• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluang Pengembangan Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu Di Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peluang Pengembangan Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu Di Kabupaten Simalungun"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN SANGKAR

BURUNG DARI BAMBU DI KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi Kasus : Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

WITA HERLINA M SIAGIAN

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN SANGKAR

BURUNG DARI BAMBU DI KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi Kasus : Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

WITA HERLINA M SIAGIAN 040309023

SEP – PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN PENELITIAN

WITA HERLINA M SIAGIAN (040309023) dengan judul skripsi “PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN SANGKAR BURUNG DARI BAMBU DI KABUPATEN SIMALUNGUN”. Studi kasus ini di Desa

Karang Rejo Kabupaten Simalungun. Penelitian dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauziah, MSi sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang di peroleh dalam usaha kerajinan sangkar burung di daerah penelitian; untuk mengetahui kelayakan di kembangkannya usaha sangkar burung secara finansial; untuk mengetahui peluang pengembangan kerajinan sangkar burung didaerah penelitian; untuk mengetahui strategi pengembangan kerajinan sangkar burung di daerah penelitian; untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam menjalankan usaha kerajinan sangkar burung dan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasinya.

Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan metode

pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis data dengan analisis Pd = TR – TC, R/C Ratio dan ROI untuk mengetahui Kelayakan

dikembangkannya usaha kerajinan sangkar burung, dan analisis SWOT untuk menetapkan peluang dan strategi pengembangan kerajinan sangkar burung dari bambu, dan metode analisis data secara deskriptif.

Usaha kerajinan sangkar burung memperoleh pendapatan diatas UMP yakni Rp 4.160.541 perbulannya dibandingkan UMP perbulan yakni Rp 905.000.

Berdasarkan analisis finansial, maka usaha kerajinan sangkar burung layak untuk dikembangkan karena nilai R/C ratio rata-rata secara keseluruhan adalah sebesar 1,52 dan ROI diatas tingkat suku bunga yakni 6,25% yaitu 52,03.

Peluang dan strategi usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat dari masalah-masalah yang dihadapi pengusaha adalah memperluas usaha kerajinan sangkar burung, memperluas jaringn pemasaran, kreatif dalam membuat inovasi baru yakni model dan corak sangkar burung, menjaga hubungan baik dengan pelanggan, menciptakan harga kompetitif, memberikan nilai tambah/sentuhan kreatifitas agar sangkar burung semakin menarik, menggunakan pengetahuan yang ada untuk menghadapi isu penyakit yang ada, dan saling bertukar informasi antar pengrajin sangkar burung.

Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha kerajinan sangkar burung memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan.

(4)

RIWAYAT HIDUP

WITA HERLINA M SIAGIAN dilahirkan di Surabaya pada tanggal 17

April 1986, anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua tercinta Bapak Ir.

Hulman Siagian, MM dan Ibu Rokmauhur Sitorus.

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1992, memasuki Sekolah Dasar di SD Katolik Santo Yakobus

Makassar dan tamat tahun 1998.

2. Tahun 1998, Memasuki Sekolah Lanjut Tingkat Pertama di SLTP Swasta

F.Tandean Tebing Tinggi Sumatera Utara dan tamat tahun 2001.

3. Tahun 2001, memasuki Sekolah Menengah Umum di SMU Swasta Sultan

Agung Pematang Siantar dan tamat tahun 2004.

4. Tahun 2004, diterima di Jurusan Sosial Ekonomu Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui SPMB.

5. Pada bulan Juni-Juli 2008, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa

Saribu Jandi, Kecamatan Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

6. Tahun 2009, melaksanakan penelitian skripsi di Desa Karang Rejo,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengakhiri masa

perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Peluang Pengembangan Kerajinan Sangkar Burung

Dari Bambu di Kabupaten Simalungun” yang merupakn salah satu syarat untuk

dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penilis menyampaikan terimakasih atas segala

bimbingan dan dorongan moril yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini

khususnya kepada Ibu Ir. Hj. Lily Fauziah, MSi sebagai Ketua Komisi

Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan arahan, waktu dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi

ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan Kepada Bapak Ir. Luhut

Sihombing, MP sebagai Ketua Jurusan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dan

seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanain,

seluruh pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian dan para responden serta

instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak dan Ibu tercinta yaitu Ir. Hulman Siagian, MM dan Rokmauhur Sitorus

yang tidak henti-hentinya memberi semangat, kasih sayang, pengorbanan baik

(6)

Rina Novita Siagian, SE, adik-adikku Dina Astuty Siagian dan Immanuel

Marojahan Siagian yang juga senantiasa memberi dukungan dan doa pada penulis.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimaksih kepada teman-temanku

SEP’04 seperjuangan yang saling berbagi suka-duka yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN PENELITIAN... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah... 5

Tujuan Penelitian... 5

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka... 7

Landasan Teori... 13

Kerangka Pemikiran... 19

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 23

Metode Pengambilan Sampel... 23

Metode Pengumpulan Data... 23

Metode Analisis Data... 23

Defenisi dan Batasan Operasional... 26

Defenisi... 26

(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian... 29

Letak Geografis, Batas, Luas Wilayah, dan Iklim... 29

Keadaan Penduduk... 29

Penggunaan Tanah... 33

Sarana dan Prasarana... 33

Karakteristik Pengusaha Sampel... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Pembuatan Kerajinan Sangkar Burung... 34

Pendapatan Usaha Kerajinan Sangkar Burung... 38

Penerimaan... 38

Biaya Produksi... 39

Pendapatan Bersih... 39

Kelayakan Dikembangkannya Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu... 40

R/C Ratio... 42

ROI Ratio... 44

Peluang dan Strategi Pengembangan Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu... ... 44

Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal... 44

Menentukan Faktor-Faktor Strategi Internal... 46

Penentuan Alternatif Strategi... 47

Hambatan yang Dihadapi... 52

Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan... 55

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...56

Saran... 56

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Banyaknya Perusahaan/Usaha Kerajinan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Simalungun 2006... 3

2. Data Jumlah Perusahaan/Usaha Kerajinan Dari Bambu di Kabupaten Simalungun Tahun 2007... 4

3. Data Jumlah Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu Di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun Tahun 2007... 4

4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Gunung Maligas Tahun 2007... 31

5. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut Desa Karang Rejo Tahun 2007... 32

6. Jumlah Penduduk Dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Desa Karang Rejo Tahun 2007... 32

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencahariaan di Desa Karang Rejo Tahun 2007... 33

8. Keadaan Tata Guna Lahan Desa Karang Rejo Tahun 2007... 34

9. Sarana dan Prasarana Desa Karang Rejo Tahun 2007... 34

10. Karakteristik Pengrajin Sampel di Daerah Penelitian... 35

11. Penerimaan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Bulan dan Per Tahun, Tahun 2008... 39

(10)

Tahun 2008... 40

14. Analisis Rata-Rata R/C Ratio Usaha Kerajinan Sangkar Burung

dalam 1 Tahun, Tahun 2008...42

19. Masalah-Masalah yang Dihadapi Pengusaha Berdasarkan

Sumbernya (Internal/Eksternal) dan Klasifikasinya

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran... 22

2.Gambar Tahapan Pekerjaan Kerajinan Sangkar Burung... 36

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Pengrajin Sangkar Burung di Desa Karang Rejo Kecamatan

Gunung Maligas Tahun 2008

2. Jumlah Bahan Pembuatan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Bulan

3. Jumlah Bahan Pembuatan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Tahun

4. Total Biaya Sarana Produksi Pembuatan Kerajinan Sangkar Burung Per

Pengrajin Per Bulan

5. Total Biaya Sarana Produksi Pembuatan Kerajinan Sangkar Burung Per

Pengrajin Per Tahun

6. Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Bulan

7. Biaya Tenaga Kerja Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Bulan

8. Total Biaya Tenaga Kerja Kerajinan Sangkar Burung dalam 1 Tahun

9. Biaya Penyusutan Peralatan Per Pengrajin dalam 1 Tahun

10. Total Biaya Produksi Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Per Bulan

11. Total Biaya Produksi Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin dalam 1

Tahun

12. Penerimaan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Bulan

13. Penerimaan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Tahun

14. Pendapatan Bersih Per Pengusaha dalam 1 Bulan

15. Pendapatan Bersih Per Pengusaha dalam 1 Tahun

16. Penerimaan, Biaya Produksi, dan R/C Usaha Kerajinan Sangkar Burung

dalam 1 Tahun

(13)

RINGKASAN PENELITIAN

WITA HERLINA M SIAGIAN (040309023) dengan judul skripsi “PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN SANGKAR BURUNG DARI BAMBU DI KABUPATEN SIMALUNGUN”. Studi kasus ini di Desa

Karang Rejo Kabupaten Simalungun. Penelitian dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauziah, MSi sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang di peroleh dalam usaha kerajinan sangkar burung di daerah penelitian; untuk mengetahui kelayakan di kembangkannya usaha sangkar burung secara finansial; untuk mengetahui peluang pengembangan kerajinan sangkar burung didaerah penelitian; untuk mengetahui strategi pengembangan kerajinan sangkar burung di daerah penelitian; untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam menjalankan usaha kerajinan sangkar burung dan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasinya.

Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan metode

pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis data dengan analisis Pd = TR – TC, R/C Ratio dan ROI untuk mengetahui Kelayakan

dikembangkannya usaha kerajinan sangkar burung, dan analisis SWOT untuk menetapkan peluang dan strategi pengembangan kerajinan sangkar burung dari bambu, dan metode analisis data secara deskriptif.

Usaha kerajinan sangkar burung memperoleh pendapatan diatas UMP yakni Rp 4.160.541 perbulannya dibandingkan UMP perbulan yakni Rp 905.000.

Berdasarkan analisis finansial, maka usaha kerajinan sangkar burung layak untuk dikembangkan karena nilai R/C ratio rata-rata secara keseluruhan adalah sebesar 1,52 dan ROI diatas tingkat suku bunga yakni 6,25% yaitu 52,03.

Peluang dan strategi usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat dari masalah-masalah yang dihadapi pengusaha adalah memperluas usaha kerajinan sangkar burung, memperluas jaringn pemasaran, kreatif dalam membuat inovasi baru yakni model dan corak sangkar burung, menjaga hubungan baik dengan pelanggan, menciptakan harga kompetitif, memberikan nilai tambah/sentuhan kreatifitas agar sangkar burung semakin menarik, menggunakan pengetahuan yang ada untuk menghadapi isu penyakit yang ada, dan saling bertukar informasi antar pengrajin sangkar burung.

Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha kerajinan sangkar burung memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan.

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karakteristik produk pertanian umumnya bersifat musiman dan karenanya

produk tersebut sulit tersedia sepanjang tahun. Implikasinya adalah

diperlukannya manajemen stok (bahan baku) yang terencana secara baik. Produk

pertanian juga bersifat segar (perishable), sehingga produk tersebut sulit untuk

disimpan dalam waktu yang relatif lama. Implikasinya adalah produk pertanian

perlu pemasaran yang cepat, baik penjualan yang berupa produk primer (produk

pertanian yang dijual langsung ke konsumen) maupun produk sekunder (produk

pertanian yang diolah dahulu sebelum dijual) (Soekartawi, 1995).

Berdasarkan sifat produk pertanian yang segar maka produk pertanian

lebih mudah rusak sehingga dalam cara pemanenan, pengangkutan, pengiriman

atau penyimpanan harus dilakukan dengan hati-hati, diperlukan kemasan yang

baik. Saat ini sudah banyak berkembang teknik dan wadah pengemasan produk

pertanian. Seperti yang terbuat dari bahan plastik, gabus, styroform, bambu

ataupun rotan. Bambu disebut juga dengan julukan wonder grass atau rumput

ajaib, Anggota famili Gramineae (rumput-rumputan) itu memamng berbeda

dengan kerabat yang lain. Bambu mencapai tinggi sekitar 30 meter. Sosoknya

yang menjulang dilengkapi ruas-ruas indah beraneka warna, ada yang berwarna

hijau, hitam atau kuning. Itu sebabnya beberapa jenis bambu sering dimanfaatkan

sebagai elemen tanaman (Duryatmo, 2000).

Memang kegunaan tanaman bambu amatlah banyak. Batangnya mempunyai

sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya beragam dan

(15)

memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, rumah, pagar,

jembatan, alat angkutan (rakit), pipa saluran air, alat musik dan berbagai

peralatan rumah tangga (Husodo, 2004).

Pemanfaatan batang bambu ini terus berkembang sesuai dengan

perkembangan jaman. Sekarang bambu juga digunakan untuk bahan pembuat

kertas, sumpit (chopstick), plywood dari bambu atau plybamboo, furniture, juga

untuk barang-barang kerajinan tangn untuk cenderamata. Hasil kerajinan tangan

dari bambu ini bahkan sudah menjadi komoditi ekspor

(Berlian dan Rahayu, 1995).

Di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara salah satu jenis

produk pertanian khususnya untuk mengembangkan kreatifitas kerajinan dari

bambu salah satunya adalah sangkar burung. Hal ini disebabkan bambu lebih

murah dan mudah diperoleh serta berbagai kelebihan lainnya yang ada pada

tanaman bambu (Kadariah, 1999).

Usaha kerajianan sangkar burung dari bambu yang telah berakar di daerah

pedesaan merupakan potensi yang besar dalam usaha pengembangan kerajinan

bambu secara nasional, karena dari sinilah berawal tumbuhnya berbagai corak

kreativitas baru dalam mengelolah kerajinan sangkar burung dari bambu sebagai

karya seni (Iwanuono, 2002).

Di Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten

Simalungun Propinsi Sumatera Utara misalnya banyak terdapat kerajinan bambu.

(16)

Tabel 1. Banyaknya Perusahaan/Usaha Kerajinan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Simalungun 2006

No Kecamatan Jumlah Usaha Kerajinan

1 Silimakuta 650

7 Pamatang Sidamanik 749

8 Girsang Sipangan Bolon 741

9 Tanah Jawa 710

(17)

Saat ini usaha kerajinan dari bambu di Kabupaten Simalungun meliputi

usaha-usaha sebagai berikut :

Tabel 2. Data Jumlah Perusahaan/Usaha Kerajinan Dari Bambu di Kabupaten Simalungun Tahun 2007

No Nama Perusahaan/Usaha Kerajinan Jumlah

1 Pembuatan Atap 12

2 Pengrajin Gedek 29

3 Pembuatan Keranjang 432

4 Pembuat Kursi 7

11 Membuat Tutup Keranjang 10

Jumlah 699

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2008

Dari Tabel 2 diketahui bahwa jumlah usaha kerajinan dari bambu

sebanyak 699, sedangkan untuk usaha kerajinan sangkar burung sendiri yaitu

sebanyak 22 unit.

Tabel 3. Data Jumlah Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu Di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun Tahun 2007

No Nama Desa/Kecamatan Jumlah (Unit)

1 Desa Karang Rejo 12

2 Desa Bandar Malela 10

Jumlah 22

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2008

Dari Tabel 3 diketahui jumlah Kerajinan Sangkar Burung Di Desa Karang

Rejo lebih banyak yakni sebanyak 12 unit, sedangakan di Desa Bandar Malela

sebanyak 10 unit.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam usaha kerajinan sangkar

burung di daerah penelitian?

2. Apakah usaha pembuatan sangkar burung layak di kembangkan?

3. Bagaimana peluang pengembangan kerajinan sangkar burung di daerah

penelitian?

4. Bagaimana strategi pengembangan kerajinan sangkar burung di daerah

penelitian?

5. Hambatan apa yang dihadapi dalam menjalankan usaha kerajinan sangkar

burung dan apa upaya yang dilakukan untuk mengatasinya?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang di peroleh dalam usaha

kerajinan sangkar burung di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui kelayakan di kembangkannya usaha sangkar burung

secara finansial.

3. Untuk mengetahui peluang pengembangan kerajinan sangkar burung

didaerah penelitian.

4. Untuk mengetahui strategi pengembangan kerajinan sangkar burung di

(19)

5. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam menjalankan

usaha kerajinan sangkar burung dan untuk mengetahui upaya-upaya apa

saja yang dilakukan untuk mengatasinya.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi tentang peluang pengembangan usaha kerajinan

sangkar burung dari bambu dan refrensi bagi pihak yang berhubungan

dengan penelitian ini.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

mengambil keputusan untuk pengembangan usaha kerajinan sangkar

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi manusia

masyarakat indonesia. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan

nusantara. Bambu dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai kering, dari

dataran rendah hingga ke daerah pegunungan. Di pedesaan sering kali dijumpai

tanaman bambu rakyat yang ditanam di lahan-lahan tertentu seperti di pekarangan,

tepi sungai, atau batas-batas pemilikan lahan. Pemanfaatan bambu di indonesia

sudah berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat desa. Hal ini dapat di lihat dari bangunan rumah yang hampir

semuanya menggunakan bahan dari bambu. Demikian juga dengan peralatan

rumah tangganya (Khotimah, 2002).

Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput

raksasa. Penghasil rebung ini memang termasuk dalam famili rumput-rumputan

(gramineae) dan masih kerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu

dimasukkan kedalam subfamili bambusoideae. Salah satu jenis bambu yang

digunakan dala pembuatan sangkar burung yakni Asparagus cochinichinenesis

(Lour.) Merr . Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monokotiledoneae

Ordo : Lllales

Famili : Lllaceae

(21)

Genus : Asparagus cochinichinenesis

Spesies : Asparagus cochinichinenesis (Lour.) Merr.

(Berlian dan Rahayu, 1995).

Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu

sekitar 8,8° C-36° C. Suhu lingkungan ini dipengaruhi juga oleh ketinggian

tempat. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya. Tanaman bambu

bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian

0 sampai 2.000 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak semua jenis

bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat (Subri, 1999).

Habitat bambu tali di dataran rendah hingga ketinggian 1000 m di atas

permukaan laut. Lahan yang cocok untuknya: subur, berlempung dan tidak

berbatu. Ia menuntut curah hujan yang cukup. Pekebun umumnya memanfaatkan

pangkal batang untuk perbanyakan. Yang dipilih batang berumur 2 tahun

berdiameter 4-7 cm. Bambu tidak cocok dibudidayakan di lahan kering lantaran

berakar serabut (Suroto, 1992).

Agar rumpun berumur panjang, teknik memanen harus

mempertimbangkan musim, umur batang dan tujuan penggunaan. Sebaiknya

bambu ditebang pada akhir musim hujan atau kemarau karena pada saat itu bambu

cukup tahan terhadap serangga dan cendawan serta kondisi bambu lebih kering

dengan kandungan pati rendah. Apabila bambu ditebang pada musim hujan,

kelembaban tinggi dan kandungan pati meningkat sehingga bambu menjadi

incaran hama bubuk. Untuk keperluan kontruksi atau mebel, pilih bambu yang

sudah matang agar kekuatannya maksimal. Periode matang bambu dicapi pada

(22)

berumur lebih muda memiliki kandungan pati tinggi sehingga serangga hama

bubuk pun tinggi. Namun jika dipakai sebagai kerajinan, bambu sebaiknya tidak

terlalu tua atau muda. Bambu tua mudah patah atau retak saat dibentuk,

sebaliknya jika terlalu muda akan membuat hasil kerajinan tidak awet

(Paimin, 2001).

Bambu bahan baku kerajinan tidak boleh terlalu tua atau muda. Untuk

bambu apus misalnya, sangat bagus ditebang ketika umur 8 bulan. Sebab bila

terlalu tua sulit dikerat. Agar tidak rusak, sebelum menebang perhatikan arah

kecondongan batang bambu. Jika batang bambu condong ke timur maka

menebangnya harus dari arah yang sama. Setelah ditebang dapat dilakukan

langkah berikut:

a. Memotong

Untuk memperoleh ukuran yang seragam maka pemotongan bahan

dilakukan sesuai kebutuhan. Peralatan potong yang dipakai adalah gergaji,

parang dan landasan potong.

b. Mengupas

Tujuannya untuk menghilangkan kulit bambu yang dilapisi zat lilin.

Untuk mengupas kulit digunakan pisau mengupas.

c. Membelah

Membelah bertujuan untuk membagi-bagi bambu menjadi beberapa

bagian. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan parang atau pisau.

(23)

Agar belahan-belahan bambu lebih tipis dan mempunyai ketebalan yang

sama maka dilakukan perautan. Perautan juga menghasilkan lebar yang sesuai

(Duryatmo, 1999).

Batang bambu yang dipersiapkan untuk bahan kerajinan dipilih

berdasarkan kesesuaian dengan produk kerajinan yang dihasilkan. Jenis-jenis

bambu yang dapat digunakan untuk bahan kerajinan adalah bambu congkoleh,

bambu duri, bambu ori, bambu gombong, bambu hitam, bambu perling, bambu

talang, bambu tali, bambu toli, bambu tutul, bambu tamiang dan sebagainya

(Tarigan, 2002).

Ketahanan bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu. Ketahanan

bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan. Bambu tanpa perlakuan

khusus dapat bertahan antara satu sampai tiga tahun jika berinteraksi dengan tanah

dan udara, jika berinteraksi dengan air laut usianya kurang dari satu tahun, jika

diawetkan usianya dapat mencapai 10-15 tahun.

Pada jaman sekarang ini banyak barang-barang yang dibuat dari bahan

sintesis. Barang-barang tersebut memang praktis, tetapi bagi banyak orang

kesannya tidak alami. Padahal selera orang pada hal-hal alami atau back to nature

kembali menjadi trend, sehingga barang-barang yang kesannya alami banyak

diminati konsumen. Untuk memenuhi selera konsumen, salah satunya dapat

dipenuhi dari produk-produk dengan bahan baku bambu (Narbuko, 1997).

Pertumbuhan industri kerajianan bambu yang positif ini akan menunjang

perkembangan sector pariwisata dan juga dapat mengarah kepada pembukaan

lapangan pekerjaan baru. Hal ini sesuai dengan program pemerintah dalam usaha

(24)

berkaitan sektor pariwisata,Untuk mendapatkan hasil atau keuntungan dalam

setiap kegiatan usaha komoditi bambu. Aspek ini bahkan seharusnya sudah

diketahui terlebih dahulu dan telah dipersiapkan sejak awal sebelum

mengusahakan komoditi. Dengan demikian tujuan dalam berusaha diharapkan

dapat mudah tercapai, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

memasarkan komoditi bambu untuk tujuan pemasaran didalam negeri, dari mulai

yang sederhana hingga yang kompleks. Hal ini tergantung kepada jenis produk

bambu yang akan dipasarkan.untuk dapat sampai kepada konsumen akhir

(Tim Elsppat, 1999).

Untuk bahan kerajinan bambu, batang diolah menjadi aneka bentuk

misalnya kerajinan yang sedang berkembang dan banyak diminati saat ini dan

bahannya tidak sulit untuk di dapat, dan tidak membutuhkan biaya yang terlalu

besar, yaitu kerajinan sangkar burung. Selain kenaikan bahan baku maupun

bahan pembantu yang tidak seimbang dengan kenaikan harga sangkar burung

yang di produksi, banyak faktor yang lain yang sangat menggangu perputaran

modal sehingga menjadi kurang sehat, seperti dengan adanya isu wabah flu

burung, produksipun menjadi penghambat, produksi bisa turun hingga antara 30

% sampai 40 %. Dengan kasus wabah flu burung banyak sekali sangkar burung

yang dengan terpakasa harus di jual dengan harga yang murah daripada harus

disimpan dan hancur dimakan rayap. Dengan itu maka para pengrajin pun

mengurangi kapasitas produksinya (Wasis, 1997).

Dalam proses produksi sangkar burung, pengrajin melakukan beberapa

tahapan-tahapan.

(25)

- Batang bambu di belah atau dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki

dengan ketebalan seragam

- Untuk rotan dilingkari dan dilubangi, lalu dilakukan pemasangan tiang

(bambu)

- Setelah itu dilakukannya pemasangan kepala, gantungan dan kawat, lalu

dibuat lantai sangkar burung, alas bawah, sangkar siap untuk dipakai, dan

sudah dapat dijual.

Pengusaha pengrajin sangkar burung di bantu oleh beberapa tenaga kerja

yang rata-rata tenaga kerjanya yakni remaja yang masih sekolah, dengan begitu

pula pengusaha mengharapkan mereka nantinya dapat memperaktekannya

dirumah mereka, dan dapat membuka usaha sendiri (Winarno, 1992).

Tuntutan pasar dan permintaan konsumen sepenuhnya harus mendapat

perhatian yang optimal dari para pengrajin. Naik turun pasang surut dalam

menjalani profesi menjadi pengrajin sangkar burung memang cukup berat dan

hanya mereka yang bisa mengarunginya yang masih bisa bertahan sampai

sekarang .

Di Desa Gunung Maligas, kerajinan sangkar burung semakin berkembang

dan penjualannyapun meluas hingga keluar daerah ataupun kota seperti Tarutung,

Sidikalang, Siborong-borong, Binjai, Pekanbaru, dan Aceh. Untuk memenuhi

ketersediaan bambu maka pengrajin mempunyai tanaman bambu sendiri yang di

tanam tidak jauh dari sekitar tempat tinggalnya, sehingga pengusaha pengrajin

(26)

Landasan Teori

Untuk mengembangkan suatu kerajinan tangan, barang atau jasa tentu

harus ada bahan, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lainnya yang tidak dapat

dihindari. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut maka peluang untuk

mengembangkan suatu usaha tidak akan berhasil. Saat ini perkembangan

produksi kerajinan sangkar burung mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal

ini sejalan dengan perkembangan didalam penciptaan desain-desain baru yang

banyak laku dipasaran dalam maupun luar negri. Industri kerajianan sangkar

burung yang telah berakar di daerah pedesaan merupakan potensi yang besar

dalam usaha pengembangan industri kerajinan bambu secara nasional, karena dari

sinilah berawal tumbuhnya berbagai corak kreativitas baru dalam mengelolah

bambu sebagai karya seni yang tinggi (Duryatmo, 1999).

Dalam pemasaran kerajinan tangan sangkar burung ini pemasaran yaitu

melalui pemesanan terlebih dengan cara memesan terlebih dahulu berapa jumlah

sangkar burung yang akan dibuat dan pesanan tersebut dapat di kirim ataupun

diambil sendiri.

Selanjutnya perlu diketahui harga pokok persatuan sangkar burung .

Harga pokok ini selanjutnya akan mempengaruhi nilai jual sangkar burung yang

ditetapkan oleh pengrajin. Dari hasil penjualan sangkar burung diperolehlah

penerimaan bagi pengrajin. Untuk mendapatkan hasil atau keuntungan dalam

setiap kegiatan usaha kerajinan sangkar burung, perlu diketahui dan telah

dipersiapkan sejak awal dalam berusaha kerajinan sangkar burung pemasarannya

dapat dilakukan secara langsung oleh pengrajin atau melalui pedagang perantara.

(27)

koperasi atau pengusaha meubel. Dengan melihat harga pasar yang ada pengrajin

dapat menentukan harga tiap sangkar burung. Sehingga panghasilan yang didapat

pengrajin dapat memenuhi kehidupan yang layak bagi pengrajin, seperti dukungan

pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja, sehingga

pemerintah melindungi pengrajin bukan sebaliknya membatasi kenaikan upah,

dengan sudah disahkannya upah minimum propinsi (UMP) oleh pemerintah,

dengan adanya UMP pengrajin juga diharapkan dapat mematuhi ketentuan meski

diakui kesulitan pengrajin sebagai dampak krisis global yang masih berlangsung.

Meski sektor pertanian sebagai salah satu sektor penyumbang terbesar

penyedia lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat indonesia, namun

pendapatan petani masih sangat minim dari standar upah minimum propinsi

(UMP). Sesuai keputusan Dewan Pengupahan Sumut UMP Sumut mencapai Rp

905.000 per bulan, dimana UMP adalah suatu standar minimum yang digunakan

oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada

pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya

(http://ejournal.kpassfm.ac.id).

Membangun pertanian progresif memerlukan kondisi dicapainya

economic of scale karena kondisi tersebut adalah syarat terjadinya peningkatan

surplus ekonomi pengusaha kerajinan yang membuka jalan bagi terjadinya

peningkatan produktifitas, efisiensi, dan daya saing yang utamanya dihasilkan

melalui proses involusi teknologi. Tanpa membangun produktifitas, efisiensi, dan

daya saing yang tinggi, kita tidak akan mampu menang dalam persaingan global

(28)

Usaha pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi

tinggi, manajemennya modern, dan lebih bersifat komersial, sebaliknya usaha

skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat

usaha sederhana, dan sifat usahanya subsisten (Soekartawi, 2002).

Strategi pembangunan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya

menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang

sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu :

(1) Menarik dan mendorong munculnya indrustri baru di sektor pertanian;

(2) Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel;

(3) Menciptakan nilai tambah;

(4) Meningkatkan penerimaan devisa;

(5) Menciptakan lapangan kerja;

(6) Memperbaiki pembagian pendapatan

(Soekertawi, 2002).

Permintaan adalah faktor penentu kelangsungan bisnis. Tanpa permintaan

tidak mungkin sistem bisnis dapat berjalan. Para wirausahawan harus lihai dalam

menyiasati permintaan. Perilaku permintaan atau dalam bahasa ekonomi dikenal

dengan fungsi permintaan merupakan hubungan antara jumlah barang (termasuk

jasa) dimana konsumen bersedia membeli dengan faktor-faktor yang menentukan

kesediaan konsumen untuk membeli barang tersebut. Faktor yang bersumber dari

sifat-sifat konsumen seperti daya beli ditentukan oleh tingkat pendapatan dan

selera atau preferensi. Faktor yang bersumber dari tingkah laku pesaing yang

menawarkan barang-barang terkait (barang substitusi dan barang komplementer)

(29)

Peningkatan pendapataan pengusaha ditentukan oleh jumlah produksi

yang dapat dihasilkan oleh satu orang pengusaha atau perusahaan, harga penjualan

produksi, dan biaya produksi usaha (Wibowo, 1999).

Tujuan pengusaha berusaha pada masyarakat yang telah memasuki sistem

pasar adalah untuk memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya, dimana

pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Agar pendapatan

bersih tinggi maka pengusaha harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan

biaya produksi yang rendah. Pengusaha harus mempunyai keahlian memasarkan,

memilih jenis komoditi yang pasarnya baik, mengupayakan harga input yang

rendah dengan mengatur input produksi, menggunakan teknologi yang baik, dan

mengatur skala produksi yang efisien (Simanjuntak, 2004).

Analisis finansial didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan

menggunakan data harga yang sebenarnya yang ditemukan dilapangan (real

price). Salah satu alat ukur yang sering dipakai dalam melakukan analisis

finansial adalah arus uang tunai (cashflow analysis) dengan menghitung besarnya

biaya dan penerimaan usaha. Dengan cara ini, akan diketahui besarnya nisbah

(perbandingan) penerimaan (R) dan biaya (C) atau R/C ratio. Analisis ini dapat

dilakukan pada akhir proyek selesai atau dapat pula sewaktu-waktu. Perhitungan

biaya usaha (C) lebih baik jika tidak hanya biaya eksplisit saja yang

diperhitungkan tetapi juga memperhitungkan biaya implisitnya (biaya yang tidak

nyata dikeluarkan oleh pengusaha seperti tenaga kerja dalam keluarga dan lahan

(30)

Studi mengenai aspek finansial merupakan kunci dari suatu kelayakan.

Jika studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek

akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat secara ekonomi.

Dalam istilah bisnis, ROI (Return On Investment) adalah total nilai biaya

yang diinvestasikan (ditanamkan pada sebuah bisnis) telah kembali, yang berasal

dari akumulasi keuntungan setiap bulannya. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa sebenarnya istilah ROI ini mengacu kepada istilah “balik modal“. Seperti

usaha kerajinan sangkar burung.

Kendala untuk pengembangan usaha saat ini masih terletak pada kendala

yang itu-itu juga seperti skala usaha yang kecil, lemahnya permodalan,

terbatasnya teknologi, dan sederhananya manajemen yang digunakan

(Haming dan Basalamah, 2003).

Karakteritik produk pertanian secara umum adalah :

1. Bersifat musiman, sehingga produk tersebut sulit tersedia sepanjang tahun

2. Bersifat segar (perishable), sehingga sulit disimpan dalam waktu yang relatif

lama

3. Bersifat bulky artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil

4. Bersifat lokal dan kondisional artinya tanaman tertentu hanya dapat tumbh dan

berproduksi secara baik pada daerah tertentu pula. Hal ini jugalah yang

menyebabkan perlunya perencanaan yang matang sebelum pengusaha

memulai usahanya (Soekartawi, 2000).

Analisis perencaan strategis merupakan salah satu bidang studi akademis

yang banyak dipelajari secara serius. Hal ini disebabkan karena setiap saat terjadi

(31)

pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi yang semakin canggih, dan

perubahan kondisi demografis yang mengakibatkan berubahnya selera konsumen

secara cepat.

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan

empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu :

a) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasrkan jalan pemikiran perusahaan yaitu dengan

menggunakan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b) Strategi ST

Merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

c) Startegi WO

Strategi ini dapat diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif (bertahan) dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

(32)

Kerangka Pemikiran

Bambu merupakan tanaman multifungsi yang banyak dimanfaatkan

manusia, baik dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga, bahan bangunan

sampai bahan baku industri. Hal ini didukung sifat-sifat yang dimiliki batang

bambu yaitu kuat, tahan lama dan lentur sehingga bambu banyak diusahakan oleh

pengrajin sangkar burung.

Pembuatan kerajinan sangkar burung di Desa Gunung Maligas Kabupaten

Simalungun sudah berlangsung cukup lama dan turun temurun, sulit rasanya

untuk menelusuri siapa yang paling awal menekuni kerajinan sangkar burung ini.

Proses produksi pembuatan sangkar burung yang dimulai dari yang paling

sederhana sampai sekarang berkembang seiring dengan permintaan konsumen dan

tuntutan pasar yang menginginkan perubahan yang lebih baik, indah dan tahan

lama membuat para pengrajin lebih kreatif dan inovatif.

Dalam proses produksi pembuatan kerajinan sangkar burung

membutuhkan biaya produksi. Adapun biaya-biaya produksi yang dikorbankan

dalam pembuatan sangkar burung ini adalah biaya pembelian bambu, biaya bahan

pembantu, upah tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Jumlah keseluruhan

biaya yang dikorbankan dalam proses produksi ini menjadi total biaya produksi.

Setelah total biaya produksi diperoleh, maka selanjutnyabperlu diketahui

harga pokok per satuan sangkar burung dengan membagi total biaya produksi di

bagi dengan jumlah produksi. Harga pokok sangkar burung ini selanjutnya akan

(33)

Dari hasil penjualan sangkar burung diperolehlah penerimaan bagi

pengrjin. Selanjutnya untuk mengetahui pendapatan bersih pengrajin, dapat

dihitung dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya produksi.

Usaha kerajinan sangkar burung diperkirakan mempunyai peluang yang

baik untuk dikembangkan. Usaha kerajinan sangkar burung dapat meningkatkan

pendapatan dan layak secara finansial untuk dikembangkan. Dengan diketahuinya

kelayakan usaha sangkar burung dari bambu maka dapat diketahui peluang

pengembangannya.

Kelayakan usaha kerajinan sangkar burung dapat dinilai dengan

menganalisis penerimaan dan total biaya produksi. Bila penerimaan lebih besar

daripada pengeluaran maka diperolehlah laba namun bila sebaliknya pengeluaran

lebih besar daripada penerimaan maka pembuatan sangkar burung tersebut

mengalami kerugian. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menganalisis

kelayakan dikembangkannya usaha kerajinan sangkar burung adalah analisis R/C

(Return Cost Ratio) dan ROI (Return On Investment) atau tingkat pengembalian

modal. Dari kedua analisis ini dapat diketahui bahwa usaha kerajinan sangkar

(34)

Secara skematis, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran :

: Ada hubungan Pengrajin Bambu

Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Penerimaan

Output

Produksi Harga Jual

Input

Biaya

Pendapatan

Tidak Layak Layak

(35)

Hipotesis Penelitian

1. Pembuatan sangkar burung memberikan pendapatan di atas UMP (upah

minimum propinsi).

(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yakni pengusaha

kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas,

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini terpilih

karena merupakan salah satu sentra pembuatan kerajinan sangkar burung dengan

jumlah yang paling banyak di Kabupaten Simalungun.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi responden dalam penelitian ini adalah pengusaha pengrajin

sangkar burung, terdapat 12 pengrajin di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung

Maligas Kabupaten Simalungun secara sensus.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden

melalui survei dan daftar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari lembaga

instansi yang terkait serta literature yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 mengenai pendapatan yang diperoleh dalam usaha

pengrajin sangkar burung dengan rumus:

(37)

Keterangan :

Pd = Pendapatan

TR = Total Penerimaan

TC= Total Biaya

(Soekartawi, 1995).

Untuk hipotesis 2 yakni untuk melihat kelayakan di kembangkannya

usaha kerajinan sangkar burung dengan menggunakan perhitungan R/C.

Kelayakan dikembangkannya usaha kerajinan sangkar burung dapat di uji dengan

menggunakan analisis R/C dan ROI.

● R/C (return cost ratio)

a = R/C

Keterangan :

R = Penerimaan (Rp)

C = Biaya (Rp)

Kriteria :

R/C = 1 usaha tidak untung dan tidak rugi

R/C < 1 usaha rugi (tidak layak)

R/C > 1 usaha untung (layak) (Soekartawi, 1995).

● ROI (return on investment atau tingkat pengembalian modal)

ROI = Laba X 100%

Modal

ROI ≥ suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak di kembangkan

ROI < suku bunga berlaku maka usaha tidak layak di kembangkan

(38)

Kerajinan sangkar burung di katakana layak di di kembangkan bila analisis

ekonomi menunjukan hasil layak, adapun analisis yang di gunakan untuk menilai

kelayakan di kembangkannya usaha adalah Revenue Cost (R/C) dan Return On

Investment (ROI) (Soekartawi, 2002).

Untuk identifikasi masalah tiga dan empat yakni untuk melihat peluang

dan strategi pengembangan usaha sangkar burung, dengan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities, Threat) yakni melihat kekuatan, kelemahan,

peluang, kelemahan dan strategi pengembangan kerajinan sangkar burung.

Dengan mengidentifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan

strategi suatu usaha (strategi SO, ST, WO, dan WT). Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threat).

Untuk identifikasi masalah lima dianalisis dengan metode deskriptif

dengan mengetahui hambatan atau kendala apa saja dalam pengembangan

kerajinan sangkar burung dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut.

(39)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis

membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Usaha pembuatan sangkar burung adalah usaha kerajinan yang terbuat

dari bahan dasar bambu.

2. Pendapatan bersih adalah jumlah peneriman yang diperoleh pengusaha

dari hasil usaha kerajinan sangkar burung dikurangi biaya produksi.

3. Harga pokok adalah perbandingan antara total biaya produksi dengan

jumlah produksi.

4. Harga jual adalah nilai sangkar burung yang dijual yang harus dibayar

oleh konsumen (pembeli) sangkar burung.

5. Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah yang terjual dengan

harga jual yang berlaku.

6. Pendapatan bersih adalah penerimaan setelah dikurangi total biaya

produksi.

7. Biaya merupakan penjumlahan dari semua biaya biaya tetap dengan

biaya tidak tetap.

8. Analisis ekonomi adalah suatu analisis untuk menentukan kelayakan

suatu usaha di kembangkan dari segi ekonomi.

9. R/C (Return Cost Ratio) adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan sangkar burung dengan total biaya yang dikeluarkan. Usaha

sangkar burung akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1.

(40)

ROI ≥ suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak dikembangkan

11. Kesempatan kerja adalah peluang untuk bekerja pada usaha pembuatan

sangkar burung.

12. Peluang pengembangan yaitu kesempatan untuk mengembangkan usaha

dan memperkenalkan produk pertanian kemasyarakat luas.

13. Produksi adalah hasil dari usaha sangkar burung dari bambu yang

dihitung dalam satu bulan dan satu tahun.

14. Produksi adalah hasil dari usaha kerajinan sangkar burung yang dihitung

dengan satuan unit.

15. Produktifitas adalah total produksi sangkar burung yang dihasilkan per

bulan dan pertahunnya.

16. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk usaha

sangkar burung selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk

dipasarkan.

17. Kelayakan secara finansial adalah ukuran kelayakan usaha kerajinan

sangkar burung sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang

proporsional yaitu membandingkan jumlah penerimaan dengan seluruh

biaya produksi.

18. Permintaan pasar adalah jumlah atau kuantitas produk kerajinan sangkar

burung yang diminta oleh pasar (konsumen).

19. Peluang usaha adalah peluang-peluang dari pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung dimasa yang akan datang.

(41)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung maligas,

Kabupaten Simalungun.

2. Model sangkar yang diteliti adalah sangkar burung model kurung ayam.

3. Sampel adalah pengusaha yang mengusahakan kerajinan sangkar burung

di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten

Simalungun.

4. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.

5. Sampel penelitian adalah pengusaha pembuatan kerajinan sangkar

(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

terletak antara 02°,36’-03°,18’ LU dan 98°,32’-99°,35’ BT. Desa Karang Rejo

Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara

berada pada ketinggian 101-200 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah

3,20 Km², wilayah ini berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Kecamatan Pematang Bandar

 Sebelah Selatan : Kecamatan Siantar/ Kota Pematang Siantar

 Sebelah Timur : Kecamatan Dolok Batu Nanggar

 Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Malela

Keadaan Penduduk

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Karang Rejo terdiri dari 3.933 jiwa (563 KK) dengan

(43)

Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Gunung Maligas Tahun 2007

Kelompok Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 4 diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gunung Maligas

pada tahun 2007 sebesar 25.357 jiwa yang terdiri dari 12.686 jiwa laki-laki dan

12.671 jiwa perempuan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Dari Tabel 4 juga

menunjukkan bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita,

anak-anak dan remaja berjumlah 8.288 jiwa. Jumlah usia produktif (15-54 tahun)

(44)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Desa Karang Rejo Tahun 2007

No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di desa karang rejo

sebanyak 3.757, dari Tabel diketahui bahwa jumlah penduduk agama islam yang

paling banyak yaitu sebanyak 3.624 orang atau 9,64 % , agama protestan

sebanyak 116 orang atau 3,08 %, agama budha sebanyak 14 orang atau 0,37 %,

agama katholik sebanyak 3 orang atau 0,07 %, agama budha 0, agama hindu 0,

dan lainnya 0.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Desa Karang Rejo Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 6 diketahui jumlah penduduk dan pendidikan tertinggi yang

ditamatkan yaitu sebanyak 3.759 orang, dimana jumlah jumlah pendidikan

tertinggi yang terbanyak yaitu SD sebanyak 1.013 orang, tidak tamat SD sebanyak

(45)

SLTA sebanyak 495 orang, Dip. IV-S1 sebanyak 22 orang, Dip. I-II sebanyak 11

orang, Dip. III sebanyak 8 orang, dan SII-SIII 0.

2. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Untuk Mengetahui jumlah penduduk di Desa Karang Rejo menurut Mata Pencaharian yaitu sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencahariaan di Desa Karang Rejo Tahun 2007

No Mata Pencaharian

Laki-laki Perempuan Jumlah (Orang)

Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebanyak

2202 orang, yaitu laki-laki sebanyak 1100 orang, perempuan 1102 orang, mata

pencaharian penduduk terbesar adalah di bidang jasa atau pemerintahan yaitu

sebesar 476 orang atau 21,61 %, pertanian 129 orang atau 5,85 %, perdagangan 90

orang atau 4,08 %, industri 2 orang atau0,09 %, dan mata pencaharian lainnya

yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu

(46)

Penggunaan Tanah

Pola penggunaan lahan di Desa Karang Rejo dapat dilihat pada Tabel 4

berikut ini :

Tabel 8. Keadaan Tata Guna Lahan Desa Karang Rejo Tahun 2007 No Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Lahan Sawah 115

2 Tanah Kering 60

3 Bangunan / Pekarangan 143

4 Lain – lain 2

Jumlah 320

Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 8 diketahui bahwa lahan yang paling luas adalah bangunan/

pekarangan yaitu sebesar 143 ha, sedangkan lahan sawah sebesar 115 ha, tanah

kering 60 ha, dan lahan lainnya yaitu 2 ha.

Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Karang Rejo adalah

sebagai berikut :

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Karang Rejo Tahun 2007 No Saran dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Sekolah 2. Fasilitas Kesehatan

a. Puskesmas 3. Tempat Peribadatan

a. Masjid b. Gereja

7 1

(47)

Sarana dan prasarana belum cukup tersedia dalam membantu dan

mempermudah aktivitas kehidupan dan perekonomian masyarakat Desa Karang

Rejo dan juga untuk usaha kerajinan sangkar burung seperti belum adanya pasar

dan lokasinya jauh dari desa dan belum adanya tempat hiburan bagi masyarakat.

Karakteristik Pengusaha Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat

pendidikan, pengalaman berusaha kerajinan sangkar burung dari bambu serta

jumlah produksi kerajinan sangkar burung rata-rata perbulan.

Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Sampel di Daerah Penelitian

No. Uraian Rata-rata Rentang

1. Umur (tahun) 42.66 32-60

2. Tingkat Pendidikan (Tahun) 9 6-12

3. Pengalaman Berusaha (Tahun) 13 4-30

4. Jumlah Tanggungan (jiwa) 3.5 2-5

5. Jumlah Produksi Sangkar Burung Per Bulan (unit)

12555 9720-16200

Sumber:Analisis Data Primer, 2008 (Lampiran 1)

Dari Tabel 10 diketahui karakteristik Pengrajin sangkar burung rata-rata

berusia 42.66 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa usia pengrajin sangkar burung

berada pada usia produktif. Pengrajin sangkar burung rata-rata telah menempuh

pendidikan formal selama 9 tahun. hal ini berarti seluruh pengrajin telah

menamatkan sekolah dasar dan sebagian telah menamatkan sekolah lanjutan.

Rata-rata pengrajin memiliki pengalaman membuat sangkar burung selama 13

tahun. Lamanya pengalaman berusaha mempengaruhi produksi sangkar burung

yang dihasilkan. Rata-rata produksi sangkar burung sebanyak 12555 unit

perbulan. Jumlah tanggungan yang dimiliki pengrajin sangkar burung rata-rata

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Pekerjaan Kerajinan Sangkar Burung

- Tahap 1

Bambu yang sudah ditebang di bersihkan lalu dihaluskan, lalu dirajut atau

diraut menjadi bulat.

- Tahap2

Rotan dilingkarkan dengan menggunakan alat gulungan rotan, lalu dibulatkan

sesuai dengan ukuran sangkar burung.

- Tahap 3

Pengerjaan selanjutnya rotan dilubangi dengan bor , selesai dilubang dibuat

kerangka sangkar burung.

(49)

- Tahap 4

Selanjutnya bambu yang sudah dirajut/diraut menjadi bulat dimasukkan pada

masing-masing rotan yang sudah dilubangi.

- Tahap 5

Setelah selesai merangka dibuat alas bawah dan tutup alas atas dengan bahan

yaitu papan yang dibentuk sesuai dengan model sangkar dan ditambahkan kawat

pada tutup alas atasnya, agar sangkar dapat digantung.

- Tahap 6

Setelah selesai pengerjaan dilakukan finishing, agar sangkar burung tampak

lebih indah, lebih tahan lama. Finishing ini berupa cet atau di vernis.

Setelah finishing sangkar burung dikeringkan hingga warnanya benar-benar

kering, setelah sangkar burung sudah kering, sangkar burung siap untuk

dipasarkan ke agen.

(50)

(51)

Hasil Penelitian

Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Pendapatan bersih adalah hasil bersih yang diperoleh pengrajin dari usaha

kerajinan sangkar burung yang dinyatakan dalam rupiah, yang diperoleh dari

selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

Penerimaan

Penerimaan pengrajin sangkar burung diperoleh dari hasil perkalian antara

produksi sangkar burung yang diperoleh dengan harga jual. Pada waktu diadakan

penelitian, harga jual sangkar burung ditetapkan oleh pengrajin sangkar burung

yaitu Rp 11.500 hingga Rp 12.000,-/Unit. Hasil penjualan sangkar burung tiap

pengusaha dijual secara borongan kepada agen yang dipesan terlebih dahulu.

Untuk melihat jelas tentang penerimaan usaha kerajinan sangkar burung

dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11. Penerimaan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Rata-Rata Per Tahun, Tahun 2008

No Komponen

Pendapatan

Rataan

1 Produksi (unit)

Per Pengrajin Per Tahun (unit)

12555

2 Harga Sangkar Burung (Rp/unit) 11.790

3 Penerimaan (Rp)

Per Pengusaha/ Tahun (Rp)

147.555.000

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 18)

Dari tabel 11 diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi sangkar burung

pertahunnya adalah 12555 unit, dengan harga sangkar burung Rp 11.790 per unit,

dan penerimaan per pengrajin sangkar burung sebesar Rp. 147.555.000,-per

(52)

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengrajin dalam

memproduksi sangkar burung. Biaya produksi terdiri dari sarana produksi, tenaga

kerja, dan penyusutan peralatan. Untuk lebih jelas tentang biaya produksi dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Biaya Produksi Sangkar Burung Per Pengusaha Per Tahun, Tahun 2008 Total 290.836.400 902.431.000 4.937.950 1.198.224.950

Rataan 24.236.367 75.202.583 411.495 99.852.079 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 11)

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa total biaya produksi Rp 290.836.400

dengan rataan 24.236.367 per tahunnya, biaya tenaga kerja Rp 902.431.000

dengan rataan Rp 75.202.583 per tahunnya, sedangkan biaya penyusutan dengan

total Rp 4.937.950 dengan rataan Rp 411.495 per tahunnya. Sehingga total biaya

keseluruhannya yaitu Rp 1.198.224.950 dengan rata-rata Rp 99.825.079.

Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Pendapatan pengrajin sangkar burung dihitung dengan analisis tabulasi

sederhana, yaitu pendapatan pengrajin diperoleh dari hasil penerimaan sangkar

burung dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi berlangsung.

Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usaha kerajinan

sangkar burung per pengrajin per tahun dilihat pada tabel 13 dibawah ini :

Tabel 13. Pendapatan Bersih Usaha Sangkar Burung Per Pengrajin Per Tahun 2008 Tahun Total 1.770.660.000 1.198.224.950 629.723.000

(53)

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan

sangkar burung Rp147.555.000Per Pengusaha Per tahun, biaya Rp 99.852.079

pertahunnya. Sedangakan pendapatan pengusaha per Tahun rata-rata Rp

52.476.916. Jika dibandingkan dengan dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)

yaitu sebesar Rp. 905.000 per bulannya maka pendapatan pengrajin kerajinan

sangkar burung digolongkan tinggi (> UMP). Hal ini berarti bahwa hipotesis

yang menyatakan pendapatan pengrajin sangkar burung diatas UMP diterima.

Kelayakan Dikembangkannya Usaha Kerajinan Sangkar Burung

Dapat dilihat dengan analisa R/C dan ROI sebagai berikut :

No Keterangan R/C ROI

1 Jumlah 18,18 624,39

2 Rata-Rata 1,52 52,03

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16, 17)

Biaya Produksi

Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo

Kabupaten Simalungun terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, dan biaya

penyusutan yang diukur dalam satuan rupiah.

Untuk biaya sarana produksi terdiri dari biaya bambu, rotan, kawat, papan,

paku dan cet. Biaya sarana produksi rata-rata per bulan dan per tahun dapat

(54)

Tabel 14. Biaya Sarana Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun

No Keterangan Biaya Rata-Rata (Rp)

1 Bambu 1.757.700

Total Biaya 24.236.367 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5)

Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya sarana produksi pertahun sebesar Rp.

24.236.367,- per tahunnya, yakni bambu Rp1.757.700, Rotan Rp 2.184.000,

kawat Rp 3.069.000, papan Rp 9.652.000, paku Rp 2.184.000, dan cet Rp

4.983.000 per tahunnya.

Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah tenaga

kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja rata-rata pada usaha kerajinan sangkar

per tahunnya dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan Total Biaya Tenaga Kerja

(Rp)

Total 902.431.000

Rataan 75.202.583

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13)

Tabel 15 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebesar Rp 75.202.583,- per tahunnya.

Untuk biaya penyusutan, diukur dari total nilai penyusutan alat-alat yang

digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo yang

nilainya dipengaruhi oleh harga beli alat-alat yang digunakan tersebut. Adapun

alat-alat yang digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang

(55)

gergajih potong, gunting, tang, palu/martel, dan pisau. Biaya penyusutan rata-rata

pada usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Penyusutan Rata-Rata dalam 1 Tahun

Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Penyusutan (Rp)

Tahun 150660 4.937.950

Rataan 12555 411.495

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14c)

Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya penyusutan rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebesar Rp 411.495.

Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo

adalah total biaya dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya

penyusutan. Biaya produksi rata-rata pada usaha kerajinan sangkar burung dalam

1 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Biaya Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun

Keterangan Jumlah Sangkar Burung Biaya Produksi (Rp)

Tahun 150660 1.198.224.950

Rataan 12555 99.852.079

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran16)

Tabel 17 menunjukkan bahwa biaya produksi rata-rata dalam 1 tahun

adalah sebaesar Rp. 99.852.079.

R/C Ratio

Analisis kelayakan dikembangkannya usaha sangat perlu dilakukan dalam

setiap usaha kerajinan yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan.

Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan

bersih yang diperoleh.

Untuk mengetahui kelayakan usaha kerajinan sangkar burung dianalisis

(56)

membandingkan nilai penerimaan (revenue) usaha kerajinan sangkar burung

dengan total biaya produksi (cost) yang dikorbankan dengan batasan sebagai

berikut :

• R/C Ratio > 1, maka usaha kerajinan sangkar burung menguntungkan

dan layak untuk dikembangkan

• R/C Ratio < 1, maka usaha kerajinan sangkar burung rugi dan tidak

layak untuk dikembangkan

• R/C Ratio = 1, maka usaha kerajinan sangkar burung berada pada titik

impas (Break Event Point).

Untuk mengetahui nilai R/C pada usaha kerajinan sangkar burung didaerah

penelitian dapat dilihat pad tabel 18.

Tabel 18. Analisis Rata-Rata R/C Ratio Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Tahun, Tahun 2008

Keterangan Rata-Rata Penerimaan

Rata-Rata Total Biaya

Produksi

Nilai R/C Ratio

Per Tahun 147.555.000 99.852.079 1,52

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 21)

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata R/C adalah 1,52per

tahunnya artinya menunjukkan bahwa dari Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

diperoleh keuntungan sebesar 1,52 hal ini berarti R/C Ratio > 1 yang artinya

usaha kerajinan sangkar burung didaerah penelitian layak untuk dikembangkan.

Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usaha kerajinan sangkar burung layak

(57)

ROI

Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui

bagaimana peluang usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di daerah

penelitian. Nilai ROI per pengrajin rata-rata per tahun sebesar 52,03%

artinyasetiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih

sebesar Rp 52,03.

Nilai ROI diatas tingkat suku bunga (6,25%) menunjukkan bahwa usaha

kerajinan sangkar burung dari bambu layak diusahakan. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan usaha kerajinan sangkar burung adalah usaha yang

menguntungkan dan layak untuk diusahakan diterima.

Peluang dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :

a. Peluang

- Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi.

Dari hasil wawancara terhadap pengusaha sampel dilapangan, diketahui

bahwa pengusaha masih sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan

mereka. Permintaan tidak hanya dari sekitar desa saja, tetapi juga di kota

hingga keluar kota. Padahal permintaan tersebut masih untuk keperluan

hobi saja, juga motif yang beranekaragam, dan aneka warna sesuai dengan

permintaan dan selera pelanggan.

(58)

Relasi-relasi yang dapat menampung produksi kerajinan sangkar burung.

- Harga sangkar burung relatif stabil

Harga sangkar burung antara pengrajin dengan pengrajin lainnya tidak

berbeda, pengrajin mengikuti harga pasar.

- Pembeli membuat hubungan yang baik dengan pengrajin

Pembeli memahami bahwa produksi sangkar burung ini masih dirasakan

kurang sehingga ia harus membuat hubungan yang baik dengan

pengrajin. Untuk sangkar burung yaitu dengan memesan terlebih dahulu,

pemesan datang untuk mengambil pesanan, dan mencari alternatif

pemecahan masalah yang dihadapi pengrajin.

b. Ancaman

- Adanya persaingan bentuk dan motif

Pengrajin dituntut lebih kreatif dalam membuat design sangkar burung,

warna yang dipilih, serta ketahanan bahan dan warna, sehingga dapat

menyaingi pengrajin lainnya dalam menciptakan model-model sangkar

burung yang lebih baik lagi

- Serangan hama dan penyakit

Serangan hama penyakit yang ada dilingkungan merupakan ancaman bagi

pengrajin sangkar burung, misalnya penyakit flu burung, dan hari libur

atau hari besar menyebabkan terhambatnya produksi sangkar burung. Hal

ini akan mengakibatkan penurunan pendapatan pada pengusaha sangkar

burung.

(59)

Kurang berperannya antar pengrajin dapat mengakibatkan

informasi-informasi tentang perkembangan kerajinan sangkar burung saat ini.

Pengrajin juga tidak dapat berdiskusi tentang masalah yang dihadapi serta

bagaimana mengatasi masalah. Hal ini juga akan berakibat terhadap

kemajuan usahanya.

Menentukan Faktor Strategi Internal

Adapun faktor-faktor strategi internal dalam pengembangan usaha

kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan

- Tanaman bambu mudah diperoleh

sebagian besar penduduk memeiliki tanaman bambu yang ditanam tidak

jauh dari tempat tinggalnya

- Keterampilan pengrajin tinggi

Rata-rata pengrajin sudah berpengalaman lebih dari 9 tahun dapat dilihat

pada lampiran 1, sehingga pengrajin tidak kesulitan lagi dalam membuat

sangkar burung, pengrajin hanya tinggal mengembangkan ide-idenya

dalam membuat model baru untuk mengembangkan usahanya.

b. Kelemahan

- Modal terbatas

Modal terbatas dapat diketahui dari input produksi yang dimiliki rata-rata

pengrajin sampel masih terbatas. Hal ini dapat mengakibatkan produktifitas

usaha mereka tidak optimal.

Gambar

Tabel 1. Banyaknya Perusahaan/Usaha Kerajinan Menurut  Kecamatan Di Kabupaten Simalungun 2006  No Kecamatan Jumlah Usaha Kerajinan
Tabel 3. Data Jumlah Kerajinan Sangkar Burung Dari Bambu Di    Kecamatan Gunung  Maligas, Kabupaten Simalungun Tahun 2007
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran  :
Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Gunung Maligas Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek kelayakan dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dan upaya value engineering dengan melakukan benchmarking

yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ IDENTIFIKASI PROFIL INDUSTRI KERAJINAN SANGKAR

Dari semua permasalahan di atas “Penataan Permukiman Kumuh Di Sempadan Sungai Anyar Surakarta Sebagai Kampung Wisata Kerajinan Sangkar Burung” dirasa penulis menjadi

Setelah mendapatkan sentuhan desain ornamen sangkar burung yang lebih baik, manajemen, alat bantu produksi, media promosi yang menarik diharapkan dapat meningkatkan omset usaha..

Nurul Setianingrum, SE., M.M, 2023: Analisis Pengelolaan Keuangan Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM Kerajinan Sangkar Burung Bapak Santoso Di Desa Dawuhanmangli Kabupaten

Pengrajin juga berupaya mengembangkan bambu sebagai bahan yang paling umum digunakan untuk kerajinan sangkar, dan penerapan elemen ornamen ukir kayu pada sangkar burung,

2 Skema Hubungan Antar Stakeholder terkait Pengembangan Kawasan Pariwisata berbasis Industri Rumah Tangga Kreatif Kerajinan Sangkar Burung di Kelurahan Mojosongo ... 3

Disamping itu dengan adanya pelatihan diharapkan mampu menambah kuantitas dan kualitas sangkar burung sehingga dapat memperluas daerah pemasaran PENDAHULUAN Kelompok Usaha Sangkar