• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN KERAGAAN

TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA (

Citrus reticulata

cv.

Borneo Prima) MELALUI PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

RESA SRI RAHAYU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) melalui Pemangkasan dan Pemupukan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Resa Sri Rahayu

(4)

ABSTRAK

RESA SRI RAHAYU. Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) melalui Pemangkasan dan Pemupukan. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Jeruk keprok Borneo Prima merupakan komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi impor jeruk. Teknik budi daya yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima melalui berbagai dosis pupuk nitrogen dan bentuk pemangkasan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk nitrogen yang terdiri atas 4 taraf: 0, 10, 20, dan 30 g per tanaman. Faktor kedua adalah bentuk pemangkasan yang terdiri atas 3 taraf: tanpa pemangkasan, pangkas terbuka tengah, dan pangkas pagar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman kecuali Indeks Luas Daun (ILD). Bentuk pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman. Perlakuan pangkas pagar dan pangkas terbuka tengah dapat mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan bentuk keragaan tanaman dengan tujuan yang berbeda. Tidak ada interaksi antara dosis pupuk nitrogen dan bentuk pemangkasan.

Kata kunci: jeruk keprok Borneo Prima, pangkas pagar, periode tunas

ABSTRACT

RESA SRI RAHAYU. Optimizing Vegetatif Growth and Trees Architecture of Mandarin Citrus cv. Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) by Pruning and Fertilization. Supervised by ROEDHY POERWANTO.

Mandarin citrus cv. Borneo Prima is superior local variety that needs to be developed as effort to decrease citrus import. Good agricultural practice is needed to optimize growth. The objectives of this research were optimize vegetatif growth and plant architecture of mandarin citrus cv. Borneo Prima by various dosages of nitrogen fertilizer and pruning types. This research use Randomize Complete Block Design (RCBD) factorial 2 factors. The First factor was various dosage of nitrogen fertilizer that consist of 4 levels: 0, 10, 20, and 30 g each plant . The second factor was pruning type that consist of 3 levels: no pruning, open center pruning, and hedge pruning. The results showed that dosages of nitrogen fertilizer did not have significant effect on vegetatif growth and plant architecture except on Leaf Area Index (LAI). Pruning shapes had significant effect to vegetatif growth and plant architecture. Hedge pruning and open center pruning can optimaze vegetatif growth and plant architecture in different aim. Nitrogen fertilizer dosages and pruning shapes interaction were not significant.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

OPTIMASI PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN KERAGAAN

TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA (

Citrus reticulata

cv.

Borneo Prima) MELALUI PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

RESA SRI RAHAYU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberi kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul dari penelitian yang dilaksanakan sejak Desember 2013 sampai Mei 2014 ini adalah

‘Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) melalui Pemangkasan dan Pemupukan’. Penelitian ini dibiayai dengan dana dari Hibah Riset Insentif dengan judul

‘Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara tahun II’ dan SPK Nomor Kontrak Nomor 25/SEK/INSINAS/PPK/I/2014 tanggal 27 Januari 2014, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam pemilihan ide dan arahan teknis penelitian, kepada Bapak Baisuni,

Bapak Agus, dan Bapak Ma’mun dari Kebun percobaan IPB Sindangbarang yang

telah membantu teknis penelitian di lapangan, kepada Ati Cahya Indrawati yang telah membantu dalam pembuatan ilustrasi bentuk keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada perlakuan pemangkasan, serta kepada semua pihak terutama rekan-rekan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB yang telah memberi banyak masukan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. Di samping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapa, mamah, dan semua keluarga yang telah memberi banyak dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangannya dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Jeruk 2

Jeruk Keprok Borneo Prima 3

Pemupukan dan Pemangkasan Tanaman Jeruk 3

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Bahan 6

Alat 6

Rancangan Percobaan 6

Prosedur Penelitian 7

Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Pertumbuhan Tunas dan Daun 9

Pertumbuhan Pohon 18

Keragaan Tanaman 25

KESIMPULAN DAN SARAN 29

Kesimpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 32

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanaman 4 2 Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk

keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas 10 3 Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tanaman jeruk

keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas 11 4 Panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua

periode pertumbuhan tunas 12

5 Jumlah daun tiap tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima

pada dua periode pertumbuhan tunas 15

6 Kehijauan daun dan luas daun jeruk keprok Borneo Prima pada

tiga bulan setelah perlakuan 17

7 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan

setelah perlakuan 19

8 Jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dua periode pertumbuhan tunas 20

9 Panjang tunas total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dua periode pertumbuhan tunas 22

10 Jumlah daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dua periode pertumbuhan tunas 23

11 Luas daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

tiga bulan setelah perlakuan 24

12 Indeks luas daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dua periode pertumbuhan tunas 25

13 Panjang tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima menurut arah mata angin (timur-barat dan utara-selatan) pada tiga bulan

setelah perlakuan 26

14 Pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat

tanaman jeruk keprok Borneo Prima 27

DAFTAR GAMBAR

1 Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima

(tampak samping) 5

2 Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima

(tampak atas) 5

3 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan

panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima 13

4 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan

panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima 14

5 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan

jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima 16 6 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan

jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima 16 7 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan

(11)

8 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan

jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima 21 9 Pertambahan lebar tajuk dilihat dari tingkat kerimbunan

pada saat pemangkasan, akhir periode tunas pertama, dan

akhir periode tunas kedua 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bentuk keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Pima setelah

pemangkasan 32

2 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jeruk keprok Borneo

Prima selama penelitian 33

3 Hasil analisis contoh tanah Kebun Percobaan IPB

Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor,

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Produksi jeruk lokal telah memenuhi permintaan jeruk nasional, namun impor jeruk tetap dilakukan karena beberapa golongan masyarakat menginginkan kualitas jeruk seperti jeruk impor yang salah satunya adalah berwarna kulit kuning-jingga. Pada tahun 2012, produksi jeruk nasional adalah sebanyak 1 611 784 ton (BPS 2014) dengan konsumsi sebanyak 635 720 ton (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2013), namun Indonesia masih mengimpor jeruk sebanyak 179 000 ton (BPS 2013). Jeruk dengan warna kulit kuning-jingga sebagian besar dihasilkan pada daerah dataran tinggi. Hal tersebut menjadi kendala karena luas lahan dataran tinggi di Indonesia sangat terbatas dan penggunaanya bersaing dengan tanaman hortikultura lain. Keadaan tersebut perlu diatasi dengan mengintroduksi varietas jeruk dataran rendah yang berwarna kulit kuning-jingga. Tahun 2007, Departemen Pertanian melepas varietas baru jeruk keprok dengan nama jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) yang merupakan varietas jeruk dataran rendah dengan karakteristik unggul yaitu buahnya berwarna jingga seperti varietas jeruk dataran tinggi (Warta Prima 2007).

Menurut Badan Perumahan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur (2009), jeruk keprok Borneo Prima mulai dikembangkan sejak tahun 2006. Tindakan budi daya yang tepat perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan jeruk keprok Borneo Prima. Salah satu tindakan budi daya yang sangat penting adalah pemupukan tanaman yang disesuaikan dengan kebutuhan dan umur tanaman. Tanaman jeruk belum menghasilkan memerlukan pertumbuhan vegetatif yang optimal sehingga pemupukan lebih difokuskan untuk mengoptimalkan petumbuhan vegetatif. Menurut Gardner et al. (2008), berlangsungnya pertumbuhan vegetatif terutama ditentukan oleh air dan nitrogen sehingga pemupukan difokuskan pada nitrogen. Selain itu, Liferdi (2010) mengemukakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, nitrogen yang tersedia dalam tanah dan nitrogen yang ditambahkan pada tanaman harus dikelola dengan baik karena menurut Zaman et al. (2005), manajemen nitrogen yang baik perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kehilangan nitrogen dan kontamiansi dari pencucian nitrat dalam tanah. Kondisi kekurangan dan kelebihan nitrogen akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

(14)

2

batang utama meningkatkan jumlah cabang primer, begitu pula pemangkasan cabang primer akan meningkatkan jumlah cabang sekunder dan tersier (Raden et al. 2009) . Cabang-cabang yang muncul pada tanaman jeruk harus dikelola dengan baik agar tajuk tanaman tidak saling menaungi satu sama lain. Selain itu, salah satu aspek pada program Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) adalah sanitasi kebun yang baik dan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan tanaman secara optimal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan pembentukan arsitektur pohon pada awal pertumbuhan jeruk, namun menurut Ridwan et al. (2008), teknologi pemangkasan arsitetur ini termasuk ke dalam teknologi yang tidak diadopsi oleh petani. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang arsitektur pohon yang dapat meningkatkan produksi jeruk sehingga petani akan tertarik menjalankannya.

Pertumbuhan cabang-cabang baru sangat ditentukan oleh nutrisi yang tersedia dan faktor pendukung lain seperti air dan cahaya (Gardner et al. 2008). Kombinasi bentuk pemangkasan dengan dosis nitrogen perlu dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman setelah dipangkas dan efisiensi penggunaan nitrogen (Zaman et al. 2005). Oleh karena itu, pemupukan nitrogen dan pemangkasan bentuk yang efektif dan efisien pada tanaman belum menghasilkan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mencari kombinasi yang ideal antara dosis pupuk nitogen dengan bentuk pemangkasan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman serta menerangkan pengaruh perbedaan dosis pupuk nitrogen dan bentuk pemangkasan terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

Hipotesis

Dosis pupuk nitrogen dan jenis pemangkasan bentuk berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jeruk

(15)

3 dayakan di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Dari semua jeruk yang dieksplorasi, jeruk lokal yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk siam, jeruk keprok, jeruk pamelo, jeruk nipis dan jeruk purut, sedangkan jeruk introduksi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk jenis Lemon dan Grapefruit. Pertanaman jeruk di Indonesia sekitar 70 - 80% ditanami jeruk siam (Badan Litbang Pertanian 2005).

Jeruk Keprok Borneo Prima

Jeruk keprok Borneo Prima merupakan jeruk keprok dataran rendah yang memiliki karakteristik seperti jeruk keprok dataran tinggi yaitu berkulit buah jingga. Buah jeruk keprok Borneo Prima berbentuk bulat pendek atau agak bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.6 – 6.4 cm dan diameter 6.1 – 7.6 cm. Kulit buah matang berwarna kuning sampai jingga dengan permukaan halus. Ujung buah berlekuk enam dalam dan pangkal buah berkonde. Buah jeruk ini tidak memiliki pusar buah. Ketebalan kulit rata-rata 3.5 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah mengandung jus 19.79 - 26.24 %. Bobot buah antara 60 sampai 290 g per buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki 7 - 22 biji dengan ukuran panjang 11 - 12 mm dan diameter 6 - 7 mm. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi rata-rata 3.5 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan memiliki tajuk menjulang dengan percabangan yang rapat mengarah ke atas. Daun berbentuk jorong dengan tepi beringgit dan ujung meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 8.2 – 9.6 cm dan lebar 3.5 – 5.0 cm. Panjang tangkai daun 1.2 – 2.5 cm dan bersayap sangat sempit sehingga dapat dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).

Pemupukan dan Pemangkasan Tanaman Jeruk

Pemupukan

(16)

4

umur satu tahun (Tabel 1). Standar tersebut dibuat secara umum berdasarkan umur tanaman jeruk tanpa memperhatikan faktor budi daya lainnya dan faktor lingkungan. Tabel 1 Rekomendasi Pemupukan Jeruk Berdasarkan Umur Tanamana

Umur (tahun)

g/pohon/aplikasi

Aplikasi pupuk Nitrogen P2O5 (Fosfor) K2O (Kalium)

1 10 s/d 20 5 s/d 10 5 2 – 3 kali/tahun majemuk NPK. Sumber P yang banyak beredar di pasar adalah SP36, fospat alam, dan pupuk majemuk NPK. Sumber K yang banyak beredar di pasaran adalah ZK, KCl, dan pupuk majemuk NPK. Pupuk-pupuk tersebut merupakan unsur sintetis yang sengaja dibuat dan ditambahkan pada tanah untuk membantu pemenuhan kebutuhan unsur hara mikro primer pada tanaman jeruk. Unsur-unsur lainnya yang merupakan unsur makro sekunder dan unsur mikro dapat diberikan dalam bentuk sintetis dan dapat juga menggunakan pupuk organik seperti pemberian pupuk kandang. Sebagai contoh, sumber Ca dapat diperoleh dari pupuk sintetis SP36, fosfat alam, kapur atau dolomit yang juga sekaligus mengandung Mg. Kebutuhan S lebih sedikit dibandingkan N dan biasanya dapat terpenuhi dari pemberian pupuk kandang, pupuk ZA, dan pupuk ZK. Pemenuhan unsur mikro biasanya dapat terpenuhi jika tanah diberi pupuk kandang secara teratur (Balitjestro 2008).

Pemangkasan

Bentuk keragaan tanaman saat tanaman dewasa sangat ditentukan oleh pembentukan awal tajuk tanaman. Pembentukan tajuk tanaman tersebut dilakukan dengan pemangkasan. Menurut Poerwanto dan Susila (2013), bentuk akhir dari suatu pohon perlu ditetapkan sejak awal sehingga tipe pemangkasan yang tepat perlu diperhatikan sejak tanaman mulai ditanam. Pemangkasan pertama pada suatu tanaman dilakukan setelah tanaman menghasilkan cabang-cabang yang cukup banyak. Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman muda (belum menghasilkan) adalah pemangkasan bentuk. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka atau struktur percabangan yang sering disebut arsitektur pohon.

(17)

5

A B C

A B C

Pangkas pagar adalah pemangkasan bentuk dengan pola pangkas satu sisi (Gambar 1 C, Gambar 1 C). Prinsip pangkas pagar adalah membentuk tanaman menjadi bentuk pipih (memanjang), dengan pemangkasan total pada dua sisi tanaman yang mengarah ke timur dan ke barat sehingga dalam populasi di lapangan, barisan tanaman terlihat seperti pagar. Teknik pembentukan pangkas pagar adalah dengan membuat pancang (kayu atau bambu) pada kedua sisi tanaman arah utara dan selatan dengan jarak disesuaikan dengan lebar tajuk atau disesuaikan dengan kebutuhan lebar tajuk. Cabang-cabang yang muncul ke arah utara dan selatan diikatkan ke pancang dengan menggunakan tali. Pengikatan cabang dilakukan dengan hati-hati tanpa merusak cabang dan ikatan agak longgar (tidak kencang).

Pola bentuk pagar yang diharapkan adalah barisan tanaman membentang dari arah utara ke arah selatan sehingga bagian sisi tanaman yang dipangkas akan menghadap arah timur dan barat. Bagian sisi tanaman yang dipangkas adalah bagian yang memiliki luas permukaan samping yang luas sehingga diharapkan cahaya matahari yang muncul dari arah timur pada pagi hari akan tertangkap oleh bagian tajuk yang menghadap timur. Ujung tajuk memiliki permukaan yang tidak terlalu luas namun tetap mendapat cahaya matahari yang optimal pada siang hari, yaitu saat matahari tepat berada diatas tajuk. Sore hari matahari menuju ke arah Gambar 1 Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima (tampak

samping). A: tanpa pemangkasan, B: pangkas terbuka tengah, C: pangkas pagar

(18)

6

barat sehingga permukaan tanaman yang yang menghadap ke barat akan mendapat cahaya matahari yang optimal. Penyinaran yang optimal sepanjang hari pada semua sisi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman jeruk sesuai dengan yang dikemukanan Susanto dan Supriyanto (2005) bahwa tajuk yang mendapat sinar matahari lebih banyak akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Pangkas pagar diharapkan dapat mempersempit jarak tanam pada bagian arah timur-barat sehingga tanaman dapat ditanam di lahan yang sempit terutama lahan pekarangan rumah dengan tetap mendapatkan cahaya matahari yang optimal.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor Sindangbarang, Desa Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat yang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 250 mdpl. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Desember 2013 hingga Mei 2014.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman jeruk keprok Borneo Prima

(Citrus reticulata cv. Borneo Prima), pupuk urea (45% N), pupuk SP36 (36% P2O5), pupuk KCl (60% K2O), ajir, label dan tali rapia. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang digunakan adalah tanaman jeruk hasil okulasi dari batang bawah Rough Lemon (RL) dan batang atas jeruk lokal Kalimantan. Jeruk tersebut didatangkan langsung dari Kalimantan. Umur tanaman saat perlakuan adalah 10 bulan setelah okulasi.

Alat

Alat yang digunakan adalah gunting pangkas, leaf area meter (LI-3000C

Portable Area Meter), chlorophyll meter (SPAD-502 plus chlorophyll meter),

counter, meteran, penggaris, ember, alat tulis, dan alat budi daya pertanian.

Rancangan Percobaan

(19)

7 48 satuan percobaan dengan total tanaman jeruk yang diamati sebanyak 48 tanaman.

Prosedur penelitian

Tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian dipindah tanam ke lapangan pada 5 Oktober 2013. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk SP36 sebanyak 200 g/lubang, kapur 200 g/lubang, dan pupuk kandang 15 kg/lubang. Pupuk tersebut diberikan seminggu sebelum penanaman. Kegiatan penelitian dimulai dengan mempersiapkan dan menentukan sampel tanaman yang akan mendapat perlakuan pemangkasan dan pemupukan nitrogen. Setelah sampel tanaman ditentukan, tanaman sampel dipangkas sesuai perlakuan dan selanjutnya diberi pupuk urea (45% N) sesuai perlakuan, pupuk SP36 (36% P2O5) sebanyak 28 g per pohon, dan pupuk KCl (60% K2O) sebanyak 9 g per pohon. Pupuk SP36 dan KCl diberikan dengan dosis yang sama untuk semua tanaman contoh. Perlakuan pemangkasan dan pemupukan tersebut dilakukan pada 30 Desember 2013. Kegiatan selanjutnya adalah analisis tanah yang bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah setelah dilakukan aplikasi pemupukan. Informasi dari hasil analisis tanah tersebut menjadi referensi penting dalam pengambilan kesimpulan penelitian.

Pengamatan mulai dilakukan pada dua hari setelah pemangkasan dan aplikasi pemupukan. Aspek-aspek yang diamati meliputi :

a) Waktu muncul tunas

Pengamatan waktu muncul tunas dilihat dari waktu munculnya tunas setelah dilakukan pemangkasan.

b) Waktu berhentinya pertumbuhan tunas (waktu mulai dorman)

Waktu berhentinya pertumbuhan tunas dilihat dari kapan pertumbuhan tunas berhenti pada satu periode pertumbuhan tunas.

c) Waktu muncul tunas berikutnya

Pengamatan waktu muncul tunas berikutnya dilihat dari kapan tunas muncul kembali setelah masa dorman berhenti.

d) Lama periode tunas dan masa dorman

Pengamatan lama periode tunas dilakukan dengan menghitung waktu dari muncul tunas sampai waktu tunas mulai dorman. Pengamatan lama waktu dorman dilakukan dengan menghitung waktu dari tunas mulai dorman sampi tunas kembali muncul.

e) Panjang tunas

Pengukuran panjang tunas dihitung dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh. Tunas yang dijadikan sampel sebanyak sepuluh tunas pada setiap pohon. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris setiap tiga hari selama pertumbuhan tunas berlangsung.

f) Jumlah daun tiap tunas

(20)

8

g) Luas daun

Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter (LI-3000C Portable Area Meter). Pengukuran luas daun dilakukan pada sepuluh daun yang telah berhenti tumbuh pada setiap tanaman contoh. Luas daun diukur pada setiap akhir periode pertumbuhan tunas.

h) Tingkat kehijauan daun

Pengamatan tingkat kehijauan daun dilakukan menggunakan SPAD-502

plus chlorophyll meter. Pengukuran tingkat kehijauan daun dilakukan pada sampel daun yang telah diukur luasnya.Tingkat kehijauan daun diukur pada akhir periode pertumbuhan tunas.

i) Jumlah tunas total per tanaman

Penghitungan jumlah tunas total per tanaman dilakukan pada semua tunas yang muncul pada setiap tanaman. Jumlah tunas dihitung setiap tiga hari selama pertumbuhan tunas berlangsung.

j) Jumlah daun total per tanaman

Penghitungan jumlah daun total per tanaman dilakukan pada semua daun yang telah terbuka sempurna pada setiap tanaman. Jumlah daun dihitung setiap akhir periode pertumbuhan tunas.

k) Panjang tunas total per tanaman

Panjang tunas total per tanaman diukur dengan mengalikan jumlah tunas dengan panjang tunas rata-rata.

l) Luas daun total per tanaman

Luas daun total per tanaman diukur dengan mengalikan jumlah daun per tanaman dengan luas daun rata-rata.

m) Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh tunas tertinggi. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran pada akhir periode pertumbuhan tunas.

n) Indeks Luas Daun (ILD)

Penghitungan ILD dilakukan dengan membandingan luas daun total pada setiap pohon dengan luas lahan yang tertutupi oleh tajuknya. Penghitungan ILD dilakukan pada setiap akhir periode pertumbuhan tunas.

o) Panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat

Panjang tajuk arah utara-selatan adalah panjang bagian tajuk yang memanjang dari arah utara ke arah selatan. Panjang tajuk arah timur-barat adalah panjang tajuk yang memanjang dari arah timur ke arah barat. Pengukuran panjang tajuk tersebut dilakukan setiap akhir pertumbuhan tunas dengan menggunakan meteran.

p) Pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat

Pengamatan pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat dilakukan dengan menghitung selisih panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat periode tunas kedua dengan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat periode pertama.

q) Struktur kanopi

(21)

9

Analisis Data

Hasil analisis ragam yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf 5%. Model linear yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah:

Yijk= μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

dengan keterangan :

Yijk : respon pada perlakuan pemupukan nitrogen ke-i, pemangkasan bentuk ke-j, dan ulangan ke-k.

μ : nilai tengah umum

αi : pengaruh perlakuan ke-i

βj : pengaruh perlakuan ke-j

(αβ)ij : interaksi antara perlakuan pemupukan nitrogen dan pemangkasan

bentuk

εijk : pengaruh acak percobaan perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tunas dan Daun

Waktu Muncul dan Berhenti Tunas

Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul dan berhentinya tunas pada kedua periode pertumbuhan tunas (Tabel 2). Waktu munculnya tunas-tunas baru tersebut berbeda pada setiap pohon. Menurut Gardner et al. (2008), waktu munculnya tunas-tunas baru ditentukan oleh air dan nutrisi yang tersedia. Bulan Januari sampai Mei saat penelitian merupakan bulan dengan curah yang tinggi, yaitu dari Januari sampai April berturut-turut adalah 702 mm (sangat tinggi), 337 mm (tinggi), 281 mm (menengah), dan 511 mm (sangat tinggi) (BMKG 2014). Kondisi tersebut menyebabkan tunas-tunas baru muncul serempak dan lebat pada semua tanaman contoh yaitu tunas muncul pada hari ke-13 pada periode tunas pertama dan muncul antara hari ke-59 sampai hari ke-61 pada periode tunas kedua.

Tunas muncul dan terus tumbuh sampai pertumbuhannya berhenti pada titik tertentu yang disebut fase dorman. Fase dorman adalah fase dimana tunas berhenti tumbuh selama waktu tertentu dan diakhiri dengan munculnya tunas baru pada bagian apikal tunas (titik tumbuh) atau di ketiak daunnya. Waktu munculnya tunas sampai tunas tersebut berhenti disebut sebagai satu periode pertumbuhan tunas. Pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu mulai dorman pada kedua periode pertumbuhan tunas. Waktu mulai dorman tidak berbeda nyata pada semua tanaman contoh yaitu hari ke-38 pada periode tunas pertama dan hari ke-74 pada periode tunas kedua.

(22)

10

namun memberikan pengaruh yang nyata pada periode tunas kedua. Pada periode tunas pertama, perlakuan pemangkasan tidak berpengaruh nyata sehingga perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan kedua bentuk pemangkasan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh waktu pemangkasan yang bersamaan dengan akan berakhirnya masa dorman tunas-tunas pada tanaman yang tidak dipangkas (kontrol) sehingga waktu muncul tunasnya tidak berbeda nyata dengan tanaman yang dipangkas.

Tabel 2 Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test), bHari setelah pemangkasan

Pemangkasan dapat mematahkan fase dormansi tunas-tunas ketiak daun dan tunas-tunas pada bagian ujung tanaman (Gardner et al. 2008) sehingga perlakuan pemangkasan baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah akan mempercepat kemunculan tunas baru yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

Lama Periode Tumbuh dan Masa Dorman Tunas

(23)

11 tanaman tidak berbeda nyata karena menurut Zaman et al. (2005), hujan yang tinggi menyebabkan nitrogen yang berlebih mudah tercuci dan mengalir ke daerah bawah perakaran.

Tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian ditanam pada tanah dengan pH rendah yaitu 4.7 (Balittanah 2014). Menurut Gardner et al. (2008), pH tanah di bawah rentang 5.0 - 8.0 secara potensial mempunyai pengaruh langsung dalam menghambat pertumbuhan akar karena memiliki pengaruh tidak langsung yaitu meningkatkan keterlarutan alumunium, mangan dan besi yang bersifat racun dan membatasi pertumbuhan akar. Akar yang pertumbuhannya terhambat tidak akan optimal dalam penyerapan hara dan luas jangkauannya pendek, sementara dalam penelitian, pupuk disebar di sekeliling tanaman dengan jarak 0.5 meter dari pangkal batang utama. Menurut Alva et al. (2006), penempatan pemupukan penting diperhatikan. Alva et al. (2006) menjelaskan bahwa pupuk sebaiknya sebagian besar ditempatkan dibawah kanopi pohon atau tidak jauh dari daerah perakaran untuk meminimalisir pencucian NO3-N ke bawah zona perakaran. Kekeliruan penempatan pupuk ini akan mempermudah pupuk tercuci dan larut ke bagian tanah yang tidak terjangkau oleh akar sehingga pemupukan tidak efektif dan tidak dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan tanaman.

Tabel 3 Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

(24)

12

Panjang Tunas

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode pertumbuhan tunas pertama dan kedua. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perbedaan dosis pupuk nitrogen yang diberikan tidak berbeda nyata karena diduga pupuk yang berlebih tercuci karena curah hujan yang tinggi selama penelitian. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa menurut Zaman et al. (2005), pupuk yang berlebih akan tercuci dan mengalir ke bagian bawah perakaran sehingga kandungan nitrogen di daerah perakaran dianggap sama dan kandungan nitrogen tersebut akan memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang tunas pada semua perlakuan. Tabel 4 Panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode

pertumbuhan tunas Perlakuan

Panjang tunas pada periode pertumbuhan tunas ke-a (cm)

1 2

Pangkas terbuka tengah 8.0b 4.0

Pangkas pagar 6.1b 5.4

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas pertama, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua. Pada periode tunas pertama, perlakuan kontrol memberikan pengaruh paling tinggi terhadap panjang tunas yaitu dengan panjang tunas 15.8 cm. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki bentuk tajuk yang lebih rimbun sehingga tunas-tunas dan daun-daun yang muncul akan saling menaungi satu sama lain. Menurut Gardner et al. (2008), ruas tanaman yang ternaung akan lebih panjang daripada yang tidak ternaung sehingga tajuk akan lebih panjang. Pengaruh naungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin yang mungkin bekerja secara sinergis dengan giberelin.

Hal yang sama tidak terjadi pada tunas periode kedua. Pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua karena pada periode tunas kedua tunas-tunas sudah muncul sejak periode tunas pertama pada semua tanaman contoh dan memberikan peluang yang sama pada semua perlakuan untuk tunas-tunasnya saling menaungi satu sama lain sehingga panjang tunas pada semua perlakuan pemangkasan bentuk tidak berbeda nyata.

(25)

13 2005). Mempertahankan bentuk kanopi dan struktur tanaman yang telah dibentuk dilakukan dengan pembuangan cabang yang tidak akan dipilih atau cabang-cabang yang tidak diharapkan. Menurut Poerwanto dan Susila (2013), teknik pembuangan cabang-cabang tersebut termasuk ke dalam teknik pemangkasan penipisan (thinning out) . Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur akan menjaga tunas-tunas atau cabang-cabang tidak saling menaungi secara berlebihan (terlalu rimbun) sehingga tunas tidak akan terlalu panjang dan tanaman tidak akan terlalu tinggi dan lebar.

Tanaman yang pendek dan tidak terlalu lebar diperlukan untuk memudahkan pemanenan dan sanitasi tanaman. Tanaman yang dipangkas dengan perlakuan pangkas pagar dan terbuka tengah memiliki tunas-tunas yang tidak terlalu panjang sehingga diharapkan akan membentuk tanaman menjadi tidak terlalu tinggi dan terlalu lebar sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar 3 menunjukkan pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Pertambahan panjang tunas selama tiga bulan pengamatan menunjukkan pola pertumbuhan sigmoid pada periode tunas pertama (hari ke-0 sampai hari ke-39) dan pada periode tunas kedua (hari ke-60 sampai hari ke-78) serta pada kedua periode tunasnya. Masa dorman ditunjukkan dengan kurva yang datar (hari ke-39 sampai hari ke-60) yang menunjukkan tidak adanya pertambahan panjang tunas. Gambar ini juga menunjukkan panjang tunas yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan pemupukan.

Gambar 3 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pemupukan nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N), Pemupukan nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N),

x

Pemupukan nitrogen di atas standar rekomendasi (30 g N)

Pertumbuhan digambarkan berbentuk sigmoid, yaitu suatu garis yang dapat ditarik dari data secara normal terhadap waktu. Kurva berbetuk ‘S’ akan terbentuk karena adanya perbedaan laju pertumbuhan sepanjang daur hidupnya. Kurva sigmoid terdiri atas tiga fase yaitu fase eksponensial, fase linier, dan fase logaritma natural (ln). Fase eksponensial relatif pendek pada tajuk tanaman budidaya. Fase linier merupakan fase berikutnya dan waktunya relatif panjang. Pada tegakan tanaman budidaya, fase linear merupakan pernyataan dari laju pertumbuhan tanaman budidaya. Fase linier dilanjutan dengan fase logaritma natural (ln) yaitu

(26)

14

fase menurun atau mendatar. Secara progresif pertumbuhan berkurang menurut waktu sampai mencapai keadaan mantap. Fase keadaan mantap ini disebut sebagai pematangan fisiologis (Gardner et al. 2008).

Gambar 3 menunjukkan bahwa fase eksponensial pada periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada fase tersebut panjang tunas bertambah secara signifikan. Fase linier terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke-33 yang digambarkan dengan pertambahan panjang yang hampir sama pada tiap pengamatan. Fase ln terjadi pada hari ke-33 sampai hari ke-39. Fase linier dan fase ln seolah terlihat tertukar. Periode tunas kedua menunjukkan pola yang tidak terlalu jelas namun tetap sigmoid. Fase ekaponensialnya terjadi pada hari ke-60 sampai hari 63, fase linier pada hari 63 sampai hari 72, dan fase ln pada hari ke-72 sampai hari ke-78.

Kekurangan nutrisi dan ruang yang mengakibatkan persaingan antar tanaman akan menyebabkan pertumbuhan eksponensial tidak daat bertahan lama. Pada tanaman budidaya di lapangan, fase eksponensial mungkin hanya berlangsung beberapa hari terutama pada tegakan yang rapat. Sekali tajuk menutup, laju pertumbuhan menjadi linier sampai terjadi proses penuaan yang akhirnya memperlambat laju tersebut sampai mencapai kondisi mantap (Gardner et al. 2008).

Gambar 4 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pangkas terbuka tengah, Pangkas pagar

Gambar 4 menunjukkan pola pertumbuhan tunas yang dipengaruhi oleh bentuk pemangkasan yang terlihat sebagai pola sigmoid. Periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-39, masa dorman pada hari ke-39 sampai hari ke-60 dan periode tunas kedua pada hari ke-60 sampai hari ke-78. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa perlakuan kontrol memiliki panjang tunas terpanjang sementara bentuk pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar tidak berbeda nyata. Masa dorman tanaman yang dipangkas, baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah, lebih panjang daripada tanaman yang tidak dipangkas. Hal ini menunjukkan bahwa masa tumbuh tunas (satu periode pertumbuhan tunas) tanaman yang dipangkas lebih singkat daripada tanaman yang tidak dipangkas.

Jumlah Daun tiap Tunas

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tiap

(27)

15 tunas kecuali perlakuan tanpa pemangkasan yang berbeda nyata pada periode tunas pertama. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan pengaruh pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan terhadap panjang tunas dan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemangkasan memiliki panjang tunas terpanjang sehingga jumlah daun lebih banyak, namun jumlah daun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada periode tunas kedua karena diduga pada periode kedua tunas-tunas nya memiliki ruas-ruas yang lebih panjang. Sesuai dengan pernyataan Gardner et al. (2008) bahwa tunas-tunas yang panjang pada tanaman muda akan menyebabkan tanaman lebih rimbun sehingga tunas saling menaungi.

Tabel 5 Jumlah daun tiap tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Pangkas terbuka tengah 6.9b 3.6

Pangkas pagar 5.9b 4.5

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi positif dengan panjang tunas. Tunas yang pendek memiliki jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan tunas yang lebih panjang kecuali pada tunas yang memiliki ruas lebih panjang. Tunas yang memiliki ruas lebih panjang kemungkinan besar akan memiliki jumlah daun yang sama dengan tunas yang lebih pendek karena ruas-ruasnya pendek.

Jumlah daun berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis. Daun yang banyak menggambarkan luas permukaan daun yang dapat menangkap cahaya matahari lebih luas walaupun banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti luas daun dan Indeks Luas Daun (ILD). Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang sedikit, namun memiliki keuntungan karena jumlah transpirasi akan sedikit dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas.

(28)

16

Gambar 5 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pemupukan nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N), Pemupukan nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N), x Pemupukan nitrogen di atas standar rekomendasi (30 g N)

Gambar 6 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pangkas terbuka tengah, Pangkas pagar

Pertambahan jumlah daun tiap tunas pada perlakuan bentuk pemangkasan (Gambar 5 dan 6) lebih cepat berhenti daripada pertambahan panjang tunasnya (Gambar 3 dan 4). Pada periode tunas pertama, jumlah daun sudah tidak bertambah pada hari ke-21 sementara tunas terus tumbuh sampai hari ke-39. Hal yang sama terjadi pada periode kedua pertumbuhan tunas. Pertambahan daun berhenti lebih cepat dan daun akan bertambah tua bersamaan dengan pertumbuhan tunas menuju masa dorman. Masa dorman daun sama dengan masa dorman tunas.

Luas Daun

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen (N) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Tidak berpengaruhnya N pada perlakuan pemupukan nitrogen diduga disebabkan oleh hilangnya N dalam tanah akibat pencucian karena curah hujan yang tinggi selama penelitian sehingga penambahan

(29)

17 pupuk N pada perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Menurut Gardner

et al. (2008), penambahan N dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan luas

daun, namun pencucian nitrogen yang terjadi pada lahan pertanaman jeruk selama penelitian menyebabkan N tidak terserap dengan baik oleh tanaman.

Tabel 6 Kehijauan daun dan luas daun jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan setelah perlakuan

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Luas area daun merupakan hal yang yang perlu diketahui untuk mempelajari fotosintesis secara benar. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukan fotosintesis. Perbedaan luas daun secara langsung menyebabkan rasio luas daun per tanaman per luasan permukaan tanah berbeda dalam menerima radiasi matahari sehingga daun yang luas akan mengabsorpsi radiasi lebih banyak dan mentranslokasikan asimilat ke bagian lain (Thamrin et al. 2009). Selain itu, permukaan luar daun yang luas dan datar memungkinkannya menangkap cahaya semaksimal mungkin per satuan volume dan meminimalkan jarak yang harus ditempuh CO2 dari permukaan daun ke kloroplas (Gardner et al. 2008).

Perlakuan pemangkasan bentuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun dengan daun terluas pada perlakuan tanpa pemangkasan. Tanaman yang dipangkas memiliki luas permukaan tajuk yang luas dan hampir semua bagian tanaman mendapat sinar matahari yang terik sementara tanaman yang tidak dipangkas memiliki tajuk yang rimbun sehingga cahaya matahari yang datang akan disaring oleh daun-daun yang bertumpuk. Menurut Gardner et al. (2008), daun tanaman yang kekurangan cahaya cenderung lebih luas tetapi lebih tipis. Selain itu, daun lebih efisien memanfaatkan energi cahaya pada tingkat penyinaran yang rendah karena peningkatan cahaya secara berangsur-angsur menyebabkan fotosintesis juga akan meningkat sampai tingkat kompensasi cahaya (tingkat cahaya pada saat pengambilan CO2 sama dengan pengeluaran CO2). Oleh karena itu, saat sampai pada tingkat cahaya jenuh, peningkatan cahaya tidak akan meningkatkan penyerapan CO2. Tanaman jeruk merupakan tanaman C3 dan tanaman C3 telah mencapai tingkat kejenuhan sebelum cahaya penuh atau terik sehingga akan lebih efisien memanfaatkan cahaya yang tidak terlalu terik. Hal ini menyebabkan daun pada tanaman yang tidak dipangkas lebih sempit atau tidak terlalu lebar.

(30)

18

tanaman yang dipangkas juga akan memiliki tajuk yang agak rimbun namun dengan bentuk tajuk yang teratur. Pemangkasan, baik pangkas pagar maupun terbuka tengah, memberikan pengaruh yang positif terhadap proses fotosintesis tanaman. Menurut Gardner et al. (2008), Tanaman budidaya yang ditanam di tempat yang mendapat radiasi matahari penuh mempunyai stomata pada kedua sisi daunnya, sementara tanaman yang ditanam di tempat teduh (tanaman rimbun), kebanyakan hanya mempunyai stomata pada bagian bawah (abaxial). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang dipangkas (tidak rimbun) akan memiliki jumlah stomata lebih banyak dan hal tersebut berpengaruh positif terhadap fotosintesis.

Kehijauan daun

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kehijauan daun jeruk keprok Borneo Prima. Tingkat kehijauan daun yang diamati berkisar antara 64.7 sampai 67.8 yang berarti kandungan klorofil dalam daun cukup dan tidak kekurangan nitrogen. Menurut Minolta (2014), batas ambang baca klorofil meter adalah 35. Apabila angka baca kurang dari 35, tanaman telah kekurangan nitrogen dan hara lainnya sehingga perlu dipupuk. Hal ini tidak memberikan gambaran hasil pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda dan menunjukkan bahwa jumlah nitrogen dalam tanah dan tanaman sama. Tidak berpengaruhnya perlakuan pemupukan nitrogen ini diduga disebabkan oleh pencucian N karena curah hujan yang tinggi selama penelitian. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Zaman et al. (2005), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pupuk mengalir ke bagian bawah perakaran. Hal ini menyebabkan kandungan N pada top soil tanah diduga sama pada semua tanaman contoh sehingga semua taraf pemupukan N tidak berbeda nyata.

Daun merupakan organ utama yang berfungsi untuk fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi (Gardner et al. 2008). Tinggi rendahnya kandungan klorofil di daun berhubungan dengan kecukupan hara yang diperlukan tanaman (Susanto et al. 2004). Kandungan nutrisi yang terbatas mempengaruhi fotosintesis, terutama dengan cara mempengaruhi peralatan fotosintesis yaitu klorofil. Klorofil mengandung nitrogen dan magnesium. Apabila persediaan nitrogen dan magnesium terbatas, klorofil tidak akan terbentuk (Gardner et al. 2008). Kekurangan besi dan nitogen juga akan menghambat pebentukan korofil daun (Heath 1969). Hijaunya daun disebabkan oleh kandungan korofil dalam daun sehingga semakin banyak jumlah klorofil dalam daun, daun akan semakin hijau. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kehijauan daun menggambarkan kandungan klorofil dalam daun dan selanjutnya dapat menduga kemampuan daun untuk berfotosintesis dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

Pertumbuhan Pohon

Tinggi Tanaman

(31)

19 sehingga semua perlakuan memiliki potensi yang sama untuk memiliki tinggi yang sama karena memiliki tunas-tunas yang tumbuh ke atas. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang dijadikan bahan penelitian memiliki tinggi yang hampir sama saat penanaman. Setelah perlakuan pemangkasan bentuk, tinggi tanaman antar perlakuan berbeda nyata dan pada akhir periode tunas kedua, pemangkasan bentuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman (Tabel 7).

Tabel 7 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan setelah perlakuan

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) a

Pemupukan Nitrogen

Kontrol 82.9

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 85.7

Standar rekomendasi (20 g N) 84.2

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 86.2

Pemangkasan

Kontrol 102.2a

Pangkas terbuka tengah 81.0b

Pangkas pagar 71.0b

Interaksi tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Tanaman jeruk diharapkan memiliki tinggi yang rendah (pendek) sehingga memudahkan dalam perawatan dan pemanenan. Gardner et al. (2008) menjelaskan bahwa pertumbuhan ujung cenderung menghasilkan pertambahan tinggi sementara pertumbuhan lateral menghasilkan pertambahan lebar. Tanaman yang tidak dipangkas pertumbuhannya cenderung mengarah ke atas sehingga tanaman lebih tinggi. Tanaman yang dipangkas dengan model pangkas terbuka tengah memiliki pertumbuhan yang cenderung ke arah samping sehingga tanaman tidak terlalu tinggi, namun lebih lebar yang akan memudahkan pemanenan dan perawatan pada produksi jeruk skala luas. Orientasi pertumbuhan pangkas pagar adalah ke samping dan ke atas, namun pangkas pagar memiliki keunggulan untuk mengurangi jarak tanam pada arah timur-barat sehingga akan memudahkan penanaman di lahan sempit terutama lahan pekarangan.

Jumlah Tunas

(32)

20

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada periode tunas pertama, tanaman yang tidak dipangkas memiliki tunas-tunas baru yang lebih banyak dan berbeda nyata dengan tanaman yang dipangkas. Hal ini disebabkan karena tanaman yang tidak dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih banyak dan kemungkinan besar tunas-tunas baru muncul dari ketiak daun. Jeruk menghasilkan beberapa percabangan dari satu ketiak sehingga akan menghasilkan banyak percabangan. Menurut Gardner et al. (2008), hal tersebut mempengaruhi jumlah tunas pada tanaman yang tidak dipangkas. Pada periode kedua, perlakuan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas yang muncul karena pada periode ini jumlah daun pada tiap tanaman bertambah dan memungkinkan untuk memunculkan tunas-tunas baru dari ketiak daunnya sehingga jumlah tunas pada semua tanaman contoh baik yang dipangkas maupun yang tidak dipangkas tidak berbeda nyata. Tabel 8 Jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode

Pangkas terbuka tengah 37.6b 37.7

Pangkas pagar 32.7b 36.1

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Tunas terdiri atas ruas-ruas dan pada setiap ruas muncul daun sehingga jumlah daun sama dengan jumlah ruas. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa menurut Gardner et al. (2008), jumlah potensial percabangan berhubungan langsung dengan jumlah daun. Hampir setiap daun menghasilkan bakal tunas baru yang akan menjadi percabangan. Jeruk menghasilkan beberapa percabangan dari satu ketiak sehingga akan mengahasilkan banyak percabangan. Oleh karena itu, jumlah daun pada setiap tunas akan menentukan jumlah tunas baru yang akan muncul walaupun tidak semua ketiak daun menghasilkan bakal tunas.

(33)

21 lateralnya. Bagian lateral tumbuh setelah pucuk baru muncul dari kuncup-kuncup di ketiak daun. Pucuk baru juga dapat muncul secara liar dari posisi mana saja dan cenderung mengisi ruang yang tersedia. Hal tersebut menjadi suatu keuntungan dalam produktivitas.

Gambar 7 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pemupukan nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N), Pemupukan nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N), x Pemupukan nitrogen di atas standar rekomendasi (30 g N)

Gambar 8 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Kontrol, Pangkas terbuka tengah, Pangkas pagar

Pertambahan jumlah tunas pada periode tunas pertama telah berhenti pada hari ke-18 sementara tunas masih terus tumbuh sampai hari ke-39 (Gambar 7). Kondisi ini terjadi pada kedua pengaruh perlakuan yaitu perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan. Hal yang sama terjadi pada periode tunas kedua, pertambahan tunas telah berhenti pada hari ke-72 sementara periode tunas kedua masih berlangsung sampai hari ke-78. Pertambahan jumlah tunas (Gambar 7 dan 8) lebih cepat berhenti dibandingkan pertambahan panjang tunas (Gambar 3 dan 4). Tunas muncul serempak pada awal periode pertumbuhan tunas dan berangsur-angsur berhenti pertambahannya kemudian aktivitas pertumbuhan lebih fokus pada

(34)

22

pemanjangan tunas. Pola pertambahan jumlah tunas ini juga mengikuti pola sigmoid pada kedua periode pertumbuhan tunasnya, namun fase eksponensial, fase linier, dan fase ln nya tidak terlihat jelas karena waktunya terlalu singkat sehingga hanya dapat digambarkan dengan pola pertumbuhan sigmoid secara umum.

Panjang Tunas Total tiap Tanaman

Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas total pada kedua periode tumbuh tunas. Penjelasan sebelumnya mengenai jumlah tunas dan panjang tunas menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak berpengaruh nyata dan berkorelasi positif dengan panjang tunas total.

Tabel 9 Panjang tunas total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan

Panjang tunas total pada periode pertumbuhan tunas ke-a (cm)

1 2

Pemupukan Nitrogen

Kontrol 385.49 1084.56

Di bawah standar rekomendasi (10 g N) 355.99 1216.07

Standar rekomendasi (20 g N) 390.14 996.82

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 429.02 1192.80

Pemangkasan

Kontrol 701.33a 1667.82a

Pangkas terbuka tengah 269.75b 8 9152.00b

Pangkas pagar 199.40b 8 0834.00b

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Perlakuan bentuk pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas. Tanaman yang tidak dipangkas nyata lebih tinggi daripada tanaman yang dipangkas. Pengaruh perlakuan bentuk pemangaksan ini berkorelasi positif dengan pengaruh bentuk pemangkasan terhadap jumlah tunas dan panjang tunas. Panjang tunas total suatu tanaman adalah penjumlahan dari semua panjang tunas pada suatu tanaman sehingga dapat menggambarkan kemampuan pertumbuhan suatu tanaman. Tanaman dengan panjang tunas total tinggi diduga mampu memanfaatkan air dan nutrisi yang tersedia dengan baik.

(35)

23

Jumlah Daun Total tiap Tanaman

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah daun pada semua taraf perlakuan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata. Penjelasan sebelumnya mengenai jumlah tunas menunjukkkan bahwa pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata sehingga setiap tanaman dianggap memiliki jumlah tunas yang tidak terlalu berbeda. Hal ini berkorelasi positif dengan jumlah daun yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pemupukan nitrogen pada kedua periode tunas. Hal yang sama terjadi pada perlakuan pemangkasan bentuk. Perlakuan tanpa pemangkasan memiliki jumlah tunas paling banyak pada periode tunas pertama dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada periode tunas kedua, namun jumlah daun berbeda nyata pada kedua periode tunas (Tabel 10). Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh jumlah pertambahan daun. Pertambahan daun dari periode pertama ke periode kedua hampir sama pada semua perlakuan yaitu sebanyak 259 daun.

Tabel 10 Jumlah daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Pangkas terbuka tengah 228.3b 448.4b

Pangkas pagar 197.2b 418.9b

Interaksi tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Jumlah daun dalam kanopi merupakan faktor yang menentukan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh kanopi. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah daun pada suatu tanaman sangat mempengaruhi penerimaan cahaya dan penyerapan cahaya untuk fotosintesis. Jumlah daun ditentukan oleh banyaknya cabang atau tunas sehingga semakin banyak tunas, daun juga akan semakin banyak. Tanaman yang dipangkas tentu memiliki jumlah daun yang lebih sedikit daripada tanaman yang dipangkas akibat pemangkasan, namun penyerapan cahaya akan lebih optimal karena daun tidak terlalu bertumpuk dan transpirasi juga lebih rendah.

Luas Daun Total tiap Tanaman

(36)

24

Perlakuan pemangkasan bentuk berpengaruh nyata terhadap luas daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima (tabel 11). Luas daun total tanaman yang tidak dipangkas (kontrol) nyata paling tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas. Tanaman yang dipangkas akan memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat pemangkasan daripada tanaman yang tidak dipangkas dan hal tersebut sangat mempengaruhi luas daun total suatu tanaman. Luas daun total suatu tanaman menggambarkan kemampuan tanaman tersebut dalam berfotosintesis. Luas daun berkorelasi positif dengan jumlah cahaya yang dapat ditangkap oleh daun yang selanjutnya digunakan dalam proses fotosintesis.

Tabel 11 Luas daun total jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan setelah

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Perbedaan luas daun secara langsung menyebabkan rasio luas daun per tanaman per luasan permukaan tanah berbeda dalam menerima radiasi matahari sehingga daun yang luas mengabsorpsi radiasi terbanyak dan mentranslokaiskan asimilat ke bagian lain (Thamrin et al. 2009). Pada tanaman muda (belum menghasilkan), tanaman yang dipangkas mungkin akan lebih sedikit berfotosintesis karena jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas, namun permukaan kanopi yang terbuka akan memungkinkan cahaya matahari tertangkap oleh semua bagian tajuk tanaman. Tanaman yang dipangkas juga akan lebih efisien dalam memanfaatkan air karena daun yang lebih sedikit akan mengurangi transpirasi.

Indeks Luas Daun (ILD)

Tabel 12 menunjukkan bahwa Perlakuan pemupukan nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap ILD pada periode pertama pertumbuhan tunas, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ILD pada periode pertumbuhan tunas kedua. Perlakuan nitrogen di bawah standar rekomendasi dan sesuai standar rekomendasi memiliki luas daun terendah sehingga nilai ILD juga rendah. ILD sangat ditentukan oleh luas dan jumlah daun. Luas dan jumlah daun menentukan luas tajuk yang akan menutupi tanah.

(37)

25 dibandingkan tanaman yang dipangkas sehingga nilai ILD lebih tinggi. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat pemangkasan sehingga okupasi lahan lebih rendah dan nilai ILD rendah.

ILD adalah suatu parameter kunci untuk mengkaji proses-proses biofisik dari kanopi vegetasi. Watson (1947) memperkenalkan istilah ILD yang merupakan rasio antara luas daun (satu permukaan saja) tanaman budiaya terhadap luas tanah. ILD merupakan ukuran kasar luas daun per satuan radiasi matahari yang tersedia karena radiasi matahari merata ke atas permukaan tanah. Luas daun sangat menentukan ILD yang dihasilkan (Mualim et al. 2009). Perkembangan luas daun akan diikuti dengan peningkatan penyerapan cahaya oleh daun. Pada awalnya luas daun meningkat dengan laju eksponensial, tetapi karena luas daun awalnya kecil, penyerapan cahaya yang berarti belum terjadi selama beberapa minggu pertama sehingga daun yang baru muncul atau masih tumbuh tidak dapat digunakan untuk penghitungan ILD (Gardner et al. 2008).

Tabel 12 Indeks luas daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas

Di bawah standar rekomendasi(10 g N) 0.03b 0.04

Standar rekomendasi (20 g N) 0.03ab 0.04

Di atas standar rekomendasi (30 g N) 0.04a 0.05

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pemangkasan, baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah, dapat mengurangi naungan antar daun dan memperluas permukaan kanopi sehingga penangkapan cahaya akan lebih optimal dan fotosintesis akan semakin efektif.

Keragaan Tanaman

Panjang Tajuk Arah Utara-Selatan dan Timur-Barat

(38)

26

pertumbuhan tunas. Perlakuan kontrol memberikan hasil tertinggi yaitu panjang tunas arah utara-selatan dan arah timur-barat terpanjang pada kedua periode pertumbuhan tunas.

Panjang tajuk yang diharapkan adalah panjang utara-selatan yang lebih panjang dibandingkan panjang arah timur-barat. Kondisi tersebut didapatkan dari perlakuan pangkas pagar yaitu dengan perbandingan panjang utara-selatan dan timur-barat sebesar 1.5 : 1 sehingga tajuk utara-selatan akan lebih panjang 50% dari tajuk timur-barat. Pola panjang tajuk ini dapat mempersempit jarak tanam pada arah timur-barat sehingga populasi dapat ditingkatkan. Panjang arah timur-barat pada perlakuan pangkas pagar menunjukkan penurunan panjang (Tabel 13). Hal ini disebabkan karena pada periode pertama belum dilakukan pangkas pemeliharaan sehingga cabang-cabang yang tidak diinginkan muncul dan terukur sehingga menyebabkan panjang tajuk periode pertama lebih panjang daripada periode kedua yang telah dilakukan pangkas pemeliharaan.

Tabel 13 Panjang tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima menurut arah mata angin (timur-barat dan utara-selatan) pada tiga bulan setelah perlakuan

Pangkas terbuka tengah 41.5b 44.5c 39.4b 43.3b

Pangkas pagar 50.5b 53.8b 35.5b 33.9c

Interaksi tn tn tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Ukuran kanopi tanaman perlu diperhatikan dalam manajemen penanaman jeruk (Zaman et al. 2005). Panjang tajuk mempengaruhi kerapatan tanaman di lapangan. Panjang dan luas permukaan tajuk atau kanopi juga akan mempengaruhi penyerapan cahaya matahari. Penyerapan energi matahari yang efisien oleh permukaan tanaman budidaya membutuhkan luas daun yang cukup, yang terdistribusi merata agar dapat lengkap menutup tanah. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur kerapatan tanaman dan distribusinya di permukaan tanah (Gardner et al. 2008). Kerapatan tanaman dapat diatur dengan pengaturan panjang tajuk. Poduktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh luas permukaan tajuk dan bukan volume tajuk. Artinya, semakin luas bagian tajuk yang terkena sinar matahari maka produksinya akan semakin tinggi (Susanto dan Supriyanto 2005).

(39)

27 dan pada sore hari hari matahari berada di sebelah barat dan menyinari bagian tanaman yang menghadap ke barat. Kondisi tersebut dapat dimaksimalkan melalui pengaturan bentuk tajuk dengan pangkas pagar. Menurut Morales and Davies (2000), temperatur di bagian atas kanopi dengan bentuk ujung rata lebih tinggi daripada kanopi dengan ujung segitiga mengerucut atau tanaman yang tidak dipangkas. Temperatur tersebut menggambarkan luas area yang terpapar cahaya matahari yang berkorelasi positif dengan optimasi tajuk dalam penangkapan cahaya matahari. Kanopi dengan ujung rata didapatkan dari bentuk pangkas terbuka tengah.

Manfaat lain yang didapat dari pemangkasan tanaman adalah meningkatkan persentase dari ukuran buah dan mengurangi persentase buah kecil dan pemangkasan tidak akan menimbulkan terjadinya cacat kecuali kerusakan karena angin yang lebih tinggi pada pohon yang dipangkas daripada yang tidak dipangkas. Pemangkasan juga mengurangi serangan hama dan penyakit karena kanopi terbuka dan terkena sinar matahari, kelembaban tanaman akan rendah dan memudahkan dalam pemeliharaan dan panen (Morales and Davies 2000).

Pengukuran volume kanopi tidak berarti untuk pohon jeruk yang masih muda karena kepadatan kanopi dapat berubah-ubah diantara pohon dengan volume kanopi yang sama. Pengukuran kepadatan kanopi akan mungkin memproduksi sebuah hubungan yang lebih tinggi dengan produksi buah dari tanaman muda (Obreza and Rouse 1993).

Pertambahan Panjang Tajuk Arah Utara-Selatan dan Timur-Barat

Panjang tajuk terus bertambah seiring bertambahnya jumlah tajuk dan panjang tunas. Perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan panjang tajuk (tabel 14). Tabel 14 Pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat jeruk

Pangkas terbuka tengah 6.5 6.9

Pangkas pagar 5.4 6.6

Interaksi tn tn

(40)

28

3 A. Saat pemangkasan

1 2

B. Akhir periode tunas pertama

1 2 3

3 C. Akhir periode tunas kedua

102.2 cm 81 cm 71 cm

1 2

(41)

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum menghasilkan. Penyerapan nitrogen oleh akar tanaman dipengaruhi oleh curah hujan, aplikasi pemupukan, dan pH tanah. Perlakuan bentuk pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman. Pangkas pagar dapat mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman dengan mengoptimalkan penangkapan cahaya matahari pada pagi, siang dan sore hari serta dapat mempersempit jarak tanam sebesar 50% pada arah timur-barat sehingga efektif digunakan pada lahan sempit terutama pekarangan. Pangkas terbuka tengah dapat mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman dengan memperluas daerah penangkapan cahaya matahari pada bagian ujung tajuk dan dapat membentuk tanaman menjadi lebih pendek dan tidak lebar untuk memudahkan pemanenan dan sanitasi tanaman pada produksi jeruk skala luas. Tidak terdapat interaksi antara pemupukan nitrogen dan bentuk pemangkasan pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum menghasilkan.

Saran

Penelitian sebaiknya tidak dilaksanakan pada musim hujan untuk menghindari pencucian pupuk dan hama penyakit. Penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk melihat pengaruh pemupukan nitrogen dan pemangkasan bentuk terhadap bentuk keragaan tanaman sampai tanaman mengakhiri fase vegetatif dan memulai fase generatif serta diperlukan penelitian tentang pengaruh pupuk lainnya terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

DAFTAR PUSTAKA

Alva AK, Paramasivam S, Fares A, Obreza TA, Schumann AW. 2006. Nitrogen best management practice for citrus trees (II. Nitrogen fate, transport, and components of N budget). Scientia Horticulturae. 109(2006):223-233.

Badan Litbang Pertanian . 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (ID). 39 hlm.

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (ID). 2008.

Rekomendasi Pemupukan untuk Tanaman Jeruk.

http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/438.html [diunduh 2013 September 8]. [Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2014. Hasil Analisis Tanah. Bogor (ID):

Gambar

Gambar 1 Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima (tampak
Tabel 2    Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk keprok
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak
Gambar 5   Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan jumlah daun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Seksi Perencanaan Listrik/Air Sirkulasi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan perencanaan pemasangan lampu penerangan jalan, lampu taman dan air sirkulasi ditinjau dari

Setelah melakukan penelitian dan melihat dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa ada pengaruh dan hubungan yang positif antara Pengaruh Etika dalam Bekerja

[r]

Selain itu tesis ini disusun dengan tujuan agar memberikan konstribusi yang positif bagi para akademisi di Fakultas Hukum khususnya dan masyarakat pada umumnya

Seluruh Dosen Fakultas Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah memberikan seluruh ilmu yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi

Kadar kolesterol total tikus kelompok perlakuan setelah intervensi selai kacang dengan substitusi bekatul 30% mengalami penurunan 2.94±8.51 mg/dl namun tidak bermakna

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek jus buah jambu biji dosis 2 g/ 200 g BB tikus/hari sebanyak 3 ml/ tikus yang diberikan secara peroral (p.o) dapat menurunkan kadar

Pertama, bentuk keterlibatan guru dalam layanan perpustakaan sekolah di antaranya memanfaatkan koleksi dan mendampingi siswa dalam jadwal wajib kunjung. Sedangkan Kepala