• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA

TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

Oleh :

ARDIANSYAH NIM.130500083

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

2016

(2)

PENGGUNAAN LEGUME COVER CROP DAN JAMUR TRICHODERMA Sp. UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA

TANAH PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

Oleh :

ARDIANSYAH NIM.130500083

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Penggunaan Legume Cover Crop dan Jamur Trichoderma Sp. untuk Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara

Nama : Ardiansyah

NIM : 130500083

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan : Manajemen Perkebunan

/ X O

Penguji I,

F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut, MP NIP. 197707232003122002

Penguji II,

Rossy Mirasari, SP, MP NIP. 197806242005012002 Pembimbing,

Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001

Menyetujui,

Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001

Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen

Pertanian

Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003

(4)

RIWAYAT HIDUP

Ardiansyah lahir pada tanggal 6 Desember 1995 di Desa Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahrani dan Ibu Rukayah.

Tahun 2001 memulai Pendidikan Sekolah Dasar Swasta SD Muhammadiyah 003 Desa Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur lulus pada tahun 2007, melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Swasta Muhammadiyah 004 Desa Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang lulus tahun 2010 dan melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SPP-SPMAN Samarinda dengan Program Perkebunan Sempaja Samarinda Kalimantan Timur lulus tahun 2013.

Tahun 2013 memulai Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Selama dalam pendidikan pernah mengikuti program Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei 2016 di PT. Sentosa Kalimantan Jaya Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan Timur.

(5)

ABSTRAK

ARDIANSYAH. Penggunaan Legume Cover Crop dan Jamur Trichoderma Sp,

Untuk Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara

(di bawah bimbingan NUR HIDAYAT).

Kegiatan pertambangan batubara menimbulkan kerusakan ekosistem.

seperti rusaknya keadaan struktur, kimia, dan biologi tanah. Apabila tidak dilaksanakan tindakan penanggulangan, maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia tanah yang rusak akibat tambang batubara dengan menggunakan tanaman LCC dan jamur Trichoderma. Penelitian dilakukan di lokasi tambang batubara Kecamatan Palaran Samarinda. Perlakuan terdiri dari pemberian LCC (P1), pemberian Trichoderma (P2) dan pemberian LCC+Trichoderma (P3) selama 8 bulan.

Penelitian ini untuk mengetahui perbaikan unsur Kimia Tanah (N, P, K, pH,C/N, C-Organik, KTK) yang diuji di Laboratorium Pusrehut Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda.

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa terjadi peningkatan unsur pada tanah yang diberi perlakuan LCC (p1) yaitu unsur N, K2O, Ratio C/N dan KTK.

Perlakuan dengan pemberian Trichoderma (p2) meningkatakan C-Organik Tanah, Unsur K2O, Ratio C/N dan KTK. Perlakuan dengan pemberian LCC dan Trichoderma (p3) meningktakan unsur K2O, Ratio C/N dan KTK.

Kata Kunci : Lahan Tambang Batubara, Legume Cover Crop,Trichoderma.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing dan selaku ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

2. Bapak F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen penguji I.

3. Ibu Ros sy Mirasari, SP, MP selaku dosen penguji II.

4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

5. Para staff pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis selama ini baik materi dan moril.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, namun semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Penulis,

Kampus Sei Keledang...

/ s

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kegiatan Pertambangan dan Aspek Lingkungan ... 4

B. Reklamasai Lahan Bekas Tambang 7

C. Tinjauan Umum Tanaman LCC 10

D. Tinjauan Umum Trichoderma ... 13

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Prosedur Penelitian... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 18

B. Pembahasan... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAK A ... 32

LAMPIRAN ... 35

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh Perlakuan

Reklamasi yang diberikan ke Lahan Bekas Tambang Batubara ... 18 2. Tabel Rata-rata kandungan unsur C Organik pada Perlakuan

Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 19

3. Tabel Rata-rata kandungan unsur P2O5 pada Perlakuan Reklamasi

di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 19 4. Tabel Rata-rata kandungan unsur K2O pada Perlakuan

Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 20 5. Tabel Rata-rata kandungan unsur N Total pada Perlakuan

Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 21 6. Tabel Rata-rata kandungan unsur Ratio C/N pada Perlakuan

Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 22 7. Tabel Rata-rata kandungan unsur KTK pada Perlakuan

Reklamasi di Lahan Bekas Tambang Batubara ... 22

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lay Out Penelitian ... 36

2. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 37

3. Hasil Analisa Sifat Kimia Tanah ... 45

4. Kriteria Sifat Kimia Tanah ... 46

5. Tabel Anova Sifat Kimia Tanah ... 47

(10)

?

I. PENDAHULUAN

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.

Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan Negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam.

Oleh sebab itu, sumber daya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini maupun generasi yang akan dat ang (Arif, 2007).

Kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya ekosistem, sehingga tidak dapat lagi menjalankan fungsinya se cara optimal, seperti perlindungan tanah, tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Dikutip dari Harian Kompas 1 April 2011 bahwa, saat ini untuk wilayah Kalimantan Timur terdapat tidak kurang dari 1.302 izin tambang batubara. Untuk wilayah Samarinda khususnya sudah 72% wilayah Samarinda yang totalnya 718 km persegi atau 718.000 hektar merupakan lahan izin penambangan batubara dan dari 72% tersebut, 40%

diantaranya sudah dan sedang ditambang.

Kegiatan penambangan bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti lapisan tanah tidak berprofil, terjadi pemadatan, kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran. Oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah. Upaya pelestarian lingkungan perlu dilakukan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

(11)

?

Penggunaan LCC merupakan salah satu cara yang tepat untuk memperbaiki atau menjaga kesuburan tanah dengan menekan gulma yang ada, mengurangi laju erosi, serta meningkatkan ketersediaan karbon dan nitrogen dalam tanah (Barthes, 2004). Pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan jenis tanaman pioner sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan. Tanaman penutup yang baik adalah tanaman yang memiliki kriteria mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri ataupun fungi yang menguntungkan, menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok serta tidak melilit (Ambodo, 2008).

Trichoderma merupakan salah satu agen antagonis cendawan yang

berfungsi mengganggu kehidupan suatu organisme pengganggu tumbuhan, khususnya penyakit tular tanah (Soil born), sehingga organisme pengganggu tumbuhan tersebut dapat dihambat atau ditekan. Selain itu jamur Trichoderma berperan sebagai akti vator bagi mikroorganisme lain di dalam tanah serta stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya (Embriani, 2015).

Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan reklamasi lahan bekas tambang yang rusak dan miskin unsur hara dengan penanaman LCC dan jamur Trichoderma untuk memperbaiki sifat kimia tanahnya.

Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memperbaiki sifat kimia tanah lahan yang rus ak akibat pertambangan batubara sehingga meningkatkan produktifitas lahan, selain itu juga dapat memberikan

(12)

?

informasi ke pemerhati lingkungan dan pemerhati dunia pertanian bahwa tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat memperbaiki sifat kimia tanah lahan bekas tambang batubara.

(13)

?

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegiatan Penambangan dan Aspek Lingkungan

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat resiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan yang besar, sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap awal sampai pasca tambang.

Pada saat membuka tambang, sudah harus dipahami bagaimana menutup tambang (Arif, 2007).

Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari program terakhir tambang yang mengacu pada penataan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Salah satu kegiatan akhir tambang yaitu reklamasi, yang merupakan upaya penataan kembali daerah bekas tambang agar bisa menjadi daerah bermanfaat dan berdaya guna. Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi lingkungan awal.

Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hinggga kedalaman ratusan meter bahkan sampai ribuan meter walaupun sistem gali timbun (back filling) diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar seperti danau (Herlina, 2004).

Pada prinsipnya kawasan atau sumber daya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam yang stabil terhadap erosi, selain itu juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang

(14)

?

memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bantang alam sekitarnya (Suprapto, 2006).

1. Lahan Bekas Tambang Sebagai Ekosistem Rusak

Menurut Jordan (1985) dalam Rahmawaty (2002), bahwa kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti perlindungan tanah, tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan.

Intensitas gangguan ekosistem dikategorikan menjadi tiga, yaitu : a. Ringan, apabila struktur dasar suatu ekosistem tidak terganggu,

sebagai contoh jika sebatang pohon besar mati atau kemudian roboh yang menyebabkan pohon lain rusak, atau penebangan kayu yang dilakukan secara selektif dan hati-hati.

b. Menengah, apabila struktur hutannya rusak berat/hancur, namun produktivitas tanahnya tidak menurun, misalnya penebangan hutan primer untuk ditanami jenis tanaman lain seperti kopi, coklat, palawija dan lain-lainnya.

c. Berat, apabila struktur hutan rusak berat/hancur dan produktifitas tanahnya menurun, contohnya terjadi aliran larva dari gunung berapi,

(15)

?

penggunaan peralatan berat untuk membersihkan hutan, termasuk dalam hal ini akibat kegiatan pertambangan.

2. Degradasi Lahan Akibat Penambangan Batubara

Menurut Anonim (2006), penambangan batubara secara terbuka diawali dengan menebas vegetasi penutup tanah, mengupas tanah lapisan atas yang relatif subur kemudian menimbun kembali areal bekas penambangan. Cara ini berpotensi menimbulkan kerusakan lahan, antara lain terjadinya perubahan sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk yang produktivitasnya rendah, timbulnya lahan masam dan garam-garam yang dapat meracuni tanaman, rusaknya bentang alam, serta terjadinya erosi dan sedimentasi. Perubahan sifat tanah terjadi karena dalam proses penambangan batubara, bahan-bahan non batubara yang jumlahnya 3-6 kali jumlah batubara yang diperoleh perlu dibongkar dan dipindahkan.

Tanah hasil bongkaran tersebut, yaitu tanah terlalu padat, struktur tidak mantap, aerasi dan drainase buruk, serta lambat meresap air. Dalam proses penimbunan, lapisan tanah menjadi tercampur aduk. Tidak jarang bahan induk berada di lapisan atas dan lapisan subur yang berada di bawah. Bahan induk yang berada di lapisan teratas dapat menjadi masalah karena bahan tersebut miskin unsur hara.

Masalah lain adalah timbulnya tanah masam, pirit (FeS2), jarosit, dan epsonit bila teroksidasi menyebabkan pH tanah menjadi masam (4- 5), bahkan pada areal timbunan yang baru, pH tanah sangat masam (2,6- 3,6). Kandungan garam-garam sulfat yang tinggi seperti MgSO4, CaSO4, dan AlSO4, dapat menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Pada musim kemarau, garam-garam ini akan muncul ke permukaan tanah

(16)

??

sebagai kerak putih. Perubahan bentang alam juga dapat mengganggu keseimbangan alam. Penambangan batubara secara terbuka akan memunculkan lubang-lubang galian yang sangat dalam dan luas. Tanah yang dibongkar kemudian dipindahkan ke areal tertentu. Sering terjadi lahan yang sebelumnya bukit setelah tanahnya dibongkar berubah menjadi lembah, atau lahan yang sebelumnya lembah lalu ditimbun menjadi bukit. Hal ini menyebabkan stabilitas lingkungan berubah dan tanah mudah longsor. Pada tanah timbunan yang dibiarkan terbuka sering terjadi erosi yang hebat karena air yang jatuh cepat mengalir di permukaan tanah. Erosi selanjutnya menimbulkan masalah sedimentasi di badan-badan air (Anonim, 2006).

B. Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah, revegetasi, dan pengaturan drainase. Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, juga dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan, dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan.

1. Rekonstruksi Tanah

Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk. Pada kegiatan ini,

(17)

??

lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu. Pengembalian bahan galian ke asalnya diupayakan mendekati keadaan aslinya. Ketebalan penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi tanah pucuk. Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk teras, selain untuk menjaga kestabilan lereng, diperuntukan juga bagi penempatan tanaman revegetasi.

2. Revegetasi

Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah.

Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroorganisme.

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi setempat.

(18)

??

Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra- tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk. Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam merestorasi lahan bekas tambang (Rahmawaty, 2002).

3. Pengaturan Drainase

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim dalam jangka panjang, curah hujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek. Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang (Rahmawat y, 2002).

C. Tinjauan Umum Tanaman Legume Cover Crop (LCC)

Menurut Purwanto. (2011) bahwa tanaman LCC atau leguminoseae adalah tanaman polong-polongan dengan sistem perakaran yang mampu

(19)

??

bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Berdasarkan sifat pertumbuhannya, tanaman legume dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu legume menjalar, legume perdu, dan legume pohon. Sebagai tanaman rehabilitasi lahan legume memiliki beberapa faktor pendukung antara lain:

cepat tumbuh hingga banyak menghasilkan bahan organik dan pupuk hijau, banyak mengandung nitrogen (N) hingga menghasilkan hijauan makanan ternak dan menghasilkan makanan yang dapat diolah. Sementara sebagai tanaman penguat teras, tanaman legume harus mampu menghasilkan bahan organik, menghasilkan kayu bakar serta dalam pertumbuhannya tidak mengganggu pertumbuhan dan produktifitas tanaman utama.

Menurut Ahmad. dkk (1990) bahwa beberapa jenis tanaman legume yang berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah sudah lama dikenal oleh sebagian petani kita. Jenis-jenis tanaman legume yang biasa digunakan antara lain adalah munggur, trembesi, orok-orok, lamtoro, dan daun dadap. Pemberian dilakukan dengan cara menyebarkan daun tanaman legum tersebut pada permukaan lahan sebelum pengolahan tanah pertama, namun demikian selama ini baik petani maupun praktisi pertanian sering mengalami kesulitan untuk mendiskripsikan suatu jenis tanaman berdasarkan kondisi sebarannya di lapangan.

Beberapa jenis tanaman legume yang termasuk dalam kelompok tanaman legume menjalar adalah :

1. Calopogonium carreuleum (CC)

Calopogonium carreuleum adalah kelompok legume atau polong- polongan yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara

(20)

??

dengan bantuan bakteri rhizobium yang terdapat dalam bintil akarnya.

Tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah, dan bisa merambat ke atas pada tanaman yang tumbuh didekatnya. Tanaman CC selama ini banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah diantara tanaman karet, kelapa, dan kelapa sawit. Disamping itu dapat berfungsi pula sebagai sumber pakan ternak, tanaman penghasil pupuk hijau dan bahan organik, serta penekan pertumbuhan alang-alang.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman karet disertai dengan penanaman CC sebagai penutup tanah mampu meningkatkan hasil getah karet 15% lebih tinggi dibandingkan bila penutup tanahnya berupa rumput biasa. Bahan organik atau hijauan segar yang mampu dihasilkan dari penanaman CC diantara tanaman karet adalah sebesar 6 ton per 5 bulan. Sementara kemampuannya mengikat N adalah sebesar 173 kg N per ha per 6 bulan.

2. Calopogonium mucunoides (CM)

Legume ini berasal dari Amerika Latin Tropik, masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada tanaman karet muda, kopi dan kelapa. Tanaman CM tergolong tanaman legume perenial (berumur lebih dari satu tahun), tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah dan bisa membelit ke kiri dan keatas tanaman yang tumbuh didekatnya. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pionir untuk merehabilitasi lahan yang telah mengalami degradasi karena erosi. Sebagai penutup tanah, tanaman ini mampu mencapai ketebalan sekitar 40-60 cm tergantung tingkat kesuburan

(21)

??

tanahnya. Kemampuan produksi hijauan segar mencapai 25 ton per ha per tahun pada tanah berpasir.

Banyaknya akar yang tumbuh pada ruas-ruas tanaman meningkatkan kemampuan akar-akar tersebut untuk memegang tanah, sehingga tanah dapat bertahan dan tidak terhanyut oleh aliran permukaan. Selain itu, juga dapat menambah bahan organik tanah.

Selama ini, CM banyak digunakan sebagai tanaman penyubur tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet, maupun lahan bekas tanaman ubi kayu. Hasil analisis kandungan hara CM menunjukkan persentase kandungan hara K yang lebih besar dibandingkan legum CC dan CP. Kandungan protein cukup tinggi pada batang dan daun.

Buahnya cukup baik untuk makanan ternak seperti kambing dan sapi.

3. Centrosoma pubescens (CP)

Tanaman legume ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah atau bisa membelit ke kiri atas pada tanaman lain yang tumbuh di dekatnya. Tanaman CP berguna sebagai tanaman penutup lahan, tanaman ini pencegah erosi, tanaman pupuk hijau dan tanaman sumber pakan ternak. Penanaman CP di perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menekan pertumbuhan alang-alang maupun gulma serta meningkatkan kesuburan tanah. Manfaat lain adalah sebagai tanaman penguat teras, ditanam pada bibir teras. Daunnya disukai oleh ternak.

Kemampuan produksi hijauan tertinggi dicapai pada umur 5-6 bulan, yaitu sebesar 15-18 ton per ha. Sementara kemampuan fiksasi nitrogen dari udara sebesar 75-100 kg N per ha per tahun. Kandungan nitrogen (N) dalam daun CP ternyata lebih tinggi dibandingkan daun CC

(22)

??

maupun CM. Legume ini dapat digunakan pula sebagai tanaman sela diantara musim tanam padi karena disamping tahan akan kekeringan juga dapat meningkatkan bahan organik tanah (Tejoyuwono, 1970 dalam Reksohadiprojo, 1994).

D. Tinjauan Umum Jamur Trichoderma Sp.

Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Klasifikasi jamur Trichoderma sebagai berikut menurut Katriani (2013) :

Divisi : Deuteromycota Kelas : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Famili : Moniliaceae Genus : Trichoderma sp.

Pada umumnya jamur Trichoderma sp. hidup ditanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp. yang optimum membutuhkan media dengan pH 4-5.

Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-90%.

Trichoderma sp merupakan mikroorganisme fungsional yang dikenal

luas sebagai pupuk biologis tanah. Biakan jamur Trichoderma diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Trichoderma sp mempunyai kemampuan

(23)

??

untuk mendekomposisi seresah yang sulit terurai seperti tanaman Akasia (Acacia mangium) (Widyaastuti, 1999 dalam Mahardiansyah, 2007).

Trichoderma merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Trichoderma sp. berrfungsi untuk memecah bahan -bahan organik seperti N yang terdapat dalam senyawa kompeks dengan demikian Nitrogen ini akan dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Beberapa keuntungan dan keunggulan Trichoderma yang lain adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia lantaran tidak menimbulkan residu kimia berbahaya di dalam tanah ( Anonim, 2002).

Pemanfaatan Trichoderma sebagai mikroorganisme potensial yang bersifat antagonis. Trichoderma ialah jamur asli tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur patogen dan jika diberikan ke tanah dapat memperbaiki sifat kimia tanah(Lilik et al., 2010 dalam Ismail-Tenrirawe, 2010).

(24)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi tambang batubara Kecamatan Palaran Samarinda (meliputi : pelaksanaan survei tanah, pengambilan sampel tanah, demplot, serta pemberian perlakuan), dan di Laboratorium Pusrehut (Pusat Rehabilitasi Hutan) Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda (meliputi : analisis kimia tanah sebelum dan sesudah pemberian perlakuan).

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama 8 (delapan) bulan dimulai pada Mei 2015 sampai Desember 2015.

B. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, timbangan, parang, cangkul, meteran, alat tulis kantor, ember, kantung plastik hitam, tali rafia dan kamera.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih LCC jenis Calopogonium mucunoides 5 kg, air, jamur Trichoderma, Atonik, furadan

3G, pupuk kandang dan dedak.

C. Prosedur Penelitian

1. Survei lahan ke lokasi tambang.

Tahap kegiatan survei lahan ke lokasi tambang dengan tujuan untuk mengetahui lokasi tempat penelitian berlangsung dan melihat keadaan alam serta lingkungannya sehingga memudahkan dalam kegiatan pelaksanaan penelitian.

2. Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah tambang bekas batubara diambil secara acak dengan menggunakan cangkul sebanyak 3 kg kemudian dimasukkan ke

(25)

??

dalam plastik. Sampel tanah kemudian dibawa ke laboratorium ilmu tanah untuk dianalisis kimia tanah (unsur hara makro dan mikro). Tanpa perlakuan (p0) sampel diambil pada awal pengamatan sedangkan perlakuan p1, p2 dan p3 sampel tanah diambil setelah perlakuan.

3. Persiapan perlakuan

Trichoderma, pupuk kandang dan dedak dicampur rata dengan

perbandingan 1 : 2 : 1 (30 kg Trichoderma : 75 kg pupuk kandang : 30 kg dedak) lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik hitam. Pembuatan konsentrasi larutan Atonik dengan perbandingan 1 ml atonik : 1 l air, kemudian masukkan LCC ke dalam ember dan diamkan selama 1 jam.

4. Pembuatan demplot penelitian

Pembuatan demplot penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan ukuran 10 m x 5 m = 50 m2 sebanyak 3 demplot yang akan diberi perlakuan (P1) tanaman LCC, (P2) jamur Trichoderma, dan (P3) Tanaman LCC + jamur Trichoderma. Demplot dipersiapkan terlebih dahulu guna memudahkan dalam pemberian perlakuan, dengan cara membuat batas/tanda untuk masing-masing perlakuan.

5. Pengolahan tanah dan pemberian perlakuan

Lahan bekas tambang batubara yang sudah dibuat demplot kemudian tanah diolah dengan cara digemburkan dengan cangkul, setelah itu masing-masing demplot ditanami LCC dan jamur Trichoderma sesuai dengan perlakuan. Penanaman LCC dengan cara

dibuat tugal agar benih tidak hanyut pada saat hujan lebat turun. Lama pemberian perlakuan selama 6 bulan dengan cara LCC dicacah dan ditaburkan ditanah kemudian dibiarkan menjadi kompos selama 2 bulan.

(26)

??

6. Pengamatan variabel

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu sifat kimia tanah khusunya pH, C-Organik, N, P2O5, K2O, C/N, KTK sebelum dan sesudah perlakuan. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji korelasi menggunakan program SPSS.

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tanah dari demplot yang sudah diberikan perlakuan lalu dibawa ke Laboratorium Pusrehut Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda untuk menganalisa sifat kimia tanah seperti pH tanah, C-Organik, P2O5, K2O, N- Total, Ratio C/N, KTK.

Tabel 1. Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang batubara

p0 p1 p2 p3

C?Organik 1,2767b 1,8033b 3,6833a 1,6133b W?K? 34,2200a 5,1500c 14,6067b 7,6000c

<?K 40,0133c 73,3100b 72,2933b 83,2267a E ?dŽlAu 0,0967b 1,1400a 0,1700b 0,1600b ZAlsŽ ?E 12,7967b 21,3700a 24,2167a 23,4333a

<d< 4,8367d 34,6300c 49,1233a 40,6867b

a. pH Tanah

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara berpengaruh tidak nyata pada variabel pengamatan pH tanah (lampiran 5.) sehingga tidak dilakukan perhitungan uji lanjut.

b. C Organik

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur C Organik (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

(28)

??

Tabel 2. Rata-rata kandungan unsur C Organik pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara.

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,60

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p3. Namun berbeda nyata terhadap p2. Rata-rata kandungan unsur C Organik tertinggi diperoleh pada pelakuan p2 sebesar 3,6833 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur C Organik terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 1,2767 meq/100 g. Kandungan unsur C Organik pada perlakuan p0, p1 dan p3 termasuk rendah sedangkan kandungan C Organik pada perlakuan p2 termasuk tinggi berdasarkan tabel kriteria sifat kimia tanah Hardjowigeno (2010) lampiran 4.

c. P2O5

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur P2O5 (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 3. Rata-rata kandungan unsur P2O5 pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 2,75

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, danp3. P1 berbeda tidak nyata terhadap p3, namun berbeda nyata terhadap p2. Rata-rata kandungan unsur P2O5

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 1,2767b 1,8033b 3,6833a 1,6133b

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 34,2200a 5,1500c 14,6067b 7,6000c

(29)

??

tertinggi diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 34,2200 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur P2O5 terendah diperoleh pada perlakuan p1 sebesar 5,1500 meq/100 g. Kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p0 termasuk tinggi sedangkan kandungan unsur P2O5 pada perlakuan p1 dan p3 termasuk sangat rendah serta pada perlakuan p2 termasuk rendah berdasarkan lampiran 4.

d. K2O

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur K2O (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 4. Rata-rata kandungan unsur K2O pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4, 08

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda tidak nyata terhadap p2, namun berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata kandungan unsur K2O tertinggi diperoleh pada pelakuan p3 sebesar 83,2267 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur K2O terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 40,0133 meq/100 g. Kandungan unsur K2O pada perlakuan p0 termasuk sedang dan kandungan unsur K2O pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4.

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 40,0133c 73,3100b 72,2933b 83,2267a

(30)

??

e. N Total

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan unsur N Total (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

Tabel 5. Rata-rata kandungan unsur N Total pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 0,15

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2, dan p3. P1 berbeda nyata terhadap p2 dan p3, namun p2 berbeda tidak nyata terhadap p3. Rata-rata kandungan unsur N tertinggi diperoleh pada pelakuan p1 sebesar 1,1400 meq/100 g dan rata-rata kandungan unsur N terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 0,0967 meq/100 g. Kandungan unsur N pada perlakuan p0 termasuk sangat rendah sedangkan kandungan unsur N pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk rendah berdasarkan lampiran 4.

f. Ratio C/N

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan Ratio C/N (lampiran 5), sehingga dilakukan uji lanjut DMRT 5%.

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 0,0967b 1,1400a 0,1700b 0,1600b

(31)

??

Tabel 6. Rata-rata kandungan unsur Ratio C/N pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 4,23

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang sangat nyata antar perlakuan p0 terhadap p1 dan p2 dan p3, namun p1 berbeda tidak nyata terhadap p2 dan p3, demikian juga antara p2 dan p3. Ratio C/N tertinggi diperoleh pada p2 dengan rata-rata sebesar 24,2167 meq/100 g sedangkan ratio C/N terendah diperoleh perlakuan p0 dengan rata-rata ratio C/N 12,7967 meq/100 . Kandungan unsur C/N pada perlakuan p0 termasuk sedang dan kandungan unsur C/N pada perlakuan p1, p2 dan p3 termasuk tinggi berdasarkan lampiran 4 ..

g. KTK

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian Reklamasi (P) pada lahan bekas tambang batubara memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan Unsur KTK (lampiran 5), sehingga dilakukan uj i lanjut DMRT 5%.

Tabel 7. Rata-rata kandungan unsur KTK pada perlakuan Reklamasi di lahan bekas tambang Batubara

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 4,8367d 34,6300c 49,1233a 40,6867b Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf alpha 5% UJI BNT (T) = 1,62

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan p0 terhadap p1, p2 dan p3. Perlakuan p1 berbeda nyata terhadap p2 dan p3, serta p2 berbeda nyata terhadap p3. Rata-rata nilai tertinggi unsur KTK diperoleh pada perlakuan p2 yaitu 49,1233 meq/

p0 p1 p2 p3

Rata-rata 12,7967b 21,3700a 24,2167a 23,4333a

(32)

??

100 g dan rata-rata nilai terendah diperoleh pada perlakuan p0 sebesar 4,8367 meq/ 100 g. Kandungan unsur KTK pada perlakuan p0 termasuk sangat rendah dan kandungan unsur KTK pada perlakuan p1 termasuk tinggi serta perlakuan p2 dan p3 termasuk sangat tinggi berdasarkan lampiran 4.

B. PEMBAHASAN a. pH Tanah

Perlakuan reklamasi lahan dengan menggunakan tumbuhan LCC (p1), perlakuan pemberian jamur Trichoderma (p2) dan menggunakan tumbuhan LCC+Trichoderma (p3) berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan pH tanah yaitu pada kisaran pH 4 dan pH ini bersifat asam sesuai lampiran 4, hal ini diduga karena pengaruh kemasaman tanah terhadap tanaman cukup besar baik secara langsung terhadap tingkat toleransi suatu tanaman ataupun terhadap perubahan kimiawi tanah, unsur-unsur hara, dan aktivitas biologi tanah. Menurut Agus et. al (2014) untuk meningkatkan pH tanah menjadi netral memerlukan waktu yang lama sekitar 5 tahun apabila menggunakan suatu vegetasi, sedangkan penelitian ini hanya dilaksanakan selama 8 bulan sehingga tidak ada perubahan yang nyata pada pengamatan pH.

Kemasaman tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah.

Nilai pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit tanaman,

(33)

??

dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke atmosfir oleh mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).

b. C Organik

Kesuburan tanah sangat bergantung pada kandungan bahan organik dalam tanah. Ukuran kesuburan tanah dapat diukur melalui kadar bahan organik dalam tanah atau disebut kadar C Organik. Bahan organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang berasal dari organisme hidup, dimana ditemukan sebagai bahan penyusun tanah.

Bahan organik merupakan jaringan tanaman, hewan atau jasad renik yang telah mati dan sebagian telah mengalami perombakan, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.

Nilai C-organik pada perlakuan reklamasi lahan dengan menggunakan LCC (p1) 1,8033%, dan menggunakan tumbuhan LCC+jamur Trichoderma (p3) sebesar 1,6133% berbeda sangat nyata terhadap perlakuan pemberian jamur Trichoderma (p2) sebesar 3,6833% dan kandungan C-organik tanah pada perlakuan p0, p1 dan p3 termasuk rendah sedangkan pada perlakuan p2 termasuk sedang sesuai lampiran 4. Hal ini diduga karena secara umum fungi atau jamur mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara umum mendominasi (hidup) dalam ekosistem tanah.

Sesuai pendapat Sari et al. (2010) peningkatan C-organik pada tanah setelah perlakuan diduga sebagai hasil aktivitas dari mirkoorganisme. Secara biologis organisme tanah baik mikro maupun

(34)

??

makro dapat mengubah sisa tumbuhan atau hewan yang mati menjadii senyawa organik sederhana.

c. Nitrogen

Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman. Bahan organik merupakan sumber N utama di dalam tanah. Kadar N tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan dosis pemupukan Urea. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.

Kadar N total tanah di daerah penelitian tergolong sangat rendah. Dari hasil uji lanjut dapat terlihat bahwa perlakuan p1(LCC) berbeda nyata dengan perlakuan p0, p2, dan p3. Hal ini disebabkan pemberian LCC ke lahan bekas Tambang dapat memberi pengaruh meningkatkan kadar N total di dalam tanah. Dimana LCC merupakan tanaman yang banyak mengandung unsur N sehingga jika diberikan ke tanah maka akan memperbaiki unsur hara tanah yaitu menambah unsur N Total dalam tanah. Selain itu LCC memiliki bintil akar yang bisa mengikat N dari udara. Unsur N tergolong unsur esensial bagi tanaman.

Perilaku unsur ini sangat labil di dalam larutan tanah oleh proses pencucian sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.

Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari

(35)

??

N udara, pupuk, air hujan (Hardjowigeno, 2010). Rendahnya nilai unsur N pada perlakuan P3 diduga karena N pada LCC digunakan Trichoderma untuk kegiatannya. Sesuai pendapat Pelczar (1986), Beberapa mikroorganisme menggunakan nitrogen atmosferik dan yang lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa nitrogen.

d. P2O5

Informasi kadar P2O5 sangat penting, dikarenakan Phospat dalam bentuk ini merupakan phospat yang tersedia dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman. Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan unsur hara P secara cukup untuk pertumbuhannya.

Unsur P dianalisis dengan metoda Bray I tergolong sangat rendah untuk semua perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan p0 berbeda nyata dengan p1, p2, dan p3, sedangkan perlakuan p1 tidak berbeda nyata dengan p3. Penurunan nilai P pada perlakuan p1, p2, dan p3 diduga semakin berkurangnya unsur P di dalam tanah karena diserap oleh tanaman LCC untuk kebutuhannya Suhariyono dan Menry (2005), demikian juga dengan jamur Trichoderma memanfaatkan unsur P untuk kebutuhan hidup dan

perkembangannya. Unsur P yang mudah larut akan diambil oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya Novizan (2002).

Unsur P biasanya dalam bentuk ion ortophosphat (H2PO4- dan HPO42-) yang merupakan jenis paling tersedia untuk tanaman sehingga

(36)

??

keberadaan unsur P berkurang setelah diberi perlakuan baik LCC maupun Trichoderma.

e. K2O

Unsur K2O dalam tanah mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan p0 berbeda nyata dengan p1, p2, dan p3 sedangkan perlakuan p1 dan p2 tidak berbeda nyata. Peningkatan unsur K dalam tanah diduga disebabkan dari perlakuan yang diberikan ke tanah, ketiga perlakuan baik LCC, Trichoderma, maupun LCC+Trichoderma semuanya dapat memperbaiki

unsur K tanah sehingga unsur K mengalami peningkatan.

Sumber utama unsur K di dalam tanah adalah berasal dari bahan-bahan mineral, dapat dalam keadaan bebas/tersedia, kurang tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman. Namun biasanya unsur ini di dalam tanah selalu dalam keadaan seimbang, karena kalium yang diserap tanaman akan dapat diganti oleh kalium yang semula tidak tersedia menjadi tersedia Chaubey et al,. (2002)..

Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral- mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah.

Di daerah penelitian kadar kalium tersedia tergolong tinggi yaitu 35,16 meq/100g. Oleh karena sifat unsur K berantagonisme dengan unsur-unsur Ca, Mg, dan Na, maka keseimbangan unsur-unsur tersebut perlu dijaga mengingat hara K di dalam tanah sangat mudah hilang tercuci atau larut karena erosi (Foth, 1995).

(37)

??

Selain menambah unsur N di dalam tanah LCC dapat meningkatkan hara K di dalam tanah, ha ini berdasarkan pendapat Tejoyuwono (1970) dalam Reksohadiprojo (1994) bahwa LCC khususnya Calopogonium mucunoides (CM) dapat meningkatkan hara dalam tanah dibandingkan dengan jenis lain seperti Calopogonium carreuleum (CC) dan Centrosema pubescens (CP).

f. Rasio C/N

Rasio C/N berfungsi untuk mengatur apakah bahan organik dalam kondisi cepat hancur atau sulit hancur. Bahan organik dapat berbentuk halus dan kasar. Bahan organik halus mempunyai kadar N tinggi dengan C/N rasio rendah, sedangkan bahan organik kasar mempunyai N rendah dengan C/N rasio tinggi. Faktor yang mempengaruhi pengancuran bahan organik antara lain suhu, kelembaban, tata udara tanah, pengolahan tanah, pH dan jenis bahan organik.

Rasio C/N tanah di lokasi studi 12,7967 nilai ini tergolong sedang. Pemberian perlakuan dapat meningkatkan rasio C/N menjadi 24,2167 (trichoderma) tergolong sangat tinggi, 21,3700 (LCC) tergolong sangat tinggi dan 23,4333 (trichoderma+LCC) tergolong sangat tinggi.

Rasio C/N: 12-14 adalah merupakan nilai tengah, artinya kandungan bahan organiknya cukup baik apabila digunakan sebagai bahan pendukung pertumbuhan tanaman. Nilai kurang dari 11 artinya bahan organiknya sudah sangat melapuk dalam tanah dan sebaiknya ditambahkan bahan yang mengandung organik, seperti kompos atau kotoran ternak. Sedang nilai diatas 15 berarti bahwa bahan organik

(38)

??

belum terdekomposisi sehingga perlu waktu untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Sudaryono, 2009). Disamping itu untuk pertumbuhannya fungi membutuhkan karbon dan nitrogen.

Mikroorganisme heterotrof, seperti halnya fungi mensyaratkan senyawa organik sebagai sumber karbon (Pelczar, 1986). Rasio C/N tinggi merupakan petunjuk kekurangan nitrogen di dalam tanah.

Mikroorganisme tanah merupakan agen pertama penghancuran bahan organik dan memerlukan makanan tertentu. Satu masalah timbul apabila kandungan nitrogen dari perombakan bahan organik kecil, sebab mikroorganisme akan bersaing dengan tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan nitrogen yang tersedia di tanah. Kandungan karbon bahan organik relatif konstan, antara 40 sampai 50 persen, sementara kandungan nitrogen bervariasi. Rasio C/N merupakan cara untuk menunjukkan gambaran kandungan nitrogen (Foth, 1995).

g. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Menurut Sudaryono (2009) Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.

Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks serapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah- tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah atau berpasir. KTK tanah menggambarkan kation -kation

(39)

??

tanah seperti kation Ca, Mg, Na dan K dapat ditukarkan dan diserap oleh perakaran tanaman.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di daerah penelitian mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan, dan tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa perlakuan p0 berbeda nyata dengan perlakuan p1, p2, dan p3. Peningkatan nilai KTK ini disebabkan dari semua perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang dapat memperbaiki kondisi tanah terutama dapat memperbaiki sifat kimia tanah dengan peningkatan nilai kation-kation tanah sehingga nilai KTK tanah bekas Tambang dapat diperbaiki. KTK tanah yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan tanah mengabsorpsi kation adalah rendah. Hal ini sangat menentukan tingkat kesuburan tanah dan tingkat respon tanah terhadap pemberian pupuk. Semakin tinggi KTK tanah semakin respon terhadap pemupukan. Untuk meningkatkan KTK tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik ke dalam tanah. Dalam penelitian ini KTK tanah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan ke lahan seperti tanaman LCC, jamur Trichoderma serta kombinasi LCC + Trichoderma semua bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah lahan bekas Tambang dan terbukti dengan peningkatan nilai KTK tanah. Konsentrasi kation hidrogen menentukan besarnya KTK tergantung-muatan dan dengan demikian akan mempengaruhi aktivitas semua kation tukar (Soemarno, 2010).

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat kimia tanah lahan bekas tambag batubara seperti :

1. Pemberian tanaman LCC dapat memperbaiki unsur kimia tanah yaitu unsur N, K2O, C/N dan KTK.

2. Pemberian jamur Trichoderma dapat memperbaiki unsur kimia tanah yaitu C-Organik, K2O, Ration C/N dan KTK.

3. Pemberian tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat memperbaiki unsur kimia tanah yaitu unsur K2O, Ratio C/N dan KTK.

4. Unsur P2O5 pada seluruh perlakuan mengalami penurunan, dikarenakan unsur P2O5 digunakan oleh LCC dalam proses pertumbuhannya serta dimanfaatkan oleh Trichoderma sebagai bahan makanannya.

B. Saran

Tanaman LCC dan jamur Trichoderma dapat di gunakan untuk memperbaiki sifat kimia tanah lahan bekas tambang batubara. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menganalisa sifat fisik dan biologis tanah.

(41)

??

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. R, dkk. 1990 . Hasil Hijauan Legum, Panen Tanaman Pangan, dan Pembentukan Teras Dalam Sistem Pertanaman Lorong. Dalam : Risalah Pe mbahasan Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah. Proyek penyelamatan Hutan dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Anonim. 2002. Pedoman Penerapan Agen Hayati Dalam Pengendalian OPT Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.

Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta. 49 hal.

Anonim. 2006. Bisakah Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Pengembangan Pertanian? Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No.2. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Arif I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Ambodo. A.P. 2008. Rehabilitasi Pasca Tambang Sebagai Inti dari Rencana Penutupan tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan Pasca Penutupan Tambang. Pusdi Reklatam.

Bogor.

Agus C., Eka P., Dewi W., Haryono S., Saridi, Dody H. 2014. Peran Revegetasi Terhadap Restorasi Tanah Pada Lahan Rehabilitasi Tambang Batubara Di Daerah Tropika. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol. 21 No. 1

Barthes, B., A. Azontonde., E. Blanchart., G. Girardin., R. Oliver. 2004 . Effect of legume cover crop (Mucuna pruriens var Utilis ) on soil carbon in an ultisol undermaize cultivation in Southren Benin, Soil Use Manag.

20:231-239

Chaubey OP, Bohre P, dan Singhal PK. 2002. Impact of Bio-reclamation of Coal Mine Spoil on Nutritional and Microbial Characteristics - A Case Study. State Forest Research Institute dan Rani Durgawati University, Jabalpur. India

Embriani. 2015. Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah.

BBPPTP, Surabaya.

Foth, H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Purbayanti, E., Lukiwati, D.W., Mulatsih, R.T., UGM Press. Yogyakarta. 762.

Herlina. 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tambang, Reklamasi 100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin.

(42)

??

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Iskandar. 2012. Morfologi Tanah. Universitas Gorontalo. Gorontalo.

Kompas. 2011. Presiden Harus Stop Ijin Pertambangan.

http://regional.kompas.com (1 April 2011)

Katriani. 2013. Analisis Morfofisiologi dan Hasil Jagung Yang Diaplikasikan Trichoderma Spp dan NPK Pada Lahan Kering. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ismail N. & Tenrirawe A. 2010. Potensi Agens Hayati Trihoderma spp. Sebagai Agens Pengendali Hayati. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, Mendukung Program Pembangunan Pertanian Provinsi Sulawesi Utara. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.

Purwanto. I, 2011. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius Yogyakarta.

Rahardjo. 2000. Pengaruh Macam Sumber Bahan Organik dan Pupuk Ure Tablet terhadap Karakteristik Kimiawi Tanah. Mapeta ISSN-1411-2817.

Kediri

Rahmawaty. 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi , Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Reksohadiprojo. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.

Yogyakarta: BPFE.

Sari, P.K. dkk. 2010. Perbaikan Lahan Bekas Tambang Batubara dengan Teknologi Probiotik (genus aspergillus) di Kecamatan Cempaka, Kodya Banjarbaru. Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru PKMT-2-12-1

Setiawan IA. 2003. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soemarno. 2010. Kesediaan Unsur Hara dalam Tanah. Jakarta. 15

Suhariyono, G dan Menry, 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur Dalam Tanah Di Berbagai Lokasi Dengan Menggunakan Xrf. Puslitbang Teknologi Maju BATAN Jogjakarta.

Suprapto SJ. 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 no.2.

(43)

??

Sudaryono. 2009. Tingkat Keuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Peneliti Pusat Teknologi Badan Lingkungan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta

(44)

LAMPIRAN

(45)

36

Lampiran 1. Lay Out Penelitian

U

Keterangan :

Luas masing-masing petak 10 x 5 m P1 = LCC

P2 = Trichoderma P3 = trichoderma + LCC

P3

P2

P1

(46)

37

Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Penelitian

Gambar 1. Persiapan Pembuatan Campuran Trichoderma

Gambar 2. Pencampuran Dedak, Pupuk Kandang dan Trichoderma

(47)

38

Gambar 3. Trichoderma siap aplikasi

Gambar 4. Persiapan Lahan

(48)

39

Gambar 5. Pembuatan batas demplot

Gambar 6. Pengerjaan lahan

(49)

40

Gambar 7. Aplikasi Trichoderma dan LCC di lapangan

Gambar 8. Lahan diberi perlakuan Trichoderma

(50)

41

Gambar 9. Lahan diberi perlakuan LCC

Gambar 9. Lahan diberi perlakuan Trichoderma + LCC

(51)

42

Gambar 10. Tumbuhan LCC

(52)

43

Gambar 11. Tumbuhan LCC umur 3 bulan

Gambar 12. Tumbuhan LCC umur 3 bulan

(53)

44

Gambar 13. LCC yang dipangkas dan dibiarkan di lahan

Gambar 14. LCC yang dipangkas dan dibiarkan di lahan

(54)

45

Lampiran 3. Tabel Hasil Analisa Sifat Kimia Tanah Tabel 1. Hasil Analisa Awal

Tabel 2. LCC

Tabel 3. Trichoderma Sp.

No Parameter Metode Satuan Hasil Analisa

Tanah 1 Tanah 2 Tanah 3

1 pH Electrode - 4,45 4,24 4,45

2 C. organik Walkley and

Black % 1,65 0,82 1,65

3 P2O5 Spectronic ppm 35,09 36,52 35,09

4 K2O AAS ppm 35,16 42,2 35,16

5 N total Kjeladahi % 0,17 0,1 0,17

6 Ratio C/N Hitung % 13,89 11,86 13,89

7 KTK Hitung Meq/100gr 4,95 5,1 4,95

No Parameter Metode Satuan Hasil Analisa

LCC 1 LCC 2 LCC 3

1 pH Electrode - 4,33 4,47 4,32

2 C. organik Walkley and Black % 1,88 1,74 1,79

3 P2O5 Spectronic ppm 5,04 5,23 5,18

4 K2O AAS ppm 72,14 73,89 73,9

5 N total Kjeladahi % 1,02 1,15 1,25

6 Ratio C/N Hitung % 25,18 26,34 26,34

7 KTK Hitung Meq/100gr 35,12 34,36 34,41

No Parameter Metode Satuan Hasil Analisa

Trichoderma 1

Trichoderma 2

Trichoderma 3

1 pH Electrode - 4,44 4,31 4,52

2 C. organic Walkley and Black % 4,12 3,75 3,18

3 P2O5 Spectronic ppm 15,23 14,28 14,31

4 K2O AAS ppm 72,33 72,13 72,42

5 N total Kjeladahi % 0,13 0,21 0,17

6 Ratio C/N Hitung % 20,12 24,1 22,03

7 KTK Hitung Meq/100gr 49,87 50,22 47,28

(55)

46

Tabel 4. LCC + Trichoderma Sp.

Lampiran 4. Kriteria Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi C -Organik (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00 Nitrogen (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75

C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25

P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60

P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35

P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 - 60 > 60

K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60

KTK (me/100g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40

Susunan Kation :

K (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 >1,0

Na (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 >1,0

Mg (me/100g) < 0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0

Ca (me/100g) < 0,2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20

Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70

Kejenuhan Aluminium (%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60

Sangat

Masam Masam Agak

Masam Netral Agak Alkalis Alkalis

pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5

aSumber : Hardjowigeno (2010)

No Parameter Metode Satuan Hasil Analisa

LCC + Tri 1 LCC +Tri 2 LCC + Tri 3

1 pH Electrode - 4,35 4,57 4,35

2 C. organik Walkley and Black % 1,6 1,6 1,64

3 P2O5 Spectronic Ppm 7,96 7,13 7,71

4 K2O AAS Ppm 83,12 83,44 83,12

5 N total Kjeladahi % 0,13 0,23 0,12

6 Ratio C/N Hitung % 13,22 13,24 13,21

7 KTK Hitung Meq/100gr 40,38 40,91 40,77

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata kandungan semua unsur pada seluruh                    perlakuan yang diberikan ke lahan bekas tambang                    batubara p0  p1  p2  p3  C?Organik 1,2767b  1,8033b  3,6833a  1,6133b  W ? K ? 34,2200a  5,1500c  14,6067b  7,6000c
Gambar 1. Persiapan Pembuatan Campuran Trichoderma
Gambar 3. Trichoderma siap aplikasi
Gambar 5. Pembuatan batas demplot
+7

Referensi

Dokumen terkait

Traffic shaping dapat dilakukan dengan menerapkan Hierarchical Token Bucket (HTB), kelebihan traffic shaping menggunakan metode HTB yaitu dapat membatasi traffic

Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dari masyarakat sekitar akan mengalami mobilitas sosial vertikal.. Masyarakat akan memberikan kedudukan tertentu di

BPRS Al Salaam Amal Salman cabang Warung Jambu Bogor, melakukan promosi yang sangat gencar karena melihat tahun 2007 jumlah nasabah terus meningkat dan

Sistem akuntansipengeluarankasadalahserangkaian kegiatan bisnis dalam pemrosesan data yang meliputi pengeluaran cek untuk melunasi hutang berhubungan dengan pembelian

Skripsi Misleni (2199014) dengan judul &#34;Studi Analisis Terhadap Pendapat Ibn Hazm Tentang Kewajiban Memberi Nafkah Kepada kerabat&#34; , Mahasiswa Fakultas

Menurut Robiah (1993), seorang tokoh pengurusan yang bernama Peter Drucker, berpendapat bahawa pemimpin organisasi yang hanya menghabiskan 25 peratus daripada masanya untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perluasan investasi jasa pengujian peralatan makan dari keramik berglasir untuk alat makan dan minum berkualifikasi BSN sesuai dengan SNI

Penelitian ini merupakan upaya penerapan media kartu gambar dalam rangka peningkatan hasil belajar materi rukun wudhu di MI Darussalam Ngepreh Sayung Demak. Kajiannya