4.1 Variabilitas Parameter Oseanografi dari Satelit
4.1.1 Variabilitas Secara Temporal
a. Angin
Gerakan angin sangat penting dalam hal percampuran massa air maupun terhadap dinamika musiman di Indonesia (Kinkade et al., 1997). Perairan Kepulauan Kei dan sekitarnya dipengaruhi oleh sistem angin muson yaitu muson barat laut dan muson tenggara. Menurut Wirtky (1961), bahwa angin muson bergerak dengan arah-arah tertentu sehingga perairan Indonesia dibagi menjadi empat musim. Pola sirkulasi munson di Indonesia akan sangat berpengaruh pada pola sirkulasi massa airnya sehingga pada musim barat, pola arus permukaan perairan Indonesia memperlihatkan arus bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa. Di Laut Jawa, arus kemudian bergerak ke Laut Flores hingga mencapai Laut Banda sedangkan pada muson tenggara, arah arus sepenuhnya berbalik arah menuju ke barat yang akhirnya akan menuju ke laut Cina Selatan.
Umumnya arah angin bulanan dominan dari arah tenggara, diselingi arah dari barat dan barat laut pada waktu tertentu (Gambar 14). Berdasarkan arah dan pergerakan angin maka pola musim yang terjadi dan mempengaruhi perairan sekitar Kepulauan Kei dapat diklasifikasikan atas empat periode musim. Masing-masing periode musim serta cakupan tenggang waktu kejadiannya adalah periode musim barat (MB) meliputi bulan Desember - Maret, periode musim peralihan I (MP I) pada bulan April, periode musim timur (MT) meliputi bulan Mey - Oktober, dan periode musim peralihan II (MP II) meliputi bulan November.
Umumnya perubahan arah angin berkisar 860 (bulan Januari) hingga 3270 (bulan April), dengan intensitas kecepatan yang cukup variatif antar musim yaitu dari selang 0,1 - 2,5 m/det (24,3 %) di bulan Maret hingga ≥ 10,0 m/det (2,8 %) di bulan Juni. Kecepatan angin maksimum terjadi pada periode MT dengan arah dominan dari tenggara ke barat laut. Distribusi frekwensi selang arah dan kecepatan angin dapat dilihat pada daftar lampiran (Lampiran 1).
Perubahan arah angin periode MB berkisar antara 860 (bulan Januari) hingga 1030 (bulan Desember), dengan intensitas kecepatan berkisar pada selang 0,1 - 2,5 m/det (24,3%) di bulan Maret hingga 7,6 - 10,00 m/det (21,2%) di bulan Februari. Kecepatan angin dominan periode MB berkisar pada selang 2,6 - 5,0 m/det (74,2%) di awal dan akhir musim serta 5,1 - 7,5 m/det (82,8%) di pertengahan musim. Pada awal periode MB, angin dominan dari arah barat dengan intensitas sedang diselingi dari arah barat laut, barat daya, tenggara dan timur dengan intensitas yang sangat lemah. Peningkatan intensitas kecepatan dan kemantapan arah angin secara tegas pada pertengahan musim, dengan arah dominan dari barat diselingi barat laut dan barat daya dengan intensitas yang relatif lemah. Konsistensi arah angin tetap bertahan hingga akhir musim dengan intensitas kecepatan yang semakin melemah.
Intensitas kecepatan angin akan mengalami peningkatan dengan arah yang cenderung tidak beraturan pada periode MP I. Perubahan arah angin mencapai 3270 dengan intensitas kecepatan berkisar pada selang 0,1 - 2,5 m/det (22,9%) hingga 7,5 - 10,00 m/det (0,4%), sedangkan kecepatan angin dominan pada selang 2,6 - 5,0 m/det (52,1%).
Memasuki periode MT, perubahan arah angin berkisar antara 3070 (bulan Oktober) sampai dengan 3140 (bulan Juli) dengan intensitas kecepatan angin berkisar pada selang 0,1 - 2,5 m/det (3,0%) di bulan September hingga ≥ 10,00 m/det (2,8%) di bulan Juni. Kecepatan angin dominan pada selang 5,1 - 7,5 m/det (49 - 72,7%). Kemantapan arah angin pada awal periode MT dominan arah tenggara diselingi arah timur dengan intensitas sedang namun presentase minimum. Peningkatan intensitas kecepatan angin dengan presentase maksimal serta kemantapan arah yang dominan dari tenggara terjadi pada pertengahan periode MT. Intensitas kecepatan angin akan mengalami penurunan menjelang akhir musim dengan ketegasan arah yang konstan.
Memasuki periode MP II, sebaran arah angin cenderung tidak beraturan dengan perubahan arah mencapai 3110. Arah angin dari tenggara dengan intensitas maksimal dari timur dengan selingan dari arah barat, barat daya dan selatan dengan intensitas minimum. Kecepatan angin berkisar pada selang 0,1 -
2,5 m/det (60,2%) hingga 7,6 - 10,00 m/det (1,3%), dengan intensitas kecepatan dominan pada selang 0,1 - 2,5 m/det (60,2%).
Gambar 14 Arah dan kecepatan angin per musim periode Januari 2005 hingga Desember 2009.
Umumnya intensitas kecepatan angin periode MT cenderung lebih tinggi dibandingkan musim lainnya. Perubahan sebaran arah angin dengan intensitas
Januari Februari
Maret April
Mei
Juni Juli Agustus
September Oktober November Desember
kecepatan relatif maksimal berdampak terhadap berbagai hal seperti perubahan dinamika dalam kolom perairan. Perubahan kondisi tersebut sekaligus berpengaruh positif dalam hal peningkatan kesuburan perairan lewat adanya percampuran massa air. Menurut Clark et al., (1999) in Tubalawony (2007), bahwa intensitas angin muson mengakibatkan peningkatan percampuran massa air secara vertikal dan hal sebaliknya akan terjadi jika intensitas angin menjadi lemah. Arah dan kecepatan angin serta tenggang waktu kejadian menunjukan bahwa periodesasi muson tenggara relatif lama, mancakup enam bulan (bulan Mey hingga bulan Oktober), sedangkan muson barat laut mencakup empat bulan (bulan Desember hingga bulan Maret). Periodesasi MP I maupun MP II, berlangsung sangat singkat yaitu hanya beberapa hari dengan arah dan intensitas kecepatan angin yang tidak menentu. Hal ini akan mempengaruhi distribusi parameter oseanografi seperti klorofil-a maupun SPL dimana penyebarannya cenderung tidak seragam jika dibandingkan dengan musim lainnya.
Variabilitas perairan Indonesia dipengaruhi oleh sistem angin muson dimana pada bulan Juni hingga September, angin bergerak dari tenggara menuju barat laut dengan kekuatan penuh sehingga menyebabkan terjadinya upwelling di perairan selatan Jawa dan Arafura (Wyrtki, 1961). Pola angin yang sama juga mempengaruhi perairan Kepulauan Kei dan sekitarnya dengan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Juni. Pola angin akan mempengaruhi arus permukaan di sekitar perairan kepulauan Kei sehinga pada periode MT dimana umumnya massa air bergerak dari perairan Arafura menuju Laut Banda dan sebaliknya seperti pada Gambar 15 (Wyrtky, 1961).
Gambar 15 Pola pergerakan angin dan arus periode musim timur dan barat (Wyrtky, 1961).
Pola pergerakan angin ini pula yang menyebabkan terbentuknya pola parameter lainnya seperti SPL, konsentrasi klorofil-a dan ATPL di perairan Kepulauan Kei dan sekitarnya. Massa air dengan SPL rendah dan konsentrasi klorofil-a yang tinggi di Laut Arafura bergerak melewati perairan Kepulauan Kei.
b. Suhu Permukaan Laut (SPL)
Secara umum SPL termasuk pola musiman dengan kisaran sebaran nilai rata-rata antara 27,010 C (Kw - IV, bulan Agustus 2005) hingga 31,500 C (Kw - III, bulan Desember 2007). Pola sebaran nilai rataan bulanan SPL ke-enam kwadran kajian dapat disajikan pada Gambar 16, sedangkan pola variabilitas SPL per musim serta berdasarkan arah kajian dapat dilihat pada daftar lampiran (Lampiran 3). Nilai SPL maksimal pada periode MB yaitu berkisar antara 27,900 C hingga 31,50 C dengan nilai rata-rata 30,460 C yang secara gradual akan mengalami penurunan sejak akhir periode MB. Sebaran nilai SPL terendah pada periode MT dengan kisaran antara 27,030 C hingga 30,750 C dengan rata-rata 29,320 C. Selisih nilai rata-rata SPL antara periode MB dan periode MT adalah 2,180 C. Menurut Qu et al., (2005), secara umum perbedaan SPL antara periode MB dan MT di perairan Indonesia sekitar 30 C.
b.
Gambar 16 Pola sebaran rataan bulanan nilai SPL
Sebaran nilai SPL pada Kw-I secara temporal berkisar antara 27,040 C (Juli 2005) hingga 31,300 C (April 2010). Pola sebaran nilai rata-rata bulanan SPL Kw-I menunjukan dua puncak nilai maksimum yang mencakup periode MP
26 27 28 29 30 31 32 Jan …
Apr Jul Okt Jan
…
Apr Jul Okt Jan
…
A
p
r
Jul Okt Jan
…
A
p
r
Jul Okt Jan
…
Apr Jul Okt Jan
…
Apr Jul Okt
SPL (
0C)
II dan MB. Sebaran nilai SPL, akan mengalami penurunan secara gradual selama periode MP I hingga mencapai nilai minimum pada periode MT.
Sebaran SPL berhubungan dengan intensitas muson yang menyebabkan adanya percampuran dan distribusi massa air sehingga cenderung terbentuk pola musiman. Menurut Nontji (2007), bahwa suhu dipermukaan biasanya mengikuti pola musiman, contohnya yaitu pada musim pancaroba dimana angin bertiup lemah dan permukaan laut sangat tenang sehingga proses pemanasan yang kuat terjadi di permukaan. Dengan demikian saat musim pancaroba suhu pada lapisan permukaan mencapai maksimum. Kondisi SPL pada Kw-I lebih banyak dipengaruhi massa air dari Laut Banda maupun Laut Seram dibanding kwadran kajian lainnya pada saat berlangsungnya MB.
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-I periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - I
Bulan Sebaran nilai SPL (0C)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 29,53 30,11 30,52 30,39 29,91 28,20 Februari 29,70 30 31 29,38 29,81 30,69 Maret 30,61 30,16 30,19 30,23 30,28 30,62 April 29,44 30,61 29,94 29,35 30,32 31,30 Mei 28,37 29,46 29,24 28,71 30,04 29,87 Juni 27,27 27,51 28,39 27,87 28,57 28,51 Juli 27,04 27,34 27,69 27,52 27,67 28,51 Agustus 27,35 (-) (-) 2746 27,05 28,32 September 27,63 27,18 (-) 28,53 27,91 29,55 Oktober 28,89 27,47 28,92 29,14 28,76 30,32 November 29,97 29,61 31,17 30,73 29,22 31 Desember 30,37 30,50 30,70 30,35 31,04 30,88 Ket : (-) = Tidak ada data
Kw-II meliputi perairan Kepulauan Kei, dengan sebaran nilai rata-rata bulanan SPL secara temporal berkisar antara 27,040 C (September 2006) hingga 31,360 C (Desember 2009). Pola sebaran bulanan SPL menunjukan keseragaman antar tahun walaupun terdapat perbedaan sebaran nilai serta ketepatan waktu kejadian peningkatan dan penurunan nilai SPL. Sebaran nilai SPL mengalami peningkatan pada periode MP II, MB hingga MP I dan penurunan sebaran nilai SPL pada periode MT yang mencapai nilai minimum di bulan Agustus.
Kondisi Kw-II dominan dipengaruhi perairan sekitarnya dimana over-lay data SPL dan arus permukaan menunjukan adanya pertemuan aliran massa air dari arah barat laut, timur dan timur laut di sekitar lokasi dimaksud sejak pertengahan periode MB hingga periode MP I. Pertemuan massa air tersebut mengindikasikan penyegaran dan peningkatan kesuburan perairan setempat karena adanya sumbangan berbagai unsur hara disamping kemungkinan pembentukan front.
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-II periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - II
Bulan Sebaran nilai SPL (
0 C) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 29,91 30,12 30,75 30,29 30,01 28,03 Februari 30,28 30,29 30,33 29,73 30,16 30,28 Maret 30,69 30,27 29,74 29,97 29,85 30,01 April 29,92 30,34 29,56 28,97 30,54 31,17 Mei 28,10 29,30 29,31 28,87 29,70 29,91 Juni 27,46 28,01 28,38 27,74 28,74 28,54 Juli 27,61 27,29 27,40 27,59 27,50 28,54 Agustus 27,45 - 27,46 27,32 27,34 28,18 September 27,85 27,04 27,46 28,41 27,71 29,53 Oktober 28,77 27,54 29,05 29,48 29,73 30,75 November 30,24 29,10 30,95 30,56 29,59 31,08 Desember 30,11 30,07 30,45 30,69 31,36 31,18 Ket : (-) = Tidak ada data
SPL pada Kw-III secara temporal memiliki pola seragam dengan sebaran nilai yang variatif. Umumnya ketepatan waktu kejadian peningkatan dan penurunan nilai SPL tidak seragam antar tahun. Sebaran nilai berkisar antara 27,300 C (Juni 2005) hingga 31,410 C (Desember 2007). Umumnya sebaran nilai SPL terendah pada periode MT yang secara gradual mulai mengalami peningkatan di akhir periode (bulan Oktober) hingga mencapai puncak maksimal pada periode MB. Distribusi dan limpasan massa air dari perairan sekitar dengan karakteristik suhu rendah berperan dalam menurunkan nilai SPL pada Kw-III, disamping pengaruh intensitas dan tenggang waktu sistem angin muson tenggara dalam hal percampuran massa air.
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-III periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - III
Bulan Sebaran nilai SPL (
0 C) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 30,62 30,10 29,94 29,77 30,39 28,18 Februari 30,45 30,57 30,38 29,72 30,67 30,89 Maret 30,80 30,60 30,87 29,86 30,37 31,15 April 29,60 30,76 29,68 30,45 30,22 30,58 Mei 27,87 29,94 29,59 28,22 30,22 29,51 Juni 27,30 27,40 28,70 27,87 28,50 28,75 Juli 27,69 27,23 27,77 27,59 27,54 28,75 Agustus 27,40 28,42 27,43 27,21 27,60 27,85 September 27,69 27,78 27,46 28,55 27,97 29,50 Oktober 29,08 27,82 28,52 29,09 28,76 30,19 November 29,95 28,78 30,72 30,76 29,21 30,86 Desember 29,51 30,09 31,5 30,26 31,41 31,02
Variabilitas nilai SPL secara temporal pada Kw-IV berkisar antara 27,010 C (Agustus 2005) hingga 31,300 C (Desember 2005). Sebaran nilai SPL tertinggi pada periode MP II, MB dan MP I. Penurunan nilai SPL secara gradual terjadi diawal periode MT hingga mencapai nilai terendah pada pertengahan musim dan kembali meningkat di akhir periode MT (Oktober). Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-IV periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - IV
Bulan Sebaran nilai SPL (0C)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 28,95 30,28 29,23 29,62 29,38 28,41 Februari 30,19 29,62 30,36 28,40 29,82 29,85 Maret 29,58 29,33 30,35 29,85 30,47 30,47 April 29,08 29,99 30,04 29,07 30,41 30,92 Mei 28,25 29,06 29,94 28,90 28,85 30,14 Juni 27,37 27,51 27,82 27,31 28,06 28,39 Juli 27,03 27,25 27,06 27,32 27,50 28,39 Agustus 27,01 - 27,67 27,57 27,08 27,59 September 27,20 27,08 27,67 27,65 27,45 28,30 Oktober 28,25 27,07 28,60 28,24 28,45 29,49 November 30,65 29,42 30,20 29,68 29,22 30,82 Desember 31,30 29,98 30,97 30,32 30,67 30,67 Ket : (-) = Tidak ada data
Pengaruh dari Laut Banda dan Laut Flores mendominasi kondisi perairan sekitar barat area kajian (Kw-I dan IV) dan tidak menjangkau kwadran kajian lainnya di sisi timur karena intensitas dan tenggang waktu muson barat laut yang relatif singkat serta penyebaran aliran massa air permukaan yang cenderung mengarah ke arah barat daya dan selatan.
Secara temporal rataan sebaran nilai bulanan SPL Kw-V berkisar antara 27,110 C (Agustus 2008) hingga 31,050 C (November 2007, Desember 2009 dan Desember 2010). Sebaran nilai SPL tertinggi pada periode MP II dan MB hingga periode MP I, dimana penurunan SPL umumnya terjadi di awal periode MT dan kembali mengalami peningkatan di akhir periode MT (Oktober). Kondisi perairan setempat lebih dominan dipengaruhi Laut Arafura, Laut Flores maupun Laut Banda
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-V periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - V
Bulan Sebaran nilai SPL (0C)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 29,07 29,55 29,60 29,71 29,93 27,90 Februari 30,18 30,01 29,85 29,79 30,29 29,87 Maret 29,97 29,58 30,23 29,74 29,98 30,56 April 29,33 30,20 29,58 28,32 30,36 30,57 Mei 28,20 29,25 29,19 28,32 29,29 29,49 Juni 27,31 27,24 28,08 27,40 27,99 28,53 Juli - - - 27,27 27,33 28,52 Agustus 27,28 - - 27,11 27,23 27,76 September 27,34 - - 27,82 27,68 29,27 Oktober 28,50 27,14 28,74 28,34 28,01 29,77 November 30,27 29,13 31,05 30,20 29,06 30,85 Desember 30,30 30,13 30,71 30,37 31,05 31,05 Ket : (-) = Tidak ada data
Sebaran nilai SPL secara temporal pada Kw-VI berkisar antara 27,100 C (Agustus 2008) hingga 31,100 C (November 2010). Umumnya sebaran nilai SPL tertinggi pada periode MP II, MB dan MP I. Nilai SPL secara gradual mengalami penurunan di awal periode MT hingga mencapai nilai terendah di pertengahan musim. Sebaran nilai SPL kambali akan mengalami peningkatan nilai menjelang akhir musim (bulan Oktober). Kondisi dominan dipengaruhi
Laut Arafura maupun Laut Flores dengan karakteristik yang potensial. Distribusi dan aliran massa air dengan karakteristik bersuhu rendah akan terdorong masuk dan mendominasi sekitar kwadran kajian lewat kemantapan sistem muson tenggara. Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-VI periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - VI
Bulan Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) 0C
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 29,07 30,16 30,13 30,33 29,61 27,92 Februari 31,04 30,33 31,03 28,88 29,62 30,41 Maret 30,67 29,93 29,74 30,31 29,52 30,86 April 29,17 30,30 29,45 29,01 30,34 30,84 Mei 28,83 29,25 29,48 27,63 29,19 29,63 Juni 27,93 27,55 28,18 27,34 28,36 27,48 Juli 27,35 27,16 27,70 27,14 27,60 27,48 Agustus 27,64 27,19 27,26 27,10 28,08 27,58 September 28,11 27,70 27,26 27,48 28,21 29,45 Oktober 29,11 27,43 29,15 28,71 28,31 29,75 November 30,09 29 30,13 30,05 29,78 31,10 Desember 30 30 30,41 30,85 30,06 30,06 c. Klorofil-a
Secara umum sebaran nilai rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,09 mg/m3 (Kw - I, bulan Mey 2009) hingga 2,00 mg/m3 (Kw-VI, bulan Mey 2007). Fluktuasi temporal konsentrasi klorofil-a secara umum menunjukkan pola musim (Gambar 17), sedangkan pola variabilitas konsentrasi klorofil-a antar musim serta berdasarkan arah kajian dapat dilihat pada daftar lampiran (Lampiran 4).
Konsentrasi klorofil-a periode MT cenderung lebih tinggi dibandingkan periode MB. Konsentrasi klorofil-a periode MB berkisar antara 0,10 hingga 1,13 mg/m3 dengan sebaran nilai rata-rata mencapai 0,50 mg/m3 sedangkan konsentrasi klorofil-a pada periode MP I berkisar antara 0,10 hingga 1,21 mg/m3, dengan sebaran nilai rata-rata mencapai 0,59 mg/m3. Pada MT, konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,09 mg/m3 hingga 2,00 mg/m3 dengan rata-rata 0,72 mg/m3. Dengan demikian maka rata-rata perbedaan konsentrasi klorofil-a antara periode MB dan MT adalah sebesar 0,21 mg/m3, sedangkan periode MP II
berkisar antara 0,10 hingga 1,00 mg/m3, dengan sebaran nilai rata-rata mencapai 0,41 mg/m3.
Tingginya konsentrasi klorofil-a periode MT mengindikasikan bahwa MT merupakan periode penyuburan dimana peningkatan konsentrasi klorofil-a pada bagian barat wilayah kajian mencapai 1,18 mg/m3 di bulan Agustus. Secara temporal konsentrasi klorofil-a pada Kw-VI di bulan Mei 2007 dan September 2010 serta Kw-III di bulan Juli 2009 mengalami peningkatan secara ekstrim dimana hal tersebut diduga sebagai akibat limpasan dan sirkulasi massa air dari perairan sekitar seperti Laut Arafura, perairan Kepulauan Aru dan perairan barat Papua pada saat muson tenggara dengan membawa berbagai nutrien dan unsur hara yang berpotensi menyegarkan dan menyuburkan perairan setempat. Menurut Gaol (2006), konsentrasi klorofil-a di Laut Arafura pada saat angin monsun tenggara berhembus lebih tinggi dibandingkan muson barat laut.
Gambar 17 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tiap kwadran kajian
Analisis sebaran nilai dan konsentrasi klorofil-a berdasarkan arah kajian baik arah utara maupun selatan menunjukan bahwa konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi pada Kw-II dan III dibandingkan Kw-I. Peningkatan konsentrasi klorofil-a umumnya lebih duluan terjadi di Kw-II dan III daripada Kw-I namun justeru Kw-I lebih duluan mengalami penurunan konsentrasi klorofil-a. Kondisi yang sama juga terjadi di bagian selatan area kajian dimana konsentrasi klorofil-a Kw-V dan VI cenderung lebih tinggi dibanding Kw-IV, dan ke-dua kwadran tersebut lebih duluan mengalami peningkatan konsentrasi
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Jan … A p ril Jul Oktbr Jan … A p ril Jul Oktbr Jan … April Jul Oktbr Jan … April Jul Oktbr Jan … April Jul Oktbr Jan … April Jul Oktbr Mg /m 3 Kw 1 Kw 2 Kw 3 Kw 4 Kw 5 Kw 6
klorofil-a. Sisi timur area kajian sangat produktif dibandingkan sisi barat karena umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tertinggi pada sekitar area tersebut yaitu pada kwadran VI, III, V dan II. Hal tersebut tidak terlepas dari intensitas dan periodesasi sistem muson tenggara yang berperan dalam hal distribusi dan percampuran massa air sehingga aliran permukaan dari perairan sekitar akan berperan dalam penyegaran maupun peningkatan kesuburan pada kwadran-kwadran kajian dimaksud. Hal tersebut berarti bahwa peningkatan kesuburan perairan sekitar Kepulauan Kei periode MT bukan karena adanya fenomena upwelling namun karena limpasan massa air dari perairan sekitar terutama dari Laut Arafura dan perairan Kepulauan Aru serta perairan barat Papua. Hasil penelitian Moore et al., (2003), di perairan Laut Banda hingga perairan Kepulauan Kei bahwa, konsentrasi klorofil-a tertinggi pada kedalaman 40 hingga 70 m dimana semakin ke arah timur maka konsentrasi klorofil-a akan semakin tinggi (Gambar 18).
Gambar 18 Sebaran konsentrasi klorofil-a sekitar Laut Banda berdasarkan kedalaman perairan (Moore et al., 2003).
Laju produktifitas primer di laut juga di pengaruhi oleh sistem angin muson. Hal ini berhubungan dengan daerah asal dimana massa air diperoleh. Dari pengamatan sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Indonesia diperoleh bahwa konsentrasi klorofil-a tertinggi di jumpai pada muson tenggara, dimana pada saat tersebut terjadi upwelling di beberapa perairan terutama di perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan klorofil-a terendah dijumpai pada muson
barat laut. Pada saat itu perairan Indonesia tidak terjadi upwelling dalam skala besar sehingga nilai konsentrasi nutrien di perairan lebih kecil (Amri, 2002).
Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a pada Kw-I secara temporal berkisar antara 0,10 mg/m3 pada (periode MB, Desember 2010) hingga 1,18 mg/m3 (periode MT, Agustus 2006). Umumnya peningkatan konsentrasi klorofil-a pada Kw-I selama periode MT sedangkan kondisi sebaliknya mencakup periode MB, MP I dan MP II. Konsentrasi klorofil-a pada tahun 2006 khususnya periode MT cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun lainnya. Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-I periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - I
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3 ) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,23 0,15 0,16 0,15 0,11 0,23 Februari 0,18 0,15 0,17 0,15 0,14 0,14 Maret 0,23 0,12 0,26 0,26 0,11 0,12 April 0,14 0,16 0,12 0,16 0,11 0,15 Mei 0,56 0,11 0,28 0,81 0,09 0,16 Juni 0,50 0,56 0,73 0,73 0,39 0,33 Juli 0,54 1,11 0,55 0,51 0,60 0,41 Agustus 1,05 1,18 0,83 0,59 0,79 0,26 September 0,88 1,10 1,05 0,60 0,65 0,65 Oktober 0,86 0,76 0,31 0,64 0,70 0,15 November 0,16 0,45 0,22 0,20 0,42 0,12 Desember 0,17 0,24 0,19 0,11 0,14 0,10
Konsentrasi klorofil-a pada Kw-II umumnya mengalami peningkatan pada periode MT. Secara umum konsentrasi klorofil-a pada Kw-II berkisar antara 0,22 mg/m3 (periode MB, Februari 2008) hingga 1,17 mg/m3 (periode MT, September 2006). Konsentrasi klorofil-a pada Kw-II cenderung tinggi karena posisi kwadran pada bagian tengah arah utara daerah kajian yang banyak mendapat masukan dari perairan-perairan pesisir yang berpotensi menyegarkan dan meningkatkan konsentrasi klorofil-a. Kontribusi terbesar yang berpengaruh terhadap kondisi pada Kw-II adalah berasal dari perairan selatan kepala burung Papua serta perairan sekitar Kepulauan Aru, terutama saat berlangsungnya
periode muson tenggara. Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-II periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - II
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,62 0,64 0,39 0,27 0,81 0,52 Februari 0,93 0,40 0,88 0,22 0,31 0,43 Maret 0,64 0,34 0,42 0,57 0,28 0,27 April 0,64 0,40 0,73 0,48 0,35 0,37 Mei 0,92 0,31 0,81 0,93 0,39 0,89 Juni 1,16 1,13 0,93 1,07 0,86 1,14 Juli 1,13 0,82 0,93 1,05 0,59 1,03 Agustus 1,1 1,02 0,85 0,87 0,65 0,77 September 1,03 1,17 0,95 0,60 1,06 1,06 Oktober 0,96 1,13 0,69 1,05 0,68 0,87 November 0,93 1,00 0,55 0,86 0,63 0,53 Desember 0,70 0,86 0,59 0,40 0,65 0,42
Kw-III realtif subur sepanjang tahun karena adanya pasokan nutrien lewat limpasan massa air dari perairan sekitar. Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-III periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - III
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,73 0,39 0,86 0,36 0,58 0,46 Februari 0,78 0,35 1,13 0,48 0,27 0,78 Maret 0,37 0,48 0,49 0,34 0,80 0,28 April 0,66 0,50 0,64 0,91 1,04 0,70 Mei 1,11 0,62 0,52 0,89 0,26 0,34 Juni 1,13 0,54 0,74 0,63 0,73 0,58 Juli 0,79 1,32 0,77 0,61 1,61 0,38 Agustus 1,17 1,04 0,97 1,35 0,48 0,34 September 1,01 1,02 1,14 1,16 0,63 0,63 Oktober 0,95 0,66 0,87 0,58 0,74 0,98 November 0,66 0,52 0,46 0,29 0,40 0,90 Desember 0,26 0,44 0,72 0,11 0,29 0,23
Rata-rata sebaran nilai konsentrasi klorofil-a secara temporal pada Kw-III berkisar antara 0,11 mg/m3 (periode MB, Desember 2008) hingga 1,61 mg/m3 (periode MT, Juli 2009).
Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada Kw-IV umumnya di periode MT, walaupun pada tahun 2009 dan 2010 terjadi penyimpangan dan pergeseran dalam hal puncak tertinggi konsentrasi klorofil-a. Sebaran konsentrasi klorofil-a secara temporal pada Kw-IV berkisar antara 0,1 mg/m3 (Desember 2005, April dan November 2010) hingga 1,40 mg/m3 (Agustus 2006). Sebaran konsentrasi klorofil-a antar musim pada Kw-IV secara temporal relatif lebih rendah dibandingkan kwadran kajian lainnya. Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-IV periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - IV
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,14 0,12 0,13 0,15 0,12 0,15 Februari 0,14 0,14 0,14 0,23 0,17 0,15 Maret 0,11 0,13 0,19 0,16 0,80 0,13 April 0,12 0,15 0,13 0,11 1,04 0,10 Mei 0,27 0,12 0,15 0,27 0,15 0,12 Juni 0,57 0,32 0,45 0,30 0,25 0,19 Juli 0,55 0,56 0,70 0,43 0,34 0,21 Agustus 0,63 1,40 0,64 0,62 0,32 0,23 September 0,66 0,71 0,74 0,34 0,42 0,42 Oktober 0,49 0,47 0,19 0,17 0,23 0,82 November 0,13 0,23 0,15 0,12 0,20 0,10 Desember 0,10 0,17 0,11 0,11 0,13 0,98
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada Kw-V secara temporal berkisar antara 0,12 mg/m3 (periode MP I, Februari 2009) hingga 1,16 mg/m3 (periode MT, Agustus 2006). Posisi kwadran kajian di arah selatan selalu mendapat penyegaran lewat aliran massa air yang masuk dalam meningkatkan kesuburan perairan setempat baik dari Laut Arafura maupun Laut Flores.
Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-V periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - V
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3 ) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,22 0,22 0,18 0,21 0,18 0,21 Februari 0,19 0,24 0,18 0,16 0,12 0,17 Maret 0,30 0,31 0,57 0,15 0,23 0,16 April 0,74 0,31 0,25 0,21 0,18 0,32 Mei 1,01 0,45 0,46 1,14 0,20 0,22 Juni 1,01 0,81 0,46 0,41 0,41 0,32 Juli 0,75 0,78 0,83 1,09 0,36 0,38 Agustus 0,88 1,16 1,12 0,55 0,51 0,33 September 0,98 0,78 1,01 0,53 0,75 0,75 Oktober 0,42 0,80 0,58 0,24 0,46 0,15 November 0,83 0,45 0,25 0,20 0,31 0,14 Desember 0,13 0,27 0,17 0,28 0,16 0,18
Konsentrasi klorofil-a pada Kw-VI secara temporal berkisar antara 0,21 mg/m3 (periode MP I, Februari 2008) hingga 2,00 mg/m3 (periode MT, Mey 2007). Rata-rata sebaran nilai bulanan konsentrasi klorofil-a data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-VI periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Rataan bulanan konsentrasi klorofil-a Kw - VI
Bulan Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3 ) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 0,88 0,45 1,12 0,90 1,06 0,64 Februari 0,73 0,70 1,06 0,21 0,32 0,93 Maret 1,01 1,05 0,94 0,35 0,54 0,92 April 1,08 1,02 0,36 1,21 0,94 0,98 Mei 1,30 0,87 2,00 0,61 0,32 1,18 Juni 1,18 0,86 1,13 0,43 1,16 0,51 Juli 0,75 1,04 1,13 0,67 0,58 0,54 Agustus 1,10 1,01 1,34 1,03 0,53 0,57 September 0,65 0,47 1,01 0,42 1,05 1,97 Oktober 0,42 1,08 1,02 0,96 0,57 0,88 November 0,83 0,79 0,89 0,79 0,89 0,55 Desember 0,79 0,94 0,86 0,74 1,02 0,98
Umumnya konsentrasi klorofil-a periode MB relatif rendah namun pada tahun tertentu terjadi peningkatan baik pada periode MP II maupun periode MB. Konsentrasi klorofil-a pada Kw-VI cenderung lebih tinggi dibandingkan kwadran kajian lainnya karena adanya interaksi dengan perairan sekitar serta tenggang
waktu kejadian muson tenggara yang relatif lama. Peningkatan konsentrasi