Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa total biaya produksi Rp 290.836.400
dengan rataan 24.236.367 per tahunnya, biaya tenaga kerja Rp 902.431.000
dengan rataan Rp 75.202.583 per tahunnya, sedangkan biaya penyusutan dengan
total Rp 4.937.950 dengan rataan Rp 411.495 per tahunnya. Sehingga total biaya
keseluruhannya yaitu Rp 1.198.224.950 dengan rata-rata Rp 99.825.079.
Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung
Pendapatan pengrajin sangkar burung dihitung dengan analisis tabulasi
sederhana, yaitu pendapatan pengrajin diperoleh dari hasil penerimaan sangkar
burung dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi berlangsung.
Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usaha kerajinan
sangkar burung per pengrajin per tahun dilihat pada tabel 13 dibawah ini :
Tabel 13. Pendapatan Bersih Usaha Sangkar Burung Per Pengrajin Per Tahun 2008 Keterangan Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp) Tahun Total 1.770.660.000 1.198.224.950 629.723.000 Rataan 147.555.000 99.852.079 52.476.916 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 15)
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan
sangkar burung Rp147.555.000Per Pengusaha Per tahun, biaya Rp 99.852.079
pertahunnya. Sedangakan pendapatan pengusaha per Tahun rata-rata Rp
52.476.916. Jika dibandingkan dengan dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)
yaitu sebesar Rp. 905.000 per bulannya maka pendapatan pengrajin kerajinan
sangkar burung digolongkan tinggi (> UMP). Hal ini berarti bahwa hipotesis
yang menyatakan pendapatan pengrajin sangkar burung diatas UMP diterima.
Kelayakan Dikembangkannya Usaha Kerajinan Sangkar Burung
Dapat dilihat dengan analisa R/C dan ROI sebagai berikut :
No Keterangan R/C ROI
1 Jumlah 18,18 624,39
2 Rata-Rata 1,52 52,03
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16, 17)
Biaya Produksi
Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo
Kabupaten Simalungun terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, dan biaya
penyusutan yang diukur dalam satuan rupiah.
Untuk biaya sarana produksi terdiri dari biaya bambu, rotan, kawat, papan,
paku dan cet. Biaya sarana produksi rata-rata per bulan dan per tahun dapat
Tabel 14. Biaya Sarana Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun
No Keterangan Biaya Rata-Rata (Rp)
1 Bambu 1.757.700 2 Rotan 2.184.000 3 Kawat 3.069.000 4 Papan 9.652.000 5 Paku 2.184.000 6 Cet 4.983.000 Total Biaya 24.236.367 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5)
Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya sarana produksi pertahun sebesar Rp.
24.236.367,- per tahunnya, yakni bambu Rp1.757.700, Rotan Rp 2.184.000,
kawat Rp 3.069.000, papan Rp 9.652.000, paku Rp 2.184.000, dan cet Rp
4.983.000 per tahunnya.
Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah tenaga
kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja rata-rata pada usaha kerajinan sangkar
per tahunnya dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan Total Biaya Tenaga Kerja
(Rp)
Total 902.431.000
Rataan 75.202.583
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13)
Tabel 15 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja rata-rata dalam 1 tahun
adalah sebesar Rp 75.202.583,- per tahunnya.
Untuk biaya penyusutan, diukur dari total nilai penyusutan alat-alat yang
digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo yang
nilainya dipengaruhi oleh harga beli alat-alat yang digunakan tersebut. Adapun
alat-alat yang digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang
gergajih potong, gunting, tang, palu/martel, dan pisau. Biaya penyusutan rata-rata
pada usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Penyusutan Rata-Rata dalam 1 Tahun
Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Penyusutan (Rp)
Tahun 150660 4.937.950
Rataan 12555 411.495
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14c)
Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya penyusutan rata-rata dalam 1 tahun
adalah sebesar Rp 411.495.
Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo
adalah total biaya dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya
penyusutan. Biaya produksi rata-rata pada usaha kerajinan sangkar burung dalam
1 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun
Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Produksi (Rp)
Tahun 150660 1.198.224.950
Rataan 12555 99.852.079
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran16)
Tabel 17 menunjukkan bahwa biaya produksi rata-rata dalam 1 tahun
adalah sebaesar Rp. 99.852.079.
R/C Ratio
Analisis kelayakan dikembangkannya usaha sangat perlu dilakukan dalam
setiap usaha kerajinan yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan.
Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan
bersih yang diperoleh.
Untuk mengetahui kelayakan usaha kerajinan sangkar burung dianalisis
membandingkan nilai penerimaan (revenue) usaha kerajinan sangkar burung
dengan total biaya produksi (cost) yang dikorbankan dengan batasan sebagai
berikut :
• R/C Ratio > 1, maka usaha kerajinan sangkar burung menguntungkan dan layak untuk dikembangkan
• R/C Ratio < 1, maka usaha kerajinan sangkar burung rugi dan tidak layak untuk dikembangkan
• R/C Ratio = 1, maka usaha kerajinan sangkar burung berada pada titik impas (Break Event Point).
Untuk mengetahui nilai R/C pada usaha kerajinan sangkar burung didaerah
penelitian dapat dilihat pad tabel 18.
Tabel 18. Analisis Rata-Rata R/C Ratio Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Tahun, Tahun 2008
Keterangan Rata-Rata Penerimaan Rata-Rata Total Biaya Produksi Nilai R/C Ratio Per Tahun 147.555.000 99.852.079 1,52
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 21)
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata R/C adalah 1,52per
tahunnya artinya menunjukkan bahwa dari Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan
diperoleh keuntungan sebesar 1,52 hal ini berarti R/C Ratio > 1 yang artinya
usaha kerajinan sangkar burung didaerah penelitian layak untuk dikembangkan.
Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usaha kerajinan sangkar burung layak
ROI
Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui
bagaimana peluang usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di daerah
penelitian. Nilai ROI per pengrajin rata-rata per tahun sebesar 52,03%
artinyasetiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih
sebesar Rp 52,03.
Nilai ROI diatas tingkat suku bunga (6,25%) menunjukkan bahwa usaha
kerajinan sangkar burung dari bambu layak diusahakan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan usaha kerajinan sangkar burung adalah usaha yang
menguntungkan dan layak untuk diusahakan diterima.
Peluang dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha
kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :
a. Peluang
- Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi.
Dari hasil wawancara terhadap pengusaha sampel dilapangan, diketahui
bahwa pengusaha masih sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan
mereka. Permintaan tidak hanya dari sekitar desa saja, tetapi juga di kota
hingga keluar kota. Padahal permintaan tersebut masih untuk keperluan
hobi saja, juga motif yang beranekaragam, dan aneka warna sesuai dengan
permintaan dan selera pelanggan.
Relasi-relasi yang dapat menampung produksi kerajinan sangkar burung.
- Harga sangkar burung relatif stabil
Harga sangkar burung antara pengrajin dengan pengrajin lainnya tidak
berbeda, pengrajin mengikuti harga pasar.
- Pembeli membuat hubungan yang baik dengan pengrajin
Pembeli memahami bahwa produksi sangkar burung ini masih dirasakan
kurang sehingga ia harus membuat hubungan yang baik dengan
pengrajin. Untuk sangkar burung yaitu dengan memesan terlebih dahulu,
pemesan datang untuk mengambil pesanan, dan mencari alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi pengrajin.
b. Ancaman
- Adanya persaingan bentuk dan motif
Pengrajin dituntut lebih kreatif dalam membuat design sangkar burung,
warna yang dipilih, serta ketahanan bahan dan warna, sehingga dapat
menyaingi pengrajin lainnya dalam menciptakan model-model sangkar
burung yang lebih baik lagi
- Serangan hama dan penyakit
Serangan hama penyakit yang ada dilingkungan merupakan ancaman bagi
pengrajin sangkar burung, misalnya penyakit flu burung, dan hari libur
atau hari besar menyebabkan terhambatnya produksi sangkar burung. Hal
ini akan mengakibatkan penurunan pendapatan pada pengusaha sangkar
burung.
Kurang berperannya antar pengrajin dapat mengakibatkan
informasi-informasi tentang perkembangan kerajinan sangkar burung saat ini.
Pengrajin juga tidak dapat berdiskusi tentang masalah yang dihadapi serta
bagaimana mengatasi masalah. Hal ini juga akan berakibat terhadap
kemajuan usahanya.
Menentukan Faktor Strategi Internal
Adapun faktor-faktor strategi internal dalam pengembangan usaha
kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan
- Tanaman bambu mudah diperoleh
sebagian besar penduduk memeiliki tanaman bambu yang ditanam tidak
jauh dari tempat tinggalnya
- Keterampilan pengrajin tinggi
Rata-rata pengrajin sudah berpengalaman lebih dari 9 tahun dapat dilihat
pada lampiran 1, sehingga pengrajin tidak kesulitan lagi dalam membuat
sangkar burung, pengrajin hanya tinggal mengembangkan ide-idenya
dalam membuat model baru untuk mengembangkan usahanya.
b. Kelemahan
- Modal terbatas
Modal terbatas dapat diketahui dari input produksi yang dimiliki rata-rata
pengrajin sampel masih terbatas. Hal ini dapat mengakibatkan produktifitas
usaha mereka tidak optimal.
Kebanyakan pengrajin tidak begitu memperhatikan model sangkar
burungnya yang monoton, kurang kreatif membuat model baru, corak dan
warna, baik untuk memberi nilai tambah berupa sentuhan seni dan kreatifitas
agar lebih menarik. Hanya kurang dari 10 dari 30 pengrajin sangkar burung
ini yang memiliki keterampilan yang lebih dalam membuat kerajinan
sangkar burung dari bambu ini. Hali ini berdampak juga terhadap
pendapatan pengrajin.
Penentuan Alternatif Strategi
Penentuan alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan usaha
kerajinan sangkar burung dari bambu adalah dengan cara membuat matrik SWOT.
Matrik SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik eksternal
maupun internal yang terdiri dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Berdasarkan Matrik SWOT maka dapat disusun empat strategi utama yaitu
SO, WO, ST, dan WT. Alternatif strategi bagi pengembangan usaha kerajinan
Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT Internal Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Tanaman bambu mudah diperoleh 2. Keterampilan pengrajin tinggi 1. Modal terbatas
2.Kurangnya seni dan hobby
Peluang (O) Strategi ‘SO’ Strategi ‘WO’
1. Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi 2. Relasi mendukung 3. Harga sangkar burung
relatif stabil 4. Pembeli membuat
hubungan yang baik dengan pengrajin
1. Memperluas jaringan pemasaran (S1, S2, O2, O3, O4)
2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan (S2, O4)
1. Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1, O1, O2, O3, O4) 2. Sangkar burung
dipasarkan setiap hari (S1, O2, O4)
3. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah kreatifitas (O2, O4)
Ancaman (T) Strategi ‘ST’ Strategi ‘WT’
1. Adanya persaingan bentuk dan motif 2. Serangan hama
penyakit
3. Lembaga-lembaga yang terkait kurang berperan 1.Menciptakan harga kompetitif (S2, T1) 2.Memanfaatkan pengetahuan pengrajin dalam memberikan sentuhan kreatifitas agar kerajinan sangkar burung tetap menarik (S2, T1)
3. Menggunakan
pengetahuan yang ada dalam menghadapi serangan penyakit pada lingkungan (S2, T2) 4. Komunikasi antar
pengrajin ditambah, agar informasi semakin bertambah (S2, T3)
1. Meminta pemerintah agar peduli dalam pengembangn kerajinan sangkar burung, dan menambah informasi mengenai kerajinan sangkar burung (W1, T3) 2. Mencari informasi dari koran, radio, dinas terkait untuk menambah
pengetahuan tentang teknologi (W2, T1, T2)
Gambar 2. Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT
Strategi ‘SO’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di
Desa Karang Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada, yaitu :
1. Memperluas jaringan pemasaran (S1, S2, O2, O3, O4)
Bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi kerajinan sangkar burung untuk
memenuhi permintaan pasar yang tinggi dengan didukung oleh harga yang
relatif stabil sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengusaha.
2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan (S2, O4)
Bertujuan agar pelanggan tidk beralih ke pengrajin lain yang dapat
menyebabkan kerugian bagi pengusaha yang bersangkutan.
Strategi ‘WO’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang
Rejo dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada,
yaitu :
1. Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1, O1, O2, O3, O4)
Skala usaha yang lebih luas umumnya bermodal besar namun demikian dapat
memperkecil biaya usaha kerajinannya, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan keluarga.
2. Sangkar burung dipasarkan setiap hari (S1, O2, O4)
Informasi pasar yang tinggi dengan didukung oleh hubungan yang baik
dihasilkan setiap harinya terjual, Sehingga kerajinan sangkar burung terjual
semuanya.
3. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah kreatifitas (O2, O4)
Pengrajin dapat mengetahui bagaimana cara memberikan nilai tambah pada
kerajinan sangkar burung sehingga pengrajin dapat meningkatkan pendapatan
keluarganya.
Strategi ‘ST’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang
Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada,
yaitu :
1. Menciptakan harga kompetitif (S2, T1)
Bertujuan agar pasar kerajinan sangkar burung tetap ada, sehingga usaha
kerajinan sangkar burung tetap exist.
2. Memanfaatkan pengetahuan pengrajin dalam memberikan sentuhan kreatifitas
agar kerajinan sangkar burung tetap menarik (S2, T1)
Bertujuan agar konsumen khususnya bagi yang hobby memelihara burung
tetap senang memakai sangkar burung.
3. Menggunakan pengetahuan yang ada dalam menghadapi serangan penyakit
pada lingkungan (S2, T2)
Bertujuan agar produksi yang dihasilkan setiap harinya optimal sehingga
keuntungan yang diperoleh pengusaha maksimal.
4. Komunikasi antar pengrajin ditambah, agar informasi semakin bertambah (S2, T3)
Bertujuan agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat memecahkan masalah
secara bersama-sama, sehingga tujuan lebih mudah tercapai yaitu memperoleh
laba yang maksimal.
Strategi ‘WT’
1. Meminta pemerintah agar peduli dalam pengembangn kerajinan sangkar
burung, dan menambah informasi mengenai kerajinan sangkar burung (W1, T3) Bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada pengrajin yang hobby
membuat sangkar burung dengan inovasi dan corak yang baru dan berbeda, dan
cara-cara pembuatannya, sehingga produksi optimal.
2. Mencari informasi dari koran, radio, dinas terkait untuk menambah
pengetahuan tentang teknologi (W2, T1, T2)
Pengrajin perlu mengetahui informasi tentang teknologi, terlebih karena
sangkar burung motif dan coraknya diberbagai daerah dan kota sudah semakin
banyak dengan menggunakan alat dan teknologi yang lebih canggih, sehingga
sangat membantu dalam memproduksi kerajinan sangkar burung. Sehingga
dapat menjadi sebuah usaha berwawasan agribisnis, yang pada akhirnya juga
Hambatan yang Dihadapi dan Upaya Untuk Mengatasinya Hambatan
Dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di daerah
penelitian, banyak ditemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh pengusaha
sangkar burung dari bambu, baik masalah internal maupun masalah eksternal.
Kendala-kendala tersebut dapat menghambat pengembangan usaha kerajinan
sangkar burung di daerah penelitian.
Dibawah ini akan diuraikan kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi
oleh pengusaha dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung, yaitu :
1. Modal terbatas
Modal merupakan salah satu kendala yang menghambat dalam
pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu. Modal yang dimiliki
pengusaha umumnya adalah modal sendiri. Untuk memperluas skala produksi
akan membutuhkan tambahan input produksi (tenaga kerja, bahan-bahan dan
alat-alat kerajinan) sehingga dibutuhkan modal tambahan.
Alasan pengusaha tidak meminjam modal adalah karena bunga kredit yang
ditawarkan terlalu besar, sehingga sulit dalam pembayaran. Akibat terbatasnya
modal, juga menyebabkan pengusaha kurang kreatifitas dan corak yang dihasilkan
dalam pembuatan sangkar burung.
Sebagaimana diketahui, Desa Karang Rejo Kabupaten Simalungun sarana
dan prasarana yang dibutuhkan cukup memadai, sehingga dalam pemasaran tidak
sulit sehingga sangkar burung yang dipesan diambil sendiri oleh pemesan sendiri.
tertarik untuk membuka usaha sendiri, dibanding ia harus menunggu penerimaan
sedikit demi sedikit yang dapat dihasilkan dari usahanya sendiri.
2. Kurangnya seni dan hobby
Seni dan hobby yang dimiliki pengrajin mempengaruhi keberhasilan usaha
kerajinan sangkar burung dari bambu ini karena dibutuhkan kreatifitas yang
tinggi. Pengusaha dan masyarakat yang hobby memelihara burung belum begitu
banyak di berbagai daerah sehingga yang mengusahakan kerajinan sangkar
burung tidak begitu banyak.
Pemanfaatan sangkar burung juga masih terbatas pada hal yang sederhana.
Sebagimana diketahui bahwa sangkar burung dapat dibuat berbagai corak dan
model dengan warna-warna yang indah, namun hanya beberapa pengusaha
sangkar yang memiliki keterampilan khusus dalam membuat kerajinan sangkar
burung. Sehingga hanya beberapa pengusaha saja yang dapat menikmati nilai
tambah dari sentuhan seni yang diberikan pada sangkar burung ini.
3. Adanya persaingan model dan motif
Sangakar burung adalah suatu karya seni yang indah yang memiliki nilai
seni yang tinggi. Rata-rata harga sangkar burung Rp. 11.500 hingga 12.000/unit.
Sangkar burung tetap akan dicari orang terutama masyarakat yang hobby
memelihara burung dan dengan model dan corak yang semakin banyak saat ini.
4. Serangan hama dan penyakit di lingkungan
Masalah penyakit yang ada dilingkungan masyarakat saat ini merupakan
masalah bagi pengusaha sangkar burung, terutama kasus flu burung yang ada saat
ini sangat mengganggu produksi kerajinan sangkar burung. Sehingga kelompok
memelihara burung, dan lebih berhati-hati. Sehingga adanya wabah flu burung
sangat mengganggu penjualan dari kerajinan sangkar burung itu sendiri.
5. Lembaga-lembaga terkait kurang berperan
Kurangnya dukungan pemerintah dan pelatihan keterampilan, di daerah
penelitian, pengrajin tidak pernah mengikuti pelatihan kerajinan khususnya
kerajinan sangkar burung dari bambu. Sehingga banyak pengrajin yang kurang
kreatif dalam mengembangkan model-model baru dan corok yang baru dalam
pembuatan kerajinan sangkar burung dari bambu. Begitu juga informasi yang
sangat minim seperti buku khususnya untuk kerajinan sangkar burung dari bambu,
dan cara penegmbangan sangkar burung ini sendiri.
Untuk lebih jelasnya, masalah-masalah yang dihadapi pengusaha dalam
pengembangan kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Masalah-Masalah yang Dihadapi Pengusaha Berdasarkan Sumbernya (Internal/Eksternal) dan Klasifikasinya (Kelemahan/Ancaman)
No. Kendala-Kendala Sumber Klasifikasi
Internal Eksternal Kelemahan Ancaman
1. 2. 3. 4. 5. Modal terbatas Kurangnya seni dan hobby
Adanya persaingan model dan motif Serangan hama dan penyakit dilingkungan Lembaga-lembaga terkait kurang berperan
v v v v v v v v v v
Upaya-upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang
dihadapi dalam usaha kerajinan sangkar burung dari bambu adalah sebagai berikut
1. Membentuk Mitra Usaha
Adanya mitra usaha sangat diperlukan untuk kemudahan dalam menjalankan
produksi agar lebih menguntungkan. Dalam usaha pembuatan kerajinan sangkar
burung dari bambu yang digunakan untuk memelihara burung bisa melakukan
kerjasama (bermitra) dengan agen pembuat kerajinan untuk rumah tangga.
Dengan adanya mitra usaha ini pengrajin lebih mudah dalam memasarkan sangkar
burungnya dengan harga sesuai kesepakatan bersama.
2. Membuat Variasi Model dan Corak Sangkar Burung
Untuk memperluas pasar kerajinan sangkar burung dan agar pengrajin
memperoleh penghasilan maka sebaiknya pengrajin tidak hanya membuat model
sangkar burung yang lama atau biasa saja dan monoton. Akan tetapi melakukan
variasi dengan membuat model dan corak yang baru. Sehingga pengraji masih