tunas pertama, jumlah daun sudah tidak bertambah pada hari ke-21 sementara tunas terus tumbuh sampai hari ke-39. Hal yang sama terjadi pada periode kedua pertumbuhan tunas. Pertambahan daun berhenti lebih cepat dan daun akan bertambah tua bersamaan dengan pertumbuhan tunas menuju masa dorman. Masa dorman daun sama dengan masa dorman tunas.

Luas Daun

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen (N) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Tidak berpengaruhnya N pada perlakuan pemupukan nitrogen diduga disebabkan oleh hilangnya N dalam tanah akibat pencucian karena curah hujan yang tinggi selama penelitian sehingga penambahan

0 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 1 2 1 5 1 8 2 1 2 4 2 7 3 0 3 3 3 6 3 9 4 2 4 5 4 8 5 1 5 4 5 7 6 0 6 3 6 6 6 9 7 2 7 5 7 8 Ju m lah D au n ti ap T u n as

Hari Setelah Pemangkasan (HSP) 0 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 1 2 1 5 1 8 2 1 2 4 2 7 3 0 3 3 3 6 3 9 4 2 4 5 4 8 5 1 5 4 5 7 6 0 6 3 6 6 6 9 7 2 7 5 7 8 Ju m lah D au n /T u n as

17 pupuk N pada perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Menurut Gardner

et al. (2008), penambahan N dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan luas

daun, namun pencucian nitrogen yang terjadi pada lahan pertanaman jeruk selama penelitian menyebabkan N tidak terserap dengan baik oleh tanaman.

Tabel 6 Kehijauan daun dan luas daun jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan setelah perlakuan Perlakuan Kehijauan daun Luas daun (cm2) a Pemupukan Nitrogen Kontrol 64.7 16.3

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 67.5 14.4

Standar rekomendasi (20 g N) 67.8 15.9

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 65.8 16.0

Pemangkasan

Kontrol 66.3 19.2a

Pangkas terbuka tengah 66.7 14.1b

Pangkas pagar 66.4 13.7b

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Luas area daun merupakan hal yang yang perlu diketahui untuk mempelajari fotosintesis secara benar. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukan fotosintesis. Perbedaan luas daun secara langsung menyebabkan rasio luas daun per tanaman per luasan permukaan tanah berbeda dalam menerima radiasi matahari sehingga daun yang luas akan mengabsorpsi radiasi lebih banyak dan mentranslokasikan asimilat ke bagian lain (Thamrin et al. 2009). Selain itu, permukaan luar daun yang luas dan datar memungkinkannya menangkap cahaya semaksimal mungkin per satuan volume dan meminimalkan jarak yang harus ditempuh CO2 dari permukaan daun ke kloroplas (Gardner et al. 2008).

Perlakuan pemangkasan bentuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun dengan daun terluas pada perlakuan tanpa pemangkasan. Tanaman yang dipangkas memiliki luas permukaan tajuk yang luas dan hampir semua bagian tanaman mendapat sinar matahari yang terik sementara tanaman yang tidak dipangkas memiliki tajuk yang rimbun sehingga cahaya matahari yang datang akan disaring oleh daun-daun yang bertumpuk. Menurut Gardner et al. (2008), daun tanaman yang kekurangan cahaya cenderung lebih luas tetapi lebih tipis. Selain itu, daun lebih efisien memanfaatkan energi cahaya pada tingkat penyinaran yang rendah karena peningkatan cahaya secara berangsur-angsur menyebabkan fotosintesis juga akan meningkat sampai tingkat kompensasi cahaya (tingkat cahaya pada saat pengambilan CO2 sama dengan pengeluaran CO2). Oleh karena itu, saat sampai pada tingkat cahaya jenuh, peningkatan cahaya tidak akan meningkatkan penyerapan CO2. Tanaman jeruk merupakan tanaman C3 dan tanaman C3 telah mencapai tingkat kejenuhan sebelum cahaya penuh atau terik sehingga akan lebih efisien memanfaatkan cahaya yang tidak terlalu terik. Hal ini menyebabkan daun pada tanaman yang tidak dipangkas lebih sempit atau tidak terlalu lebar.

Tanaman yang dipangkas akan mendapat radiasi matahari yang lebih benyak dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas. Sejalan dengan pertumbuhan tanaman,

18

tanaman yang dipangkas juga akan memiliki tajuk yang agak rimbun namun dengan bentuk tajuk yang teratur. Pemangkasan, baik pangkas pagar maupun terbuka tengah, memberikan pengaruh yang positif terhadap proses fotosintesis tanaman. Menurut Gardner et al. (2008), Tanaman budidaya yang ditanam di tempat yang mendapat radiasi matahari penuh mempunyai stomata pada kedua sisi daunnya, sementara tanaman yang ditanam di tempat teduh (tanaman rimbun), kebanyakan hanya mempunyai stomata pada bagian bawah (abaxial). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang dipangkas (tidak rimbun) akan memiliki jumlah stomata lebih banyak dan hal tersebut berpengaruh positif terhadap fotosintesis.

Kehijauan daun

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kehijauan daun jeruk keprok Borneo Prima. Tingkat kehijauan daun yang diamati berkisar antara 64.7 sampai 67.8 yang berarti kandungan klorofil dalam daun cukup dan tidak kekurangan nitrogen. Menurut Minolta (2014), batas ambang baca klorofil meter adalah 35. Apabila angka baca kurang dari 35, tanaman telah kekurangan nitrogen dan hara lainnya sehingga perlu dipupuk. Hal ini tidak memberikan gambaran hasil pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda dan menunjukkan bahwa jumlah nitrogen dalam tanah dan tanaman sama. Tidak berpengaruhnya perlakuan pemupukan nitrogen ini diduga disebabkan oleh pencucian N karena curah hujan yang tinggi selama penelitian. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Zaman et al. (2005), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pupuk mengalir ke bagian bawah perakaran. Hal ini menyebabkan kandungan N pada top soil tanah diduga sama pada semua tanaman contoh sehingga semua taraf pemupukan N tidak berbeda nyata.

Daun merupakan organ utama yang berfungsi untuk fotosintesis pada

Dokumen terkait