• Tidak ada hasil yang ditemukan

75.202.583 411.495 99.852.079 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 11)

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa total biaya produksi Rp 290.836.400

dengan rataan 24.236.367 per tahunnya, biaya tenaga kerja Rp 902.431.000

dengan rataan Rp 75.202.583 per tahunnya, sedangkan biaya penyusutan dengan

total Rp 4.937.950 dengan rataan Rp 411.495 per tahunnya. Sehingga total biaya

keseluruhannya yaitu Rp 1.198.224.950 dengan rata-rata Rp 99.825.079.

Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Pendapatan pengrajin sangkar burung dihitung dengan analisis tabulasi

sederhana, yaitu pendapatan pengrajin diperoleh dari hasil penerimaan sangkar

burung dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi berlangsung.

Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usaha kerajinan

sangkar burung per pengrajin per tahun dilihat pada tabel 13 dibawah ini :

Tabel 13. Pendapatan Bersih Usaha Sangkar Burung Per Pengrajin Per Tahun 2008 Keterangan Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp) Tahun Total 1.770.660.000 1.198.224.950 629.723.000 Rataan 147.555.000 99.852.079 52.476.916 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 15)

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan

sangkar burung Rp147.555.000Per Pengusaha Per tahun, biaya Rp 99.852.079

pertahunnya. Sedangakan pendapatan pengusaha per Tahun rata-rata Rp

52.476.916. Jika dibandingkan dengan dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)

yaitu sebesar Rp. 905.000 per bulannya maka pendapatan pengrajin kerajinan

sangkar burung digolongkan tinggi (> UMP). Hal ini berarti bahwa hipotesis

yang menyatakan pendapatan pengrajin sangkar burung diatas UMP diterima.

Kelayakan Dikembangkannya Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Dapat dilihat dengan analisa R/C dan ROI sebagai berikut :

No Keterangan R/C ROI

1 Jumlah 18,18 624,39

2 Rata-Rata 1,52 52,03

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16, 17)

Biaya Produksi

Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo

Kabupaten Simalungun terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, dan biaya

penyusutan yang diukur dalam satuan rupiah.

Untuk biaya sarana produksi terdiri dari biaya bambu, rotan, kawat, papan,

paku dan cet. Biaya sarana produksi rata-rata per bulan dan per tahun dapat

Tabel 14. Biaya Sarana Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun

No Keterangan Biaya Rata-Rata (Rp)

1 Bambu 1.757.700 2 Rotan 2.184.000 3 Kawat 3.069.000 4 Papan 9.652.000 5 Paku 2.184.000 6 Cet 4.983.000 Total Biaya 24.236.367 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5)

Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya sarana produksi pertahun sebesar Rp.

24.236.367,- per tahunnya, yakni bambu Rp1.757.700, Rotan Rp 2.184.000,

kawat Rp 3.069.000, papan Rp 9.652.000, paku Rp 2.184.000, dan cet Rp

4.983.000 per tahunnya.

Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah tenaga

kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja rata-rata pada usaha kerajinan sangkar

per tahunnya dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan Total Biaya Tenaga Kerja

(Rp)

Total 902.431.000

Rataan 75.202.583

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13)

Tabel 15 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebesar Rp 75.202.583,- per tahunnya.

Untuk biaya penyusutan, diukur dari total nilai penyusutan alat-alat yang

digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo yang

nilainya dipengaruhi oleh harga beli alat-alat yang digunakan tersebut. Adapun

alat-alat yang digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang

gergajih potong, gunting, tang, palu/martel, dan pisau. Biaya penyusutan rata-rata

pada usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Penyusutan Rata-Rata dalam 1 Tahun

Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Penyusutan (Rp)

Tahun 150660 4.937.950

Rataan 12555 411.495

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14c)

Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya penyusutan rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebesar Rp 411.495.

Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo

adalah total biaya dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya

penyusutan. Biaya produksi rata-rata pada usaha kerajinan sangkar burung dalam

1 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Biaya Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun

Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Produksi (Rp)

Tahun 150660 1.198.224.950

Rataan 12555 99.852.079

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran16)

Tabel 17 menunjukkan bahwa biaya produksi rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebaesar Rp. 99.852.079.

R/C Ratio

Analisis kelayakan dikembangkannya usaha sangat perlu dilakukan dalam

setiap usaha kerajinan yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan.

Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan

bersih yang diperoleh.

Untuk mengetahui kelayakan usaha kerajinan sangkar burung dianalisis

membandingkan nilai penerimaan (revenue) usaha kerajinan sangkar burung

dengan total biaya produksi (cost) yang dikorbankan dengan batasan sebagai

berikut :

• R/C Ratio > 1, maka usaha kerajinan sangkar burung menguntungkan dan layak untuk dikembangkan

• R/C Ratio < 1, maka usaha kerajinan sangkar burung rugi dan tidak layak untuk dikembangkan

• R/C Ratio = 1, maka usaha kerajinan sangkar burung berada pada titik impas (Break Event Point).

Untuk mengetahui nilai R/C pada usaha kerajinan sangkar burung didaerah

penelitian dapat dilihat pad tabel 18.

Tabel 18. Analisis Rata-Rata R/C Ratio Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Tahun, Tahun 2008

Keterangan Rata-Rata Penerimaan Rata-Rata Total Biaya Produksi Nilai R/C Ratio Per Tahun 147.555.000 99.852.079 1,52

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 21)

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata R/C adalah 1,52per

tahunnya artinya menunjukkan bahwa dari Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

diperoleh keuntungan sebesar 1,52 hal ini berarti R/C Ratio > 1 yang artinya

usaha kerajinan sangkar burung didaerah penelitian layak untuk dikembangkan.

Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usaha kerajinan sangkar burung layak

ROI

Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui

bagaimana peluang usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di daerah

penelitian. Nilai ROI per pengrajin rata-rata per tahun sebesar 52,03%

artinyasetiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih

sebesar Rp 52,03.

Nilai ROI diatas tingkat suku bunga (6,25%) menunjukkan bahwa usaha

kerajinan sangkar burung dari bambu layak diusahakan. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan usaha kerajinan sangkar burung adalah usaha yang

menguntungkan dan layak untuk diusahakan diterima.

Peluang dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :

a. Peluang

- Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi.

Dari hasil wawancara terhadap pengusaha sampel dilapangan, diketahui

bahwa pengusaha masih sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan

mereka. Permintaan tidak hanya dari sekitar desa saja, tetapi juga di kota

hingga keluar kota. Padahal permintaan tersebut masih untuk keperluan

hobi saja, juga motif yang beranekaragam, dan aneka warna sesuai dengan

permintaan dan selera pelanggan.

Relasi-relasi yang dapat menampung produksi kerajinan sangkar burung.

- Harga sangkar burung relatif stabil

Harga sangkar burung antara pengrajin dengan pengrajin lainnya tidak

berbeda, pengrajin mengikuti harga pasar.

- Pembeli membuat hubungan yang baik dengan pengrajin

Pembeli memahami bahwa produksi sangkar burung ini masih dirasakan

kurang sehingga ia harus membuat hubungan yang baik dengan

pengrajin. Untuk sangkar burung yaitu dengan memesan terlebih dahulu,

pemesan datang untuk mengambil pesanan, dan mencari alternatif

pemecahan masalah yang dihadapi pengrajin.

b. Ancaman

- Adanya persaingan bentuk dan motif

Pengrajin dituntut lebih kreatif dalam membuat design sangkar burung,

warna yang dipilih, serta ketahanan bahan dan warna, sehingga dapat

menyaingi pengrajin lainnya dalam menciptakan model-model sangkar

burung yang lebih baik lagi

- Serangan hama dan penyakit

Serangan hama penyakit yang ada dilingkungan merupakan ancaman bagi

pengrajin sangkar burung, misalnya penyakit flu burung, dan hari libur

atau hari besar menyebabkan terhambatnya produksi sangkar burung. Hal

ini akan mengakibatkan penurunan pendapatan pada pengusaha sangkar

burung.

Kurang berperannya antar pengrajin dapat mengakibatkan

informasi-informasi tentang perkembangan kerajinan sangkar burung saat ini.

Pengrajin juga tidak dapat berdiskusi tentang masalah yang dihadapi serta

bagaimana mengatasi masalah. Hal ini juga akan berakibat terhadap

kemajuan usahanya.

Menentukan Faktor Strategi Internal

Adapun faktor-faktor strategi internal dalam pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan

- Tanaman bambu mudah diperoleh

sebagian besar penduduk memeiliki tanaman bambu yang ditanam tidak

jauh dari tempat tinggalnya

- Keterampilan pengrajin tinggi

Rata-rata pengrajin sudah berpengalaman lebih dari 9 tahun dapat dilihat

pada lampiran 1, sehingga pengrajin tidak kesulitan lagi dalam membuat

sangkar burung, pengrajin hanya tinggal mengembangkan ide-idenya

dalam membuat model baru untuk mengembangkan usahanya.

b. Kelemahan

- Modal terbatas

Modal terbatas dapat diketahui dari input produksi yang dimiliki rata-rata

pengrajin sampel masih terbatas. Hal ini dapat mengakibatkan produktifitas

usaha mereka tidak optimal.

Kebanyakan pengrajin tidak begitu memperhatikan model sangkar

burungnya yang monoton, kurang kreatif membuat model baru, corak dan

warna, baik untuk memberi nilai tambah berupa sentuhan seni dan kreatifitas

agar lebih menarik. Hanya kurang dari 10 dari 30 pengrajin sangkar burung

ini yang memiliki keterampilan yang lebih dalam membuat kerajinan

sangkar burung dari bambu ini. Hali ini berdampak juga terhadap

pendapatan pengrajin.

Penentuan Alternatif Strategi

Penentuan alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung dari bambu adalah dengan cara membuat matrik SWOT.

Matrik SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik eksternal

maupun internal yang terdiri dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Berdasarkan Matrik SWOT maka dapat disusun empat strategi utama yaitu

SO, WO, ST, dan WT. Alternatif strategi bagi pengembangan usaha kerajinan

Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT Internal Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Tanaman bambu mudah diperoleh 2. Keterampilan pengrajin tinggi 1. Modal terbatas

2.Kurangnya seni dan hobby

Peluang (O) Strategi ‘SO’ Strategi ‘WO’

1. Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi 2. Relasi mendukung 3. Harga sangkar burung

relatif stabil 4. Pembeli membuat

hubungan yang baik dengan pengrajin

1. Memperluas jaringan pemasaran (S1, S2, O2, O3, O4)

2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan (S2, O4)

1. Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1, O1, O2, O3, O4) 2. Sangkar burung

dipasarkan setiap hari (S1, O2, O4)

3. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah kreatifitas (O2, O4)

Ancaman (T) Strategi ‘ST’ Strategi ‘WT’

1. Adanya persaingan bentuk dan motif 2. Serangan hama

penyakit

3. Lembaga-lembaga yang terkait kurang berperan 1.Menciptakan harga kompetitif (S2, T1) 2.Memanfaatkan pengetahuan pengrajin dalam memberikan sentuhan kreatifitas agar kerajinan sangkar burung tetap menarik (S2, T1)

3. Menggunakan

pengetahuan yang ada dalam menghadapi serangan penyakit pada lingkungan (S2, T2) 4. Komunikasi antar

pengrajin ditambah, agar informasi semakin bertambah (S2, T3)

1. Meminta pemerintah agar peduli dalam pengembangn kerajinan sangkar burung, dan menambah informasi mengenai kerajinan sangkar burung (W1, T3) 2. Mencari informasi dari koran, radio, dinas terkait untuk menambah

pengetahuan tentang teknologi (W2, T1, T2)

Gambar 2. Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT

Strategi ‘SO’

Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di

Desa Karang Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan

peluang yang ada, yaitu :

1. Memperluas jaringan pemasaran (S1, S2, O2, O3, O4)

Bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi kerajinan sangkar burung untuk

memenuhi permintaan pasar yang tinggi dengan didukung oleh harga yang

relatif stabil sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengusaha.

2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan (S2, O4)

Bertujuan agar pelanggan tidk beralih ke pengrajin lain yang dapat

menyebabkan kerugian bagi pengusaha yang bersangkutan.

Strategi ‘WO’

Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang

Rejo dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada,

yaitu :

1. Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1, O1, O2, O3, O4)

Skala usaha yang lebih luas umumnya bermodal besar namun demikian dapat

memperkecil biaya usaha kerajinannya, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan keluarga.

2. Sangkar burung dipasarkan setiap hari (S1, O2, O4)

Informasi pasar yang tinggi dengan didukung oleh hubungan yang baik

dihasilkan setiap harinya terjual, Sehingga kerajinan sangkar burung terjual

semuanya.

3. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah kreatifitas (O2, O4)

Pengrajin dapat mengetahui bagaimana cara memberikan nilai tambah pada

kerajinan sangkar burung sehingga pengrajin dapat meningkatkan pendapatan

keluarganya.

Strategi ‘ST’

Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang

Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada,

yaitu :

1. Menciptakan harga kompetitif (S2, T1)

Bertujuan agar pasar kerajinan sangkar burung tetap ada, sehingga usaha

kerajinan sangkar burung tetap exist.

2. Memanfaatkan pengetahuan pengrajin dalam memberikan sentuhan kreatifitas

agar kerajinan sangkar burung tetap menarik (S2, T1)

Bertujuan agar konsumen khususnya bagi yang hobby memelihara burung

tetap senang memakai sangkar burung.

3. Menggunakan pengetahuan yang ada dalam menghadapi serangan penyakit

pada lingkungan (S2, T2)

Bertujuan agar produksi yang dihasilkan setiap harinya optimal sehingga

keuntungan yang diperoleh pengusaha maksimal.

4. Komunikasi antar pengrajin ditambah, agar informasi semakin bertambah (S2, T3)

Bertujuan agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat memecahkan masalah

secara bersama-sama, sehingga tujuan lebih mudah tercapai yaitu memperoleh

laba yang maksimal.

Strategi ‘WT’

1. Meminta pemerintah agar peduli dalam pengembangn kerajinan sangkar

burung, dan menambah informasi mengenai kerajinan sangkar burung (W1, T3) Bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada pengrajin yang hobby

membuat sangkar burung dengan inovasi dan corak yang baru dan berbeda, dan

cara-cara pembuatannya, sehingga produksi optimal.

2. Mencari informasi dari koran, radio, dinas terkait untuk menambah

pengetahuan tentang teknologi (W2, T1, T2)

Pengrajin perlu mengetahui informasi tentang teknologi, terlebih karena

sangkar burung motif dan coraknya diberbagai daerah dan kota sudah semakin

banyak dengan menggunakan alat dan teknologi yang lebih canggih, sehingga

sangat membantu dalam memproduksi kerajinan sangkar burung. Sehingga

dapat menjadi sebuah usaha berwawasan agribisnis, yang pada akhirnya juga

Hambatan yang Dihadapi dan Upaya Untuk Mengatasinya Hambatan

Dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di daerah

penelitian, banyak ditemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh pengusaha

sangkar burung dari bambu, baik masalah internal maupun masalah eksternal.

Kendala-kendala tersebut dapat menghambat pengembangan usaha kerajinan

sangkar burung di daerah penelitian.

Dibawah ini akan diuraikan kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi

oleh pengusaha dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung, yaitu :

1. Modal terbatas

Modal merupakan salah satu kendala yang menghambat dalam

pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu. Modal yang dimiliki

pengusaha umumnya adalah modal sendiri. Untuk memperluas skala produksi

akan membutuhkan tambahan input produksi (tenaga kerja, bahan-bahan dan

alat-alat kerajinan) sehingga dibutuhkan modal tambahan.

Alasan pengusaha tidak meminjam modal adalah karena bunga kredit yang

ditawarkan terlalu besar, sehingga sulit dalam pembayaran. Akibat terbatasnya

modal, juga menyebabkan pengusaha kurang kreatifitas dan corak yang dihasilkan

dalam pembuatan sangkar burung.

Sebagaimana diketahui, Desa Karang Rejo Kabupaten Simalungun sarana

dan prasarana yang dibutuhkan cukup memadai, sehingga dalam pemasaran tidak

sulit sehingga sangkar burung yang dipesan diambil sendiri oleh pemesan sendiri.

tertarik untuk membuka usaha sendiri, dibanding ia harus menunggu penerimaan

sedikit demi sedikit yang dapat dihasilkan dari usahanya sendiri.

2. Kurangnya seni dan hobby

Seni dan hobby yang dimiliki pengrajin mempengaruhi keberhasilan usaha

kerajinan sangkar burung dari bambu ini karena dibutuhkan kreatifitas yang

tinggi. Pengusaha dan masyarakat yang hobby memelihara burung belum begitu

banyak di berbagai daerah sehingga yang mengusahakan kerajinan sangkar

burung tidak begitu banyak.

Pemanfaatan sangkar burung juga masih terbatas pada hal yang sederhana.

Sebagimana diketahui bahwa sangkar burung dapat dibuat berbagai corak dan

model dengan warna-warna yang indah, namun hanya beberapa pengusaha

sangkar yang memiliki keterampilan khusus dalam membuat kerajinan sangkar

burung. Sehingga hanya beberapa pengusaha saja yang dapat menikmati nilai

tambah dari sentuhan seni yang diberikan pada sangkar burung ini.

3. Adanya persaingan model dan motif

Sangakar burung adalah suatu karya seni yang indah yang memiliki nilai

seni yang tinggi. Rata-rata harga sangkar burung Rp. 11.500 hingga 12.000/unit.

Sangkar burung tetap akan dicari orang terutama masyarakat yang hobby

memelihara burung dan dengan model dan corak yang semakin banyak saat ini.

4. Serangan hama dan penyakit di lingkungan

Masalah penyakit yang ada dilingkungan masyarakat saat ini merupakan

masalah bagi pengusaha sangkar burung, terutama kasus flu burung yang ada saat

ini sangat mengganggu produksi kerajinan sangkar burung. Sehingga kelompok

memelihara burung, dan lebih berhati-hati. Sehingga adanya wabah flu burung

sangat mengganggu penjualan dari kerajinan sangkar burung itu sendiri.

5. Lembaga-lembaga terkait kurang berperan

Kurangnya dukungan pemerintah dan pelatihan keterampilan, di daerah

penelitian, pengrajin tidak pernah mengikuti pelatihan kerajinan khususnya

kerajinan sangkar burung dari bambu. Sehingga banyak pengrajin yang kurang

kreatif dalam mengembangkan model-model baru dan corok yang baru dalam

pembuatan kerajinan sangkar burung dari bambu. Begitu juga informasi yang

sangat minim seperti buku khususnya untuk kerajinan sangkar burung dari bambu,

dan cara penegmbangan sangkar burung ini sendiri.

Untuk lebih jelasnya, masalah-masalah yang dihadapi pengusaha dalam

pengembangan kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo dapat dilihat pada

Tabel 19.

Tabel 19. Masalah-Masalah yang Dihadapi Pengusaha Berdasarkan Sumbernya (Internal/Eksternal) dan Klasifikasinya (Kelemahan/Ancaman)

No. Kendala-Kendala Sumber Klasifikasi

Internal Eksternal Kelemahan Ancaman

1. 2. 3. 4. 5. Modal terbatas Kurangnya seni dan hobby

Adanya persaingan model dan motif Serangan hama dan penyakit dilingkungan Lembaga-lembaga terkait kurang berperan

v v v v v v v v v v

Upaya-upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang

dihadapi dalam usaha kerajinan sangkar burung dari bambu adalah sebagai berikut

1. Membentuk Mitra Usaha

Adanya mitra usaha sangat diperlukan untuk kemudahan dalam menjalankan

produksi agar lebih menguntungkan. Dalam usaha pembuatan kerajinan sangkar

burung dari bambu yang digunakan untuk memelihara burung bisa melakukan

kerjasama (bermitra) dengan agen pembuat kerajinan untuk rumah tangga.

Dengan adanya mitra usaha ini pengrajin lebih mudah dalam memasarkan sangkar

burungnya dengan harga sesuai kesepakatan bersama.

2. Membuat Variasi Model dan Corak Sangkar Burung

Untuk memperluas pasar kerajinan sangkar burung dan agar pengrajin

memperoleh penghasilan maka sebaiknya pengrajin tidak hanya membuat model

sangkar burung yang lama atau biasa saja dan monoton. Akan tetapi melakukan

variasi dengan membuat model dan corak yang baru. Sehingga pengraji masih

Dokumen terkait