Berdasarkan penelitian tentang hubungan keterlibatan ayah dengan perilaku agresif siswa SMKN 2 di Kupang, diperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar -0,136 dengan signifikansi sebesar 0.019 ( p < 0.05) yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima karena terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif siswa di SMKN 2 Kupang. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang negatif signifikan antara keterlibatan ayah dengan perilaku agresif siswa SMKN 2 di Kupang, atau dapat dikatakan, semakin tinggi skor keterlibatan ayah maka semakin rendah skor perilaku agresif siswa. Sebaliknya semakin rendah skor keterlibatan ayah maka semakin tinggi skor perilaku agresif siswa.
Secara umum hasil pengukuran ini mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dan perilaku agresif siswa memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena, pertama ayah lain yang lebih terlibat dalam pengasuhan merasakan bahwa adanya peran ayah yang sangat kuat didalam keluarga sehingga memberikan pengaruh terhadap anak (siswa) untuk tidak berperilaku agresif. Kedua, setiap ayah yang tidak terlibat dalam pengasuhan menyadari bahwa perilaku agresif siswa merupakan suatu variabel yang perlu dibenahi oleh mereka untuk menghadapi tantangan – tantangan yang terjadi pada saat proses pertumbuhan.
Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan wawancara dilakukan pada beberapa siswa yang terlibat dalam aksi agresif, menyadari bahwa pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Hal ini senada dengan pendapat Dagun (2005) dalam Simasari mengenai bagaimana orang tua terlibat dengan anaknya akan mempengaruhi perilaku pada perkembangan anak. Anak yang tidak mendapatkan asuhan dan perhatian dari ayah menyebabkan perkembangannya menjajdi pincang, dimana aktivitas sosialnya terhambat dan
terbatas dalam interaksi sosialnya. Sependapat dengan enelitian yang dilakukan oleh Strom (Strom, 2002) tentang peran ayah dalam kehidupan remaja menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam kehidupan remaja, terutama dalam pendidikan dan pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan social skill.
Penelitian yang dilakukan oleh Hetherington dkk. (Lamb,1992) menjelaskan bahwa keberadaan ayah dalam kehidupan anak akan memudahkan dalam pemantapan hubungan dengan orang lain, penyesuaian perilaku, dan sukses dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Penelitian tersebut senada dengan hasil penelitian ini bahwa keberadaan ayah dalam kehidupan anak dapat memudahkan anak dalam menjalin hubungan baik dengan lingkungan sosial anak. Semakin terlibat ayah berada dalam pengasuhan dan semakin tinggi keterlibatannya maka semakin rendah perilaku agresif anak dan sebaliknya.
Inayati (1995) juga mengemukakan bahwa orang kurang menyadari bahwa ayah selain mencari nafkah masih ada peran yang lebih besar berkaitan dengan proses pengasuhan anak. Hal ini terjadi juga di Kupang dimana para ayah sibuk mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dan menyerahkan seluruh tanggung jawab mereka kepada ibu untuk lebih berperan aktif dalam keterlibatan dengan anak dalam pengasuhan. Budaya yang ada di Kupang juga membuat ayah yang harus mencari nafkah, sedangkan para ibu harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengurus anak.
Lamb (1992) menjelaskan bahwa seorang ayah yang tidak berada dalam kehidupan anak akan mempengaruhi peran jenis, moralitas, prestasi, dan psikososial anak. Senada dengan lamb dalam hal moralitas, kebanyakan ayah di Kupang kurang menyadari peran dan fungsinya dalam keluarga sehingga sulit untuk terlibat aktif, semua tanggung jawab diserahkan penuh kepada ibu. Ketika anak berbuat hal yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat selalu ibu yang disalahkan.
Keterlibatan ayah sangat mempengaruhi proses perkembangan individu, dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada anak akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri, sehingga proses perkembangan anak tersebut dapat berjalan dengan baik. Calhoun dan Acocella (dalam Maharani & Andayani, 2003) juga menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan interaksi yang berkesinambungan dengan orang lain dan lingkungannya, sehingga faktor lingkungan sosial yang dalam hal ini adalah dukungan yang diberikan ayah, turut memberikan andil dalam keberhasilan penyesuaian sosial remaja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang negatif signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif siswa. Hal ini dimungkinkan karena para ayah yang masih belum benar – benar memahami benar pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Selain itu, ayah juga bisa lebih berinteraksi dan menjalin keterlibatan yang menyenangkan sehingga anak lebih belajar hal – hal yang positif dari orang tuanya karena kondisi geografis lingkungan di Kupang terkadang membuat para ayah juga melakukan agresif terhadap anaknya. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa subjek yang diketahui sebagian besar ayah subjek adalah PNS yang membuat para ayah selalu menghabiskan waktu di tempat kerja daripada di rumah.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif signifikan antara keterlibatan ayah dengan perilaku agresif siswa SMKN 2 di Kupang. Artinya semakin tinggi keterlibatan ayah maka semakin rendah perilaku agresif siswa. Begitu juga sebaliknya.
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan :
1. Bagi Para Ayah di Kota Kupang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap orang tua, dalam hal ini ayah agar lebih dapat memberikan perhatian yang intensif kepada anak-anaknya agar dapat meningkatkan perilaku yang prososial. Penelitian ini juga, membantu para ayah untuk mengerti akan pentingnya keterlibatan dalam pengasuhan anak. Ayah juga harus mengurangi tindak kekerasan yang dilakukan terhadap anak, karena anak dapat mencontoh hal tersebut dari dalam keluarganya kemudian mengaplikasikanya di lingkungan sosialnya. Ayah pun dapat melakukan diskusi dengan ibu untuk terlibat secara aktif dan menyenangkan dalam pengasuhan sehingga dapat menekan perilaku agresif yang anak tunjukan dan mengajarkan anak tentang pentingnya hubungan sosial yang baik. Cara mengaplikasikannya dengan berkoordinasi dengan sekolah serta Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan Kota Kupang untuk mengadakan sosialisasi stop kekerasan terhadap anak dalam pengasuhan, serta sosialisasi pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
2. Kepada Siswa SMKN 2 di Kupang
Siswa yang berperilaku agresif seharusnya lebih sadar akan pentingnya keharmonisan dalam hubungan sosialnya. Siswa juga kiranya dapat lebih patuh dalam mendengarkan dan melakukan apa yag dinasehatkan oleh orang tua, sehingga dapat mengendalikan perilakunya untuk tidak melakukan agresif dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin bukan dengan tindak agresif.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang terjadi di SMK Negeri 2 Kupang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Karena peneliti hanya menekankan pada satu permasalahan saja dan kurang mendalam. Penelitian ini juga belum mengungkap variabel atau hal lain yang mungkin dialami oleh para siswa SMK Negeri 2 Kupang. Peneliti selanjutnya mungkin juga dapat melakukan penelitian terhadap mahasiswahanya bukan hanya pada siswa. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut maka dapat disarankan untuk menyertakan variabel lain, seperti: motivasi belajar, tingkat prestasi siswa, kenakalan remaja, perilaku prososial, kecerdasan emosional dan tingkat pendidikan orang tua.