• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Prosedur Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tanah dari demplot yang sudah diberikan perlakuan lalu dibawa ke Laboratorium Pusrehut Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda untuk menganalisa sifat kimia tanah seperti pH tanah, C-Organik, P2O5, K2O, N-Total, Ratio C/N, KTK.

Tabel 1. Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang batubara

p0 p1 p2 p3

C?Organik 1,2767b 1,8033b 3,6833a 1,6133b W?K? 34,2200a 5,1500c 14,6067b 7,6000c

<?K 40,0133c 73,3100b 72,2933b 83,2267a E ?dŽlAu 0,0967b 1,1400a 0,1700b 0,1600b ZAlsŽ ?E 12,7967b 21,3700a 24,2167a 23,4333a

<d< 4,8367d 34,6300c 49,1233a 40,6867b

a. pH Tanah

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara berpengaruh tidak nyata pada variabel pengamatan pH tanah (lampiran 5.) sehingga tidak dilakukan perhitungan uji lanjut.

b. C Organik

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur C Organik (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

??

Tabel 2. Rata-rata kandungan unsur C Organik pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara.

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,60

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p3. Namun berbeda nyata terhadap p2. Rata-rata kandungan unsur C Organik tertinggi diperoleh pada pelakuan p2 sebesar 3,6833 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur C Organik terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 1,2767 meq/100 g. Kandungan unsur C Organik pada perlakuan p0, p1 dan p3 termasuk rendah sedangkan kandungan C Organik pada perlakuan p2 termasuk tinggi berdasarkan tabel kriteria sifat kimia tanah Hardjowigeno (2010) lampiran 4.

c. P2O5

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur P2O5 (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 3. Rata-rata kandungan unsur P2O5 pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 2,75

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, danp3. P1 berbeda tidak nyata terhadap p3, namun berbeda nyata terhadap p2. Rata-rata kandungan unsur P2O5

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 1,2767b 1,8033b 3,6833a 1,6133b

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 34,2200a 5,1500c 14,6067b 7,6000c

??

tertinggi diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 34,2200 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur P2O5 terendah diperoleh pada perlakuan p1 sebesar 5,1500 meq/100 g. Kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p0 termasuk tinggi sedangkan kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p1 dan p3 termasuk sangat rendah serta pada perlakuan p2 termasuk rendah berdasarkan lampiran 4.

d. K2O

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur K2O (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 4. Rata-rata kandungan unsur K2O pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4, 08

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda tidak nyata terhadap p2, namun berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata kandungan unsur K2O tertinggi diperoleh pada pelakuan p3 sebesar 83,2267 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur K2O terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 40,0133 meq/100 g. Kandungan unsur K2O pada perlakuan p0 termasuk sedang dan kandungan unsur K2O pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4.

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 40,0133c 73,3100b 72,2933b 83,2267a

??

e. N Total

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur N Total (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 5. Rata-rata kandungan unsur N Total pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,15

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda nyata terhadap p2 dan p3, namun p2 berbeda tidak nyata terhadap p3. Rata-rata kandungan unsur N tertinggi diperoleh pada pelakuan p1 sebesar 1,1400 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur N terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 0,0967 meq/100 g. Kandungan unsur N pada perlakuan p0 termasuk sangat rendah sedangkan kandungan unsur N pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk rendah berdasarkan lampiran 4.

f. Ratio C/N

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan Ratio C/N (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 0,0967b 1,1400a 0,1700b 0,1600b

??

Tabel 6. Rata-rata kandungan unsur Ratio C/N pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4,23

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang sangat nyata antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p2 dan p3, namun p1 berbeda tidak nyata terhadap p2 dan p3, demikian juga antara p2 dan p3. Ratio C/N tertinggi diperoleh pada p2 dengan rata-rata sebesar 24,2167 meq/100 g sedangkan ratio C/N terendah diperoleh perlakuan p0 dengan rata-rata ratio C/N 12,7967 meq/100 . Kandungan unsur C/N pada perlakuan p0 termasuk sedang dan kandungan unsur C/N pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4 ..

g. KTK

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan Unsur KTK (lampiran 5), sehingga dilakukan uj i lanjut DMRT 5%.

Tabel 7. Rata-rata kandungan unsur KTK pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 4,8367d 34,6300c 49,1233a 40,6867b Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 1,62

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2 dan p3. Perlakuan p1 berbeda nyata terhadap p2 dan p3, serta p2 berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata nilai tertinggi unsur KTK diperoleh pada perlakuan p2 yaitu 49,1233 meq/

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 12,7967b 21,3700a 24,2167a 23,4333a

??

100 g dan rata-rata nilai terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 4,8367 meq/ 100 g. Kandungan unsur KTK pada perlakuan p0 termasuk sangat rendah dan kandungan unsur KTK pada perlakuan p1 termasuk tinggi serta perlakuan p2 dan p3 termasuk sangat tinggi berdasarkan lampiran 4.

B. PEMBAHASAN a. pH Tanah

Perlakuan reklamasi lahan dengan menggunakan tumbuhan LCC (p1), perlakuan pemberian jamur Trichoderma (p2) dan menggunakan tumbuhan LCC+Trichoderma (p3) berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan pH tanah yaitu pada kisaran pH 4 dan pH ini bersifat asam sesuai lampiran 4, hal ini diduga karena pengaruh kemasaman tanah terhadap tanaman cukup besar baik secara langsung terhadap tingkat toleransi suatu tanaman ataupun terhadap perubahan kimiawi tanah, unsur-unsur hara, dan aktivitas biologi tanah. Menurut Agus et. al (2014) untuk meningkatkan pH tanah menjadi netral memerlukan waktu yang lama sekitar 5 tahun apabila menggunakan suatu vegetasi, sedangkan penelitian ini hanya dilaksanakan selama 8 bulan sehingga tidak ada perubahan yang nyata pada pengamatan pH.

Kemasaman tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah.

Nilai pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit tanaman,

??

dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke atmosfir oleh mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).

b. C Organik

Kesuburan tanah sangat bergantung pada kandungan bahan organik dalam tanah. Ukuran kesuburan tanah dapat diukur melalui kadar bahan organik dalam tanah atau disebut kadar C Organik. Bahan organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang berasal dari organisme hidup, dimana ditemukan sebagai bahan penyusun tanah.

Bahan organik merupakan jaringan tanaman, hewan atau jasad renik yang telah mati dan sebagian telah mengalami perombakan, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.

Nilai C-organik pada perlakuan reklamasi lahan dengan menggunakan LCC (p1) 1,8033%, dan menggunakan tumbuhan LCC+jamur Trichoderma (p3) sebesar 1,6133% berbeda sangat nyata terhadap perlakuan pemberian jamur Trichoderma (p2) sebesar 3,6833% dan kandungan C-organik tanah pada perlakuan p0, p1 dan p3 termasuk rendah sedangkan pada perlakuan p2 termasuk sedang sesuai lampiran 4. Hal ini diduga karena secara umum fungi atau jamur mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara umum mendominasi (hidup) dalam ekosistem tanah.

Sesuai pendapat Sari et al. (2010) peningkatan C-organik pada tanah setelah perlakuan diduga sebagai hasil aktivitas dari mirkoorganisme. Secara biologis organisme tanah baik mikro maupun

??

makro dapat mengubah sisa tumbuhan atau hewan yang mati menjadii senyawa organik sederhana.

c. Nitrogen

Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman. Bahan organik merupakan sumber N utama di dalam tanah. Kadar N tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan dosis pemupukan Urea. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.

Kadar N total tanah di daerah penelitian tergolong sangat rendah. Dari hasil uji lanjut dapat terlihat bahwa perlakuan p1(LCC) berbeda nyata dengan perlakuan p0, p2, dan p3. Hal ini disebabkan pemberian LCC ke lahan bekas Tambang dapat memberi pengaruh meningkatkan kadar N total di dalam tanah. Dimana LCC merupakan tanaman yang banyak mengandung unsur N sehingga jika diberikan ke tanah maka akan memperbaiki unsur hara tanah yaitu menambah unsur N Total dalam tanah. Selain itu LCC memiliki bintil akar yang bisa mengikat N dari udara. Unsur N tergolong unsur esensial bagi tanaman.

Perilaku unsur ini sangat labil di dalam larutan tanah oleh proses pencucian sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.

Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari

??

N udara, pupuk, air hujan (Hardjowigeno, 2010). Rendahnya nilai unsur N pada perlakuan P3 diduga karena N pada LCC digunakan Trichoderma untuk kegiatannya. Sesuai pendapat Pelczar (1986), Beberapa mikroorganisme menggunakan nitrogen atmosferik dan yang lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa nitrogen.

d. P2O5

Informasi kadar P2O5 sangat penting, dikarenakan Phospat dalam bentuk ini merupakan phospat yang tersedia dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman. Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan unsur hara P secara cukup untuk pertumbuhannya.

Unsur P dianalisis dengan metoda Bray I tergolong sangat rendah untuk semua perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan p0 berbeda nyata dengan p1, p2, dan p3, sedangkan perlakuan p1 tidak berbeda nyata dengan p3. Penurunan nilai P pada perlakuan p1, p2, dan p3 diduga semakin berkurangnya unsur P di dalam tanah karena diserap oleh tanaman LCC untuk kebutuhannya Suhariyono dan Menry (2005), demikian juga dengan jamur Trichoderma memanfaatkan unsur P untuk kebutuhan hidup dan

perkembangannya. Unsur P yang mudah larut akan diambil oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya Novizan (2002).

Unsur P biasanya dalam bentuk ion ortophosphat (H2PO4- dan HPO42-) yang merupakan jenis paling tersedia untuk tanaman sehingga

??

keberadaan unsur P berkurang setelah diberi perlakuan baik LCC maupun Trichoderma.

e. K2O

Unsur K2O dalam tanah mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan p0 berbeda nyata dengan p1, p2, dan p3 sedangkan perlakuan p1 dan p2 tidak berbeda nyata. Peningkatan unsur K dalam tanah diduga disebabkan dari perlakuan yang diberikan ke tanah, ketiga perlakuan baik LCC, Trichoderma, maupun LCC+Trichoderma semuanya dapat memperbaiki

unsur K tanah sehingga unsur K mengalami peningkatan.

Sumber utama unsur K di dalam tanah adalah berasal dari bahan-bahan mineral, dapat dalam keadaan bebas/tersedia, kurang tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman. Namun biasanya unsur ini di dalam tanah selalu dalam keadaan seimbang, karena kalium yang diserap tanaman akan dapat diganti oleh kalium yang semula tidak tersedia menjadi tersedia Chaubey et al,. (2002)..

Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah.

Di daerah penelitian kadar kalium tersedia tergolong tinggi yaitu 35,16 meq/100g. Oleh karena sifat unsur K berantagonisme dengan unsur-unsur Ca, Mg, dan Na, maka keseimbangan unsur-unsur tersebut perlu dijaga mengingat hara K di dalam tanah sangat mudah hilang tercuci atau larut karena erosi (Foth, 1995).

??

Selain menambah unsur N di dalam tanah LCC dapat meningkatkan hara K di dalam tanah, ha ini berdasarkan pendapat Tejoyuwono (1970) dalam Reksohadiprojo (1994) bahwa LCC khususnya Calopogonium mucunoides (CM) dapat meningkatkan hara dalam tanah dibandingkan dengan jenis lain seperti Calopogonium carreuleum (CC) dan Centrosema pubescens (CP).

f. Rasio C/N

Rasio C/N berfungsi untuk mengatur apakah bahan organik dalam kondisi cepat hancur atau sulit hancur. Bahan organik dapat berbentuk halus dan kasar. Bahan organik halus mempunyai kadar N tinggi dengan C/N rasio rendah, sedangkan bahan organik kasar mempunyai N rendah dengan C/N rasio tinggi. Faktor yang mempengaruhi pengancuran bahan organik antara lain suhu, kelembaban, tata udara tanah, pengolahan tanah, pH dan jenis bahan organik.

Rasio C/N tanah di lokasi studi 12,7967 nilai ini tergolong sedang. Pemberian perlakuan dapat meningkatkan rasio C/N menjadi 24,2167 (trichoderma) tergolong sangat tinggi, 21,3700 (LCC) tergolong sangat tinggi dan 23,4333 (trichoderma+LCC) tergolong sangat tinggi.

Rasio C/N: 12-14 adalah merupakan nilai tengah, artinya kandungan bahan organiknya cukup baik apabila digunakan sebagai bahan pendukung pertumbuhan tanaman. Nilai kurang dari 11 artinya bahan organiknya sudah sangat melapuk dalam tanah dan sebaiknya ditambahkan bahan yang mengandung organik, seperti kompos atau kotoran ternak. Sedang nilai diatas 15 berarti bahwa bahan organik

??

belum terdekomposisi sehingga perlu waktu untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Sudaryono, 2009). Disamping itu untuk pertumbuhannya fungi membutuhkan karbon dan nitrogen.

Mikroorganisme heterotrof, seperti halnya fungi mensyaratkan senyawa organik sebagai sumber karbon (Pelczar, 1986). Rasio C/N tinggi merupakan petunjuk kekurangan nitrogen di dalam tanah.

Mikroorganisme tanah merupakan agen pertama penghancuran bahan organik dan memerlukan makanan tertentu. Satu masalah timbul apabila kandungan nitrogen dari perombakan bahan organik kecil, sebab mikroorganisme akan bersaing dengan tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan nitrogen yang tersedia di tanah. Kandungan karbon bahan organik relatif konstan, antara 40 sampai 50 persen, sementara kandungan nitrogen bervariasi. Rasio C/N merupakan cara untuk menunjukkan gambaran kandungan nitrogen (Foth, 1995).

g. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Menurut Sudaryono (2009) Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.

Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks serapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah atau berpasir. KTK tanah menggambarkan kation -kation

??

tanah seperti kation Ca, Mg, Na dan K dapat ditukarkan dan diserap oleh perakaran tanaman.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di daerah penelitian mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan, dan tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa perlakuan p0 berbeda nyata dengan perlakuan p1, p2, dan p3. Peningkatan nilai KTK ini disebabkan dari semua perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang dapat memperbaiki kondisi tanah terutama dapat memperbaiki sifat kimia tanah dengan peningkatan nilai kation-kation tanah sehingga nilai KTK tanah bekas Tambang dapat diperbaiki. KTK tanah yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan tanah mengabsorpsi kation adalah rendah. Hal ini sangat menentukan tingkat kesuburan tanah dan tingkat respon tanah terhadap pemberian pupuk. Semakin tinggi KTK tanah semakin respon terhadap pemupukan. Untuk meningkatkan KTK tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik ke dalam tanah. Dalam penelitian ini KTK tanah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan ke lahan seperti tanaman LCC, jamur Trichoderma serta kombinasi LCC + Trichoderma semua bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah lahan bekas Tambang dan terbukti dengan peningkatan nilai KTK tanah. Konsentrasi kation hidrogen menentukan besarnya KTK tergantung-muatan dan dengan demikian akan mempengaruhi aktivitas semua kation tukar (Soemarno, 2010).

Dokumen terkait