commit to user Konflik Peran ganda Ibu
B. Hasil Distribusi Data
30 30 .233 .177
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov di atas diperoleh
nilai Sig. untuk konflik peran ganda ibu sebesar 0,233 dan tumbuh kembang
anak 0,177. Oleh karena kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dinyatakan seluruh data
berdistribusi normal.
B. Hasil Distribusi Data
1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun
No Jenis Kelamin Responden Jumlah Persen
1 Laki‐laki 14 46,7 %
2 Perempuan 16 53,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
commit to user
Dari Tabel 4.2 sebagian besar anak usia bawah dua tahun berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 16 anak (53,3%) sedangkan responden berjenis
kelamin laki‐laki sebesar 14 anak (46,7%).
2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
No Status Gizi Jumlah Persen
1 Buruk 1 3,3 %
2 Baik 21 70,0 %
3 Lebih 8 26,7 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.3 sebagian besar status gizi anak usia bawah dua tahun
baik yaitu sebesar 21 anak (70,0%) gizi anak usia bawah dua tahun lebih
sebesar 8 anak (26,7%) dan gizi anak usia bawah dua tahun buruk 1 anak
(3,3%).
3. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
commit to user
1 Tidak Konflik 5 16,7 %
2 Konflik 25 83,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.4 sebagian besar peran ganda ibu menyebabkan konflik
sebesar 25 orang (83,3%) sedangkan tidak konflik sebesar 5 orang (16,7%).
4. Sebaran Umur Anak Usia Bawah Dua Tahun
Umur anak usia bawah dua tahun pada penelitian ini adalah minimum 1 bulan
dan maksimum 23 bulan. Nilai mean 13,13 dan standar deviasi 6,857. Anak
berusia < 6 bulan sebanyak 6 anak dan yang berusia > 6 bulan sebanyak 24
anak.
5 . Nilai Konflik Peran Ganda Ibu
Kisaran nilai Konflik Peran Ganda Ibu pada penelitian ini adalah 27–86. Nilai
mean 48,47 dan standar deviasi 17,51
6. Nilai Tumbuh Kembang
Kisaran nilai tumbuh kembang pada penelitian ini adalah 0–2. Nilai
commit to user
Variabel tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori
buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada
konflik sebesar 4 (13,3%), variabel tumbuh atau kembang anak usia bawah
dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik
sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh
kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik
sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%).
Dalam penelitian ini rumus analisis yang digunakan yakni korelasi product moment pearson untuk mencari hubungan antara variabel konflik
peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun
dengan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov memperlihatkan nilai P value
> 0.05 yang dianggap distribusinya normal. Dengan menggunakan SPSS
dihasilkan korelasi product moment pearson atau
r
hitung sebesar 0,521dengan P value sebesar 0,003 < 0,05, yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak
usia bawah dua tahun, dan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya
47,90% dipengaruhi oleh variabel luar.
BAB V PEMBAHASAN
commit to user
Peran ganda ibu dengan anak usia bawah dua tahun sebagian besar mengalami
konflik sebesar 83,3%, karena pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak
selalu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi
tempat bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada
perempuan pekerja yang sudah menikah. Pada karyawan perempuan berkeluarga,
potensi munculnya konflik peran menjadi semakin besar. Peran ganda bagi wanita dapat
dikatakan memiliki konsep dualisme kultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik
dan konsep lingkungan masyarakat. Lingkungan domestik merupakan lingkungan yang
terkait dengan kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai ibu yang melahirkan, menyusui,
mendidik, mengasuh anak dan mendampingi suami. Sedangkan lingkungan publik
adalah lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal oleh masyarakat,
seperti kedudukan, kepuasan, gaji, dan status sosial. Setiap peran tentu saja menuntut
konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang saling
bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya perasaan
tertekan/stres dan beban pikiran.
Menurut Rustiani (1996) hubungan antara seseorang dengan lingkungan
pekerjaannya dapat menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan
mempengaruhi perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk
nyata tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di
antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau
ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil.
Pada tumbuh kembang anak sebagian besar tumbuh atau kembang baik yaitu
sebesar 43,3%. Menurut Latifah (2007) pertumbuhan berkaitan dengan masalah
commit to user
individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan
antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan. Pertumbuhan dapat diamati dengan
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar
lengan, dan lain‐lain. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok
umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk
menciptakan anak sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan
secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak. Faktor genetik memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan
kecepatan dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal
hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti nutrisi dan
tingkat kesehatan yang baik Sedangkan menurut Behrmann ; Vaughan (1992)
pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
commit to user
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot‐otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting,
menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat
berkembang dengan optimal.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial”. Secara garis besar, faktor
lingkungan terhadap tumbuh kembang anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor Post‐
natal). Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling
kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda
umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto, 1990)
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dengan nilai p=0,003 (p<0.05) dengan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya 47,90% dipengaruhi oleh variabel luar Tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada konflik sebesar 4 (13,3%), tumbuh atau
commit to user
kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%). Berdasarkan hasil tersebut ibu yang mengalami konflik peran ganda belum tentu tumbuh kembang anaknya menjadi buruk. Hal ini mungkin dikarenakan adanya pemfungsian keluarga yang baik seperti menurut Monk (1996) bahwa kasih sayang yang sangat diperlukan bagi perkembangan anak bukan hanya berasal dai ibu biologik, tetapi dapat pula oleh orang lain yang berfungsi sebagai ibu pengganti. Ibu pengganti yang melaksanakan berbagai fungsi ibu ini dapat diperankan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain baik ayah, saudara atau oleh seorang pembantu rumah tangga. Fungsi ibu yang diperankan oleh anggota
keluarga lain tadi menurut Fuller (1993) disebut pemfungsian keluarga (family
functioningz). Pemfungsian keluarga tersebut sangat bermanfaat untuk menutupi
kekurangmampuan ibu biologik dalam merawat anaknya. Anak yang memperoleh kehangatan dan mendapatkan stimulasi yang penuh kasih sayang dari seseorang yang berperan sebagai ibu akan sangat berpengaruh positif bagi tumbuh kembangnya. ( Sularyo, 1993 )
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik
peran ganda, antara lain (1) Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti
jabatan profesional dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk,
1991), (2) Lama jam kerja di luar rumah dan keketatan alokasi jam kerja di mana
commit to user
dibandingkan pedagang dan buruh cuci, (3) Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana
semakin muda usia anak semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch,
1985), (4) Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah
pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran ganda
(Arinta dan Azwar, 1993)
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Dari hasil penelitian sejumlah 30 responden yaitu hubungan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut: