• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM

Pangasianodonhypophthalmus DENGAN PENYUNTIKAN

HORMON PMSG DAN HCG SERTA PENAMBAHAN

VITAMIN MIX 300 mg/kg PADA PAKAN

SYIFANIA HANIFAH SAMARA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM

Pangasianodonhypophthalmus DENGAN PENYUNTIKAN

HORMON PMSG DAN HCG SERTA PENAMBAHAN

VITAMIN MIX 300 mg/kg PADA PAKAN

SYIFANIA HANIFAH SAMARA

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

REKAYASAREMATURASI IKAN PATIN SIAM Pangasianodon

hypophthalmus DENGAN PENYUNTIKAN HORMON PMSG DAN HCG SERTA PENAMBAHAN VITAMIN MIX 300 mg/kg PADA PAKAN

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2010

SYIFANIA HANIFAH SAMARA C14060468

(4)

Judul Skripsi : Rekayasa rematurasi ikan patin siam Pangasianodon

hypophthalmus dengan penyuntikan hormon PMSG dan

HCG serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan

Nama Mahasiswa : Syifania Hanifah Samara

Nomor Pokok : C14060468

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc NIP. 19591222 198601 1 001 NIP. 19640813 199103 1 001

Diketahui

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 19610410 198601 1 002

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan padabulan April-Juni 2010 adalah reproduksi ikan, dengan judul ”Rekayasa Rematurasi Ikan Patin Siam Pangasianodon

hypophthalmusdengan Penyuntikan Hormon PMSG dan HCG serta Penambahan Vitamin Mix 300 mg/kg pada Pakan” yang dilaksanakan di Laboratorium

Pengembangan dan Reproduksi Ikan Babakan, Darmaga.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc dan Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan adik-adikFaiz, Furqon, Shofia, Fatin, dan Farhan atas segala doa dan kasih sayangnya, serta kepada Kang Irus, Kang Ntis, Pak Wawan, juga kepada teman-teman BDP 43 atas semangat dan doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2010

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 14 April 1988 dari ayah Mas Achmad Syamsul Arif dan ibu Siti Hudaidah.Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara

Penulis mengikuti pendidikan formal di SD Oefenschool Belgia dan SD Kartika II-5 Bandar Lampung lulus tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).Penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan semester genap 2009/2010 dan Nutrisi Ikan semester genap 2009/2010.Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2007/2008. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “Rekayasa rematurasi ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmus dengan penyuntikan hormon PMSG dan HCG serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan”.

(7)

ABSTRAK

SYIFANIA HANIFAH SAMARA.Rekayasa rematurasi ikan patin siam

Pangasianodon hypophthalmusdengan penyuntikan hormonPMSG dan HCG

serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan. Dibimbing oleh Odang Carman dan Agus Oman Sudrajat.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2010 di Laboratorium Pengembangan dan Reproduksi Ikan Babakan, Darmaga. Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat proses rematurasi ikan patin siam Pangasianodon

hypophthalmus melalui pemberian hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin(PMSG) dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan dosis

5 IU PMSG dan 2,5 IU HCG, 10 IU PMSG dan 5 IU HCG, serta 20 IU PMSG dan 10 IU HCG/kg indukyang dikombinasikan dengan penambahan vitamin mix pada pakan ikan.Induk yang digunakan berjumlah 16ekor yang terdiri dari 12ekor induk perlakuan dan 4 ekor induk kontrol.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan.

Analisis yang dilakukan terhadap peubah yang diamati menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada parameter rematurasi induk di antara 3 perlakuan yang digunakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rematurasi lebih cepat terjadi pada semua induk perlakuan ditandai dengan persentase kebuntingan yang mencapai 100%. Induk perlakuan PMSG dan HCG masing-masing 10 dan 5 IU/kg indukserta 20 dan 10 IU/kginduk berhasil mencapai matang gonad dan dipijahkan dengan tingkat kelangsungan hidup larva pada hari keempat masing-masing sebesar 98,63% dan 84,81% sehingga perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg indukdianggap sebagai dosis yang paling baik.

Kata Kunci : Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus, PMSG, HCG,rematurasi

(8)

ABSTRACT

SYIFANIA HANIFAH SAMARA. Manipulation of striped catfish

Pangasianodon hypophthalmusrematuration by PMSG and HCG hormone

injection along with300 mg/kg vitamin mix addition to fish feed. Supervised by Odang Carman and Agus Oman Sudrajat.

The research was carried out from April to June, 2010 at Babakan Field LaboratoryPonds, Darmaga. The research aimed to increase the rematuration process rate on striped catfish Pangasianodon hypophthalmusthrough a combination of Pregnant Mare Serum Gonadotropin(PMSG)and Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) hormone injection with 5 and 2,5 IU; 10 and 5

IU;also 20 and 10 IU/kgof spawner body weight dosage combinedwith vitamin

mixaddition to fish feed. Sixteen femalestriped catfish spawner were used,

consisting of twelve PMSG-treatedspawner and 4 control spawner.This researchused one way single ANOVA with 4treatments and 3 replications.

Statistic analysis of observed variables showed unsignificant differences among the three treatments in rematuration parameters. It was resulted that rematuration rate was increased in treatedspawners indicated by a 100% pregnancy. Spawners treated with 10 IU PMSG and 5 IU HCG/kg of spawner body weight along with 20 IU PMSG and 10 IU HCG/kg of spawner body weight dosage was able to reach maturity and spawned with the larval survival rate on the fourth day at 98,63% and 84,81% respectively, thus making 10 IU PMSG and 5 IU HCG/kg of spawner body weight as the best dosage.

Keywords:Striped catfish Pangasianodon hypophthalmus, PMSG, HCG, rematuration

(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ii DAFTARGAMBAR... .. iii DAFTARLAMPIRAN... iv I. PENDAHULUAN ... 1

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Prosedur ... 3

2.1.1 Persiapan Wadah ... 3

2.1.2 Persiapan dan Pemeliharaan Induk ... 3

2.1.3Pencampuran dan Pemberian Pakan ... 3

2.1.4 Penentuan Dosis dan Perlakuan ... 4

2.2 Parameter Yang Diamati ... 5

2.2.1 Specific Growth Rate(SGR) ... 5

2.2.2 Growth Rate(GR) ... 6 2.2.3 Tingkat Kebuntingan ... 6 2.2.4 Fekunditas ... 6 2.2.5Diameter Telur ... 7 2.2.6Fertilization Rate (FR) ... 7 2.2.7Hatching Rate (HR) ... 7 2.2.8Survival Rate (SR) ... 7 2.3 Analisis Data ... 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

3.1 Hasil ... 9 3.2 Pembahasan ... 11 IV. KESIMPULAN ... 16 4.1 Kesimpulan ... 16 4.2 Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA ... 17 LAMPIRAN... . 19

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Faktorial Percobaan ... 8

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Diameter telur ikan patin siam pada perlakuan PMSG dan HCG serta

penambahan vitamin mix 300 mg/kg ... 10

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Bobot, GR, dan SGR Ikan Patin Siam ... 20

2. Hasil Pengamatan Diameter Telur Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus... 21

3. Analisis Ragam SGR Ikan Patin Siam ... 22

4. Analisis Ragam GR Ikan Patin Siam ... 23

5. Komposisi Vitamin Mixdalam Setiap Kemasan (1 kg) ... 24

(13)

I. PENDAHULUAN

Ikan Patin Siam Pangasianodonhypophthalmus adalah salah satu komoditas budidaya perikanan air tawar yang banyak diminati masyarakatkarena rasa dagingnya yang lezat dan bernilai jual ekonomi tinggi. Ikan patin siammemiliki ciri bentuk tubuh panjang, berwarna putih keperakan pada bagian perut dan biru kehitaman pada bagian punggung.

Untuk memenuhi permintaan masyarakat yang meningkat, ikan patin siam sudah dibudidayakan terutama di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan (Prihatman, 2000). Permintaan yang tinggi membuat pembudidaya terus berupaya untuk meningkatkan produksi. Upaya meningkatkan produksi ikan patin siammenghadapi kendala karena induk patin memijah secara musiman terutama pada musim hujan.

Salah satu cara yang dapat digunakan unuk meningkatkan frekuensi pemijahan adalah manipulasi hormonal dengan mempelajari siklus perkembangan gonad dengan bantuan gonadotropin, khususnya Follicle Stimulating Hormone(FSH), yang terdapat dalam Pregnant Mare Serum Gonadotropin(PMSG). PMSG adalah hormon yang terdapat dalam serum bangsa

Equidae dan memilikicara kerja merangsang pertumbuhan sel-sel interstitial dan pembentukan sel-sel lutea (Basuki, 1990)

PMSG telah digunakan pada mamalia terutama babi dan sapi untuk proses maturasi agar dapat berlangsung di luar musimnya dengan kombinasi HCG untuk menginduksi ovulasi dan membantu mempertahankan janin pada awal kehamilan (Ferchaud et al., 2010). Penggunaan PMSG dan HCG pada induk ikan patin siam diharapkan dapat memberi solusi dimana kombinasi FSH sebagai hormon pengendali vitelogenesis danLuteinizing Hormone(LH) sebagai hormon perangsang ovulasi mempercepat rematurasi induk patin siam yang hanya berlangsung pada musim pemijahannya.

Rematurasi yang lebih cepat dapat meningkatkan frekuensi pemijahan induk dan meningkatkan ketersediaaan benih sehingga dapat meningkatkan produksi ikan patin siam. Hasilyang didapat diharapkan dapat mendukung program MinapolitanKementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia yang menargetkan

(14)

2 kenaikan produksi patin siam sebagai salah satu komoditas unggulan (Susaptoyono, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat proses rematurasi ikan patinsiamPangasianodon hypophthalmus melalui pemberian hormon PMSG dan HCG serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan dan merupakan bagian dari sub set penelitian yang dirancang dengan peubah dosis.

(15)

II. BAHAN DAN METODE

2.1Prosedur

2.1.1 Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah kolam pemeliharaan induk berukuran 20x10x1,5 m. Kolam disurutkan, lalu dilakukan pemasangan patok-patok bambu sebagai tempat melekatkan jaring yang membagi kolam menjadi empat bagian sama besar untuk memisahkan ikan perlakuan dan ikan kontrol. Selanjutnya jaring dipasang sepanjang patok bambu menggunakan paku dan palu.Setelah itu kolam kembali diisi air hingga batas maksimal dan didiamkan 2 hari agar siap digunakan.

2.1.2 Persiapan dan Pemeliharaan Induk

Induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk betinayang sudah berumur4 tahun dan baru dipijahkan.Induk dijaring sebanyak 16 ekor (terdiri dari 12 ekor ikan perlakuan dan 4 ekor ikan kontrol) dan diperiksa kematangan gonadnya menggunakan kateter lalu dipilih induk yang tidak berisi telur. Kemudian induk ditimbang beratnya, diukur panjangnya, dan diberi tagging dengan cara menggores bagian atas kepala induk dengan benda tajam yaitu gunting membentuk simbol tertentu untuk membedakan induk yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya induk dipuasakan 3 hari lalu diberi pakan komersil tanpa vitamin mix selama3 hari.

2.1.3 Pencampuran dan Pemberian Pakan

Setelah induk beradaptasi dengan kolam pemeliharaan, pakan yang diberikan dicampur vitamin mix dengan merek egg stimulant menggunakan dosis 300 mgvitamin mix untuk 1 kg pakan.Vitamin mix merupakan bahan premix yang mengandung antibiotik dan multivitamin (Lampiran 5) untuk mencapai produksi optimal pada peternakan ayam. Pencampuran pakan dilakukan dengan memasukkan 1 liter air hangat dan 3 gram vitamin mixke dalam sprayer, lalu

sprayerdigoyang-goyangkan agar vitamin mix larut dalam air. Setelah itu larutan

(16)

4 sampai kering lalu disimpan, siap untuk diberikan pada ikan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 dengan FR 3%.

2.1.4 Penentuan Dosis dan Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan penyuntikan hormon PMSG dan HCG dalam berbagai dosis serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan, yaitu perlakuan 1 hormon PMSG dan HCG 5 IU dan 2,5 IU,perlakuan 2 hormon PMSG dan HCG 10 IU dan 5 IU, dan perlakuan 3hormon PMSG dan HCG 20 IU dan 10 IUper kilogram berat induk. Selain itu terdapat kontrol, yaitu induk yang tidak diberi perlakuan baik penyuntikan hormon maupun penambahan vitamin mix pada pakan.

Hormon yang digunakan diproduksi oleh perusahaan Intervet dengan merek dagang PG-600 yang mengandung 400 IU PMSG dan 200 IU HCG per ampul, terdiri dari 1 botol berisi bubuk kristal kering berwarna putih yang dibekukan dan 1 botol berisi 5 mℓ cairan pelarut (solvent). Perlakuan penyuntikan dilakukan seminggu sekali sebanyak 4 kali. Data berat induk pada saat persiapan induk dijadikan acuan untuk menentukan jumlah hormon PMSG dan HCG yang digunakan pada penyuntikan pertama, sedangkan untuk penyuntikan-penyuntikan selanjutnya berpatokan pada berat induk pada samplingmingguan sehingga jumlah yang disuntikkan berbeda pada tiap penyuntikan.

Hormon PMSG dan HCG digunakan dengan cara memasukkan solvent ke dalam botol berisi bubuk kristal dengan menggunakan syringe. Setelah itu hormon diencerkan dengan perbandingan 1 IU PMSG untuk 0,1 mℓ akuabides.Penghitungan dosis dan persiapan syringe dilakukan satu hari sebelum penyuntikan agar proses penyuntikan dapat berjalan lebih efektif. Sebelum disuntik induk dipuasakan selama 1 hari.

Penyuntikan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB diawali dengan penyurutan air kolam, penangkapan induk menggunakan jaring dan penempatan induk ke dalam hapa.Indukkemudian diangkat dari hapa dengan mata tertutup kain basah agar tidak berontak, lalu dilakukan penimbangan bobot, pengukuran panjang, pemeriksaantagginguntuk menentukan tingkat kebuntingan,dan pemeriksaan kematangan gonad dengan kateter.Setelah itu induk disuntik di

(17)

5 pangkal sirip dorsal pada bagian kanan dan dilepaskan kembali ke kolam pemeliharaan.Data sampling selama 21 hari kemudian dihitung (Lampiran 1) untuk mendapatkan nilai parameter rematurasi induk seperti bobot rata-rata induk,

Growth Rate (GR), dan Specific Growth Rate (SGR).

Setelah penyuntikan keempat induk dibiarkan hingga minggu ke-6 untuk dievaluasi tingkat kematangan gonadnya.Induk yang sudah matang gonad dipisahkan ke kolam pemijahan. Telur diambil dengan kateter dan diletakkan dalam wadah berisi larutan serra, yaitu larutan etanol, formalin, dan asam asetat dengan perbandingan 6:3:1. Untuk mengamati diameter telur, telur diamati di bawah mikroskop lalu didokumentasikan dengan kamera.

Induk yang dipisahkan disuntikdenganchorulon(perusahaan Intervet, memiliki kandungan 1500 IU per ampul bervolume 5 mℓ),yang berfungsi untuk membantu penyeragaman kematangan telur.Induk betina diangkat dari kolam, dikanulasi untuk diamati telurnya, lalu dilakukan penyuntikan menggunakan dosis 150 IU/kg induk.Selanjutnya dipilih induk jantan yang matang gonad lalu dimasukkan ke dalam kolam pemijahan induk.

Setelah 24 jam induk betina dikanulasi kembali dan dilakukan penyuntikan pada ikan jantan dan betina dengan ovaprim dosis 0,5 mℓ/kg induk. Dua belas jam setelah penyuntikan kedua dilakukan strippinginduk. Telur dan sperma dimasukkan dalam mangkuk, diberi larutan fisiologis NaCl 0,9%, dan dicampur dengan bulu ayam agar telur dan sperma merata. Setelah itu telur diambil dengan sendok makan dan ditebar ke dalam akuarium. Selanjutnya akuarium diberi

methylene blue dan elbaju, kemudian diamati Fertilization rate (FR) pada larva.

Larva menetas 18-24 jam setelah ditebar lalu dilakukan penghitungan Hatching

Rate (HR), dan setelah 4 hari pemeliharaansurvival rate (SR) larva diamati.

2.2Parameter yang Diamati 2.2.1 Specific Growth Rate (SGR)

Specific growth rate (SGR) adalah nilai yang menunjukkan pertumbuhan

(18)

6 Keterangan : SGR = Specific Growth Rate (%/hari)

t = waktu (21 hari)

wt = bobot induk pada hari ke-t (kg) w0 = bobot induk awal (kg)

2.2.2 Growth Rate (GR)

Growth rate (GR) adalah nilai yang menunjukkan pertumbuhan ikan pada

suatu waktu tertentu dengan membandingkan bobot ikan awal dan bobot akhir dengan rumus berikut :

Keterangan : GR = Growth Rate (gr/hari) t = waktu (21 hari)

wt = bobot induk pada hari ke-t (gr) w0 = bobot induk awal (gr)

2.2.3 Tingkat Kebuntingan

Kebuntingan diamati pada morfologi bagian perut induk yang membuncit dan berisi telur yang diketahui dengan kanulasi menggunakan kateter.Induk yang bunting adalah induk yang memiliki telur saat dilakukan kanulasi.Cara untuk menghitung persentase tingkat kebuntingan adalah dengan membandingkan jumlah ikan yang bunting dengan jumlah ikan sampel.

2.2.4Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang yang juga menunjukkan kualitas dari induk betina. Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan.

(19)

7 2.2.5 Diameter Telur

Diameter telur adalah panjang garis tengah telur sebelum dibuahi untuk menilai kematangan telur yang diukur pada mikroskop, kemudian dikonversi dengan faktor konversi dari pembesaran yang digunakan.

2.2.6Fertilization Rate (FR)

Fertilization rate (FR) adalah persentase jumlah telur yang dibuahi oleh

sperma dibandingkan dengan jumlah telur keseluruhan.

2.2.7Hatching Rate (HR)

Hatching rate(HR) adalah persentase jumlah telur yang menetas menjadi

larva dibandingkan dengan jumlah telur yang dibuahi.

2.2.8Survival Rate (SR)

Survival rate(SR) adalah persentase ikan yang bertahan hidup selama selang

waktu pemeliharaan (Effendie, 1979).

Keterangan : SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Nt = Jumlah larva ikan akhir

No = Jumlah larva ikan awal

2.3Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian subset dari sebuah penelitian faktorial dengan peubah dosis. Tim yang mengerjakan subset ini adalah Citra Fibriana, Uthami Nagin Lestari, dan Citra Fibriana (Tabel 1).

(20)

8 Tabel 1. Faktorial Percobaan

PMSG dan HCG Vitamin Mix 5 IU/kg dan 2,5 IU/kg 10 IU/kg dan 5 IU/kg 20 IU/kg dan 10 IU/kg 100 mg/kg pakan (Citra Fibriana)

200 mg/kg pakan (Uthami Nagin Lestari) 300 mg/kg pakan (Syifania Hanifah Samara)

Data yang diamati disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan signifikan dilakukan uji lanjut Tukeydengan hipotesis :

H0= Dosis PMSGdan HCG tidak berpengaruh terhadap rematurasi

induk patin siam.

H1= Dosis PMSGdan HCG berpengaruh terhadap rematurasi induk

(21)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Dari tabel dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan harian (specific growth

rate) bervariasi untuk setiap perlakuan dari 0,71±0,35%/hari sampai

2,19±1,34%/hari namun secara statistik tidak berbeda nyata (Lampiran 3). Demikian juga dengan pertambahan bobot mutlak (growth rate) dari 7,74±7,62 gram/hari sampai 23,81±19,44 gram/hari (Lampiran 4).

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian PMSG dan HCG memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap peningkatan SGR dan GR induk betina.Pengujian menunjukkan nilai P>0.05 pada ANOVA yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antar perlakuan sehingga uji lanjut tidak diperlukan(Tabel 2).

Tabel 2. Data Parameter Rematurasi Ikan Patin Siam

Perlakuan Ulangan Bobot

rata-rata (kg) GR (gr/hari) SGR (%/hari) Bunting (%) Induk matang gonad (%) Rentang waktu (Minggu ke-) Kontrol 4 0.97±0.54a 7.74±7.62a 0.71±0.35 a 100 0 N/A PMSG 5 IU& HCG 2,5 IU 4 1.27±0.45 a 23.21±10.35 a 1.77±0.48 a 100 0 N/A PMSG 10 IU& HCG 5 IU 4 1.37±0.43 a 23.81±19.44a 1.69±0.92 a 100 25 5 PMSG 20 IU& HCG 10 IU 4 0.68±0.12 a 15.48±9.82a 2.19±1.34 a 100 50 4 dan 6

Keterangan: Huruf superscript menunjukkan perbedaan signifikan dari analisis ragam antar perlakuan

N/A = Data tidak tersedia, rentang waktu menunjukkan interval waktu hingga induk mencapai matang gonad

Rematurasi lebih cepat terjadi pada semua induk perlakuan dimana 100% induk bunting namun tidak pada induk kontrol.Dari jumlah induk yang bunting, induk yang mencapai matang gonad terdapat pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kgberat induk sebesar 50% (2 ekor) dan perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kgberat induk sebesar 25% (1 ekor).

Induk perlakuan yang matang gonad dipijahkan dan pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat indukdiperoleh data fekunditas sebanyak 154.167

(22)

10 butir/kg, FR 64,86%, HR 81%, dan SR 98,63%. Untuk perlakuan penyuntikan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat indukdiperoleh data fekunditas 121.429±40.407butir/kg, FR 47,43±1,68%, HR 56,55±2,44% serta SR 84,81±3,7%. Induk perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2,5 IU/kg berat induk yang bunting tidak mencapai matang gonad dan tidak dipijahkan sehingga data parameter pemijahan dan diameter telur tidak tersedia.

Berikut adalah gambaran hasil pengukuran diameter telur ikan patin siamyang berhasil memijah.

Gambar 1. Diameter telur ikan patin siampada perlakuan PMSG dan HCG serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg

Hasil pengukuran diameter telur menunjukkan bahwa diameter telur pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk serta PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk mendekati kisaran normal yaitu 0,89±0,09 –1,03±0,07 mm (Lampiran 2). Penambahan chorulon meningkatkan diameter telur seperti yang ditunjukkan sebagai berikut (Gambar 2).

(a) (b)

Gambar 2. Hasil pengamatan diameter telur ikan patinsiam; (a) sebelum disuntik chorulon, (b) setelah disuntik chorulon.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Kontrol PMSG 5 IU + HCG 2,5 IU PMSG 10 IU + HCG 5 IU PMSG 20 IU + HCG 10 IU D ia m et er Te lu r (m m )

(23)

11 3.2 Pembahasan

Analisis ragam pada bobot rata-rata induk tidak berbeda secara nyata dengan bobot rata-rata pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk sebesar 1,37±0,43 kg, perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2.5 IU/kg berat induk 1,26±0,45 kg, kontrol 0,97±0,27kg, dan perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk sebesar 0,68±0,12 kg. Ikan yang telah menjadi induk pertumbuhan somatiknya relatif lambat sehingga bila terjadi peningkatan bobot, pertambahan bobotnya diasumsikan sebagai berat gonad yang ada dalam tubuh induk.Menurut Affandi dan Tang (2002), induk ikan betina yang sedang matang telur mengalami peningkatan bobot 10-25% dari bobot tubuh awalnya, sedangkan pada induk jantan pertambahan bobot hanya 5-10%.

Setelah 4 kali penyuntikan induk-induk yang disuntik hormon PMSG dan HCG tidak mengalami peningkatan bobot yang signifikan dibanding kontrol pada parameter bobot, GR, dan SGR, namun parameter untuk mengukur keberhasilan percepatan rematurasi seperti tingkat kebuntingan, diameter telur, dan persentase kematangan gonad memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.

Tingkat kebuntingan induk dihitung secara visual melalui pengamatan terhadap bentuk perut dan keberadaan telur dengan kanulasi.Perut induk ikan patin siam yang bunting terasa halus dan lembek bila diraba, lubang urogenitalnya bengkak dan berwarna merah tua.Tidak semua induk yang bunting telurnya siap untuk dibuahi, beberapa induk saat dikanulasi telurnya masih muda, jumlahnya sedikit dan bercampur air, atau bercampur darah.

Hasil kanulasi pada minggu keempat menunjukkan terdapat telur pada semua induk perlakuan, artinya semua induk perlakuan menunjukkan kebuntingan, sedangkan pada induk kontrol tidak didapatkan telur yang menunjukkan tidak ada kebuntingan. Berdasarkan hasil ini, penyuntikan PMSG dan HCG dan penambahan vitamin mix pada pakan mempengaruhi proses rematurasi sehingga kebuntingan induk perlakuan mencapai 100%.

Diameter telur berpengaruh terhadap jumlah kuning telur, yang merupakan sumber energi bagi embrio pada masa awal kehidupannya sebelum bisa mencari cadangan makanan dari proses perkembangan embrio dan larva semakin terjamin.

(24)

12 Diameter telur hasil pengamatan pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg berat induk serta PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk memiliki kisaran antara 0.76 – 1.08 mm yang mendekati kisaran diameter telur normal induk ikan patin siam tanpa penyuntikan PMSG dan HCG, yaitu 1 – 1.2 mm (BSN, 2000). Semua induk perlakuan PMSG 5 IU dan HCG 2,5 IU/kg berat induk bunting yang ditandai dengan keberadaan telur saat kanulasi, namun diameter telurnya tidak dihitung karena induk tidak mencapai matang gonad. Demikian pula pada induk kontrol yang tidak terdapat induk bunting sehingga perlakuan penyuntikan PMSG dan HCG berpengaruh terhadap diameter telur.

Latar belakang PMSG digunakan pada penelitian ini karena PMSG sudah lebih dulu digunakan dan berhasil untuk proses rematurasi pada mamalia yang berlangsung diluar musim perkawinannya. Penetapan dosis PMSG sebesar 5, 10, dan 20 IU/kg dihitung berdasarkan kalibrasi dari dosis PMSG yang umum digunakan pada hewan terestrial. Penelitian Gates dan Bozarts (1978) membuktikan bahwa tikus hibrid berusia 22-27 hari dapat matang gonad dengan pemberian PMSG dosis 2,5 IU.

Menurut Partodiharjo (1987), hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) adalah hormon yang berpengaruh terhadap aktivitas gonad. PMSG terdapat dalam konsentrasi tinggipada serum bangsa Equidae(kuda, keledai, zebra) yang sedang bunting muda dan dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus (Toelihere,1988dalamArdiansyah,2005).

PMSG terdiri atas Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH), bekerja merangsang terbentuknya folikel, merangsang

pertumbuhan sel-sel interstitial dan merangsang terbentuknya sel-sel lutea.Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang terdapat dalam darah

maupun urine wanita hamil dan telah diketahui dihasilkan oleh plasenta.HCG memiliki potensi LH yang amat kuat (Partodiharjo, 1987) dan telah digunakan untuk induksi ovulasi pada beberapa jenis lele Afrika (Eding et al., 1982; Mollah dan Tan, 1983dalamBasuki, 1990).

Pada proses pematangan gonad, sinyal lingkungan diterima oleh sistem syaraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan

(25)

13 Selanjutnya hipofisis melepaskan FSH yang bekerja pada sel teka dan mensintesis testosteron. Di lapisan granulosa, enzim aromatase akan mengubah testosteron menjadi estradiol-17β yang merangsang hati mensintesis vitelogenin (bakal kuning telur). Vitelogenin dibawa oleh aliran darah dan diserap oleh folikel oosit dan oosit membesar sampai ukuran maksimum yang dikenal dengan proses vitelogenesis. Telur kemudian berada dalam fase dorman menunggu sinyal lingkungan untuk pemijahan.

Bila sinyal lingkungan untuk pemijahan diterima oleh tubuh, hipotalamus melepaskan GnRH ke hipofisis. Sebagai respon, hipofisis akan mensekresikan LH yang juga bekerja pada lapisan teka oosit dan sel teka akan mensintesis hormon 17α-hidroksiprogesteron. Di lapisan granulosa, 17α-hidroksiprogesteron diubah menjadi 17α,20β-dihidroksiprogesteron (Maturation Inducing Steroid). Steroid ini akan merangsang faktor pemicu kematangan yang menyebabkan inti telur bermigrasi ke arah mikrofil kemudian melebur. Proses peleburan inti atau

Germinal Vesicle Break Down(GVBD) menyebabkan folikel telur pecah dan telur

akan dikeluarkan menuju rongga ovari (ovulasi). Telur yang sudah ovulasi telah matang secara fisiologis dan siap dibuahi (Zairin, 2003).

Sinyal lingkungan seperti hujan, perubahan suhu, substrat, dan petrichor berpengaruh terhadap kecepatan proses pematangan gonad. Pada wadah budidaya, sinyal-sinyal lingkungan tersebut seringkali hilang sehingga dilakukan rekayasa baik hormonal maupun non-hormonal untuk merangsang pematangan gonad.Rekayasa non-hormonal seperti optimasi suhu dan photoperiod kerap dilakukan, namun bila tidak berhasil merangsang pematangan gonad maka diperlukan rekayasa hormonal. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni di luar musim perkembangan gonad ikan patin siam. Dalam kondisi normal pemijahan ikan patin siam terjadi pada musim penghujan dengan frekuensi pemijahan 6 bulan sekali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu keempat terdapat induk perlakuan yang matang gonad namun tidak pada induk kontrol. Induk kontrol diduga akan matang gonad dalam waktu 6 bulan sesuai dengan siklus normal sehingga kombinasi hormon (PMSG dan HCG) serta vitamin mix berpengaruh

(26)

14 signifikan dalam mempercepat perkembangan dan pematangan gonad ikan patin siam.

Jumlah telur dan fekunditas tidak dipengaruhi oleh hormon (PMSG dan HCG), tetapi oleh egg stimulant yang mengandung BMD (Bacitracin Methyl

Disalisilate), vitamin, serta mineral (Prabowo, 2007).BMD adalah antibiotik

polipeptida yang berasal dari bakteri Bacillus subtilis yang berperan mencegah infeksi bakteri Clostriridum pada ayam serta mampu meningkatkan efisiensi pakan pada unggas (FFDCA, 2006 dalam Prabowo, 2007). Bacillus subtilis mampu hidup di lingkungan ekstrem dengan cara membentuk spora dan menghasilkan antibiotik untuk menghancurkan sesamanya sebagai cara untuk bertahan hidup. BMD menghambat sintesa dinding sel mikroba seperti

Clostridium walchii dan menyingkirkan racun yang dihasilkan oleh mikroba

tersebut. Dengan demikian, dinding usus menjadi lebih tipis dan penyerapan zat makanan lebih tinggi sehingga efisiensi pakan meningkat. Efisiensi pakan yang meningkat berarti penyerapan nutrisi lebih efisien pada proses metabolisme sehingga ketersediaan jumlah energi yang tersisa untuk pemanfaatan lebih banyak. Sisa energi tersebut dimanfaatkan untuk reproduksi sehingga fekunditas secara tidak langsung meningkat.

Disamping BMD, unsur lain yang berpengaruh terhadap perkembangan telur dan larva adalah vitamin C dan vitamin E yang bekerja secara sinergis sebagai antioksidan dan melindungi asam lemak secara in vivo dan in vitro (Machlin, 1990).

Peran vitamin C dalam reproduksi ikan telah diteliti oleh Sandnes et

al.(1984) pada ikan trout. Penelitiannya menunjukkan bahwa ikan yang mendapat

pakan dengan suplemen vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan dapat memproduksi telur lebih banyak dibandingkan ikan dengan pakan tanpa penambahan vitamin C. Kandungan vitamin C dalam vitamin mix mencapai 20.000 mg/kg sehingga diasumsikan vitamin mixdapat meningkatkan fekunditas ikan patin.

Vitamin Eberfungsisebagai antioksidan untuk melindungi lemak supaya tidak teroksidasi,misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat padamembran sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan hasil reproduksi

(27)

15 dapatditingkatkan. Selain itu vitamin E yang terdapat dalam vitamin mix diduga mempengaruhi proses vitelogenesis. Jumlah dan ukuran granula kuning telur bertambah sehingga volume lebih besar, dan diameter telur meningkat. Kebutuhan vitamin E untuk reproduksi berbeda untuk setiap spesies ikan.Hasil penelitian Yulfiperius et al. (2001)menunjukkan bahwa pakan yang mengandung 189,65 mg/kg vitamin E dapat meningkatkan SR larva ikan patin menjadi 78,77%.

Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan (Nikolsky, 1969 dalamMurtejo, 2008). Fekunditas telur yang paling baik terdapat pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk sebanyak 121.429 butir/kg induk diikuti perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg induksebanyak 154.167 butir/kg. Jumlah tersebut juga memenuhi persyaratan induk patin SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 120.000-200.000 butir/kg induk (BSN, 2000), sedangkan SR larva adalah 98,63% pada perlakuan PMSG 10 IU dan HCG 5 IU/kg dan 84,81±3,7% pada perlakuan PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg. SR dihitung pada hari keempat setelah larva menetas karena pada hari ketiga kuning telur larva sudah habis, dimana SR yang didapat mencerminkan kualitas larva hasil perlakuan penyuntikan hormon PMSG dan HCG, bukan dari pakanalami.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemijahan ikan patin siam dari 1 kali pemijahan dalam setahun menjadi minimal enam kali pemijahan per tahun. Harga induk patin siam matang gonad berkisar antara Rp. 150.000-Rp. 200.000/ekor, dengan asumsi memijah sekali dalam 6 bulan. Dengan penyuntikan hormon PMSG dan HCG induk dapat memijah minimal 6 kali dalam setahun dengan biaya Rp 31.500 untuk sekali pemijahan (Lampiran 6).Dosis ini digunakan karena dapat merangsang induk untuk mencapai matang gonad serta parameter derajat penetasan telur dan tingkat kelangsungan hidup larva lebih besar dibandingkan dengan dosis PMSG 20 IU dan HCG 10 IU/kg berat induk.

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan frekuensi pemijahan ikan patin siam sehingga produksi benih dapat ditingkatkan. Hal ini dapat mendukung peningkatan produksi ikan patin nasional.

(28)

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan dosis 10 IU dan 5 IU/kg berat induk yang

dikombinasikan dengan penambahan vitamin mix sebanyak 300 mg/kg pakan paling baik untuk mempercepat rematurasi dalam waktu 5 minggu dan frekuensi pemijahan ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmusminimal 6 kali per tahun.

4.2 Saran

PMSG dengan dosis 10 IU/kg dan HCG dengan dosis 5 IU/kg dapat digunakan untuk mempercepat proses rematurasi pada ikan patin siamPangasianodon hypophthalmus.

(29)

17

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang, U.M., 2002. Fisiologi Hewan Air.Unri Press, Riau.

Amstrong, D., 1981. Prostaglandin and follicular function.Journal Report.Fort.62, 283 -291.

Ardiansyah, 2005.Kajian komparatif superovulasi menggunakan FHS, PMSG, dan kombinasi PMSG – antibodi anti PMSG pada sapi perah FH dan sapi potong IO.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesa : 01-6483.3-2000. Produksi induk ikan patin siam (Pangasianodonhypophthalmus)kelas induk pokok (Parent Stock).

Basuki, F., 1990.Pengaruh kombinasi hormon PMSG dan HCG terhadap ovulasi

Clarias gariepinus(Burcell).[Tesis].Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendie, M.I., 1979. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Epler, P., 1981. Effect of Steroid and Gonadotropine Hormone on the Maturation of Carp Ovaries. Part VI.

Ferchaud, S., Guiollouet, P., Swarts, H., Pere, K., Driancourt, MA., 2010. Fertility and prolificacy following ovulation induction (by PG600 or hCG) and a single fixed-time AI. 21st International Pig Veterinary Society (IPVS) Congress 2010, Vancouver.

Gates, AH., Bozarts, JL., 1978. Ovulation in the PMSG-treated Immature Mouse : Effect of Dose, Age, Weight, Puberty, Season, and Strain. Department of Obstetrics and Gynecology, University of Rochester Medical Center, New York.

Huisman, E.A., 1987. Principles of Fish Production.Department of Fish Culture, Wageningen Agricultural University.Wageningen.

Machlin, L.J., 1990. Hand Book of Vitamin. Second Editional. Revised and Expanded.

Murtejo, H.E., 2008. Effektivitas Egg Stimulant Dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad Dan Produktivitas Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos frenatum). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Partodiharjo, S., 1987. Ilmu Reproduksi Ikan. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

(30)

18 Prabowo, W., 2007. Pengaruh dosis Bacitracine Methyle Disalisilat (BMD)dalam

egg stimulant yang dicampurkan dengan pakan komersil terhadap

produktifitas ikan lele sangkuriang Clarias sp. [Skripsi]. DepartemenBudidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prihatman, K., 2000. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.

Sandnes, K., Ulgenes, Y., Braekkan,O.R., Utne,F., 1984. The effect ascorbic acid supplementation in broodstock feed on reproduction of rainbow trout (Onchorhyncus mykiss). Aquaculture 43, 167-177.

Susaptoyono, Y., 2010. Minapolitan makin terpadu.Available at http://www.dkp.go.id/data/c/31/462 [21 November 2010].

Yulfiperius., Mokoginta, I., Jusadi, D., 2001. Pengaruh kadar vitamin E dalam pakan terhadap kualitas telur ikan patin (Pangasianodon

hypophthalmus). Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 1, Juni

2003.

Zairin, M. Jr., 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endikronologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(31)

19

LAMPIRAN

(32)

20 Lampiran 1. Data Bobot, GR, dan SGR Ikan Patin Siam

Perlakuan Sampling 29/4/2010 (kg) Sampling 3/5/2010 (kg) Sampling 10/5/2010 (kg) Sampling 17/5/2010 (kg) Sampling 5/24/2010 (kg) Rataan bobot (kg) GR (gr/hari) SGR (%/hari) kontrol 0.6 0.5 0.5 0.4 0.6 0.50 4.76 0.87 0.7 0.55 0.5 0.6 0.6 0.56 2.38 0.42 0.9 1.1 1.1 1.4 1.2 1.20 4.76 0.41 0.95 1.5 1.5 1.6 1.9 1.63 19.05 1.13 5 IU 0.8 1.1 1.2 1.5 1.8 1.40 33.33 2.37 0.8 1.4 1.7 2 2 1.78 28.57 1.71 0.6 1 1.1 1.2 1.45 1.19 21.43 1.79 0.7 0.7 0.6 0.6 0.9 0.70 9.52 1.20 10 IU 1.1 1.4 1.4 2 1.8 1.65 19.05 1.20 1 1 1 1.5 1.2 1.18 9.52 0.87 0.5 0.7 0.9 0.9 1 0.88 14.29 1.71 1.1 1.3 1.5 2 2.4 1.80 52.38 2.96 20 IU 0.5 0.7 0.6 0.9 0.9 0.78 9.52 1.20 1 0.5 0.6 1 1 0.78 23.81 3.35 0.6 0.5 0.4 0.6 1 0.63 23.81 3.35 0.7 0.5 0.4 0.5 0.6 0.54 4.76 0.87

(33)

21 Lampiran 2. Hasil Pengamatan Diameter Telur Ikan Patin (Pangasianodon

hypophthalmus)

Perlakuan Pengamatan Diameter Telur (mm)

1 2 3 4 5

Kontrol 0 0 0 0 0

5 IU 0 0 0 0 0

10 IU 0.76 0.86 1 0.96 0.9

(34)

22 Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.421 3 12 .008

ANOVA

Ulangan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4.729 3 1.576 2.101 .154

Within Groups 9.004 12 .750

Total 13.734 15

Lampiran 3. Analisis Ragam SGR ikan Patin Siam

SGR perlakuan PMSG dan HCG (%/hari)

kontrol 5 dan 2,5 IU/kg 10 dan 5 IU/kg 20 dan 10 IU/kg

0.87 2.37 1.2 1.2 0.42 1.71 0.87 3.35 0.41 1.79 1.71 3.35 1.13 1.2 2.96 0.87 Descriptives SGR N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

kontrol 4 .7075 .35406 .17703 .1441 1.2709 .41 1.13

5 IU 4 1.7675 .47919 .23960 1.0050 2.5300 1.20 2.37

10 IU 4 1.6850 .91755 .45878 .2250 3.1450 .87 2.96

20 IU 4 2.1925 1.34334 .67167 .0549 4.3301 .87 3.35

(35)

23 Lampiran 4. Analisis Ragam GR ikan Patin Siam

GR perlakuan PMSG dan HCG (gr/hari)

kontrol 5 dan 2,5 IU/kg 10 dan 5 IU/kg 20 dan 10 IU/kg

4.76 33.33 19.05 9.52 2.38 28.57 9.52 23.81 4.76 21.43 14.29 23.81 19.05 9.52 52.38 4.76 Descriptives GR N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

kontrol 4 7.7381 7.62277 3.81138 -4.3914 19.8676 2.38 19.05

5 IU 4 23.2143 10.35555 5.17777 6.7363 39.6923 9.52 33.33

10 IU 4 23.8095 19.44039 9.72020 -7.1245 54.7435 9.52 52.38

20 IU 4 15.4762 9.81692 4.90846 -.1447 31.0971 4.76 23.81

Total 16 17.5595 13.18153 3.29538 10.5356 24.5835 2.38 52.38

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.440 3 12 .280

ANOVA

GR

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 687.358 3 229.119 1.433 .282

Within Groups 1918.934 12 159.911

(36)

24 Lampiran 5. Komposisi Vitamin Mix dalam Setiap Kemasan (1 kg)

BAHAN KANDUNGAN Bacitracin MD 55000 mg Vitamin A 6000000 IU Vitamin D3 1000000 IU Vitamin E 2000 mg Vitamin K3 1000 mg Vitamin B1 2000 mg Vitamin B2 5000 mg Vitamin B6 1000 mg Vitamin B12 2 mg Vitamin C 20000 mg Ca-d-pantothenat 48000 mg Nicotic acid 15000 mg Folic acid 250

(37)

25 Lampiran 6. Perhitungan Biaya Penyuntikan

Asumsi berat induk 1 kg dan dosis yang digunakan adalah PMSG 10 IU/kg dan HCG 5 IU/kg

PMSG dan HCG

1 botol (400 IU PMSG + 200 IU HCG) = Rp 150.000

Penggunaan PMSG untuk 4 kali penyuntikan adalah 4 x 10 = 40 IU PMSG Maka biaya hormon adalah 40/400 x Rp 150.000 x 1 kg bobot = Rp 15.000

Chorulon

Harga 1 ampul (1500 IU) = Rp 85.000 Penggunaan dosis 150 IU/kg = Rp 8.500

Ovaprim

Harga 1 botol (10 botol) = Rp 160.000 Penggunaan dosis 0,5 ml/kg = Rp 8.000

Biaya penyuntikan = Hormon + Chorulon + Ovaprim = Rp 15.000 + Rp 8.500 + RP 8.000 = Rp 31.500

Gambar

Tabel 2. Data Parameter Rematurasi Ikan Patin Siam
Gambar  1.  Diameter  telur  ikan  patin  siampada  perlakuan  PMSG  dan  HCG  serta    penambahan vitamin mix 300 mg/kg

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Sarjana yang berjudul “Pengaruh Bilangan Reynold Terhadap Kecepatan Sudut Turbin Gorlov Hydrofoil NACA 0012-34 Sudut Kemiringan 45°” ini dimaksudkan untuk memenuhi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai konflik batin yang terjadi pada tokoh utama dalam novel Milea: Suara dari Dilan karya Pidi Baiq, maka

adalah teknik pengambilan sampel, yang semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Non

Reaksi distonia merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama, biasanya

Selanjutnya, ada tiga rekomendasi untuk penataan ulang ruang baca, yaitu: (1) Penataan ulang ruang dengan membagi zonning antara area baca, area rak buku area katalog, dan

menemukan konsep atau rumusan dari pengalaman belajar yang mereka lakukan), Demonstrasikan (beri kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mengerti dan paham akan

Melalui metode Design Process yang diadaptasi dari metode perancangan milik Gareth Sleightholme, dan rumusan masalah sebagai tolak ukur, diharapkan modul yang

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva, struktur aktiva, dan pajak terhadap keputusan pendanaan pada Perusahaan Property