1. Faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan perawatan reduksi tertutup? – Dea Isny (160110090058)
Perawatan reduksi tertutup tidak dianjurkan untuk fraktur selain di area angulus, corpus, atau simfisis, serta jika terjadi fraktur bilateral kondilus, malunion, fraktur mandibula dengan maksila edentulous, medically compromised patients, dan pada kasus-kasus fraktur wajah yang kompleks. Kegagalan dapat terjadi karena perawatan reduksi tertutup tidak memberikan hasil yang adekuat pada kondisi tersebut. Pada pasien dengan kondisi tersebut sebaiknya langsung ditangani dengan reduksi terbuka.
2. Bagaimana cara fiksasi untuk pasien edentulous? – Dea Isny (160110090058) Menurut Peterson, pada kasus fraktur pada pasien edentolus, jika pasien memiliki gigi tiruan, gigi tiruan rahang bawah dapat dikawat ke mandibula dengan circummandibular wiring, dan gigi tiruan rahang atas dapat difiksasi ke maksila dengan menggunakan teknik wiring atau bone screws (sekrup tulang) untuk menahan gigi tiruan pada tempatnya. Setelah itu, gigi tiruan atas dan bawah dapat difiksasi bersama, sehingga menjadi semacam IMF (intermaxillary fixation). Pada banyak instansi, pasien fraktur yang edentolus total menjalani
reduksi terbuka (open reduction) dan fiksasi internal dengan anatomic alignment. Setelah periode penyembuhan yang cukup (minimal 4 hingga 6 minggu), gigi tiruan yang baru dapat dibuat.
Namun jika pasien tidak memiliki gigi tiruan, bisa langsung dengan reduksi terbuka.
3. Bagaimanakah terapi suportif untuk memenuhi nutrisi pasien, karena pada terapi reduksi tertutup membutuhkan waktu bermingu-minggu? – Daniela Ayu (160110090063)
Selama pasien dalam kondisi tidak boleh membuka mulut, pasien diberi makanan intravena berupa suplemen protein hidrolisat 5% dan vitamin. Jika pasien sudah mampu untuk melakukan bukaan mulut, diperbolehkan makan dengan sendok atau sedotan, tetapi dengan makanan yang berkonsistensi lembut.
4. Bagaimana cara membedakan deviasi yang diakibatkan oleh fraktur dan bukan fraktur? – Nita Hidayanti (160110090054)
Melalui anamnesa, pemeriksaan klinis, dan gambaran radiologi.
5. Pada kasus fraktur yang melibatkan kerusakan saraf, bagaimana penatalak-sanaannya? – Yesika Clara (160110090057)
Untuk fraktur mandibuka yang melibatkan kerusakan saraf, umumnya dilakukan penanganan bagian atau jaringan yang membutuhkan perhatian, misalnya luka terbua harus ditangani terlebih dahulu untuk menghindari infeksi. Begitu juga dengan kerusakan saraf, harus ditangani terlebih dahulu, bisa dengan dirujuk ke dokter ahli saraf. Sedangkan fraktur mandibula dapat ditunda perawatannya. Dan biasanya penundaan itu tidak akan berakibat buruk untuk penyembuhan jaringan tulangnya nanti. Kalaupun memang terbentuk jaringan fibrous, dapat dibersihkan dan tulang yang patah dapat difiksasi dengan baik, prognosisnya juga baik. Namun sebenarnya, insidensi fraktur mandibula yang sampai melibatkan saraf jarang terjadi.
6. Kapan fiksasi secara IMF dan skeletal pin digunakan? – Ulima Dewi (160110090062)
IMF merupakan cara fiksasi yang sederhana dan murah, hanya dengan menggunakan kawat-kawat dan gigi sebagai jaringan yang menjadi patokan oklusi. Penggunaan skeletal pin dipilih ketika IMF dirasa kurang memberikan fiksasi yang adekuat, karena pada penggunaan skeletal pin, sekrup langsung dibor ke tulang alveolar, sehingga fiksasi dirasakan lebih kuat.
7. Untuk kasus dimana fraktur terpecah menjadi fragmen-fragmen, bagaimana penatalaksanaannya? – Astri Ika (160110090053)
Perawatan fraktur yang berfragmen-fragmen biasa menggunakan bone graft. Apabila terjadi kehilangan sebagian fragmen fraktur maka akan diganti dengan plate (baja atau titanium). Teknik yang digunakan reduksi terbuka peroral dengan bone graft.
8. Jika dokter gigi umum dihadapkan pada pasien fraktur mandibula, tindakan apakah yang boleh dan dapat kita lakukan sebagai pertolongan? – Aisya Alifiani (160110090052)
Penanganan kasus fraktur mandibula bukanlah ranah kerja dokter gigi umum, dokter gigi umum dapat melakukan tindakan imobilisasi sementara dengan perban atau apapun untuk mencegah mandibula bergerak, lalu merujuk ke dokter gigi spesialis bedah mulut. Jika terdapat luka terbuka, dokter gigi umum juga dapat melakukan penjahitan. Yang terpenting adalah, selalu utamakan denyut jantung dan jalan napas pasien.
9. Fraktur pada angulus mandibula insidensinya cukup sering, pada perawatannya apakah ada efek samping, dan berapa lama periode perawatannya? – Srikandi Indra (160110090059)
Teknik perawatan fraktur pada angulus mandibula sama saja dengan menggunakan teknik reduksi terbuka (bone plate dan kawat), namun memiliki efek samping yaitu akan terjadi inflamasi karena adanya benda asing (bone plate
dan kawat) sehingga akan menghambat proses penyembuhan, sehingga dibutuhkan pengangkatan kembali bone plate dan kawat sekitar 2-3 minggu setelah ditanam. Pada waktu ini telah beredar bone plate dan kawat yang removable (bisa diserap oleh tubuh).
10. Bagaimana cara membedakan compound dan direct fracture? – Elita Winria (160110090064)
Cara membedakan compound fracture dan direct fracture tidak bisa dilihat dari gambar 2 dimensi, melainkan harus dilihat berdasarkan radiologi dan tampak klinis. Jika pasien mengalami fraktur dekat dengan lokasi trauma, bisa diklasifikasikan sebagai direct fracture. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai fraktur tersebut bisa didukung dengan foto rontgen. Bisa saja satu fraktur terdiri dari direct fracture dan compound fracture.
11. Apa yang terjadi jika terlambat menangani kasus fraktur pada orang dewasa? – Utari Tresna (160110090065)
Biasanya penundaan itu tidak akan berakibat buruk untuk penyembuhan jaringan tulangnya nanti. Kalaupun memang terbentuk jaringan fibrous, dapat dibersihkan dan tulang yang patah dapat difiksasi dengan baik, prognosisnya juga baik.
12. Perawatan reduksi terbuka perkutan diindikasikan apabila perawatan reduksi tertutup atau perawatan reduksi terbuka peroral gagal, tapi apakah perawatan reduksi terbuka perkutan dapat langsung dilakukan saja? – Nurhayyumi Hadianti (160110090066)
Penggunaan teknik perawatan fraktur reduksi tertutup, terbuka peroral, dan terbuka perkutan tergantung pada indikasi dan kondisi dari fraktur itu sendiri. Jika hanya fraktur kecil, kita bias menggunakan reduksi tertutup saja, namun jika frakturny cukup parah maka kita menggunakan reduksi terbuka (dengan pembedahan). Reduksi terbuka perkutan merupakan teknik pilihan dalam perawatan fraktur, namun ada perbedaan kalau reduksi terbuka perkutan menerapkan prinsip konservatif stabilisasi (sesedikit mungkin meninggalkan benda asing dalam tubuh, tanpa menggunakan bone plate, hanya kawat saja). Sedangkan reduksi terbuka peroral lebih kepada bagaimana memaksimalkan perawatan (menggunakan bone plate dan kawat).
13. Fraktur mandibula paling sering terjadi pada kondilus, apakah ada perbedaan dalam perawatannya? – Edi Gunawan (160110090060)
Untuk fraktur pada kondilus, perbedaannya ada pada lama fiksasi dan imobilisasi, yang hanya diperbolekan selama 2-3 minggu untuk dewasa, dan 10-14 hari untuk anak-anak. Karena pada dasarnya bagian kondilus adalah bagian yang sering
bergerak, jika terlalu lama dibiarkan diam, akan terjadi penyatuan dengan fossa glenoidalis, yang menyebabkan ankylosis.
14. Pada perawatan reduksi terbuka yang menggunakan bone plate, bagaimana prognosisnya? – Edi Gunawan (1601100090060)
Prognosis untuk perawatan fraktur dengan bone plate adalah baik. Bone plate bisa memfiksasi dan immobilisasi yang bagus, sehingga proses penyembuhan fraktur bisa lebih cepat.
BAB IV KESIMPULAN
Mandibula adalah bagian dari rangka maxilofasial yang kedua paling sering mengalami fraktur disebabkan oleh posisinya dan bentuknya yang menonjol. Lokasi dan pola fraktur ditentukan oleh mekanisme terjadinya injuri dan arah vektor gaya traumanya. Selain itu, umur pasien, ada atau tidaknya gigi, dan penyebab trauma juga menimbulkan efek langsung terhadap karakteristik dari fraktur.
Perawatan fraktur mandibula terdiri dari perawatan konservatif dan aktif. Pada perawatan aktif bisa dilakukan reduksi tertutup atau terbuka, dengan selalu memperhatikan tipe fraktur, lokasi, jumlah dan keparahan, kondisi kesehatan umum pasien, usia, dan metode terapi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Archer Harry., Oral And Maxillofacial Surgery, 5 th Edition, W.B Saunders Company, Philadelphia, 1978, 1045-1052.
Balaji, SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi : Elsevier India.
Banks Peter, Fraktur Pada Mandibula Menurut Killey, Alih Bahasa Wahyono, Edisi Ketiga, Gajah Mada University Press, 1992, 1-79
Barrera Jose, Mandibular Body Fractures, http://www.emedicine...ent/topic415htm Diakses pada tanggal 6 Maret 2012
Kruger, Gustav O. 1984. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 6th ed. Toronto : The C.V. Mosby Company.
Miloro, Michael. 2004. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd Ed. London: BC Decker Inc.
Pederson Gordon., Bedah Mulut, Alih Bahasa Purwanto, EGC, Jakarta, 1990, 236-248
Soule William., Mandible Fractures, http://www.emedicine...o/topic423.htm. Diakses pada tanggal 6 Maret 2012