• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Poverty Spatial Pattrern In Indramayu (Halaman 37-52)

Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data Potensi

Desa (PODES) 2006, pengambilan datanya dilakukan tahun 2005. Data PODES

berisi data tentang keterangan umum desa/kelurahan; kependudukan dan ketenagakerjaan; antisipasi dan kejadian bencana alam; pendidikan dan kesehatan; sosial budaya; rekreasi, hiburan, dan olah raga; angkutan, komunikasi, dan informasi, penggunaan lahan; ekonomi; politik dan keamanan; keterangan aparat desa/kelurahan. Sedangkan peta yang digunakan adalah peta digital Indramayu tahun 2003. Data PODES yang digunakan, disesuaikan dengan kecamatan-kecamatan yang ada pada peta.

Berdasarkan defenisi kemiskinan dari BKKBN, Kabupaten Indramayu memiliki persentase kemiskinan tertinggi dibandingkan kabupaten lain yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Secara keseluruhan persentase kemiskinan di Jawa Barat sebesar 37.5%danKabupaten Indramayu sebesar 64%.

Kabupaten Indramayu memiliki 24 kecamatan dan 310 desa. Peta Indramayu per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 1.

Peta indramayu.shp ANJATAN ARAHAN BALONGAN BANGODUA BONGAS CANTIGI CIKEDUNG GABUSWETAN HAURGEULIS INDRAMAYU JATIBARANG JUNTINYUAT KANDANGHAUR KARANGAMPEL KERTASEMAYA KRANGKENG KROYA LELEA LOHBENER LOSARANG SINDANG SLIYEG SUKRA WIDASARI 20 0 20 40 Miles N E W S PETA INDRAMAYU LAUT JAWA CIREBON SUMEDANG SUBANG

Berdasarkan Gambar 1, Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Kabupaten Subang, Sumedang dan Cirebon. Bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa.

Kabupaten Indramayu memiliki jumlah total keluarga 467,479 keluarga dan jumlah keluarga miskin 299,185 keluarga. Persentase kemiskinan per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Persentase kemiskinan

Berdasarkan Gambar 2, persentase kemiskinan antara 40%-90%. Tiga kecamatan yang memiliki persentase lebih dari 85%, yaitu Kecamatan Krangkeng, Cantigi, dan Arahan. Kecamatan Gabus Wetan merupakan kecamatan yang memiliki persentase relatif terendah.

Peta sebaran kemiskinan per kecamatan, tampak pada Gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang ada dikelompokkan ke dalam 5 kelompok berdasarkan persentase kemiskinannya. Kecamatan-kecamatan yang berada pada tingkatan terendah dan tertinggi sama dengan kesimpulan yang diperoleh dari Gambar 2. Kelompok I merupakan kumpulan desa-desa dengan persentase relatif terendah. Kelompok ini terdiri dari tiga kecamatan dengan persentase kemiskinan 39.39%-43.17%, yaitu : Kecamatan Bongas, Gabus Wetan, dan Losarang. Kelompok II terdiri dari enam kecamatan dengan persentase 43.17%-60.01%, yaitu : Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Jatibarang, Haurgeulis, Anjatan dan Kota Indramayu. Kelompok III terdiri dari tujuh kecamatan dengan persentase 60.01%-68.81%, yaitu : Kecamatan Karangampel, Sindang, Cikedung, Lelea, Lohbener, Bangodua, dan Widasari.

Kelompok IV terdiri dari lima Kecamatan dengan persentase 68.81%-78.91%, yaitu Kecamatan Sliyeg, Sukra, Kertasemaya, Kandanghaur, Kroya.

Persentase Kemiskinan 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 Arah an Can tigi Kran gken g Kroy a Sliy eg Kand angh aur Sukr a Kerta sem aya Sind ang Bang odua Lohb ener Ciked ung Kara ngam pel Wid asar i Lele a Jatib aran g Hau rgeu lis Anja tan Kota Indr amay u Junt inyu at Balo ngan Losa rang Bong as Gab usw etan Kecamatan P e rs ent a s e( % )

Peta indramayu.shp 39.39 - 43.17 43.17 - 60.01 60.01 - 68.81 68.81 - 78.91 78.91 - 89.61 10 0 10 20 Miles N E W S

PETA PERSENTASE KEMISKINAN PER KECAMATAN

KEC.SUKRA KEC.ANJATAN KEC.HAURGEULIS KEC.KANDANGHAUR KEC.KROYA KEC.BONGAS KEC.GABUSWETAN KEC.CANTIGI KEC.ARAHAN KEC.LOSARANG KOTA INDRAMAYU KEC.BALONGAN KEC.JUNTINYUAT KEC.SINDANG KEC.LOHBENER KEC.JATIBARANG KEC.KRANGKENG KEC.KARANGAMPEL KEC.SLIYEG KEC.KERTASEMAYA KEC.CIKEDUNG KEC.LELEA KEC.BANGODUA KEC.WIDASARI LAUT JAWA

Gambar 3 Peta persentase kemiskinan per kecamatan

Kelompok V merupakan kumpulan desa yang memiliki persentase relatif tertinggi. Kelompok ini terdiri dari tiga kecamatan dengan persentase kemiskinan 78.91%-89.61%, yaitu Kecamatan Krangkeng, Cantigi, dan Arahan. Kecamatan yang paling banyak berada pada kelompok III dengan persentase 60.01%-68.81%, hasil ini sesuai dengan rata-rata persentase kemiskinan di Indramayu 64%.

Kantong dan Hotspot Kemiskinan di Indramayu

Metode flexibly memeriksa 310 desa yang terdapat di Kabupaten

Indramayu. Panjang maksimum kantong (K) dibatasi sampai 15 desa yang

berbatasan dan jarak terdekat, termasuk desa awal. Pengujian nyata atau tidak kantong kemiskinan dilakukan dengan teknik simulasi Monte Carlo. Simulasi dilakukan dengan pengulangan 999 kali. Berdasarkan proses tersebut, diperoleh 7 kantong yang nyata pada taraf 1%. Kantong-kantong yang terbentuk, adalah:

1. Kantong I terdiri dari 12 desa, yaitu desa Dukuh jati, Kali Anyar,

Kaplongan, Kedung Wungu, Krangkeng, Luwung Gesik, Purwajaya, Singakerta, Srengseng, Sukamanah, Tanjakan, Tegal Mulya pada Kecamatan Krangkeng dan Karang Ampel.

2. Kantong II terdiri dari 13 desa, yaitu desa Arahan Lor, Cangkring, Cantigi Kulon, Cantigi Wetan, Cidempet, Linggajati, Panyingkiran Kidul,

Panyingkiran Lor, Pranggong, Sindangkerta, Sukadadi, Sukasari, Tawang Sari pada Kecamatan Arahan, Cantigi, Lohbener.

3. Kantong III terdiri dari 10 desa, yaitu desa Jati Mulya, Jati Munggul, Kroya, Mekar Jaya, Plosokerep, Suka Melang, Suka Slamet, Temiyang, Temiyang Sari, Tunjung Kerta pada Kecamatan Cikedung, Kroya, Haurgeulis.

4. Kantong IV terdiri dari 8 desa, yaitu desa Curug, Karang Mulya,

Karanganyar, Parean Girang, Pranti, Soge, Wirakanan, Wirapanjunan pada Kecamatan Kandanghaur.

5. Kantong V terdiri dari 10 desa, yaitu desa Gadingan, Majasari, Mekar Gading, Pilang Sari, Sleman, Sliyeg Lor, Tambi, Tambi Lor, Tenajar, Tenajar Lor pada Kecamatan Sliyeg, Jati Barang, Kertasemaya.

6. Kantong VI terdiri dari 7 desa, yaitu desa Bojong Slawi, Jati Sawit Lor, Legok, Leuwigede, Lobener, Rambatan Kulon, Sindangkerta, Teluk Agung pada Kecamatan Lohbener, Jati Barang, Widasari, dan Kota Indramayu.

7. Kantong VII terdiri dari 10 desa, yaitu desa Bugel, Mekar Sari, Patrol Baru, Patrol Lor, Sukahaji, Sukra, Ujung Gebang, Tegal Taman, Sumuradem, Sumuradem Timur pada Kecamatan Sukra.

Kantong-kantong tersebut disusun berdasarkan nilai Log Likelihood Ratio (LLR), semakin ke bawah maka LLRnya semakin kecil, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Keterangan pada setiap kantong

K JD Pop Case % Harapan RR LLR P-value

I 12 17880 15868 88.75 11443.10 1.39 796.81 0.001 II 13 12715 11637 91.52 8137.56 1.43 684.23 0.001 III 10 20819 16627 79.87 13324.10 1.25 398.36 0.001 IV 8 11239 9661 85.96 7192.92 1.34 392.37 0.001 V 10 12395 10131 81.74 7932.76 1.28 288.11 0.001 VI 7 9598 7829 81.57 6142.69 1.28 217.65 0.001 VII 10 16369 12596 76.95 10476.10 1.20 209.13 0.001

K : Kantong % : Persentase Miskin LLR : Log Likelihood Ratio JD : Jumlah Desa RR : Resiko Relatif

Kantong I memiliki persentase kemiskinan sebesar 88.75% dan nilai harapan 1143.10. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong I sebanyak 1143 keluarga. Dilihat dari nilai Resiko Relatif (RR) maka proporsi keluarga miskin pada

desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.39 kali dari pada desa-desa-desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong II memiliki persentase kemiskinan sebesar 91.52% dan nilai harapan 8137.56. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong II sebanyak 8138 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.43 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong III memiliki persentase kemiskinan sebesar 79.87% dan nilai harapan 13324.10. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong III sebanyak 13324 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.25 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong IV memiliki persentase kemiskinan sebesar 85.96% dan nilai harapan 7192.92. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong IV sebanyak 7193 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.34 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong V memiliki persentase kemiskinan sebesar 81.74% dan nilai harapan 7932.76. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong V sebanyak 7933 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.28 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong VI memiliki persentase kemiskinan sebesar 81.57% dan nilai harapan 6142.69. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong VI sebanyak 6143 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.28 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Kantong VII memiliki persentase kemiskinan sebesar 76.95% dan nilai harapan 10476.10. Nilai harapan tersebut berarti harapan jumlah keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin pada kantong VII sebanyak 10476 keluarga. Dilihat dari nilai RR-nya maka proporsi keluarga miskin pada desa-desa yang berada di dalam kantong lebih besar 1.20 kali dari pada desa-desa di luar kantong tersebut.

Penentuan kantong tidak hanya memperhatikan persentase, tetapi juga jumlah total keluarga. Meskipun kantong II memiliki persentase dan RR lebih tinggi dari kantong I, tetapi jumlah total keluarganya lebih kecil dari kantong I sehingga kantong II berada pada urutan kedua. Kantong I memiliki nilai LLR tertinggi, sehingga kantong ini disebut most likely cluster (MLC). Ketujuh kantong nyata pada taraf yang paling tinggi dibanding kantong-kantong lain, memiliki nilai RR lebih besar dari 1 maka kantong-kantong tersebut disebut

hotspot kemiskinan. Hotspot-hotspot tersebut dapat disajikan dalam peta hotspot

kemiskinan, seperti pada Gambar 4.

Peta indramayu.shp 1 2 3 4 5 6 7 8 10 0 10 20 Miles N E W S

PETA HOTSPOT KEMISKINAN

KOTA INDRAMAYU

LAUT JAWA

CIREBON SUMEDANG

SUBANG

Gambar 4 Peta hotspot kemiskinan

Kantong I berwarna merah, memiliki tingkat kemiskinan tertinggi, hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari Gambar 2 dan 3. Kantong ini berdekatan dengan Kabupaten Cirebon. Kantong II, V, dan VI berdekatan dengan

Kota Indramayu. Ketiga kantong tersebut berdekatan, tetapi hanya kantong II dan VI yang berbatasan langsung karena Kantong V masih dibatasi dengan desa yang tidak masuk ke Kantong V dan VI. Kantong III bewarna coklat, berdekatan dengan Kabupaten Sumedang. Kantong IV berwarna biru, berada diantara Kantong II dan VII. Kantong VII berwarna hijau, berdekatan dengan Kabupaten Subang. Pada Kantong I, II, III, V, VI, dan VII ada desa yang berbatasan dengan kantong tetapi tidak masuk ke dalam kantong tersebut, secara berurutan yaitu : Desa Kapringan, Arahan Kidul, Sumbon, Sliyeg, Lobenerlor, Sukrawetan. Desa-desa tersebut berbatasan dengan kantong, tetapi persentase kemiskinannya lebih kecil dari kantong sehingga desa-desa tersebut tidak dimasukkan ke dalam kantong.

Deskripsi Kantong

Deskripsi kantong dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 1. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian, subsektor tanaman pangan dengan komoditi unggulan tertentu. Komoditi tersebut dipakai sebagian besar penduduk untuk dikonsumsi sendiri dan dijual. Sarana dan prasarana transportasi melalui darat. Jalanan tersebut dapat dilalui kenderaan bermotor roda 4 atau lebih dan sudah memiliki penerangan jalan. Pada semua kantong tidak terdapat telepon umum koin/ kartu, tetapi ada wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel. Fasilitas sekolah yang paling banyak sampai tingkat SD dengan rasio 1.62, yaitu terdapat dua sekolah per 1000 penduduk pada Kantong I, selainnya hanya satu sekolah.

A. Kantong I

Kantong I terdiri dari 12 desa dan berada di luar kawasan hutan. Sebagian besar letak geografisnya berada di dataran, kecuali Desa Luwung Gesik, Kalianyar, Krangkeng, Tanjakan berada di pesisir/ tepi laut. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan dan perikanan darat. Komoditi unggulan padi, padi sawah, dan tambak bandeng. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 63.59% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.32 ha.

Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 198. Pada klaster ini tidak terdapat kawasan dan sentra industri. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, kerajinan dari kayu dan makanan.

Jenis permukaan jalan yang terluas dari aspal/beton dan diperkeras (kerikil/ batu). Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 4.15 km dengan waktu tempuh 8.42 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 28.85 km dengan waktu tempuh 35 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 29.58 km dengan waktu tempuh 35.42 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 17 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 22 keluarga yang berlangganan telepon kabel.

B. Kantong II

Kantong II terdiri dari 13 desa dan berada di luar kawasan hutan. Desa Tenajar dan Sliyeg Lor berada di pesisir/ tepi laut, selainnya berada di dataran. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan. Komoditi unggulan padi dan padi sawah. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 48.45% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.42 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 300. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, makanan.

Jenis permukaan jalan yang terluas dari aspal/beton, diperkeras dengan kerikil/ batu, dan tanah. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 3.69 km dengan waktu tempuh 9.15 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 15.81 km dengan waktu tempuh 20.15 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 58.1 km dengan waktu tempuh 126.15 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 14 unit. Dari setiap 1000 keluarga hanya 4 keluarga yang berlangganan telepon kabel.

C. Kantong III

dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan dan perikanan darat. Komoditi unggulan padi, padi sawah, dan tambak bandeng. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 41.17% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.39 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 243.

Jenis permukaan jalan yang terluas diperkeras dengan kerikil/ batu dan dari aspal/beton. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 4.02 km dengan waktu tempuh 12.5 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 49.75 km dengan waktu tempuh 89.5 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 58.61 km dengan waktu tempuh 116 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 32 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 2 keluarga yang berlangganan telepon kabel. Fasilitas sekolah yang paling banyak sampai tingkat SD dengan rasio 1.08, yaitu hanya ada satu sekolah per 1000 penduduk.

Pada kantong ini tidak terdapat sentra industri, tetapi ada kawasan industri di Desa Jatimunggul. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, kerajinan dari kayu dan makanan.

D. Kantong IV

Kantong IV terdiri dari 8 desa dengan letak geografisnya berada di dataran dan berada di luar kawasan hutan. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan. Komoditi unggulan padi, padi sawah, dan cabe. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 76.23% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.46 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 9. Desa Karanganyar, Wirapanjunan, Pareangirang, Soge merupakan desa-desa yang rawan banjir.

Jenis permukaan jalan yang terluas diperkeras dengan kerikil/ batu. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 4.73 km dengan waktu tempuh 13 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 22.09 km dengan waktu tempuh 48 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota

kabupaten/ kota lain yang terdekat 43.41 km dengan waktu tempuh 97 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 20 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 20 keluarga yang berlangganan telepon kabel. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, makanan dan gerabah/ keramik.

E. Kantong V

Kantong V terdiri dari 10 desa dan berada di luar kawasan hutan. Letak geografisnya berada di dataran. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan dengan komoditi unggulan padi. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 76.26% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.34 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 290.

Jenis permukaan jalan yang terluas diperkeras dengan kerikil/ batu. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 4.73 km dengan waktu tempuh 13 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 22.09 km dengan waktu tempuh 48 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 43.41 km dengan waktu tempuh 97 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 20 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 59 keluarga yang berlangganan telepon kabel. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, makanan, anyaman, kerajinan dari kayu dan kulit.

F. Kantong VI

Kantong VI terdiri dari 7 desa dan berada di luar kawasan hutan. Letak geografisnya berada di dataran. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan. Komoditi unggulan padi dan padi sawah. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 64.93% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.13 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 351.

waktu tempuh 10.86 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 9.61 km dengan waktu tempuh 27 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 64.71 km dengan waktu tempuh 84 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 16 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 13 keluarga yang berlangganan telepon kabel. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, anyaman dan makanan.

G. Kantong VII

Kantong VII terdiri dari 10 desa dan berada di luar kawasan hutan. Desa Sukra, Sumuradem Timur, Patrol Baru, Bugel berada di daratan, selainnya berada di pesisir/ tepi laut. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk dari sektor pertanian dengan subsektor tanaman pangan. Komoditi unggulan padi dan bawang merah. Persentase lahan sawah terhadap luas lahan desa keseluruhan 78.86% dengan kepemilikan lahan per keluarga petani 0.32 ha. Rasio penduduk yang bekerja sebagai buruh tani per 1000 penduduk adalah 241.

Jenis permukaan jalan yang terluas diperkeras dengan kerikil/ batu. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kecamatan 4 km dengan waktu tempuh 19.6 menit. Jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota 50.54 km dengan waktu tempuh 94.5 menit. Sedangkan jarak rata-rata dari desa ke ibukota kabupaten/ kota lain yang terdekat 53.38 km dengan waktu tempuh 97.5 menit. Fasilitas wartel/ kiospon/ warpostel/warparpostel sebanyak 33 unit. Dari setiap 1000 keluarga ada 23 keluarga yang berlangganan telepon kabel. Jenis industri kecil/ kerajinan rumah tangga, makanan dan kerajinan dari kayu.

Correlogram Kemiskinan di Indramayu

Setiap pasangan desa yang terbentuk disusun berdasarkan jarak, mulai dari 0 sampai 67.792 km dengan jarak terdekat 1.111 km. Jarak-jarak tersebut dibagi menjadi 34 kelompok dengan panjang kelompok 2 km. Grafik korelasi terhadap jarak dapat dilihat pada Gambar 5.

Correlogram kemiskinan -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0 2 4 6 8 10 1214 16 18 20 22 24 26 28 3032 34 36 38 4042 44 46 4850 52 54 56 5860 62 64 66 Jarak Ko re la s i

Gambar 5 Correlogram kemiskinan

Menurut gambar di atas, nilai korelasi cenderung menurun ketika jaraknya semakin jauh. Grafik tersebut memotong sumbu-x pada kelompok jarak 13, yaitu pada jarak 24-26 km dengan rata-rata 25.045 km. Nilai korelasi pada gambar tersebut mulai tidak stabil pada jarak 10-12 km karena pada beberapa kelompok nilainya naik turun. Pada jarak 8-28 km, nilai korelasinya hampir sama. Nilai korelasi yang tidak stabil dan hampir sama, akan sulit untuk mengetahui korelasi bernilai nol pada jarak berapa jika hanya melihat gambar, maka dilakukan pengujian nilai korelasi.

Pengujian untuk melihat korelasi tersebut signifikan bernilai nol pada jarak berapa dengan menghitung nilai statistik uji z-nya. Hipotesis yang digunakan :

H0 : r = 0 dan H1 : r≠ 0 pada taraf α = 0.05 wilayah kritis : Z < -1.96 dan Z > 1.96

Pada jarak 5-6 km dengan jarak rata-rata 5.714 km, diperoleh Z = 1.77 E-06. Nilai Z tersebut < 1.96, maka terima H0. Berarti pada jarak 5-6 km, nilai korelasinya signifikan bernilai nol. Pada jarak tesebut, tidak terdapat korelasi antar kemiskinan secara spatial.

Pusat-Pusat Pengentasan Kemiskinan di Indramayu

Tabel 2 menunjukkan kantong-kantong yang terbentuk memiliki jarak

maksimum dan radius yang berbeda. Jika radius dibandingkan dengan jarak pada saat korelasi nol, maka radius pada kantong lebih kecil, kecuali Kantong III.

Tabel 2 Jarak maksimum pada tiap kantong

Kantong Desa Jarak maksimum Radius

Kantong I Purwajaya - Tanjakan 9.165 km 4.582 km

Kantong II Cangkring - Sindangkerta 7.449 km 3.724 km

Kantong III Plosokerep - Suka Slamet 14.429 km 7.215 km

Kantong IV Karang Mulya - Soge 7.837 km 3.919 km

Kantong V Mekar Gading - Pilang Sari 7.091 km 3.546 km

Kantong VI Rambatan Kulon -

Leuwigede

6.762 km 3.381 km

Kantong VII Sukahaji - Sukra 9.945 km 4.973 km

Berdasarkan bentuk dan radius kantong maka pusat pengentasan kemiskinan pada Kantong I : Desa Srengseng, Kantong II : Desa Cidempet, desa-desa tersebut berada di tengah kantong. Kantong III : Desa Tanjungkerta dan Jatimulya, karena radiusnya lebih besar dari jarak correlogram.

Kantong IV : Desa Wirapanjunan, Kantong V : Desa Tambi, desa-desa tersebut berada di tengah kantong. Kantong VI : Desa Bojongslawi dan Teluk Agung, karena bentuk kantong terdiri dari dua kelompok yang dihubungkan oleh satu desa. Kantong VII : Mekarsari, berada di tengah kantong. Desa-desa tersebut ditampilkan pada Gambar 6.

10 0 10 20 Miles

N

E W

S

PUSAT PENGENTASAN KEMISKINAN

Dalam dokumen Poverty Spatial Pattrern In Indramayu (Halaman 37-52)

Dokumen terkait