• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Hasil efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun S. mahagoni

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun S. mahagoni pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini dilakukan dengan praperlakuan ekstrak etanol daun S. mahagoni satu kali sehari selama enam hari berturut-turut secara per oral kemudian diinduksi dengan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dan sebagai akibatnya adalah terjadi penurunan aktivitas ALT dan AST serum. Data aktivitas ALT dan AST serum seluruh kelompok diuji normalitasnya dengan uji Kogolmorov Semirnov didapatkan hasil aktivitas ALT pada kelompok kontrol CCl4, kelompok kontrol Olive oil, kelompok kontrol CMC-Na, kelompok kontrol ekstrak etanol Swietenia mahagoni,

kelompok ekstrak dosis 101,25 mg/kgBB; kelompok ekstrak dosis 135 mg/kgBB; dan kelompok ekstrak dosis 180 mg/kgBB menunjukkan signifikansi (p>0,05) sedngakan untuk aktivitas AST pada jam kelompok kontrol CCl4, kelompok kontrol Olive oil, kelompok kontrol CMC-Na, kelompok kontrol ekstrak etanl Swietenia mahagoni, kelompok ekstrak dosis 101,25; kelompok ekstrak dosis 135; dan kelompok ekstrak dosis 180 menunjukkan signifikansi (p>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data aktivitas ALT dan AST dapat diaktakan normal kemudian dilanjutkan dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah dan menunjukkan untuk aktivitas ALT nilai signifikansi sebesar 0,214 (p>0,05) sedangkan aktivitas AST nilai signifikansi sebesar 0,405 (p>0,05).

Tabel IV. Rata-rata aktivitas ALT dan AST serum tikus seluruh kelompok perlakuan

Perlakuan Purata aktivitas ALT ± SE (U/L) Purata aktivitas AST ± SE (U/L) % Hepatoprotektif ALT Kontrol CCl4 203,8 ± 5,8 493,4 ±7,3 0%

Kontrol Olive oil 56 ± 1,7 107,4 ±

5,5 100%

Kontrol CMC-Na dosis

18 mL/kgBB + CCl4 202 ± 3,8 489 ± 6,0 - Kontrol EESM dosis 180

mg/kgNN 62,4 ± 2,1 113 ± 3,4 - EESM dosis 101,25 mg/kgBB + CCl4 149,4 ±2,2 353,2 ± 5,7 37,0 EESM dosis 135 mg/kgBB + CCl4 127,6 ± 3,9 310,2 ± 7,8 51,8 EESM dosis 180 mg /kgBB + CCl4 97,2 ± 2,5 225,8 ± 3,0 72,5

Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas ALT dan AST antar kelompok perlakuan terdapat perbedaan dan homogen.Selanjutnya, dilakukan uji Scheffe yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok yang tersaji pada tabel V untuk aktivitas ALT dan tabel VI untuk aktivitas AST.

Akttivitas ALT dan AST serum disajikan dalam bentuk purata ± SE tersaji dan % hepatoprotektif pada tabel IV.

Gambar 5. Diagaram batang aktivitas ALT tikus seluruh kelompok perlakuan

Gambar 6. Diagaram batang aktivitas AST tikus seluruh kelompok perlakuan U/L

Tabel V. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus pada seluruh kelompok perlakuan Perlakua n Kontrol CCl4 Kontrol Olive oil Kontrol CMC-Na + CCl4 Kontrol EESM EESM dosis 101,25 mg/kg BB + CCl4 EESM dosis 135 mg/kg BB + CCl4 EESM dosis 180 mg/kg BB + CCl4 Kontrol CCl4 - B TB B B B B Kontrol Olive oil B - B TB B B B Kontrol CMC-Na + CCl4 TB B - B B B B Kontrol EESM dosis 180 mg/kgBB B TB B - B B B EESM dosis 101,25 mg/kgBB + CCl4 B B B B - B B EESM dosis 135 mg/kgBB + CCl4 B B B B B - B EESM dosis 180 mg/kgBB + CCl4 B B B B B -

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05) EESM = Ekstrak Etanol Swietenia mahagoni

Tabel VI. Hasil uji Scheffe aktivitas AST tikus pada seluruh kelompok perlakuan Perlakua n Kontrol CCl4 Kontrol Olive oil Kontrol CMC-Na + CCl4 Kontrol EESM EESM dosis 101,25 mg/kg BB + CCl4 EESM dosis 135 mg/kg BB + CCl4 EESM dosis 180 mg/kg BB + CCl4 Kontrol CCl4 - B TB B B B B Kontrol Olive oil B - B TB B B B Kontrol CMC-Na + CCl4 TB B - B B B B Kontrol EESM dosis 180 mg/kgBB B TB B - B B B EESM dosis 101,25 mg/kgBB + CCl4 B B B B - B B EESM dosis 135 mg/kgBB + CCl4 B B B B B - B EESM dosis 180 mg/kgBB + CCl4 B B B B B -

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05) EESM = Ekstrak Etanol Swietenia mahagoni

1. Kontrol Olive oil (Olive oil dosis 2 mL/kgBB)

Tujuan dari perlakukan kelompok kontol pelarut hepatotoksin yaitu Olive oil (kelompok II) dalah untuk melihat bahwa pelarut hepatoksin karbon tetraklorida yaitu

Olive oil, tidak memiliki potensi untuk menyebabkan efek hepatotoksik. Penggunaan dosis Olive oil 2 mL/kgBB dala penelitian ini sama dengan dosis hepatotoksin yang digunakan yakni 2 mL/kgBB sehingga dapat memastikan bahwa peningkatan aktivitas ALT dan AST serum bukan akibat dari pemberian Olive oil sebagai pelarut melainkan karna akbiat dari pemberian hepatoksin karbon tetraklorida. Pengujian dilakukan sama dengan pengujian pencuplikan darah hepatotoksin.

Hasil pengujian yang dilakukan tersaji dalam tabel VII , gambar 7, dan gambar 8.

Tabel VII. Rata-rata aktivitas ALT dan AST serum tikus setelah pemberian Olive oili dosis 2 mL/kgBBpada perlakuann pencuplikan darah ke-0, 24, 48 dan 72

Perlakuan jam ke-

Purata aktivitas ALT ± SE (U/L)

Purata aktivitas AST ± SE (U/L)

0 47,0 ± 1,7 93,8 ± 3,3

24 56,8 ± 1,7 107,4 ± 5,5

48 57,4 ± 2,9 107,2 ± 3,5

72 57,6 ± 1,9 100 ± 5,8

Aktivitas ALT serum diuji normalitasnya dahulu menggunkan uji Kolmogorov Smirnov, aktivitas ALT pada jam ke-0,24,48,dan 72 menunjukkan signifikansi (p>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data dapat diaktakan normal. Berdasarkan hasil aktivitas ALT serum yang telah diuji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov kemudian dilanjutkan dianalisis dengan menggunakan analisis variansi satu arah (One Way Anova) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,245 (p>0,05) Hal ini menyatakan bahwa diantara ke empat kelompok terdapat perbedaan data dan homogen . Kemudian dilanjutkan dengan analisis menggunakan uji

Scheffeuntuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok.Hasil analisis dari uji Scheffe tersaji pada tabel VIII.

Gambar 7. Diagaram batang aktivitas ALT serum tikus setelah pemberian Olive oil dosis 2 mL/kgBB pada perlakuann pencuplikan darah ke-0, 24, 48 dan 72

Gambar 8. Diagaram batang aktivitas AST serum tikus setelah pemberian Olive oil0 dosis 2 mL/kgBB pada perlakuann pencuplikan darah ke-0, 24, 48 dan 72

Tabel VIII. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus pemberian Olive oil dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Perlakuan jam ke- 0 24 48 72

0 - B B B

24 B - TB TB

48 B TB - TB

72 B TB TB -

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05) U/L

Dari hasil uji Scheffe terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas ALT serum pada jam ke 0 dengan aktivitas ALT pada jam ke 24, 48 dan 72, hal ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas ALT serum setelah diberikannya Olive oil dimana sebelum pemberian Olive oil aktivitas ALT yaitu 47,0 ± 1,7 U/L sedangkan aktivitas ALT pada jam 24 sebesar 56,8 ± 1,7 U/L; 48 sebesar 57,4 ± 2,9 U/L; dan 72 sebesar 57,6 ± 1,9 U/L. Akan tetapi peningkatan aktivitas ALT yang terjadi setelah pemberian Olive oil masih berada dalam rentang nilai normal, yaitu 47,3 – 62.1 U/L

Aktivitas AST serum diuji normalitasnya dahulu menggunkan uji Kolmogorov Smirnov, aktivitas ALT pada jam ke-0,24,48,dan 72 menunjukkan signifikansi (p>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data dapat diaktakan normal. Berdasarkan hasil aktivitas ALT serum yang telah diuji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov kemudian dilanjutkan dianalisis dengan menggunakan analisis variansi satu arah (One Way Anova) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,196 (p>0,05) Hal ini menyatakan bahwa diantara ke empat kelompok terdapat perbedaan data dan homogeny . Kemudian dilanjutkan dengan analisis menggunakan uji Scheffe untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok.Hasil analisis dari uji Scheffe tersaji pada tabel IX.

Dari hasil uji Scheffe terdapat perbedaan tidak bermakna antara aktivitas AST serum pada jam ke 0 dengan aktivitas AST pada jam ke 24, 48 dan 72, hal ini menunjukkan bahwa pemberian Olive oil tidak memberikan pengaruh pada aktivitas AST serum.

Tabel IX. Hasil uji Scheffe aktivitas AST tikus pemberian Olive oil dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Perlakuan jam ke- 0 24 48 72 0 - TB TB TB 24 TB - TB TB 48 TB TB - TB 72 TB TB TB -

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05)

Dengan demikian pemberian Olive oil memberikan pengaruh dalam meningkatkan aktivitas ALT saja akan tetapi peningkatan yang terjadi masih dalam batas normal, sedangkan aktivitas AST tidak terjadi peningkatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Olive oil 2mL /kgBB tidak menyebabkan hepatotoksik.

2. Kontrol CCl4 (karbon tetraklorida (CCl4) 2 mL/kgBB)

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) 2 mL/kgBB memberikan kerusakan pada sel hepatosit hewan uji yang ditunjukan degan terjadinya peningkatan aktivitas ALT dan AST serum.Pengujian ini dilakukan saat uji pendahuluan pencuplikan darah. Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST terjadi peningkatan aktivitas ALT menjadi 203,8 ± 5,8 U/L dan memiliki perbedaan yang bermakana bila dibandingan dengan kelompok Olive oil, dan terjadi peningkatan aktivitas AST menjadi 493,4 ±7,3 U/L

dan memiliki perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan Olive oil (p < 0,05).

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST pada hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini akibat dari pemberian karbon tetraklorida (CCl4) 2 mL/kgBB sehingga karbon tetraklorida memiliki efek hepatotoksik.

3. Kontrol CMC-Na (CMC-Na 18 mL/kgBB pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB)

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk melihat apakah pelarut suspensi yang digunakan adalah CMC-Na dapat memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi oleh karbon tetraklorida. Perlakuan dilakukan dengan memberikan CMC-Na 1% selama enam hari dengan dosis 18 mL/kgBB secara per oral yang kemudian pada hari ke 7 diberi pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, kemudian 24 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis mata dan selanjutnya dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST serum. Hasil yang diperoleh dari pengukuran aktivitas ALT dan AST serum yaitu aktivitas ALT sebesar 202 ± 3,8 U/L dan aktivitas AST sebesar 489 ± 6,0 U/L. Dilihat dari aktivitas ALT dan AST secara statistik pemberian CMC-Na memiliki perbedaan yang tidak bermakna bila dibandingan dengan kelompok hepatotoksin (p > 0,05).

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut menunjukan tidak adanya efek hepatoprotektif dari pemberian CMC-Na yang digunakan sebagai pelarut suspensi ekstrak etanol S. mahagoni.

4. kontrolekstrak etanol daun S. mahagoni (ekstrak etanol daun S. mahagoni

dosis 180 mg /kgBB)

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk melihat apakah pemberian ekstrak etanol daun S. mahagoni tidak memberikan pengaruh peningkatan aktivitas ALT dan AST serum pada hwean uji.Perlakuan ini dilakukan dengan memberikan ekstrak etanol daun S. mahagoni pada hewan uji secara per oral selama enam hari. Kemudian 24 jam setelah pemberian ekstrak etanol daun S. mahagoni dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis mata yang kemudian dilaknjutkan dengan pengukuran aktivitas ALT dan AST serum. Hasil yang didapatkan dalam pengukuran aktivitas ALT dan AST serum adalah nilai aktivitas ALT sebesar 62,4 ± 2,1 U/L dan nilai aktivitas AST sebesar 113 ± 3,4 U/L. aktivitas ALT yang didapatkan memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) bila dibandingkan dengan nilai aktivitas ALT Olive oil, sedangkan untuk aktivitas AST yang didapatkan memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) bila dibandingkan dengan nilai aktivitas AST Olive oil. Meskipun terjadi peningkatan aktivitas ALT dan AST bila dibandingkan dengan Olive oil akan tetapi peningkatan yang terjadi masih dalam batas normal ALT, yaitu 47,3 – 62.1 U/L dan AST yaitu 92.1 – 178.3 U/L.

Berdasarkan hasil yang dieproleh dapat dinyatakan bahwa pemberian esktrak etanol daun S. mahagonidosis 180 mg/kgBB selama enam hari tidak memberikan pengaruh pada kerusakan organ hati ditinjau dari aktivitas ALT dan AST.

5. Kelompok perlakuan ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 101,25; 135; 180 mg/kgBB pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

Tujuan dari kelompok perlakuan ini adalah untuk melihat apakah pemberian ekstrak etanol daun S. mahagoni selama enam hari memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi karbon tetraklorida yang didasarkan pada ada tidaknya penurunan aktivitas ALT dan AST serum.Selain itu juga untuk melihat apakah ada pengaruh dosis dengan respom yang ditimbulkan.

Hasil pengujian pada kelompok perlakuan V yang diberikan ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 101,25 mg/kgBB memiliki nilai aktivitas ALT sebesar 149,4 ±2,2 U/L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakana (p,0,05), sedangkan untuk aktivitas AST sebesar 353,2 ± 5,7 U/ L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p,0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 101,25 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan nilai efek hepatoprotektif sebesar 37%,

Eksrak etanol daun S. mahagoni dosis 101,25 mg/kgBB mampu memberikan efek heaptoprotektif yaitu mampu memberikan perlindungan terhadap sel hati, namun perlindungan yang ditimbulkan belum maksimal karena aktivitas ALT dan AST serum tidak berada dalam keadaan normal.

Hasil pengujian pada kelompok perlakuan VI yang dieberikan ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 135 mg/kgBB memiliki nilai aktivitas ALT sebesar 127,6 ± 3,9 U/L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakana (p,0,05), sedangkan untuk aktivitas AST sebesar 310,2 ± 7,8 U/ L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p,0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 135 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan nilai efek hepatoprotektif sebesar 51,8%,

Eksrak etanol daun S. mahagoni dosis 135 mg/kgBB mampu memberikan efek hepatoprotektif, yaitu mampu memberikan perlindungan terhadap sel hati, namun perlindungan yang ditimbulkan belum maksimal karena aktivitas ALT dan AST serum tidak berada dalam keadaan normal.

Hasil pengujian pada kelompok perlakuan VII yang diberikan ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 180 mg/kgBB memiliki nilai aktivitas ALT sebesar 97,2 ± 2,5 U/L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang

bermakna (p,0,05), sedangkan untuk aktivitas AST sebesar 225,8 ± 3, U/ L bila dibandingan dengan kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok pelarut hepatotoksin (Olive oil) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakana (p<0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 180 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan nilai efek hepatoprotektif sebesar 72,5%.

Eksrak etanol daun S. mahagoni dosis 180 mg/kgBB mampu memberikan efek hepatoprotektif yang optimum yaitu mampu memberikan perlindungan terhadap sel hati dengan persentase hepatoprotektif yang paling mendekati 100%, namun perlindungan yang ditimbulkan belum maksimal karena aktivitas ALT dan AST serum tidak berada dalam keadaan normal. Persentase hepatoprotektif yang digunakan merupakan % hepatoprotektif dari aktivitas ALT, hal ini dikarenakan ALT serum merupakan enzim yang lebih spesifik di hati dibandingkan dengan AST serum yang tidak spesifik di organ hati saja meliputi jaringan otot.

Hasil analisis statistik dari ketiga dosis perlakuan ekstrak etanol daun S. mahagoni dosis 101,25 mg/kgBB; 135 mg/kgBB; dan 180 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakan (p<0,05) diantara ketiga kelompok dosis perlakuan sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan respon dari perbedaan dosis, jika dilihat dari aktivitas ALT dan AST semakin meningkatnya dosis terjadi penurunan aktivitas ALT dan AST sehingga dapat dikatakan bahwa semakin meningkatnya dosis mengakibatkan semakin meningkatnya respon efek hepatoprotektif yang terjadi pada hewan uji. Hal ini dikarenakan semakin

meningkatnya dosis maka akan semakin meningkatnya pula antioksidan yang ada didalam tubuh hewan uji dimana antioksidan ini merupakan senyawa hipotesis yang memberikan efek hepatoprotektif pada hewan uji, yaitu tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida. Akan tetapi dosis dalam penelitian ini dapat ditingkatkan lagi, akan tetapi peningkatan dosis tidak boleh melebihi dosis 250 mg/kgBB, hal ini dikarenakan pada uji orientasi dosis dilakuakan pemberian dosis 250 mg/kgBB selama enam hari yang kemudian diinduksi oleh karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada hari ke tujuh mengalami kematian pada sebagian kelompok hewan uji ketika akan dilakukan pencuplikan darah. Maka perlu dilakukan untuk peningkatan dosis diantara 180 mg/kgBB hingga 250 mg/kgBB semisal 200 mg/kgBB atau 220 mg/kgBB untuk melihat apakah ada kemungkinan efek hepatoprotektif yang lebih baik dibandingakan dengan dosis optimum yaitu 180 mg/kgBB

Karbon tetraklorida yang digunakan sebangai model senyawa hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini akan membentuk radikal bebas triklorometil (CCl3) yang diperantarai oleh enzim sitokrom P 450 dimana akan terjadi reaksi reduksi dan terjadi adisi elektorn yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin. Selanjutnya radikal bebas triklorometil ini akan diubah menjadi triklorometil peroksi (OOCCl3) akibat adanya oksigen (O2) dimana triklorometil peroksi ini sifatnya lebih reaktif. Kemudian akan bereaksi dengan membrane fosfolipid dan kolesterol dan terjadi peroksidasi lipid. Akibat terjadinya peroksidase lipid akan menghasilkan senyawa 4-hydocyalkenal dan hydroxynoneal, diamana senyawa senyawa tersebut

dapat mengakibatkan penghambatan sintesis protein yang berdampak pada penurunan produksi lipoprotein yang berperan dalam mekansisme transport lipid keluar dari sel hati. Selain menghambat sintesis protein juga mampu menghambat enzim glukosa-6-phospathase.Akibat dari menumpuknya lipid pada sel hati mengakibatkan terjadinya steatosis yang juga mengakibatkan keluarnya enzim ALT dan AST dari organ hati.

Mekaniseme kerja dari kandungan senyawa dalam ekstrak etanol Swietenia mahagoni, yaitu flavonoid dalam memberikan efek hepatoprotketifadalah menangkap radikal bebas triklorometil yang bersifat reaktif dengan cara mendonorkan electron yang dibutuhkan oleh radikal bebas dan radikal bebas menjadi stabil, mengakibatkan rekasi selnjutnya yang dapat menyebabkan kerusakan hati berupa steatosis akan terhenti.

Jika dilihat dari hasil penetapan kadar flavonoid yang sangat kecil maka senyawa hipotesis flavonoid yang memiliki efek hepatoprotektif bukanlah senyawa yang menyebabkan efek hepatoprotektif, melainkan senyawa antioksidan lain yang terkandung dalam S. mahagoni sperti senyawa tannin, terpenoid dikarenakan senyawa tannin dan terpenoid juga memiliki aktivitas antioksidan seperi flavonoid

Selain pengujian biokimia fungsi hati dengan melihat aktivitas ALT dan AST pengujian fungsi hati dapat dilakukan pula dengan histologi, maka uji histologi dapat digunakan sebagai data pendukung dalam uji fungsi hati sehingga selain terbukti menimbulkan efek hepatoprotektif dengan penurunan aktivitas ALT dan AST dapat dibuktikan dengan kondisi hatinya melalui uji histologi.

Dokumen terkait