• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA MENGGUNAKAN BALUTAN MADU ATAU BALUTAN

HASIL PEN ELITIAN

Penelitian dilakukan di ruang perawatan bedah sebuah RS di Bukit t inggi selama bulan M ei dan Juni 2007. Rerat a um ur responden yait u 32,33 t ahun pada kelompok intervensi A(termuda 20 t ahun dan t ert ua 50 t ahun) dan 28,33 t ahun pada kelompok int ervensi B (t erm uda 20 t ahun dan tert ua 45 t ahun). Stat us nut risi pada kelompok intervensi A rerata normal (20,55) dengan stat us nut risi t erendah 19 dan t ert inggi 23. Begit u juga rerat a st at us nut risi kelompok B (19,48) dengan nilai t erendah 19 dan t ert inggi 21.

A. Perkembangan proses penyembuhan

Lu ka y an g di i n t er v en si d en gan m ad u mengalami penurunan sebesar 11,52% (dari 32,67 menjadi 26,33) sedangkan pada intervensi dengan nor m al salin-povidone iodine penur u nannya sebesar 4,84% (dari 30 menjadi 27,33). Penurunan ini m enunjukkan adanya regenerasi luka yang m em an g i n i d i h ar ap kan un t u k t er j ad in y a penyem buhan luka. Nam un, uj i st at ist ik t idak m enem uk an per bedaan sign if ikan t er had ap perkembangan proses penyembuhan luka sebelum dilakukan peraw at an dengan sesudah dilakukan perawatan pada kelompok intervensi A (P = 0.076,

α = 0.05) maupun pada kelompok int ervensi B (P = 0.057, α = 0.05). Rerat a skor perkem bangan pr oses pen yem buh an luka t er bu ka seb elum intervensi pada kelompok perawatan dengan madu adalah 32,67 (95% CI = 18,99-46,35) dan pada kelompok peraw at an dengan normal salin adalah 30 (95% CI = 21,04-38,96). Sedangkan rerat a skor p en yem b uh an l uk a set elah in t er v en si p ad a kelompok peraw at an dengan madu adalah 26,33 (95% CI = 11,99-40,68) dan pada kel om po k peraw at an dengan normal salin-povidone iodine adalah 27,33 (95% CI = 21,08-33,58). Tabel 1 dan 2 m en u nj uk k an sk or p er k em ban gan p r o ses p en y em b u h an l uk a pad a k ed ua k el o m po k int ervensi.

Tabel 1. Analisis skor perkembangan proses penyembuhan luka responden sebelum intervensi

(n = 6)

Perkembangan Proses Penyembuhan

Luka

Mean Median SD Min

-mak 95% CI 1. Perawatan dengan madu (A) 32.67 33.00 5.508 27-38 18.99-46.35 2. Perawatan dengan normal salin-povidone iodine (B) 30.00 29.00 3.603 27-34 21.04-38.96

Tabel 2. Analisis skor perkembangan proses penyembuhan luka responden setelah intervensi

(n = 6)

Perkembangan Proses Penyembuhan

Luka

Mean Median SD Min -mak 95% CI 1. Perawatan dengan madu (A) 26.33 23 5.774 23-33 11.99-40.68 2. Perawatan dengan normal salin-povidone iodine (B) 27.33 27 2.517 25-50 21.08-33.58

B. Kesetaraan karakteristik responden/ variabel confounding

Validit as hasil penelit ian kuasi eksperim en dit ent ukan antara lain dengan menguji kesetaraan karakt erist ik subyek penelit ian ant ara kelompok intervensi A dengan kelompok intervensi B. Hasil penel it ian di kat akan v alid apab ila t idak ada perbedaan bermakna antara karakteristik kelompok intervensi A dan kelompok intervensi B (P > 0,05), dengan kat a lain kedua kelompok sebanding at au sam a. Ada keset ar aan u m u r d an st at us gi zi responden pada kedua kelompok penelit ian ini, baik kelompok intervensi madu maupun kelompok int ervensi normal salin-povidone iodine (p = 0,762,

α = 0,05 dan p = 0,556, α = 0,05). Tabel 3 berikut menjelaskan keset araan umur dan st at us nut risi k el o m po k in t er v en si m ad u dan kel o m p o k int ervensi normal salin-povidone iodine.

37 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 34-39

Tabel 3. Analisis kesetaraan um ur dan st atus nutrisi responden (n = 6) Vari-abel Kelompok N Mean SD t P value 1.Madu (A) 3 32.3 15.6 Umur 2.Normal salin-povidone iodine (B) 3 28.3 14.4 0.3 0.762 1.Madu(A) 3 20.5 2.53 Status

Nutrisi 2.Normal

salin-povidone iodine

(B)

3 19.4 1.38 0.6 0.556

C. Pe rb ed aa n pe r kem b a nga n p ro ses p e nye m bu h a n lu ka resp o n de n pad a kelom pok intervensi m adu dan intervensi normal salin-povidone iodine

Perkembangan proses penyembuhan luka pada k elo m p ok i nt er ven si d engan m ad u selal u meningkat t iap harinya, dimana t erjadi penurunan j u m l ah sk o r p er k em ban gan l uk a yan g menunjukkan proses penyembuhan luka semakin baik. Pada hari pert ama sampai ket iga dan hari ket iga sampai keenam perkembangan cukup baik dengan t urunnya skor sebesar 2,67. Sedangkan p ada h ar i keen am sam p ai k esep u lu h sk o r perkembangan luka hanya turun 1. Pada kelompok int ervensi dengan normal salin-povidone iodine t idak t erjadi penurunan skor sampai hari ket iga. Akan t et api, skor t urun cukup t ajam pada hari ketiga sampai keenam yait u 2 dan dari hari keenam sampai kesepuluh skor turun menjadi 1. Gambar 1 menjelaskan perkembangan proses penyembuhan luka t erbuka yang bervariasi selama sepuluh hari pada kedua kelompok int ervensi.

Gam bar 1. Perkembangan proses penyembuhan luka selama sepuluh hari peraw atan luka

Perkembangan Skor Penyembuhan

32.67 30 27 30 27.33 26.33 30 28 0 5 10 15 20 25 30 35

Pretest Hari3 Hari6 Hari10

S k o r Kel. Madu Kel. Povidone iodine

Hasi l uj i st at ist i k b ed a d u a m ean t id ak berpasangan (pooled t -t est ) didapat kan t idak ada perbedaan bermakna pada perkembangan proses penyembuhan luka sesudah dilakukan peraw at an baik kelompok int ervensi dengan madu maupun pada kelompok int ervensi dengan normal salin-povidone iodine (P = 0,797; α = 0,05). Rerat a selisih skor penyembuhan luka pada kelompok int ervensi dengan madu adalah 6,33 (st andar deviasi/ SD = 3,2) sedangkan pada int ervensi dengan norm al salin-povidone iodine adalah 2,66 (SD = 1,1). Hasil pooled t -t est juga t idak menemukan perbedaan selisih skor perkembangan proses penyembuhan luka ant ara kelompok int ervensi dengan m adu maupun kelompok int ervensi dengan normal salin-povidone iodine (P = 0,137, α = 0,05).

P EM BA H A SA N

Hasil uji yang m enunjukkan t idak adanya perbedaan berm akna t erhadap perkem bangan proses penyembuhan luka sebelum dan sesudah peraw at an dengan madu maupun normal salin-povidone iodine dapat terjadi karena banyak faktor. Fakt or yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka diant aranya fakt or int rinsik sepert i um ur, st at us psikologis, proses penyakit sert a fakt or ekst rinsik sepert i merokok, t erapi obat , dan lain-lain (Bale & Jones, 2000). Selain-lain it u, penyembuhan luka t erbuka memerlukan w aktu cukup lama unt uk proses penyembuhan terutama untuk granulasi luka (Bale & Jones, 2000) sehingga perkem bangan proses penyembuhan luka tidak terlihat nyata hanya dalam jangka w akt u pengamat an 10 hari. Jumlah responden juga sedikit sehingga t idak t erlihat adanya proses penyembuhan luka secara signifikan. Hal ini berbeda pada penelit ian yang dilakukan o l eh Bur l and a (dal am M o lan,2007) yan g m en y am p ai kan pen y em b u han lu k a d en gan peraw at an madu yang cepat dan menakjubkan, khususnya unt uk luka bakar der aj at I dan II. Observasi klinik Bergm an (dalam M olan, 2007) juga m enunjukkan bahw a penyem buhan luka t er b u ka l eb i h cep at d en gan m adu . M ad u m em punyai kom posisi yang berm anfaat unt uk penyem buhan luka diant ar anya m olekul gula

38 Perbandingan penyembuhan luka menggunakan balutan madu atau normal saline-povidone iodine (Zulfa,Elly Nurachmah, Dewi Gayatri)

(frukt osa, glukosa, sukrosa), air yang berfungsi melembabkan luka, m ineral (Ca, M g, K, Na, Fe, Cu, Zn, Iodium, Klorin, Sulfur, dan Fosfat ), vitamin (B k o m p l eks, K, d an B3), en zi m (am i l ase, invertase, fosfatase, katalase dan peroksidase) serta asam organi k ant ara lain asam gli kolat , asam format , asam lakt at, asam sitrat, asam asetat , asam oksalat, asam tart arat , serta asetilkolin (Lelo, 2006). Penelit ian random kont rol lainnya dilakukan oleh Al-Waili dan Saloom (2007)meliput i pasien dengan luka infeksi perioperat if, 26 pasien t elah dilakukan t indakan dengan madu dan 24 pasien l uk an ya d icu ci d engan et ano l dan ap l i kasi p ovi d on e-io d i ne. Kel o m p o k d en gan m ad u mencapai penyembuhan yang sukses dan bebas d ar i i nf ek si k ur an g d ar i sep ar uh w ak t u dibandingkan t erhadap kelompok ant isept ik.

Hasil yang t idak m enunj ukkan perbedaan bermakna ant ara peraw at an madu dan norm al salin-povidone iodine pada luka t erbuka bisa juga disebabkan perbedaan luas dan kedalaman luka pada masing-masing kelompok. Ukuran luas dan k edal am an lu k a m em pen gar u h i p r oses penyembuhan luka (Suriadi, 2007). Pada kelompok madu, luas luka sebelum dilakukan int ervensi ada yan g lu asnya diant ar a 36,1-80 cm ² (33.3%), sement ara pada kelompok normal salin-povidone iodine hanya memiliki luas 16,1-36 cm² (66,7%). Sem ent ar a i t u , unt uk k edalam an luk a pada k el o m po k m ad u k ed al am an l uk a seb elu m dilakukan int er vensi ada yang m enjadi kabur karena nekrosis (33.3%) sementara pada kelompok normal salin-povidone iodine hanya sampai pada nekrosis subkut an (33,3%) dan t idak ada yang menjadi kabur oleh nekrosis. Demikian juga pada penelit ian Kurniat i (1999) t ent ang gula-povidone iodine 1% sebagai alternatif pengobatan luka t ekan ditemukan adanya perbedaan yang bermakna untuk pengurangan jaringan mat i diant ara dua kelompok (p = 0,003) dan peningkat an jaringan granulasi lebih baik pada kelompok gula-povidone iodine 1% (66,7%) dibandingkan dengan balut an m odern (hydrocolloid).

Penelit ian ini juga menemukan bahw a t idak ada perbedaan rerat a selisih skor perkembangan

pr oses penyem buhan l uka ant ar a kelo m pok in t er vensi d engan m adu m au pu n k elo m p ok int ervensi dengan normal salin-povidone iodine. Ini berarti perawat an luka terbuka dengan balutan madu sama efektifnya dengan balutan normal salin-povidone iodine. Namun demikian, rerat a selisih skor perkembangan proses penyembuhan luka pada kelompok madu lebih besar dibandingkan dengan kelompok normal salin-povidone iodine.

Tanggapan dari responden tentang perbedaan yang dirasakan terhadap penggunaan balutan madu dan balut an normal salin-povidone iodine ant ara lain adanya rasa sejuk saat menggunakan madu. Selai n i t u , t i dak t er j adi p er l engk et an saat menggant i balut an sehingga nyeri berkurang dan t idak terjadi perdarahan. Tanggapan ini berbeda dengan responden yang m enggunakan balut an norm al salin-povidone iodine yang m erasakan nyeri dan perdarahan saat balut an dilepas. Hal ini sesuai dengan pernyat aan M olan (2007) bahw a kadar o sm o sis t inggi pad a m ad u m en cegah melekat nya balut an, juga menghindari nyeri at au rusaknya jaringan ket ika balut an digant i.

KESIMPULAN

Hasil penelit ian ini m enyim pulkan bahw a peraw at an luka ant ara balut an madu dan balut an norm al salin-povidone iodine sam a ef ekt if nya u nt u k pasien t r au m a den gan l u ka t er b u ka. Perkembangan proses penyem buhan luka pada pemakaian balut an madu maupun pada balut an normal salin-povidone iodine tidak berbeda ant ara sebelum dan sesudah peraw at an luka. Peraw at an luka ant ara balut an madu dengan balut an normal salin-povidone iodine tidak mempunyai perbedaan yang bermakna t erhadap perkembangan proses penyembuhan luka terbuka. Walaupun demikian, balut an madu m empunyai beberapa kelebihan di ban di ngk an dengan b al ut an n or m al sali n-povidone iodine.

Hasi l p en el i t ian in i m er eko m end asik an penggunaan balut an madu unt uk pasien t rauma dengan luka t er buka. Penelit ian ulang per lu dilakukan dengan jum lah sam pel lebih banyak.

Penelitian tentang efektifitas madu terhadap jenis-jenis luka lainnya seperti luka bakar, luka operasi dan lain-lain juga perlu dilakukan (DW, MS).

* Perawat Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

** Staf Akademik Keperawatan Medikal Bedah FIK UI

***Staf Akademik Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar FIK UI

KEPUSTAKAAN

Al-waili & Saloom. (2007). Evidence for efficacy of honey in wound care. http://www.angelfire. com/co4/honey_in_wounds/efficacy.htm, diperoleh 29 Januari 2007.

Bale, S. & Jones, V. (2000). Wound care nursing: A patient-centred approach. London: Bailliere Tindall.

Gayatri, D. (1999). Perkembangan manajemen perawat an luka: Dulu dan kini. Jurnal Keperawatan Indonesia, 2. 8. 304-308. Ko zier, B., Erb, G., & Blais, K. (2004).

Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. Philadelphia: Pearson Prentice Hall.

39 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 34-39

Kurniati, A. (2004).Gula povidine-iodine 1% : Alternatif pengobatan luka tekan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 8. 1. 8-12.

Lelo, A. (2006). Efek farmakologi madu lebah. Jakarta: disampaikan pada seminar Efek farmakologi produk perlebahan terhadap kesehatan manusia, tidak dipublikasikan.

Mansjoer, A., et al. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Molan, P.C. (2007). A brief review of the clinical literature on the use of honey as a wound dressing.ht tp://www.wave.co .nz/~whp/ publicat3.htm,diperoleh 29 Januari 2007. Molan, P.C. (2007). The evidence supporting the

use of honey as a wound dressing. http:// www.wave.co.nz/~whp/publicat3.htm,diperoleh 29 Januari 2007.

Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing. 6th ed. Philadelphia: Mosby.

Sjamsuhidajat, R. dan Jong, W.D. (1998). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.

Suriadi. (2007). Manajemen luka. Pontianak: STIKEP Muhammadiyah.

Sussman, C, & Jensen, B.M.B. (1998). Wound care: A collaborative practice manual for physical therapists and nurses. Gaithersburg: Aspen Publication.

Dokumen terkait