Variabilitas Tinggi Muka Laut
TPL bulanan rata-rata dari tahun 2002-2012 ditampilkan pada Gambar 6 – 7. Secara umum bahwa pada musim timur (Juni-Agustus) dan musim peralihan II (September-November) menunjukkan gambar yang berwarna hijau muda yang artinya bernilai negatif/nilai rendah. Pada musim barat (Desember-Februari) dan musim peralihan I (Maret-Mei) menunjukkan gambar yang berwarna merah yang artinya bernilai positif/nilai tertinggi.
TPL mulai meningkat dari bulan Desember-Maret dengan nilainya berkisar antara 0.083-0.1498 m dan mencapai puncaknya pada bulan Maret (musim peralihan I) dengan nilai sebesar 0.1498 m kemudian TPL mulai menurun pada musim timur dimana pada bulan Juni-Agustus dengan nilainya yang berkisar antara 0.0489 - (-0.02) m dan TPL minimum pada bulan Agustus dengan nilainya sebesar -0.02 m. TPL pada bulan September dan Oktober mulai meningkat
berkisar antara nilai -0.007-0.020 m. Pola sebaran TPL merata sepanjang tahun dari bulan Desember-Mei
kemudian pola sebarannya mulai berubah dari bulan Juni-November dimana pada musim barat TPL mencapai maksimum dan pada musim timur minimum.
Hal ini disebabkan karena perairan Indonesia yang dipengaruhi oleh sistem pola angin muson memiliki pola sirkulasi massa air yang berbeda dan bervariasi antara musim.
17
Gambar 6 TPL rataan bulanan pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei dan Juni dari Tahun 2002-2012
Gambar 7 TPL rataan bulanan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember dari Tahun 2002-2012
18
Disamping itu, juga dipengaruhi oleh massa air Lautan Pasifik yang melintasi perairan Indonesia menuju Lautan Hindia melalui sistem arus lintas Indonesia (ARLINDO) [Wyrtki, 1961]. Menurut Wyrtki (1961) bahwa sirkulasi massa air perairan Indonesia berbeda antara musim barat dan musim timur. Dimana pada musim barat, massa air umumnya mengalir ke arah timur perairan Indonesia, dan sebaliknya ketika musim timur berkembang dengan sempurna suplai massa air yang berasal dari daerah upwelling di Laut Arafura dan Laut Banda akan mengalir menuju perairan lndonesia bagian barat.
Siklus tahunan TPL pada Gambar 8 menunjukkan bahwa grafik TPL mulai meningkat dari bulan Januari, Pebruari dan mencapai puncak maksimum pada bulan Maret. Kemudian mulai menurun dari bulan Maret-Agustus dengan titik terendah terjadi pada bulan Agustus, selanjutnya mulai meningkat sampai pada bulan Desember. Sehingga kita dapat ketahui bahwa pada musim barat terjadi penumpukan massa air dan pada musim timur terjadi pengurangan massa air.
Sesuai dengan pendapat Wyrki (1961) maka pada musim barat akan terjadi penumpukan massa air di Laut Banda sehingga terlihat bahwa TPL di Laut Banda
pada musim barat sangat tinggi. Pendapat ini dikuatkan juga oleh Ilahude et al. 1990; Wetsyen et al. 1990; Zijlstra, 1990 bahwa pada musim barat, banyak massa air yang diangkut Armondo dari Laut Jawa ke Laut Banda sehingga terjadi surplus disini dan untuk menimbali surplus tersebut sehingga terjadilah penyasapan (downwelling) air di Laut Banda yang diikuti oleh arus ke Laut Banda.
Sebaliknya pada musim timur, Armondo banyak mengangkut air ke Laut Jawa dari Laut Banda dan sekitarnya sehingga terjadilah defisit massa air di Laut Banda dan untuk menimbali defisit tersebut taiklah (upwelling) massa air dari lapisan-lapisan bawah ke lapisan atas.
Selama monsun barat laut, dari Desember hingga Pebruari, air permukaan dari Laut Jawa dan Selat Makassar didorong dari Laut Flores ke Laut Banda. Sebaliknya selama monsoon tenggara, dari Juni sampai Agustus, air permukaan didorong dari Laut Banda ke dalam Flores, Jawa, dan Laut China Selatan (Gordon et al. 1994).
Gambar 8 Siklus tahunan dari TPL di Laut Banda Tahun 2002-2012
19 Suhu Permukaan Laut
Pada Gambar 9-10 menunjukkan bahwa SPL secara bulanan dari tahun 2002-2012, pada musim barat (Desember-Pebruari) menunjukkan warna hijau sampai kuning dengan suhu hangat yang berkisar antara 29.59oC-30.68oC dan suhu tertinggi ditemukan pada bulan Desember dengan nilai sebesar 30.68oC. Kemudian pada musim peralihan I (Maret-Mei) suhu mulai menurun berkisar antara 28.22oC-30.06oC.
SPL mengalami penurunan yang sangat drastis pada musim timur (Juni- Agustus) menunjukkan warna biru sampai ungu dengan nilai berkisar antara 26.67oC-28oC dan nilai suhu yang terendah ditemukan pada bulan Agustus dengan nilai sebesar 26.67oC. Kemudian suhu mulai naik pada musim peralihan II (September-November) berkisar antara 27.36oC-30.31oC.
Pola sebaran SPL juga merata sepanjang tahun dari bulan November-April dan kemudian berubah pola sebarannya dari bulan Mei-September. Pola sebaran SPL yang tinggi bergerak menuju ke timur sedangkan pola sebaran SPL yang terendah terlihat bergerak menuju ke barat. Di Laut Banda ditemukan suhu rendah pada musim timur (bulan Agustus) dengan nilai 26.67oC dan suhu tinggi pada musim barat (bulan Desember) dengan nilai 30.68oC. Sesuai dengan hasil penelitian Gordon dan Susanto, 2001 bahwa SPL di Laut Banda bervariasi dari yang rendah 26.5 oC pada bulan Agustus sampai yang tinggi 29,5oC pada bulan Desember-Mei. Variasi terbaik dari SPL di Laut Banda terjadi di timur Laut
Banda dan Arafura. Pergantian musim mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kondisi
hidrologi perairan. Dikatakan pula bahwa Musim Timur menyebabkan terjadinya upwelling di Laut Banda dan stabilitas vertikal pada kolom perairan menjadi rendah. Namun pada Musim Barat terjadi downwelling dengan stabilitas vertikal kolom perairan menjadi tinggi (Schalk, 1987).
SPL di Indonesia umumnya berkisar 28-32oC. Lokasi dimana terjadi penaikan air (upwelling), seperti di Laut Banda dan di selatan Jawa pada Musim Timur, suhu permukaan bisa turun hingga menjadi 24-25oC. Hal ini disebabkan karena air yang dingin di lapisan bawah terangkat naik ke atas. Selanjutnya dikatakan bahwa pada bulan Agustus di saat terjadinya upwelling, suhu permukaan perairan berkisar pada 25oC, sedangkan pada bulan Pebruari di saat terjadinya downwelling, suhu permukaan perairan lebih dari 25oC dan umumnya perairan lebih berstratifikasi di bagian barat Laut Banda.
Suhu permukaan Indonesia umumnya berkisar antara 25-30oC dan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman hingga 80 db, sedangkan salinitas permukaan laut berkisar antara 31,2-34,5 ‰ (Tomascik et al. 1997a).
Pada Musim Barat, air yang lebih dingin dari utara menyusup ke Laut Cina Selatan yang membuat perairan disini menjadi lebih dingin, sekitar 26-27oC (Nontji, 2011). Ilahude dan Gordon (1996) mengatakan bahwa suhu permukaan bagian sentral Laut Banda pada musim timur berkisar antara 25,7-26,1 oC dengan salinitas 34,1-34,4 ‰ sedangkan musim barat suhu berkisar antara 29,6-30,3 oC
20
Gambar 9 SPL rataan bulanan pada bulan Januari, Pebruari,
Maret, April, Mei dan Juni dari Tahun 2002- 2012
Gambar 10 SPL rataan bulanan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember dari Tahun 2002-2012
21 Dari Gambar 11 menunjukkan bahwa suhu terendah terjadi pada bulan Agustus saat musim timur dan suhu tertinggi pada bulan Desember saat musim barat. Suhu terendah terjadi pada musim timur karena adanya upwelling dimana zat-zat hara dari bawah laut dengan air yang dingin terangkat ke atas permukaan sehingga daerah permukaan menjadi dingin. Pada musim barat suhu menjadi tinggi karena adanya massa air hangat dari Laut Jawa yang dibawa menuju bagian timur sehingga terjadi penumpukan air hangat di Laut Banda dan terus ke Laut Arafura.
Klorofil-a
Pada Gambar 12–13 menunjukkan bahwa klorofil-a secara bulanan dari tahun 2002-2012 pada musim barat (Desember–Pebruari) dan musim peralihan I (Maret-April) menunjukkan nilai kandungan klorofil-a yang rendah dengan indikasinya berwarna ungu. Nilai kandungan klorofil-a pada musim barat berkisar antara 0.125-0.145 mg/m3 dan nilai kandungan klorofil-a pada musim peralihan I berkisar antara 0.125-0.146 mg/m3.Kandungan klorofil-a mulai meningkat pada musim timur (Juni-Agustus) yang menunjukkan warna biru muda sampai merah tua dan mulai menurun pada musim peralihan II (September-Nopember).
Nilai kandungan klorofil-a pada musim timur berkisar antara 0.285-0.458 mg/m3 dan nilai kandungan klorofil-a pada musim peralihan II berkisar antara 0.134-0.372 mg/m3. Nilai kandungan klorofil-a yang tinggi terjadi pada musim timur yaitu pada bulan Agustus dengan nilai 0.458 mg/m3 dan terendah pada musim barat yaitu pada bulan Desember dengan nilai 0.125 mg/m3.
Gambar 11 Siklus tahunan dari SPL di Laut Banda dari Tahun 2002-2012
22
Gambar 12 Klorofil-a rataan bulanan pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei dan Juni dari Tahun 2002-2012
Gambar 13 Klorofil-a rataan bulanan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember dari Tahun 2002-2012
23 Nilai kandungan klorofil-a tertinggi pada musim timur disebabkan karena angin tenggara pada musim timur (Juli-Agustus) mendorong banyak massa air dari Laut Banda dan sekitarnya ke barat lewat Laut Flores dan masuk ke Laut Jawa sehingga mengakibatkan di Laut Banda dan sekitarnya terjadi defisit air di permukaan yang harus diganti dari bawah dan penaikan air tersebut itulah yang disebut upwelling (Wyrtki, 1961).
Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993), selanjutnya peranan pemompaan Ekman untuk memperkaya lapisan permukaan dengan zat hara. Juga sesuai penelitian Gieskes et al. (1988) bahwa kosentrasi klorofil-a pada bulan Agustus 1984 diatas zona euphotik lima (5) kali lebih tinggi dari bulan Pebruari 1985. Kosentrasi klorofil-a meningkat dengan nilai kosentrasi yang mencapai 5-15 kali lebih tinggi pada musim upwelling (Juli-Agustus) sehingga meningkatkan produktivitas perairan di Laut Banda (Wiadnyana, 1999).
Sesuai Gambar 14 bahwa daerah pantai di sekitar Pulau Ambon, Pulau Saparua dan Pulau Kei kandungan klorofil-a nya sangat tinggi. Hasil penelitian dari Yusuf dan Wouthuyzen (1997) bahwa kelimpahan fitoplankton di perairan Laut Banda relatif padat menyebar di sebelah selatan P. Manipa, P. Ambon dan P. Lease dan semakin meningkat di sekitar Teluk Elpaputih, sebelah timur P.Saparua dan di sekitar P.Saparua. Ini berarti bahwa ada kesamaan dari hasil penelitian ini dimana kelimpahan fitoplankton disebabkan karena adanya klorofil-a yang tinggi di sekitar perairan pantai tersebut.
Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Produksi di perairan pantai umumnya lebih besar dari pada di perairan lepas pantai. Produksi yang tinggi umumnya mendapatkan masukan zat hara dari sungai-sungai besar di daratan. Di perairan lepas pantai produksi juga dapat meningkat karena adanya upwelling (Nontji, 2011).
Divergen pada lapisan permukaan di Laut Banda dapat mencapai 4 Sv, dan akan mempengaruhi bentuk dari transport air permukaan yang berhubungan dengan ITF (Gordon dan Susanto, 2001). Menurut Wyrtki (1985) bahwa ada hubungan antara Ekman pumping di Laut Banda dan lapisan permukaan yang menuju ke Samudera Hindia.
Besarnya air permukaan yang keluar akan terjadi selama periode upwelling monsoon tenggara (lapisan permukaan divergen) dan akan berkurang eksportnya ketika Laut Banda mengalami transport Ekman penyebab downwelling (konvergen) terjadi pada monsoon barat laut. Permukaan air Laut Banda menuju ke timur masuk ke Halmahera dan Laut Maluku atau menuju ke barat masuk ke Laut Jawa dan selat Makassar (Wyrtki, 1958, 1961).
Tingginya kadar klorofil di Laut Banda dibandingkan dengan perairan lainnya disebabkan karena adanya upwelling. Pada bulan September di permukaan Laut Banda kadar klorofil lebih dari 0,40 mg/m3 ditemukan dibagian tengah, membentang kurang lebih dari barat-laut ke tenggara sedangkan daerah dengan kadar yang rendah (kurang dari 0,20 mg/m3) terdapat di bagian selatan terutama di sekitar Pulau-pulau Tanimbar. Pada lapisan yang lebih dalam, klorofil-a lebih banyak ditemukan di bagian tenggara (Nontji, 1974).
24
Pada musim barat (Desember-Februari) kandungan klorofil-a rendah karena angin dan arus di Laut Jawa berhembus dari barat menuju ke timur sehingga massa air dari Laut Cina Selatan dengan suhu lebih rendah mengisi Laut Jawa (Wyrtki 1961). Massa air pada musim barat dari Laut Jawa bersuhu hangat menuju ke Laut Banda sehingga menyebabkan SPL menjadi tinggi maka kandungan klorofil-a menjadi rendah karena rendahnya zat hara di daerah tersebut. Menurut Waworunto et al. (2000) bahwa stratifikasi dan komposisi massa air di Laut Banda dipengaruhi oleh divergen Banda.
Dari Gambar 14 terlihat bahwa adanya fluktuasi klorofil-a di Laut Banda dimana terjadi 3 puncak dan 3 lembah. Puncak tertinggi terjadi pada musim timur (Agustus) kemudian pada musim peralihan I (Maret) dan musim barat (Januari). Titik terendah dari klorofil-a terjadi pada musim peralihan I (April) dan musim barat (Pebruari dan Desember). Klorofil-a mulai meningkat pada bulan Mei dan mencapai puncak tertinggi pada bulan Agustus kemudian akan menurun pada bulan September sehingga dapat dikatakan bahwa klorofil-a tinggi terjadi pada bulan Agustus dimana sesuai dengan penelitian Wyrtki (1962) dan Edward dan Tarigan (2001) menyatakan bahwa Upwelling di Laut Banda terjadi
pada bulan Juni-Agustus dan puncaknya pada bulan Agustus. Juga menurut Hendiarti et al. (2005) bahwa selama musim timur, suhu permukaan laut akan menurun dan naiknya kandungan klorofil disebabkan oleh adanya Ekman upwelling. Gordon dan Susanto (2001) menyatakan bahwa di Laut Banda, Ekman upwelling mencapai maksimum pada bulan Mei dan Juni.
Gambar 14 Siklus tahunan dari Klorofil-a di Laut Banda Tahun 2002-2012
25 Angin
Pola sirkulasi angin permukaan di atas perairan Laut Banda rata-rata bulan Januari-Desember dari tahun 2002-2012 ditunjukkan pada Gambar 15-16. Terlihat bahwa pola sirkulasi angin zonal pada bulan Januari dengan kecepatan 5.32 m/det dan angin meridional dengan kecepatan -1.02 m/det dengan posisi 3.5oLS-4.8oLS bergerak dari bagian barat daya ke tenggara. Pada posisi 4.9oLS - 7.5oLS pola sirkulasi angin bergerak dari bagian barat ke timur setelah itu pola angin akan berubah menuju ke arah tenggara pada posisi 130oBT-135oBT dengan pola angin yang sama kuatnya.
Pada bulan Pebruari pola sirkulasi angin zonal dengan kecepatan 4.90 m/det lebih kuat dari bulan Januari. Angin meridional dengan kecepatan -1.34 m/det mempunyai pola sirkulasi yang sama dimana pada posisi 3.5oLS-5.3oLS pola sirkulasi angin bergerak dari barat laut ke tenggara dan pada posisi 5.4oLS-7.5oLS pola sirkulasi angin bergerak dari barat ke timur. Pada posisi 130oBT-135oBT maka pola angin akan berubah ke arah tenggara.
Pada bulan Maret pola sirkulasi angin zonal dengan kecepatan 3.50 m/det lebih lemah dari bulan Januari-Pebruari. Angin meridional dengan kecepatan -0.32 m/det mengalami perubahan yang besar dimana arahnya searah jarum jam dan bergerak dari tenggara ke barat laut pada posisi 5.5oLS-7.5oLS. Pada posisi 3.5oLS-4.9oLS sampai 125oBT pola sirkulasi angin akan bergerak ke utara setelah itu pada posisi 127oBT pola angin akan bergerak ke arah timur laut. Pada bulan April-Oktober mempunyai pola sirkulasi angin yang sama arahnya bergerak dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan angin yang berbeda-beda dimana nilainya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pola sirkulasi angin zonal pada bulan Nopember dengan kecepatan -0.59 m/det dan angin meridional dengan kecepatan 1.63 m/det. Pola sirkulasinya mulai berubah arah dimana bergerak dari barat ke arah timur laut. Arah angin akan kembali berubah arahnya dari barat ke timur terjadi pada bulan Desember dimana pola sirkulasinya sama dengan pola sirkulasi angin permukaan pada bulan Januari-Pebruari dengan kecepatan angin zonal sebesar 2.95 m/det dan kecepatan angin meridional sebesar -0.12 m/det.
Awal musim peralihan I (Maret) dan akhir musim peralihan II (November) mempunyai pola sirkulasi yang berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Gambar 17 menunjukkan bahwa adanya fluktuasi angin zonal (U) dan meridional (V) di Laut Banda dimana kurvanya terlihat berbanding terbalik. Hal tersebut berarti bahwa saat angin zonal negatif (-) maka angin meridional akan positif (+). Angin zonal mulai menurun pada bulan Pebruari dan mencapai titik terendahnya pada bulan Juni dan mulai tinggi dari bulan Juli dan mencapai puncak tertinggi pada bulan Desember.
Angin meridional mulai meningkat pada bulan Pebruari dan mencapai puncaknya pada bulan Juni setelah itu mulai menurun pada bulan Juli sampai mencapai titik terendah pada bulan Desember.
26
Gambar 15 Pola sebaran angin bulanan pada bulan
Januari, Pebruari, Maret, April, Mei dan Juni di Indonesia dari Tahun 2002-2012
Gambar 16 Pola sebaran angin bulanan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember di Indonesia dari Tahun 2002-2012
27
Sebaran TPL Berdasarkan Waktu
Pola sebaran TPL berdasarkan waktu dapat dilihat pada Gambar 18, dimana variabilitas TPL pada transek 1 berdasarkan perbedaan bujur dari timur ke barat
Gambar 17 Siklus tahunan dari angin di Laut Banda Tahun 2002-2012
Gambar 18 TPL bulanan selama Tahun 2002-2012 (a) pada posisi 124oBT-133oBT dan (b) pada posisi 3.5oLS-7.5oLS di Laut Banda
28
(Gambar 18a) tinggi pada tahun 2006, 2008-2012 setiap bulan November-Mei dengan nilai antara 0.08-0.26 m. TPL juga rendah pada bulan November-Maret di tahun 2002-2005. Rendahnya TPL pada bulan-bulan tersebut disebabkan karena adanya pengaruh El Nino kuat dimana El Nino 1 terjadi pada tahun 2002 dan El Nino 2 pada tahun 2004. TPL rendah juga pada setiap bulan Juni-Agustus dengan nilai berkisar antara -0.08-0.04 m. Pada tahun 2006 TPL tinggi pada bulan Juni- Agustus, hal ini juga disebabkan karena masih adanya pengaruh La Nina 1 pada tahun tersebut. Berdasarkan bujur maka TPL sangat tinggi pada posisi bujur 127 BT-129 BT dengan nilai sampai mencapai 0.26 m. TPL rendah pada posisi bujur 129 BT-133 BT dengan nilai sampai mencapai -0.12 m.
Berdasarkan perbedaan lintang maka TPL rendah pada setiap bulan Juli- Agustus dan ditemukan tinggi pada setiap bulan Desember-Maret dan menyebar merata pada semua lintang. TPL sangat tinggi pada tahun 2012 dengan nilai 0.1- 0.16 m dan menyebar dari lintang rendah sampai lintang tinggi sedangkan tahun 2011 tinggi mulai dari lintang rendah dan mulai menurun pada lintang tinggi. TPL rendah pada tahun 2002 pada lintang rendah dan menuju ke lintang tinggi mulai naik.
Sebaran SPL Berdasarkan Waktu
Pola sebaran SPL berdasarkan waktu dapat dilihat pada Gambar 19 dimana variabilitas SPL pada transek 1 berdasarkan perbedaan bujur dari timur ke barat (Gambar 19a) sangat tinggi dari bulan Oktober-Mei dengan nilai 30oC-32oC dan ditemukan hampir di semua lokasi dari posisi bujur yang rendah sampai bujur yang tinggi. SPL yang tinggi terjadi pada tahun 2010 dan berada pada posisi dari timur ke barat, sedangkan SPL yang rendah berada juga pada posisi dari arah timur ke barat pada tahun 2004, 2006 serta 2007 dan masih tetap terlihat stabil.
Suhu yang rendah terjadi pada setiap bulan Juni-Agustus sepanjang tahun 2002-2009 dan 2011-2012 dengan nilai 25oC-26oC tetapi pada bulan Juni-Agustus tahun 2010 suhu berubah menjadi tinggi sekitar 27oC. Perubahan suhu ini terjadi karena pada tahun 2010 terjadi El Nino 4 yang juga merupakan El Nino terkuat dengan rentang waktu yang lama yaitu 10 bulan yang menyebabkan sehingga suhu menjadi tinggi pada tahun ini.
Variabilitas SPL tinggi maupun rendah dan menyebar di semua tempat dan biasanya SPL rendah di mulai pada posisi bujur yang tinggi dari bagian timur kemudian selanjutnya akan melemah di bagian barat. Sesuai dengan hasil penelitian dari Boely et al. (1990) menunjukkan bahwa ditemukan di sebelah timur Laut Banda SPL lebih kuat daripada di sebelah barat. Pada bulan Juli- Agustus (musim timur) tahun 2002, 2003, 2005, 2008, 2009, 2011, 2012 variabilitas SPL sangat rendah terlihat di sekitar posisi bujur yang tinggi hal ini terkait dengan terjadinya upwelling selama musim timur. Hal ini juga sesuai dengan variabilitas SPL berdasarkan lintang yang berbeda (Gambar 19b) dimana sangat jelas terlihat perbedaan antara SPL yang rendah dan SPL yang tinggi. SPL yang tinggi ditemukan pada bulan Oktober-Mei dari tahun 2002-2012 dengan nilai mencapai 29oC-31oC dan ditemukan dari utara menuju ke selatan atau dari lintang rendah sampai lintang tinggi. Suhu yang terendah ditemukan pada setiap bulan Juni-Agustus tahun 2002-2012 dengan nilai mencapai 25oC-28oC tetapi
29 pada bulan Juli-Agustus 2010 suhu yang rendah ditemukan antara 4oLS-4.5oLS dan 5.3oLS-7oLS tetapi tidak terlalu kuat karena terjadinya El Nino 4 yang sangat kuat dengan periode yang panjang.
Sebaran Klorofil-a Berdasarkan Waktu
Pola sebaran klorofil-a berdasarkan waktu pada lintang dan bujur yang berbeda (Gambar 20), dimana pada posisi bujur berbeda terlihat bahwa klorofil-a tertinggi dimulai dari sebelah timur dengan posisi bujur yang tinggi (Gambar 20a). Klorofil-a ditemukan tinggi pada setiap bulan Juni-Agustus tahun 2004, 2006 dan 2007 disaat SPL rendah dan merata sepanjang arah timur ke barat atau dari bujur yang tinggi ke bujur yang rendah. Menurut hasil penelitian Moore et al. (2003) bahwa biomassa fitoplankton tertinggi ditemukan di sebelah timur Laut Banda, sedangkan klorofil-a yang rendah ditemukan pada setiap bulan September-Mei selama tahun 2002-2012.
Dengan demikian maka hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang sedang dilakukan dimana klorofil-a ditemukan tinggi di sebelah timur. Klorofil-a merupakan indikator untuk menduga biomassa fitoplankton dan mempelajari proses fotosintesis.
Gambar 19 SPL bulanan selama Tahun 2002-2012 (a) pada posisi 124oBT-133oBT dan (b) pada posisi 3.5oLS-7.5oLS di Laut Banda
30
Pada bulan Juli-Agustus tahun 2010 terjadi perubahan klorofil-a menjadi sangat rendah karena pada saat itu suhu berubah menjadi tinggi. Perubahan ini diakibatkan karena terjadinya El Nino 4 (El Nino yang kuat) dengan periode yang lama yaitu 10 bulan. Begitu juga dengan variabilitas klorofil-a berdasarkan lintang yang berbeda (Gambar 20b), dimana klorofil-a tertinggi ditemukan pada bulan Oktober 2002, Juni -Agustus 2003, Juli-Agustus 2004, Juni-Agustus 2005-2006,
Juli-Agustus 2011 dan Juni-Agustus 2012. Pada tahun 2008 di Laut Banda tertutup awan sehingga data kandungan klorofil-a dibagian lintang yang rendah tidak diketahui, sedangkan tahun 2007 dan 2009 kandungan klorofil-a sangat rendah diduga karena telah terjadi pemangsaan oleh zooplankton.
Variabilitas
Siklus Tahunan