• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM (Halaman 21-37)

3.1 Hasil

Dari tabel dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan harian (specific growth

rate) bervariasi untuk setiap perlakuan dari 0,71±0,35%/hari sampai

2,19±1,34%/hari namun secara statistik tidak berbeda nyata (Lampiran 3). Demikian juga dengan pertambahan bobot mutlak (growth rate) dari 7,74±7,62 gram/hari sampai 23,81±19,44 gram/hari (Lampiran 4).

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian PMSG dan HCG memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap peningkatan SGR dan GR induk betina.Pengujian menunjukkan nilai P>0.05 pada ANOVA yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antar perlakuan sehingga uji lanjut tidak diperlukan(Tabel 2).

Tabel 2. Data Parameter Rematurasi Ikan Patin Siam

Perlakuan Ulangan Bobot

rata-rata (kg) GR (gr/hari) SGR (%/hari) Bunting (%) Induk matang gonad (%) Rentang waktu (Minggu ke-) Kontrol 4 0.97±0.54a 7.74±7.62a 0.71±0.35 a 100 0 N/A PMSG 5 IU& HCG 2,5 IU 4 1.27±0.45 a 23.21±10.35 a 1.77±0.48 a 100 0 N/A PMSG 10 IU& HCG 5 IU 4 1.37±0.43 a 23.81±19.44a 1.69±0.92 a 100 25 5 PMSG 20 IU& HCG 10 IU 4 0.68±0.12 a 15.48±9.82a 2.19±1.34 a 100 50 4 dan 6

Keterangan: Huruf superscript menunjukkan perbedaan signifikan dari analisis ragam antar perlakuan

N/A = Data tidak tersedia, rentang waktu menunjukkan interval waktu hingga induk mencapai matang gonad

Rematurasi lebih cepat terjadi pada semua induk perlakuan dimana 100% induk bunting namun tidak pada induk kontrol.Dari jumlah induk yang bunting, induk yang mencapai matang gonad terdapat pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kgberat induk sebesar 50% (2 ekor) dan perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kgberat induk sebesar 25% (1 ekor).

Induk perlakuan yang matang gonad dipijahkan dan pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat indukdiperoleh data fekunditas sebanyak 154.167

10 butir/kg, FR 64,86%, HR 81%, dan SR 98,63%. Untuk perlakuan penyuntikan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat indukdiperoleh data fekunditas 121.429±40.407butir/kg, FR 47,43±1,68%, HR 56,55±2,44% serta SR 84,81±3,7%. Induk perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2,5 IU/kg berat induk yang bunting tidak mencapai matang gonad dan tidak dipijahkan sehingga data parameter pemijahan dan diameter telur tidak tersedia.

Berikut adalah gambaran hasil pengukuran diameter telur ikan patin siamyang berhasil memijah.

Gambar 1. Diameter telur ikan patin siampada perlakuan PMSG dan HCG serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg

Hasil pengukuran diameter telur menunjukkan bahwa diameter telur pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk serta PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk mendekati kisaran normal yaitu 0,89±0,09 –1,03±0,07 mm (Lampiran 2). Penambahan chorulon meningkatkan diameter telur seperti yang ditunjukkan sebagai berikut (Gambar 2).

(a) (b)

Gambar 2. Hasil pengamatan diameter telur ikan patinsiam; (a) sebelum disuntik chorulon, (b) setelah disuntik chorulon.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kontrol PMSG 5 IU + HCG 2,5 IU PMSG 10 IU + HCG 5 IU PMSG 20 IU + HCG 10 IU D ia m et er Te lu r (m m )

11 3.2 Pembahasan

Analisis ragam pada bobot rata-rata induk tidak berbeda secara nyata dengan bobot rata-rata pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk sebesar 1,37±0,43 kg, perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2.5 IU/kg berat induk 1,26±0,45 kg, kontrol 0,97±0,27kg, dan perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk sebesar 0,68±0,12 kg. Ikan yang telah menjadi induk pertumbuhan somatiknya relatif lambat sehingga bila terjadi peningkatan bobot, pertambahan bobotnya diasumsikan sebagai berat gonad yang ada dalam tubuh induk.Menurut Affandi dan Tang (2002), induk ikan betina yang sedang matang telur mengalami peningkatan bobot 10-25% dari bobot tubuh awalnya, sedangkan pada induk jantan pertambahan bobot hanya 5-10%.

Setelah 4 kali penyuntikan induk-induk yang disuntik hormon PMSG dan HCG tidak mengalami peningkatan bobot yang signifikan dibanding kontrol pada parameter bobot, GR, dan SGR, namun parameter untuk mengukur keberhasilan percepatan rematurasi seperti tingkat kebuntingan, diameter telur, dan persentase kematangan gonad memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.

Tingkat kebuntingan induk dihitung secara visual melalui pengamatan terhadap bentuk perut dan keberadaan telur dengan kanulasi.Perut induk ikan patin siam yang bunting terasa halus dan lembek bila diraba, lubang urogenitalnya bengkak dan berwarna merah tua.Tidak semua induk yang bunting telurnya siap untuk dibuahi, beberapa induk saat dikanulasi telurnya masih muda, jumlahnya sedikit dan bercampur air, atau bercampur darah.

Hasil kanulasi pada minggu keempat menunjukkan terdapat telur pada semua induk perlakuan, artinya semua induk perlakuan menunjukkan kebuntingan, sedangkan pada induk kontrol tidak didapatkan telur yang menunjukkan tidak ada kebuntingan. Berdasarkan hasil ini, penyuntikan PMSG dan HCG dan penambahan vitamin mix pada pakan mempengaruhi proses rematurasi sehingga kebuntingan induk perlakuan mencapai 100%.

Diameter telur berpengaruh terhadap jumlah kuning telur, yang merupakan sumber energi bagi embrio pada masa awal kehidupannya sebelum bisa mencari cadangan makanan dari proses perkembangan embrio dan larva semakin terjamin.

12 Diameter telur hasil pengamatan pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk serta PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk memiliki kisaran antara 0.76 – 1.08 mm yang mendekati kisaran diameter telur normal induk ikan patin siam tanpa penyuntikan PMSG dan HCG, yaitu 1 – 1.2 mm (BSN, 2000). Semua induk perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2,5 IU/kg berat induk bunting yang ditandai dengan keberadaan telur saat kanulasi, namun diameter telurnya tidak dihitung karena induk tidak mencapai matang gonad. Demikian pula pada induk kontrol yang tidak terdapat induk bunting sehingga perlakuan penyuntikan PMSG dan HCG berpengaruh terhadap diameter telur.

Latar belakang PMSG digunakan pada penelitian ini karena PMSG sudah lebih dulu digunakan dan berhasil untuk proses rematurasi pada mamalia yang berlangsung diluar musim perkawinannya. Penetapan dosis PMSG sebesar 5, 10, dan 20 IU/kg dihitung berdasarkan kalibrasi dari dosis PMSG yang umum digunakan pada hewan terestrial. Penelitian Gates dan Bozarts (1978) membuktikan bahwa tikus hibrid berusia 22-27 hari dapat matang gonad dengan pemberian PMSG dosis 2,5 IU.

Menurut Partodiharjo (1987), hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) adalah hormon yang berpengaruh terhadap aktivitas gonad. PMSG terdapat dalam konsentrasi tinggipada serum bangsa Equidae(kuda, keledai, zebra) yang sedang bunting muda dan dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus (Toelihere,1988dalamArdiansyah,2005).

PMSG terdiri atas Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH), bekerja merangsang terbentuknya folikel, merangsang

pertumbuhan sel-sel interstitial dan merangsang terbentuknya sel-sel lutea.Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang terdapat dalam darah

maupun urine wanita hamil dan telah diketahui dihasilkan oleh plasenta.HCG memiliki potensi LH yang amat kuat (Partodiharjo, 1987) dan telah digunakan untuk induksi ovulasi pada beberapa jenis lele Afrika (Eding et al., 1982; Mollah dan Tan, 1983dalamBasuki, 1990).

Pada proses pematangan gonad, sinyal lingkungan diterima oleh sistem syaraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan

13 Selanjutnya hipofisis melepaskan FSH yang bekerja pada sel teka dan mensintesis testosteron. Di lapisan granulosa, enzim aromatase akan mengubah testosteron menjadi estradiol-17β yang merangsang hati mensintesis vitelogenin (bakal kuning telur). Vitelogenin dibawa oleh aliran darah dan diserap oleh folikel oosit dan oosit membesar sampai ukuran maksimum yang dikenal dengan proses vitelogenesis. Telur kemudian berada dalam fase dorman menunggu sinyal lingkungan untuk pemijahan.

Bila sinyal lingkungan untuk pemijahan diterima oleh tubuh, hipotalamus melepaskan GnRH ke hipofisis. Sebagai respon, hipofisis akan mensekresikan LH yang juga bekerja pada lapisan teka oosit dan sel teka akan mensintesis hormon 17α-hidroksiprogesteron. Di lapisan granulosa, 17α-hidroksiprogesteron diubah menjadi 17α,20β-dihidroksiprogesteron (Maturation Inducing Steroid). Steroid ini akan merangsang faktor pemicu kematangan yang menyebabkan inti telur bermigrasi ke arah mikrofil kemudian melebur. Proses peleburan inti atau

Germinal Vesicle Break Down(GVBD) menyebabkan folikel telur pecah dan telur

akan dikeluarkan menuju rongga ovari (ovulasi). Telur yang sudah ovulasi telah matang secara fisiologis dan siap dibuahi (Zairin, 2003).

Sinyal lingkungan seperti hujan, perubahan suhu, substrat, dan petrichor berpengaruh terhadap kecepatan proses pematangan gonad. Pada wadah budidaya, sinyal-sinyal lingkungan tersebut seringkali hilang sehingga dilakukan rekayasa baik hormonal maupun non-hormonal untuk merangsang pematangan gonad.Rekayasa non-hormonal seperti optimasi suhu dan photoperiod kerap dilakukan, namun bila tidak berhasil merangsang pematangan gonad maka diperlukan rekayasa hormonal. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni di luar musim perkembangan gonad ikan patin siam. Dalam kondisi normal pemijahan ikan patin siam terjadi pada musim penghujan dengan frekuensi pemijahan 6 bulan sekali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu keempat terdapat induk perlakuan yang matang gonad namun tidak pada induk kontrol. Induk kontrol diduga akan matang gonad dalam waktu 6 bulan sesuai dengan siklus normal sehingga kombinasi hormon (PMSG dan HCG) serta vitamin mix berpengaruh

14 signifikan dalam mempercepat perkembangan dan pematangan gonad ikan patin siam.

Jumlah telur dan fekunditas tidak dipengaruhi oleh hormon (PMSG dan HCG), tetapi oleh egg stimulant yang mengandung BMD (Bacitracin Methyl

Disalisilate), vitamin, serta mineral (Prabowo, 2007).BMD adalah antibiotik

polipeptida yang berasal dari bakteri Bacillus subtilis yang berperan mencegah infeksi bakteri Clostriridum pada ayam serta mampu meningkatkan efisiensi pakan pada unggas (FFDCA, 2006 dalam Prabowo, 2007). Bacillus subtilis mampu hidup di lingkungan ekstrem dengan cara membentuk spora dan menghasilkan antibiotik untuk menghancurkan sesamanya sebagai cara untuk bertahan hidup. BMD menghambat sintesa dinding sel mikroba seperti

Clostridium walchii dan menyingkirkan racun yang dihasilkan oleh mikroba

tersebut. Dengan demikian, dinding usus menjadi lebih tipis dan penyerapan zat makanan lebih tinggi sehingga efisiensi pakan meningkat. Efisiensi pakan yang meningkat berarti penyerapan nutrisi lebih efisien pada proses metabolisme sehingga ketersediaan jumlah energi yang tersisa untuk pemanfaatan lebih banyak. Sisa energi tersebut dimanfaatkan untuk reproduksi sehingga fekunditas secara tidak langsung meningkat.

Disamping BMD, unsur lain yang berpengaruh terhadap perkembangan telur dan larva adalah vitamin C dan vitamin E yang bekerja secara sinergis sebagai antioksidan dan melindungi asam lemak secara in vivo dan in vitro (Machlin, 1990).

Peran vitamin C dalam reproduksi ikan telah diteliti oleh Sandnes et

al.(1984) pada ikan trout. Penelitiannya menunjukkan bahwa ikan yang mendapat

pakan dengan suplemen vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan dapat memproduksi telur lebih banyak dibandingkan ikan dengan pakan tanpa penambahan vitamin C. Kandungan vitamin C dalam vitamin mix mencapai 20.000 mg/kg sehingga diasumsikan vitamin mixdapat meningkatkan fekunditas ikan patin.

Vitamin Eberfungsisebagai antioksidan untuk melindungi lemak supaya tidak teroksidasi,misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat padamembran sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan hasil reproduksi

15 dapatditingkatkan. Selain itu vitamin E yang terdapat dalam vitamin mix diduga mempengaruhi proses vitelogenesis. Jumlah dan ukuran granula kuning telur bertambah sehingga volume lebih besar, dan diameter telur meningkat. Kebutuhan vitamin E untuk reproduksi berbeda untuk setiap spesies ikan.Hasil penelitian Yulfiperius et al. (2001)menunjukkan bahwa pakan yang mengandung 189,65 mg/kg vitamin E dapat meningkatkan SR larva ikan patin menjadi 78,77%.

Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan (Nikolsky, 1969 dalamMurtejo, 2008). Fekunditas telur yang paling baik terdapat pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk sebanyak 121.429 butir/kg induk diikuti perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg induksebanyak 154.167 butir/kg. Jumlah tersebut juga memenuhi persyaratan induk patin SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 120.000-200.000 butir/kg induk (BSN, 2000), sedangkan SR larva adalah 98,63% pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg dan 84,81±3,7% pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg. SR dihitung pada hari keempat setelah larva menetas karena pada hari ketiga kuning telur larva sudah habis, dimana SR yang didapat mencerminkan kualitas larva hasil perlakuan penyuntikan hormon PMSG dan HCG, bukan dari pakanalami.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemijahan ikan patin siam dari 1 kali pemijahan dalam setahun menjadi minimal enam kali pemijahan per tahun. Harga induk patin siam matang gonad berkisar antara Rp. 150.000-Rp. 200.000/ekor, dengan asumsi memijah sekali dalam 6 bulan. Dengan penyuntikan hormon PMSG dan HCG induk dapat memijah minimal 6 kali dalam setahun dengan biaya Rp 31.500 untuk sekali pemijahan (Lampiran 6).Dosis ini digunakan karena dapat merangsang induk untuk mencapai matang gonad serta parameter derajat penetasan telur dan tingkat kelangsungan hidup larva lebih besar dibandingkan dengan dosis PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk.

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan frekuensi pemijahan ikan patin siam sehingga produksi benih dapat ditingkatkan. Hal ini dapat mendukung peningkatan produksi ikan patin nasional.

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan dosis 10 IU dan 5 IU/kg berat induk yang

dikombinasikan dengan penambahan vitamin mix sebanyak 300 mg/kg pakan paling baik untuk mempercepat rematurasi dalam waktu 5 minggu dan frekuensi pemijahan ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmusminimal 6 kali per tahun.

4.2 Saran

PMSG dengan dosis 10 IU/kg dan HCG dengan dosis 5 IU/kg dapat digunakan untuk mempercepat proses rematurasi pada ikan patin siamPangasianodon hypophthalmus.

17

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang, U.M., 2002. Fisiologi Hewan Air.Unri Press, Riau.

Amstrong, D., 1981. Prostaglandin and follicular function.Journal Report.Fort.62, 283 -291.

Ardiansyah, 2005.Kajian komparatif superovulasi menggunakan FHS, PMSG, dan kombinasi PMSG – antibodi anti PMSG pada sapi perah FH dan sapi potong IO.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesa : 01-6483.3-2000. Produksi induk ikan patin siam (Pangasianodonhypophthalmus)kelas induk pokok (Parent Stock).

Basuki, F., 1990.Pengaruh kombinasi hormon PMSG dan HCG terhadap ovulasi

Clarias gariepinus(Burcell).[Tesis].Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendie, M.I., 1979. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Epler, P., 1981. Effect of Steroid and Gonadotropine Hormone on the Maturation of Carp Ovaries. Part VI.

Ferchaud, S., Guiollouet, P., Swarts, H., Pere, K., Driancourt, MA., 2010. Fertility and prolificacy following ovulation induction (by PG600 or hCG) and a single fixed-time AI. 21st International Pig Veterinary Society (IPVS) Congress 2010, Vancouver.

Gates, AH., Bozarts, JL., 1978. Ovulation in the PMSG-treated Immature Mouse : Effect of Dose, Age, Weight, Puberty, Season, and Strain. Department of Obstetrics and Gynecology, University of Rochester Medical Center, New York.

Huisman, E.A., 1987. Principles of Fish Production.Department of Fish Culture, Wageningen Agricultural University.Wageningen.

Machlin, L.J., 1990. Hand Book of Vitamin. Second Editional. Revised and Expanded.

Murtejo, H.E., 2008. Effektivitas Egg Stimulant Dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad Dan Produktivitas Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos frenatum). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Partodiharjo, S., 1987. Ilmu Reproduksi Ikan. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

18 Prabowo, W., 2007. Pengaruh dosis Bacitracine Methyle Disalisilat (BMD)dalam

egg stimulant yang dicampurkan dengan pakan komersil terhadap

produktifitas ikan lele sangkuriang Clarias sp. [Skripsi]. DepartemenBudidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prihatman, K., 2000. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.

Sandnes, K., Ulgenes, Y., Braekkan,O.R., Utne,F., 1984. The effect ascorbic acid supplementation in broodstock feed on reproduction of rainbow trout (Onchorhyncus mykiss). Aquaculture 43, 167-177.

Susaptoyono, Y., 2010. Minapolitan makin terpadu.Available at http://www.dkp.go.id/data/c/31/462 [21 November 2010].

Yulfiperius., Mokoginta, I., Jusadi, D., 2001. Pengaruh kadar vitamin E dalam pakan terhadap kualitas telur ikan patin (Pangasianodon

hypophthalmus). Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 1, Juni

2003.

Zairin, M. Jr., 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endikronologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

19

LAMPIRAN

20 Lampiran 1. Data Bobot, GR, dan SGR Ikan Patin Siam

Perlakuan Sampling 29/4/2010 (kg) Sampling 3/5/2010 (kg) Sampling 10/5/2010 (kg) Sampling 17/5/2010 (kg) Sampling 5/24/2010 (kg) Rataan bobot (kg) GR (gr/hari) SGR (%/hari) kontrol 0.6 0.5 0.5 0.4 0.6 0.50 4.76 0.87 0.7 0.55 0.5 0.6 0.6 0.56 2.38 0.42 0.9 1.1 1.1 1.4 1.2 1.20 4.76 0.41 0.95 1.5 1.5 1.6 1.9 1.63 19.05 1.13 5 IU 0.8 1.1 1.2 1.5 1.8 1.40 33.33 2.37 0.8 1.4 1.7 2 2 1.78 28.57 1.71 0.6 1 1.1 1.2 1.45 1.19 21.43 1.79 0.7 0.7 0.6 0.6 0.9 0.70 9.52 1.20 10 IU 1.1 1.4 1.4 2 1.8 1.65 19.05 1.20 1 1 1 1.5 1.2 1.18 9.52 0.87 0.5 0.7 0.9 0.9 1 0.88 14.29 1.71 1.1 1.3 1.5 2 2.4 1.80 52.38 2.96 20 IU 0.5 0.7 0.6 0.9 0.9 0.78 9.52 1.20 1 0.5 0.6 1 1 0.78 23.81 3.35 0.6 0.5 0.4 0.6 1 0.63 23.81 3.35 0.7 0.5 0.4 0.5 0.6 0.54 4.76 0.87

21 Lampiran 2. Hasil Pengamatan Diameter Telur Ikan Patin (Pangasianodon

hypophthalmus)

Perlakuan Pengamatan Diameter Telur (mm)

1 2 3 4 5

Kontrol 0 0 0 0 0

5 IU 0 0 0 0 0

10 IU 0.76 0.86 1 0.96 0.9

22 Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.421 3 12 .008

ANOVA

Ulangan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4.729 3 1.576 2.101 .154

Within Groups 9.004 12 .750

Total 13.734 15

Lampiran 3. Analisis Ragam SGR ikan Patin Siam

SGR perlakuan PMSG dan HCG (%/hari)

kontrol 5 dan 2,5 IU/kg 10 dan 5 IU/kg 20 dan 10 IU/kg

0.87 2.37 1.2 1.2 0.42 1.71 0.87 3.35 0.41 1.79 1.71 3.35 1.13 1.2 2.96 0.87 Descriptives SGR N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

kontrol 4 .7075 .35406 .17703 .1441 1.2709 .41 1.13

5 IU 4 1.7675 .47919 .23960 1.0050 2.5300 1.20 2.37

10 IU 4 1.6850 .91755 .45878 .2250 3.1450 .87 2.96

20 IU 4 2.1925 1.34334 .67167 .0549 4.3301 .87 3.35

23 Lampiran 4. Analisis Ragam GR ikan Patin Siam

GR perlakuan PMSG dan HCG (gr/hari)

kontrol 5 dan 2,5 IU/kg 10 dan 5 IU/kg 20 dan 10 IU/kg

4.76 33.33 19.05 9.52 2.38 28.57 9.52 23.81 4.76 21.43 14.29 23.81 19.05 9.52 52.38 4.76 Descriptives GR N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

kontrol 4 7.7381 7.62277 3.81138 -4.3914 19.8676 2.38 19.05

5 IU 4 23.2143 10.35555 5.17777 6.7363 39.6923 9.52 33.33

10 IU 4 23.8095 19.44039 9.72020 -7.1245 54.7435 9.52 52.38

20 IU 4 15.4762 9.81692 4.90846 -.1447 31.0971 4.76 23.81

Total 16 17.5595 13.18153 3.29538 10.5356 24.5835 2.38 52.38

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.440 3 12 .280

ANOVA

GR

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 687.358 3 229.119 1.433 .282

Within Groups 1918.934 12 159.911

24 Lampiran 5. Komposisi Vitamin Mix dalam Setiap Kemasan (1 kg)

BAHAN KANDUNGAN Bacitracin MD 55000 mg Vitamin A 6000000 IU Vitamin D3 1000000 IU Vitamin E 2000 mg Vitamin K3 1000 mg Vitamin B1 2000 mg Vitamin B2 5000 mg Vitamin B6 1000 mg Vitamin B12 2 mg Vitamin C 20000 mg Ca-d-pantothenat 48000 mg Nicotic acid 15000 mg Folic acid 250

25 Lampiran 6. Perhitungan Biaya Penyuntikan

Asumsi berat induk 1 kg dan dosis yang digunakan adalah PMSG 10 IU/kg dan HCG 5 IU/kg

PMSG dan HCG

1 botol (400 IU PMSG + 200 IU HCG) = Rp 150.000

Penggunaan PMSG untuk 4 kali penyuntikan adalah 4 x 10 = 40 IU PMSG Maka biaya hormon adalah 40/400 x Rp 150.000 x 1 kg bobot = Rp 15.000

Chorulon

Harga 1 ampul (1500 IU) = Rp 85.000 Penggunaan dosis 150 IU/kg = Rp 8.500

Ovaprim

Harga 1 botol (10 botol) = Rp 160.000 Penggunaan dosis 0,5 ml/kg = Rp 8.000

Biaya penyuntikan = Hormon + Chorulon + Ovaprim = Rp 15.000 + Rp 8.500 + RP 8.000 = Rp 31.500

Dalam dokumen REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM (Halaman 21-37)

Dokumen terkait