• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. 1. Kultur Jaringan Tanaman Tebu

4.1.1. Sterilisasi dan Penanaman Eksplan

Eksplan yang ditanam pada media MS yang ditambah 3 mg/L 2,4-D dalam kondisi gelap menghasilkan kalus yang kompak, embriogenik, berwarna putih dan kuning (Gambar 2). 2,4-D yang ditambahkan pada media mampu untuk menginduksi kalus pada eksplan tebu dan menghasilkan kalus yang berwarna putih (Chengalrayan dan Meagher, 2001;Mamun et al, 2004).

Gambar 2. A) Kalus PA 183 berumur 1 bulan pada media MS I; B) Kalus CB 6979 berumur 1 bulan pada media MS I

4.1.2. Regenerasi Tanaman Tebu

4.1.2.1. Regenerasi pada kultivar PA 183

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-5 penambahan BAP, kinetin dan interaksi antara BAP dan kinetin berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas kalus tebu kultivar PA 183. Media dengan penambahan BAP 0.75 mg/L dan kinetin 0.2 mg/L merupakan komposisi media yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak.

B A

Tabel 1. Rata-rata jumlah tunas kalus tebu kultivar PA 183 pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5

Kinetin (mg/L) BAP (mg/L)

0.0 0.2 0.4 Rata-rata

Minggu ke-3

0.50 8.15c 10.00bc 7.90c 8.68B

0.75 12.25ab 14.40a 7.65c 11.43A

1.00 8.65c 7.65c 9.55c 8.61B Rata-rata 9.68CD 10.68C 8.36D Minggu ke-4 0.50 9.10cd 11.65bc 8.90d 9.88B 0.75 13.10b 16.00a 9.70cd 12.93A 1.00 9.70cd 9.30cd 10.90bcd 9.96B Rata-rata 10.63D 12.31C 9.83D Minggu ke-5 0.50 10.95c 13.40b 10.40c 11.58B

0.75 15.95a 17.85a 10.30c 14.70A

1.00 10.00c 9.70c 11.00c 10.23C

Rata-rata 12.30E 13.65D 10.56F Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Duncan

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun kultur in vitro tebu kultivar PA 183 pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5

Kinetin (mg/L) BAP (mg/L)

0.0 0.2 0.4 Rata-rata

Minggu ke-3

0.50 4.05bc 4.00bc 2.30c 3.45C

0.75 4.80abc 5.45ab 5.75ab 5.33B

1.00 7.55a 6.35ab 7.05a 6.98A

Rata-rata 5.47D 5.27D 5.03D Minggu ke-4

0.50 5.20bc 5.85bc 4.05c 5.03B

0.75 7.60abc 9.65a 6.90abc 8.05A

1.00 8.85ab 7.35abc 8.55ab 8.25A

Rata-rata 7.22C 7.62C 6.50C

Minggu ke-5

0.50 6.55c 7.80bc 6.15c 6.83B

0.75 10.85ab 13.25a 7.75bc 10.62A

1.00 9.75abc 8.00bc 9.35abc 9.83A

Rata-rata 9.05C 9.68C 7.75C

Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa penambahan BAP, kinetin dan interaksi antara BAP dan kinetin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kultur in vitro

tebu kultivar PA 183. Rata-rata jumlah daun terbanyak pada minggu ke-3 dihasilkan pada media dengan penambahan BAP 1.0 mg/L dan kinetin 0.0 mg/L. Sedangkan pada minggu ke-4 dan minggu ke-5 rata-rata jumlah daun terbanyak dihasilkan pada media dengan penambahan BAP 0.75 mg/L dan kinetin 0.2 mg/L. BAP dan kinetin merupakan zat pengatur tumbuh sitokinin. Sitokinin adalah kelompok senyawa organik yang menyebabkan pembelahan sel. Pembelahan sel dapat meningkatkan regenerasi tunas secara in vitro, yang menstimulasi formasi meristem tunas apikal dan tunas pucuk. Sitokinin dapat menyebabkan keluarnya dominan tunas apikal, yang dengan demikian menstimulasi pertumbuhan tunas lateral dan menghasilkan multiplikasi formasi tunas (Gaba, 2005).

4.1.2.2. Regenerasi pada kultivar CB 6979

Penambahan BAP, kinetin dan interaksi antara BAP dan kinetin berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas kalus tebu kultivar CB 6979 (Tabel 3). Pada pengamatan minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-4 jumlah tunas terbanyak dihasilkan pada media yang ditambah BAP 1.0 mg/L dan kinetin 0.4 mg/L sedangkan pada minggu ke-5 jumlah tunas terbanyak dihasilkan pada media dengan penambahan BAP 0.5 mg/L dan kinetin 0.4 mg/L.

Tabel 3. Rata-rata jumlah tunas kultur in vitro tebu kultivar CB 6979 pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5

Kinetin (mg/L) BAP (mg/L)

0.0 0.2 0.4 Rata-rata

Minggu ke-3

0.50 3.65c 5.00c 12.95a 7.20B

0.75 11.10ab 10.95ab 11.60ab 11.21A

1.00 9.05b 8.85b 13.45a 10.45A

Rata-rata 7.93D 8.26D 12.66C Minggu ke-4

0.50 5.60c 6.35c 16.00a 9.31B

0.75 14.45ab 14.35ab 15.45a 14.75A

1.00 12.30b 11.95b 16.90a 13.71A

Rata-rata 10.78D 10.88D 16.11C Minggu ke-5

0.50 6.20d 6.55d 19.70a 10.81C

0.75 17.85a 17.50ab 18.30a 17.88A

1.00 15.30bc 13.25c 18.95a 15.81B

Rata-rata 13.11E 12.43E 18.98D Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Duncan

Tabel 4. Rata-rata jumlah daun kultur in vitro tebu kultivar CB 6979 pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5

Kinetin (mg/L) BAP (mg/L)

0.0 0.2 0.4 Rata-rata

Minggu ke-3

0.50 2.75d 3.05cd 8.75a 4.85B

0.75 6.35ab 6.25ab 7.10ab 6.57A

1.00 5.20bc 5.80b 8.75a 6.58A

Rata-rata 4.77D 5.03D 8.20C Minggu ke-4

0.50 4.80de 4.10e 13.25a 7.38B

0.75 9.20bc 7.70cd 11.05abc 9.32A

1.00 9.25bc 9.70bc 12.60ab 10.52A

Rata-rata 7.75D 7.17D 12.30C Minggu ke-5

0.50 7.00c 5.55c 17.90a 10.15B

0.75 15.70ab 13.00b 15.10ab 14.60A

1.00 12.00b 12.80b 18.30a 14.37A

Rata-rata 11.57D 10.45D 17.10C Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Pada Tabel 4, penambahan BAP, kinetin dan interaksi antara BAP dan kinetin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kultur in vitro tebu kultivar CB 6979. Rata-rata jumlah daun terbanyak pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 dihasilkan pada media dengan penambahan BAP 0.5 mg/L dan kinetin 0.4 mg/L. Sedangkan pada minggu ke-5 rata-rata jumlah daun terbanyak dihasilkan pada media dengan penambahan BAP 1.0 mg/L dan kinetin 0.4 mg/L.

Penambahan BAP 0.5 mg/L sudah mampu untuk menginduksi tunas kalus dan jumlah daun kultur in vitro tebu kultivar CB 6979 begitu juga dengan penambahan kinetin 0.4 mg/L mampu untuk menginduksi tunas kalus dan jumlah daun kultur in vitro tebu kultivar CB 6979. Sejalan dengan penelitian Haenz dan Mae (tahun 1969 dalam Naik, 2001) menyatakan bahwa untuk inisiasi tunas eksplan tebu pada media MS ditambahkan air kelapa dan BAP 0,5 mg/l. Kane, (2005) menyatakan bahwa konsentrasi dan tipe sitokinin menjadikan dasar kecepatan multiplikasi tunas, dan panjang tunas. Tergantung pada spesies, ada atau tidak ada auksin eksogen, sitokinin meningkatkan induksi proliferasi tunas aksilar.

4.1.2.3. Induksi perakaran

Pada minggu ke-4 kultivar tebu, media akar dan interaksi antara kultivar tebu dengan media akar berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 5. Pada minggu ke-5 dan minggu ke-6 kultivar tebu tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sedangkan media akar dan interaksi antara kultivar tebu dan media akar memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah akar. Jumlah akar terbanyak pada tebu kultivar CB 6979 dihasilkan pada media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA, sedangkan pada tebu kultivar PA 183 jumlah akar terbanyak dihasilkan pada media perakaran dengan penambahan 0.50 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA.

Tabel 5. Rata-rata jumlah akar planlet tebu kultivar CB 6979 & PA 183 pada media perakaran pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6

Media Akar Kultivar

Tebu 0.25 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.25 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA Rata-rata Minggu ke-4

CB 6979 5.20abc 4.70bcd 3.50cde 2.90de 4.08B

PA 183 1.40e 6.40ab 7.00a 7.00a 5.45A

Rata-rata 3.30D 5.55C 5.25C 4.95C

Minggu ke-5

CB 6979 5.80ab 6.20ab 4.30b 4.50b 5.20A

PA 183 1.60c 7.40a 7.40a 7.80a 6.05A

Rata-rata 3.70C 6.80B 5.85B 6.15B

Minggu ke-6

CB 6979 8.00abc 9.50ab 6.50c 7.10cb 7.78A PA 183 3.40d 9.00abc 9.00abc 10.40a 7.95A

Rata-rata 5.70C 9.25B 7.75B 8.75B

Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Duncan

Rata-rata jumlah tunas pada media perakaran planlet tebu kultivar PA 183 dan CB 6979 yang diamati pada minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-6 dapat dilihat pada tabel 6. Rata-rata jumlah tunas terbanyak pada tebu kultivar CB 6979 dan PA 183 dihasilkan pada media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.20 mg/L IAA. Media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.20 mg/L IAA sudah cukup mampu untuk menstimulasi jumlah tunas pada tebu kultivar PA 183 dan CB 6979 pada media perakaran.

Tabel 6. Rata-rata jumlah tunas planlet tebu kultivar PA 183 & CB 6979 pada media perakaran pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6

Media Akar Kultivar

Tebu 0.25 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.25 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA Rata-rata Minggu ke-4 CB 6979 5.00a 1.00b 1.70b 2.20b 2.48B PA 183 1.50b 1.40b 1.10b 0.60b 1.15A Rata-rata 3.25C 1.20D 1.40D 1.40D Minggu ke-5 CB 6979 5.80a 1.00b 2.20b 3.30b 3.08B PA 183 1.70b 1.90b 1.80 1.00b 1.60A Rata-rata 3.75C 1.45D 2.00CD 2.15CD Minggu ke-6 CB 6979 7.40a 2.00b 3.60b 5.20ab 4.55B PA 183 2.80b 2.20b 2.50b 1.80b 2.33A Rata-rata 5.10C 2.10D 3.05CD 3.50CD

Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Duncan

Rata-rata jumlah daun pada media perakaran planlet tebu kulivar PA 183 dan CB 6979 yang diamati pada minggu ke-6 dapat dilihat pada tabel 7. Kultivar tebu dan media akar tidak memberikan pengaruh yang nyata pada rata-rata jumlah daun planlet tebu sedangkan interaksi antara kultivar tebu dengan media akar berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah daun. Media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.20 mg/L IAA memberikan hasil rata-rata jumlah daun terbanyak pada tebu kultivar CB 6979. Jumlah daun terbanyak pada tebu kultivar PA 183 dihasilkan pada media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA

Tabel 7. Rata-rata jumlah daun pada media perakaran planlet tebu kultivar PA 183 & CB 6979 pada minggu ke-6

Media Akar Kultivar

Tebu 0.25 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.25 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA Rata-rata

CB 6979 20.90a 9.80b 13.10ab 14.60ab 14.60A

PA 183 10.50b 16.50ab 14.40ab 15.00ab 14.10A

Rata-rata 15.70B 13.15B 13.75B 14.80B

Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Panjang akar planlet tebu kultivar CB 6979 dan PA 183 pada media perakaran yang diamati pada minggu ke-6 dapat dilihat pada tabel 8. Planlet tebu kultivar CB 6979 memberikan hasil panjang akar yang lebih panjang dari planlet tebu kultivar PA 183. Media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA memberikan hasil panjang akar terpanjang pada planlet tebu kultivar CB 6979 dan media perakaran dengan penambahan 0.50 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA memberikan hasil panjang akar terpanjang pada planlet tebu kultivar PA 183.

Tabel 8. Rata-rata panjang akar (cm) planlet tebu kultivar CB 6979 dan PA 183 pada minggu ke-6

Media Akar Kultivar

Tebu 0.25 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.25 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.20 mg/L IAA 0.50 mg/L IBA & 0.50 mg/L IAA Rata-rata

CB 6979 6.490a 8.440a 7.410a 6.590a 7.232A

PA 183 2.540b 5.590a 5.680a 7.370a 5.295B

Rata-rata 4.515D 7.015C 6.545C 6.980C

Ket : nilai-nilai yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji Duncan nilai-nilai yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

Duncan

Mamun., et al (2004) melakukan induksi perakaran dengan menambahan IBA dan IAA pada media MS dan mendapatkan jumlah akar terbanyak pada penambahan 0.5 mg/L IBA dan 0.5 mg/L IAA dan panjang akar terpanjang pada penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.5 mg/L IAA. IBA dan IAA merupakan zat pengatur tumbuh kelompok auksin. Auksin menstimulasi pembesaran sel dan differenesiasi akar dalam kultur jaringan (Davies, 1995). Pembentukan akar pada stek in vitro hanya memerlukan auksin tanpa sitokinin atau sitokinin dalam konsentrasi yang rendah sekali (Wattimena, et al, 1992). Telah diketahui bahwa auksin mendorong elongasi sel-sel. Elongasi sel terutama terjadi pada arah vertikal diikuti dengan pembesaran sel dan meningkatnya bobot basah (Wattimena, 1988).

Gambar 3. Planlet tebu pada media perakaran; A) planlet tebu kultivar CB 6979 pada media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA; B) planlet tebu kultivar PA 183 pada media perakaran dengan penambahan 0.50 mg/L IBA dan 0.50 mg/L IAA; C) planlet tebu kultivar PA 183 pada media perakaran dengan penambahan 0.25 mg/L IBA dan 0.20 mg/L IAA.

4.2. Transformasi Kalus Tebu Kultivar CB 6979 dan PA 183 dengan Gen Fitase

Kalus yang tumbuh dan bersih dari kontaminasi menggunakan metode ini mencapai 90%. Kalus PA 183 dan CB 6979 yang tumbuh pada media seleksi kanamisin berjumlah 99 kalus untuk kultivar PA 183 dan 135 kalus kultivar CB 6979. Hasil kalus yang dapat tumbuh pada media seleksi dapat dilihat pada gambar 4. Kalus PA 183 dan CB 6979 yang tumbuh pada media seleksi kanamisin, selanjutnya ditanam pada media regenerasi tunas dan perakaran.

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa kalus kultivar tebu PA 183 transforman dan kalus kultivar CB 6979 transforman yang ditanam pada media regenerasi mampu tumbuh menjadi planlet transforman. Pada kultivar PA 183 kalus yang mampu tumbuh menjadi planlet sebanyak 90 sedangkan pada kultivar CB 6979 sebanyak 129 planlet. Warna daun yang terjadi pada planlet transforman bervariasi, yaitu albino (20%), hijau kekuningan (10%), belang hijau albino (10%) dan hijau (60%) (Gambar 5 dan 6). Selanjutnya planlet transforman tebu kultivar PA 183 dan CB 6879 diaklimatisasi. Tidak semua planlet transforman tebu kultivar PA 183 dan CB 6979 mampu tumbuh pada media aklimatisasi, hal ini disebabkan oleh warna daun yang bervariasi pada masing-masing planlet, planlet dengan warna daun hijau yang mampu tumbuh. Selanjutnya planlet inilah yang digunakan untuk analisis molekuler gen fitase dengan PCR dan uji nilai aktivitas fitase.

Tabel 9. Jumlah kalus tebu kultivar PA 183 dan CB 6979 hasil transformasi Kultivar

Tebu

Jumlah Kalus Jumlah Ko-kultivasi Kalus Lolos Media Seleksi Kanamisin Kalus Yang Tumbuh Pada Media Regenerasi Planlet yang tumbuh pada Media Aklimatisasi PA 183 110 8 99 90 20 CB 6979 150 10 135 129 25

Gambar 4. A) Kalus PA 183 transgenik pada media seleksi; B) kalus CB 6979 transgenik pada media seleksi; C) kalus PA 183 transgenik pada media seleksi.

Gambar 5. Planlet tebu transforman kultivar PA 183; A) planlet yang berwarna hijau muda; B) planlet yang berwarna hijau; C) planlet yang berwana albino dan hijau muda; D) planlet yang berwarna belang hijau dan albino.

A B C D

Gambar 6 Planlet tebu transforman kultivar CB 6979; A) planlet yang berwarna hijau dan hijau muda; B) planlet yang berwarna hijau kekuningan; C) planlet yang berwarna albino; D) planlet yang berwarna hijau dan albino.

4.3 Pengujian Molekuler 4.3.1. Amplifikasi DNA

Analisis molekuler dilakukan untuk melihat integrasi gen didalam genom tanaman. Isolasi DNA dilakukan pada planlet tebu transforman yang sudah diaklimatisasi selama 2 bulan. DNA genom total planlet tebu transforman dan non transforman kultivar PA 183 dan CB 6979 yang berhasil diisolasi kemudian diamplifikasi menggunakan primer spesifik gen fitase. Dari Gambar 7 tampak pita yang muncul berukuran 900 bp menunjukkan bahwa gen fitase yang diintroduksi berhasil masuk kedalam genom tanaman tebu.

Gambar 7. Elektroforesis hasil PCR planlet beberapa kultivar tebu. (1) PA 175; (2) CB 6979; (3) (K+) kontrol positif ; (4) PSJT 9441; (5) PS 851 pBIN1PI-IIEC; (6) Marker 1 Kb Plus DNA Ladder (Invitrogen); (7) kalus CB 6979 pBIN1-ECS; (8) CB 6879 pBIN1-ECS.

4.3.2 Uji Aktifitas Enzim Fitase Pada Planlet Tebu Transforman dan Non Transforman

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai uji aktivitas fitase pada tebu transforman lebih tinggi dibandingkan dengan tebu non transforman. Nilai uji aktivitas fitase pada kultivar tebu CB 6979 transforman tertinggi sebesar 0.123 U/ml dan pada kultivar PA 183 transforman nilai uji aktivitas fitase tertinggi sebesar 0.116 U/ml. Uji aktivitas fitase yang dilakukan Wulandari (2005) pada kalus transforman kultivar PA 183 sebesar 0.02850 U/ml, adanya peningkatan aktivitas fitase pada planlet tebu transforman ini diduga disebabkan karena planlet telah ditanam di lapang sehingga enzim fitase lebih aktif menghidrolisis fitat yang ada di daerah perakaran. Bila konsentrasi substrat meningkat aktivitas katalitik konsentrasi enzim tertentu akan meningkat mengikuti pola hiperbolik mendekati kecepatan maksimalnya yang khas (Lenhninger, 1990).

1000 bp

900 bp

Tabel 10. Nilai uji aktivitas fitase dan hasil PCR pada tebu kultivar PA 183 dan CB 6979

Kultivar Tebu Nilai Uji Aktivitas Fitase (U/ml) Hasil PCR

PA 183 non transforman 0.056 - PA 183 transforman 1a 0.116 + PA 183 transforman 5b 0.012 bd PA 183 transforman 6c 0.059 bd PA 183 transforman 4a 0.063 bd PA 183 transforman 2a 0.098 + PA 183 transforman 3a 0.104 bd CB 6979 non transforman 0.089 - CB 6979 transforman 1 0.093 + CB 6979 transforman 2 0.119 + CB 6979 transforman 3 0.099 bd CB 6979 transforman 1a 0.098 bd CB 6979 transforman 2a 0.110 bd CB 6979 transforman 3a 0.115 bd CB 6979 transforman 4 0.107 + CB 6979 transforman 5 0.123 bd

Ket : bd : belum diuji 4.4. Pembahasan Umum

Kalus tebu kultivar PA 183 dan CB 6979 yang dikultur pada media regenerasi dan induksi perakaran memberikan respon yang berbeda terhadap penambahan sitokinin dan auksin. Kalus hampir selalu dapat dihasilkan dari satu jenis eksplan pada beberapa varietas yang dikulturkan pada medium yang sama, namun kalus yang dihasilkan dari masing-masing varietas mungkin saja memiliki daya organogenetik yang berbeda antara satu dengan lainnya, walaupun diberi perlakuan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan kultur secara in vitro

diperlukan komposisi dan atau konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda untuk satu varietas dengan varietas lain dari suatu jenis tanaman (Wattimena, et al., 1992).

Kalus tebu yang ditransformasi berhasil tumbuh menjadi planlet, warna daun yang terjadi pada planlet transforman bervariasi, yaitu albino, hijau kekuningan, belang hijau albino dan hijau. Planlet transforman selanjutnya diaklimatisasi, sebelum planlet diaklimatisasi terlebih dahulu dicuci bersih dari media. Daun dan akar planlet dipotong, selanjutnya planlet ditanam pada media

aklimatisasi. Planlet yang mampu tumbuh pada media aklimatisasi adalah planlet yang berwarna hijau. Planlet yang berwarna albino, hijau kekuningan dan belang hijau albino tidak mampu tumbuh pada media aklimatisasi. Planlet yang berwarna albino, hijau kekuningan dan belang hijau albino selama berada pada media kultur dapat tumbuh dengan baik disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang tersedia dalam media, sedangkan setelah planlet dipindah pada media aklimatisasi proses biologis dan fisiologis secara utuh berjalan. Salah satu proses tersebut adalah fotosistesis, yang mana fotosistesis memerlukan pigmen seperti klorofil yang terdapat dalam jaringan yang berfungsi mengabsorpsi cahaya matahari. Fotosíntesis adalah pemanfaatan energi cahaya untuk mengoksidasi air, melepaskan oksigen dan menghasilkan karbohidrat.

Dokumen terkait