• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN PADA TN. D DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN PADA TN. D DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN PADA TN. D DI RUANG BAROKAH

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh : AGUS SUSANTO

A01301713

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Agus Susanto1, Podo Yuwono2, M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN PADA TN.D DIRUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH

GOMBONG

Latar Belakang: Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur.

Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan perlindungan dan keamanan pada pasien fraktur femur post orif.

Resume Keperawatan: Dari hasil pengkajian klien mengatakan nyeri, susah melakukan mobilisasi, perubahan pola tidur dan terdapat selang drain pada luka. Telihat luka post operasi yang masih tertutup perban. Berdasarkan data maka masalah keperawatan yang muncul Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, Hambatan mobilitas berhubungan dengan gangguan neuromuskular, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.

Intervensi dan Implementasi yang sudah dilakukan diantaranya melakukan relaksasi, memberikan terapi analgetik, melatih dan menganjurkan klien melakukan ADL secara mandiri, mengidentifikasi penyebab perubahan pola tidur, menganjurkan tidur siang, mengobservasi tanda-tanda infeksi, melakukan perawatan luka.

Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari nyeri berkurang, klien dapat melakukan mobilisasi sesuai kemampuan, pola tidur klien membaik, tidak muncul tanda-tanda infeksi, klien merasa nyaman setelah dilakukan perawatan luka.

Kata kunci : keamanan, perlindungan, asuhan keperawatan

(5)

v

Diploma III of Nursing Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Nursing Care Report, July 2016

Agus Susanto1, Podo Yuwono2, M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRACT

NURSING CARE OF FULLFILLING NEED FOR SAFETY AND PROTECTION TO MR.D IN BAROKAH WARD PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Background: Fracture is a situation where there diintegritas bone. The most direct cause of the incident was an accident, but other factors such as degenerative processes and osteoporosis can also affect the occurrence of fractures.

General Purpose Scientific Writing: To provide an overview of the nursing care needs of protection and safety compliance in patients post orif femur fractures.

Nursing Resume: The nursing assessment showed that client said pain, difficulty in mobilitation, changes in sleep patterns and there is a hose drain in the wound. Seemingly postoperative wounds still covered in bandages. Based on these data the nursing diagnosis was management is acute pain appertain with physical injury agents, imobility appertain with neuromuscular, sleep disorders appertain with pain. Risk of infection appertain with procees invasive.

Intervention and Implementation that have been made include relaxation, providing analgesic therapy, train and advise clients perform ADLs independently, identify the cause of the changes in sleep patterns, recommends a nap, observed signs of infection, wound care.

Evaluations were conducted over three days the pain has subsided, the client can perform the appropriate mobilization capabilities, clients sleep patterns improved, did not showed signs of infection, clients feel comfortable after process wound care.

Keywords : safety, protection, nursing care

1: University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Perlindungan

Pada Tn. D Di Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah Gombong”. Sholawat

serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW

sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini. Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep. Ns., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah

Gombong.

2. Bapak Sawiji, S.Kep. Ns. M.Sc., selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Bapak Podo Yuwono M.Kep. Ns. CWCS., selaku pembimbing yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Bapak Dr. Ibnu Naser, S.Ag., M.M.R. selaku direktur RSU PKU

Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan

asuhan keperawatan khususnya untuk penyelesaian laporan ini.

5. Tim Penguji Komperhensif yang telah memberikan saran dan arahan.

6. Segenap Dosen dan Karyawan STIKES Muhammadiyah Gombong yang

telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan materi selama penulis

menempuh pendidikan.

7. Segenap Staf dan Karyawan RS PKU Muhammadiyah Gombong yang telah

memberikan bimbingan dan arahan.

8. Tn. D dan keluarga yang telah kooperatif dalam penyelesaian Asuhan

Keperawatan.

9. Bapak dan Ibu serta Adik tersayang yang selalu mendukung, memberikan

kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat, dan do’a yang tiada

(7)

vii

10. Ananda Fitriana Puspitasari yang selalu memberikan doa dan semangat serta

dukungan untuk menyelesaikan laporan ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan karya

tulis ini dan mampu menjadi saudara yang dengan sabar menghadapi saya

selama menempuh pendidikan.

12. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah

memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.

Gombong, Juli 2016

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 5

C. Manfaat Penulisan ... 5

BAB II KONSEP DASAR A. Definisi ... 7

B. Konsep Luka ... 7

C. Hasil inovasi tindakan keperawatan luka ... 14

BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian ... 16

B. Analisa Data ... 19

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ... 20

BAB IV PEMBAHASAN A. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik ... 25

B. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Gangguan Neuromuskuler .... 27

C. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Nyeri ... 29

D. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Post Orif Femur ... 30

E. Implementasi ... 31

(9)

ix BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada

tulang. Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain

seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap

terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).

Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai dan menjadi salah satu

masalah dipusat-pusat pelayanan di seluruh dunia salah satunya adalah

fraktur (Budhiartha,2009). Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai

hilangnya atau adanya gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada

sumsum tulang, periosteum, dan jaringan yang ada disekitarnya. Fraktur

ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi pada komponen ekstrimitas atas

(radius, ulna) dan ekstrimitas bawah (femur, tibia, fibula). Fraktur Femur

adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis

bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan

lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur

tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi,

2012)

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih

dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3

juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang

memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah

sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi di ekstrimitas bagian bawah.

Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh

badan penelitian dan pengembangan Depkes RI tahun 2013 di Indonesia

terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,

kecelakaan lalu lintas, dan trauma benda tajam atau tumpul. Sebanyak 84.774

(11)

2

orang dan kecelakaan lalu lintas sepeda motor sebanyak 34.418 orang.

Selanjutnya penyebab cedera karena benda tajam tumpul 6.188 orang,

transportasi darat lainnya 6.018 orang, dan kejatuhan 2.119 orang. Sedangkan

untuk penyebab yang belum disebutkan proporsinya sangat kecil yang

mengalami fraktur sebanyak 4.917 orang se-Indonesia.

Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan

yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak.

Angka kejadian kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah tahun pada 2015 tercatat

17.725 kecelakaan lalu ( Polda Jateng, 2015).

Hasil survey tim Depkes RI (2007),dari 8 juta pasien fraktur

didapatkan 25% pasien mengalami kematian, 45% mengalami kecacatan

fisik, 15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan

hanya 10% yang mengalami kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data

dinas Kesehatan. Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur

pada ekstremitas yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi

(Depkes RI, 2009).

Perawatan segera setelah operasi, harus dilakukan mobilisasi agar

fungsi kemandirian dapat dipertahankan. Manfaat dari mobilisasi yaitu untuk

peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri,

mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah

luka, dan meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Ningsih 2011).

Permasalahan paska pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri,

perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas fisik, dan konsep diri (Bare &

Smeltzer, 2006). Permasalahan yang terjadi secara keseluruhan

mengakibatkan perubahan status fungsional. Perubahan status fungsional

selalu terjadi sebagai tanda pertama dari penyakit atau kelanjutan dari kondisi

kronis (Saltzman, 2011). Perubahan status fungsional selalu terjadi sebagai

tanda pertama dari penyakit atau kelanjutan dari kondisi kronis (Saltzman,

(12)

3

Patah tulang ekstrimitas yang terisolasi menyebabkan angka

morbiditas yang tinggi seperti penderitaan fisik, kehilangan waktu produktif

dan tekanan mental.Patah tulang ekstrimitas dengan energi tinggi juga

menyebabkan angka mortalitas tinggi apabila terjadi multi trauma dan

pendarahan hebat. Kematian paling sering terjadi pada 1 – 4 jam pertama

setelah trauma apabila tidak tertangani dengan baik. Melihat permasalahan

tingginya angka kejadian trauma dan patah tulang pada ekstrimitas bagian

bawah dan buruknya komplikasi yang akan dialami oleh pasien

apabilakejadian ini tidak ditangani dengan baik, diperlukan pemahaman

mengenai penyakit ini oleh tenaga medis agar dapat memberikan penanganan

yang lebih komprehensif. Survey primer (ABCDE) yang baik untuk

menyelamatkan nyawa dan survey sekunder yang tepat dibutuhkan untuk

menyelamatkan fungsi dari ekstrimitas, ditunjang oleh penanganan definitif.

Luka pasca pembedahan sembuh secara primer karena menggunakan benang

atau alat penutup lain dengan kehilangan jaringan minimal karena hanya

berupa sobekan.

Setelah pembedahan beberapa tindakan untuk mengembalikan fungsi

dan integritas fisik tubuh meminimalkan deformitas, dan tanpa terjadi infeksi

yaitu mengontrol hemostatik dan hemodinamik, menutup luka, drainase luka,

membalut, dan memantau komplikasi yang mungkin timbul. Luka akut

adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu penyembuhan luka, baik luka

steril, luka bersih, maupun luka bersih terkontaminasi. Luka akut dapat

sembuh dengan penutupan secara primer . beberapa hal yang perlu diingat

terkait dengan perawatan luka akut adalah waktu penyembuhan luka dan

proses yang terjadi pada setiap fasenya. Fase inflamasi (pembersihan luka

atau debris) 0 – 2 hingga 5 hari, proliferasi hngga epitelisasi (luka menutup) 2

hingga 5-21 hari (3 minggu), dan maturasi (penguatan struktur) 21 hari

hingga 2-3 tahun. Luka paska pembedahan adalah luka akut yang paling

banyak ditemui dan resiko infeksi minimal karena tindakan pembedahan

dilakukan secara steril di ruang operasi. Kejadian infeksi luka operasi dapat

(13)

4

yang efektif dan efisien. Luka post ORIF (Open Reduksi Internal fiksasi)

merupakan luka akibat suatu pembedahan untuk memanipulasi fragmen –

fragmen tulang yang patah. (Kneale & Davis, 2011).

Tujuan merawat luka adalah kesembuhan, dan balutan yang dipilih

adalah balutan yang dapat mempertahankan kondisi lembab, mengontrol

kejadian infeksi, mempercepat penyembuhan luka, mengabsorbsi cairan luka

yang berlebihan, membuang jaringan mati, nyaman digunakan. Pada luka

akut dan luka kronis mengalami proses penyembuhan yang sama dari

inflamasi hingga maturasi. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam

luka akut pasca pembedahan adalah evaluasi balutan primer yang digunakan,

permukaan epitel, penutupan luka, garis sembuh dan perubahan lokal yang

mengarah ke infeksi. Balutan sangat berpengaruh dalam mendukung

penyembuhan luka sehingga pemilihan balutan pasca pembedahan sangat

penting difahami. Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka

terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang)

terdapat resiko infeksi osteomielitis, gas gangren, dan tetanus. Tujuan

penanganan adalah meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak

dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang

Berdasarkan pengkajian pada Tn.D didapatkan data subjektiv, bahwa

klien mengatakan nyeri di area luka dengan skala 6, terasa hilang timbul,

terdapat luka jahit di femur dextra, perban dan tempat tidur keliatan kotor.

Klien mengatakan sering terbangun ketika tidur, dan tidak bisa beraktivitas

hanya bisa miring kiri dan miring kanan, serta nyeri ketika bergerak. Hal ini

menunjukan bahwa pasien di rumah sakit mengalami berbagai masalah

keperawatan diantaranya Nyeri, Hambatan mobilitas, Resiko infeksi,

Gangguan pola tidur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil dan

menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Rasa Aman dan Perlindungan pada Tn.D Di Ruang Barokah

(14)

5

B. Tujuan

Adapun dari penulisan karya ilmiah yaitu:

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang

pemenuhan kebutuhan mobilisasi dengan pasien post orif femur.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien post orif

dengan masalah kebutuhan masalah mobilisasi.

b. Mahasiswa mampu menganalisa data untuk menemukan masalah

keperawatan yang muncul pada pasien post orif dengan masalah

kebutuhan masalah kebutuhan mobilitasi.

c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan prioritas masalah

keperawatan pada pasien post orif dengan masalah pemenuhan

kebutuhan moblitasi.

d. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan

masalah keperawatan yang muncul pada pasien post orif dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitasi.

e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien post orif

dengan masalah pemenuhan kebutuhan mobilitasi.

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan

yang sudah dilakukan

g. Mahasiswa mampu menganalisa hasil dari tindakan yang telah

dilakukan

C. Manfaat

1. Secara keilmuan

Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

peningkatan pendidikan dalam proses keperawatan di instusi perawatan

(15)

6

2. Secara aplikatif

Sebagai pengetahuan untuk pembaca dan masyarakat dalam

mengenal proses keperawatan dan menambah pengetahuan tentang

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2006). Konsep Dsar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Aziz Alimul, Musrifatul. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : Salemba Medika

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta

Biro Penerangan Polri.2011.Kecelakaan Lalu Lintas.

http//angkakecelakaanlalulintas.com

Budiartha, P. 2009, Fraktur ( Patah Tulang). Diakses 25 Juni 2016

http://nursingbegin.com/fraktur-patah tulang

Bryant, Ruth. (2007). Acute & Chronic Wounds; Current Manangement Concept Philadelphia : Mosby Elsevier.

Doenges, Marilyn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.

DR.Munir UPadhyay, D. D. (2016). Studi Pengaruh Balutan Luka Madu Pada Luka Traumatik dari Ortopedi, 1-8.

Emir Burak Yüksel, A. M. (2014). The Effect OF Different Topical Agents (Silver Sulfadiazine, Povidone-Iodine, and Sodium Chloride 0.9%) on Burn Injuries in Rats., 1-6.

Herdman. (2015). Nursing Diagnoses: Deffinition & Classification.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muaskuloskeletal. Salemba Medika : Jakarta

Ismail. (2008). Luka bakar dan perawatannya . Jakarta: Balai Pustaka

Ismail. (2011). Luka bakar dan perawatannya . Jakarta: Balai Pustaka

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis, 546-550.

Moorhead,S.,Johnson,M.,Mas,M,L.,Swanson,E.(2008). Nursing Interversion Clafication (NIC)(4thed).Stlousus missouri:mobsbya Elsevier.

(17)

Nuril Hudha Al Anshori, N. W. (2014). Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember., 499-506.

Perry, P. d. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Putu Sukma Parahita, P. K. (2011). Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Cedera Fraktur Ekstrimitas, 55-64.

Ropyanto, C. S. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Fungsional Paska Open Reduction Internal Fixation (Orif) Fraktur Ekstremitas, 1-8.

Sotani, D.(2009). Rawat luka dengan metode modern, minimalkan parut.2009.

Ward., Susan L, Hisley., Shelton M. (2009). Maternal-Child Nursing Care, Optimizig Outcoms for Mothers, Children, & Families. Philadelphia: F.A. Davis Company

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

DI RUANG BAROKAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

DISUSUN OLEH:

AGUS SUSANTO

A01301713

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(36)

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya

disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,

kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih

besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar

dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya

dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop,

2003). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

(Sjamsuhidayat, 2005).

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.

Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang

berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak

langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).Fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).

B. ETIOLOGI

1. Trauma langsung/ direct trauma

Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat

ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah

tulang).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat

terjadi fraktur pada pegelangan tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini

(37)

4. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

C. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,

dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah

hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke

bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi

terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi

plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang

merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan

fraktur.

2. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan

untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi

(38)

sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

3. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.

2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. 4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

5. Pemeriksaan Darah Lengkap

F. KOMPLIKASI 1. Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang

lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan

reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam

ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi

cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan

berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot.

c. Fat Embolism Syndrom

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan

kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak

terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak.

Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan

oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang

(39)

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan

masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi

bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti

pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke

tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling

sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher),

saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi

suplai darah.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan

menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

g. Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum

dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar

tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).

Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau

selama operasi.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.

b. Non union (tak menyatu)

Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan

fibrosa. Kadang –kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini.

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak

adanya mobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari

(40)

c. Malunion

Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk

menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.

G. STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR

Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar

daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi

tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan

fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan

berhenti sama sekali.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel

menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan

bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami

proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan

disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.

Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan

kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam

setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik

dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai

membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi

oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan

mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan

tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada

permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur

(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat

fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4. Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman

tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan

(41)

fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang

tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses

yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat

untuk membawa beban yang normal.

5. Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.

Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk

ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang

terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang

tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,

rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip

dengan normalnya.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :

1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri,

namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk

mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan

juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang

lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti

pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal

tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4

minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.

4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula.

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan

kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat

(42)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

FRAKTUR

Di Susun oleh:

AGUS SUSANTO

A01301713

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH GOMBONG

(43)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Fraktur

Sub PokokBahasan : Sistem Muskuloskeletal

Topik : Nutrisi Yang Dibutuhkan Bagi Pasien

Fraktur

Sasaran : Pasien Dengan Diagnosa Fraktur

Hari/Tanggal : Rabu, 1 juni 2016

Waktu : 10.00 Wib S.d Selesai

Tempat : Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah

Gombong

I. Tujuan Instruksional

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU):

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien dapat

memahami tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk mempercepat

penyembuhan bagi pasien fraktur.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):

Setelah diberikan penyuluhan keluarga diharapkan dapat :

1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur

2. Menjelaskan penyebab frakttur

3. Menyebutkan tanda dan gejala fraktur

4. Menyebutkan sumber nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita fraktur

II. Materi Terlampir

III.Metoda

Metode yang digunakanadalahceramahdan Tanya jawab/diskusi

(44)

- Lembar balik

V.STRATEGI a. Persiapan

- Pembuatan satuan penyuluhan

- Persiapan penyuluh dengan menggunakan referensi yang ada

b. Pelaksanaan

- Dimulai dengan memperkenalkan diri, maksud dan tujuan

penyuluhan

- Menjelaskan poin-poin penting isi penyuluhan

- Menyampaikan materi

c. Penutup

VI.Kegiatan

No Kegiatan Uraian Kegiatan

Penyuluh Peserta

1. Pembukaan

2 Menit

a. Mengucapkan salam.

b. Menyampaikan tujuan

demonstrasi

c. Melakukan apersepsi

a. Menjawab salam.

b. Menyetujui tujuan

demonstrasi

c. Mengikuti apersepsi

2. Isi

30 Menit

a. Menjelaskan materi penyuluhan

mengenai pengertian, fungsi

tulang penyebab patah tulang,

tanda dan gejala patah tulang dan

nutrisi yang dibutuhkan bagi

penderita patah tulang.

b. Memberikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang telah disampaikan

a. Menyimak penjelasan.

(45)

V. Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh manapemahaman keluraga setelah diberikan

penyuluhan selama 30menit diberikan pertanyaan:

1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur

2. Menjelaskan penyebab frakttur

3. Menyebutkan tanda dan gejala fraktur

4. Menyebutkan sumber nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita fraktur

3. Penutup

3 Menit

a. Melakukan evaluasi

b. Menyimpulkan materi

demonstrasi

c. Mengucapkan salam

a. Menjawab pertanyaan

b. Menyimak

kesimpulan.

(46)

Pembahasan Materi fraktur

1. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

2. Penyebab

a. Trauma langsung/ direct trauma

Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat

rudapaksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).

b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat

terjadi fraktur pada pegelangan tangan.

c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini

disebut dengan frakturpatologis.

d. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

3. Tanda dan gejala

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan

warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

(47)

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara alamiah (gerakanluarbiasa). Pergeseran

fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas

(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bias diketahui dengan

membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung

pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5sampai 5

cm (1 sampai 2 inci).

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

denganl ainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan

lunak yang lebih berat.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

4. Nutrisi yang di butuhkan untuk penyembuhan

a. Makanan Sumber Kalsium (susu, kedelai, gandum dan sayuran

hijau.)satu nutrisi yang berperan menjaga kesehatan tulang.

b. Makanan Sumber Protein (telur, ikan, susu, daging putih, kelapa

muda, alpukat, dan kedelai.) Selain kalsium, protein juga menjadi

unsur penting dalam pembentukan tulang, sekitar 50% tulang

terbentuk dari protein.

c. Makanan Sumber Antioksi dan( teh hijau dan buah delima)

Antioksidan akan membantu pemulihan patah tulang dan mampu

menghambat rusaknya sel tulang menjadi lebih parah. 3-5 cangkir teh

hijau dapat membantu pemulihan sel tubuh yang rusak karena

(48)

d. Sumber Vitamin D (seperti kuning telur, ikan dan daging. Berjemur

di bawah matahari pagi) Vitamin D pentingdalam proses penyerapan

kalsium kedalam darah dan tulang, maka dari itu untuk mempercepat

penyembuhan patah tulang perlu mengonsumsi kalsium yang di

sempurnakan dengan asupan vitamin D.

e. Sumber Vitamin K (Brokoli, kol, ikan, hati, daging merah, telur)

Vitamin K bertugas memperkuat osteocalcin yaitu komponen protein

pada tulang. Dengan terpenuhinya kebutuhan vitamin K risiko retak

tulang akan menurun dan proses pemulihan patah tulang jadi lebih

cepat. Fungsi utama vitamin K adalah membantu proses pembekuan

(49)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

1

PERBEDAAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA YANG

DILAKUKAN PERAWATAN LUKA DENGAN NaCl 0,9% DAN POVIDON IODINE 10% DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

TAHUN 2013

Lesia Setyawati1, Ida Ariyanti2, Sri Wahyuni S.3 lesiabagas@gmail.com

ABSTRAC

Caesarean sectio rate is increasing dramatically, especially in the end of 20th century. Caesarean sectio is a surgical operation and it should have infection rate lower than 2 percent. Using and choosing not appropriate wound care product will cause longer inflammation time process and less oxygen supply in wound location that will cause longer wound recovery.

The purpose of this research was to know the difference of post caesarean sectio wound recovery between NaCl 0,9% wound care in Bougenville room of RSUD Tugurejo Semarang 2013.

This research was pre experimental , with post test only control group design. Sample in this research was caesarean sectio post partum with inclusion of criteria as much as 30 respondents with 15 respondent as experiment group and 15 respondents as control group.

Processing data using Mann Whitney test resulted p value 0,317 > 0,05 which mean that there was no difference wound recovery post caesarean sectio between NaCl 0,9% wound care and Povidone Iodine 10% wound care.

From the result of this research it is expected to use NaCl 0,9% in wound care of Post caesarean sectio. With different of mean 1,00 the result of this reseach can become a litrature for nex research by using more controlling of confounding variable.

Keywords: wound recovery, saesarean sectio, wound care, NaCl 0,9%, povidone iodine 10% 1) Civitas Akademika Jurusan Kebidanan Semarang

2), 3), Jurusan kebidanan Semarang

Angka sectio caesarea meningkat secara dramatis, terutama di akhir abad ke-20. Sectio caesarea merupakan pem bedahan bersih dan seharusnya me- miliki angka infeksi tidak lebih dari 2 % (Boyle, 2009). Prinsip utama dalam perawatan luka adalah

pembersihan, penutupan dan

perlindungan luka (Sjam- suhidajat, 2010).

Perawatan luka yang diberikan dapat menurunkan nyeri, me- ningkatkan penyembuhan luka, serta memperbaiki

hasil kosmetik (Perry, 2005).Sedangkan

penggunaan dan pe- milihan

(50)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

2

menyebabkan infeksi (Morrison, 2004). Disebutkan oleh Boyle (2009) ter- dapat penelitian yang menunjukkan bah- wa angka infeksi luka post sectio caesarea dapat mencapai 25,3%, oleh karenanya perlu adanya perawatan luka post sectio caesarea. Banyak cara yang telah dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka, termasuk larutan pembersih yang digunakan untuk mera- wat luka yang salah satunya adalah peng gunaan NaCl 0,9% dan povidon iodine 10%. Menurut pedoman klinis AHCPR 1994 cairan pembersih yang dianjurkan adalah cairan salin normal (sodium clorida 0,9%), karena salin normal merupakan cairan fisiologis dan tidak akan membahayakan bagi luka (Potter, 2005).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Istikomah tahun 2010 tentang perbedaan perawatan luka dengan menggunakan povidon iodine 10% dan NaCl 0,9% terhadap proses penyem- buhan luka pada pasien post operasi prostatektomi di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang didapatkan hasil adanya perbedaan pro ses penyembuh- an luka yang signifikan antara pasien post operasi prostaektomi yang dibe- rikan perawatan luka dengan menggu- nakan povidon 10% dan NaCl 0,9% dengan p value 0,040. Dalam hal ini povidon 10% lebih baik dari NaCl 0,9% di dalam penyembuhan luka post operasi prostatektomi.

Berdasarkan data dari RSUD Tu- gurejo Semarang didapatkan pasien bersalin mengalami peningkatan dalam tiga tahun berturut-turut yaitu jumlah persalinan sebanyak 1009 pada tahun 2010 dengan sectio caesarea 261 (25,86%) dan didapatkan infeksi luka operasi sebanyak 27 (6,9%), pada tahun 2011 terdapat 1384 persalinan, dengan sectio caesarea 322 (23,26%) dan

didapatkan infeksi luka operasi sebanyak 10 (3,10%) dan pada tahun 2012 terdapat 1985 persalinan, dengan sectio caesarea 572 (28,96%) dan didapatkan infeksi luka operasi seba- nyak 13 (2,26%).

Perawatan luka sectio caesarea di

RSUD Tugurejo Semarang sampai de- ngan akhir bulan Desember 2012, larutan pembersih yang digunakan adalah povidon iodine 10% sedangkan balutan luka yang digunakan adalah dermafix-t yang merupa- kan plaster hypoallergenic transparent

yang lembut, lentur dan tidak tembus air dengan absorbent pad yang tidak me- lekat pada luka sehingga nyaman dipakai dan aman untuk mandi. Dan dilakukan evaluasi luka post operasi pada hari ke 10 saat kunjungan ulang di poli klinik obstetri ginekologi.

Pada bulan Januari 2013 perawatan luka post sectio caesarea di ruang Bougenville RSUD Tugurejo Sema- rang sebagian mulai menggunakan NaCl 0,9% sebagai larutan pembersih luka maupun sebagai penutup luka. Perawatan luka yang biasa dilakukan pada pasien paska operasi baik dengan povidon iodine 10% maupun NaCl 0,9% selama ini belum pernah dilakukan penelitian ten- tang efektifitas hasil dari cara perawat- an luka yang dilakukan.

Berdasarkan hasil studi pendahulu- an tersebut peneliti tertarik untuk mela-

kukan penelitian tentang “Apakah Ada

Perbedaan Penyembuhan Luka Post

Sectio Caesarea yang Dilakukan Pera watan Luka Dengan Nacl 0,9% Dan Povidon Iodine 10% di Ruang Bougen- ville RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2013”.

METODE PENELITIAN

(51)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

3

rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (inter- vensi) pada kelompok perlakuan de- ngan membandingkan kelompok terse- but dengan kelompok kontrol.

Populasi dalam penelitian ini ada- lah ibu bersalin dengan sectio caesarea pada 1 juni 2013 sampai dengan 15 juli 2013 di RSUD Tugurejo Semarang, ibu bersalin dengan sectio caesarea seba- nyak 64 kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan sectio caesarea

di RSUD Tugurejo Semarang yang sesuai dengan kriteria inklusi pada bulan Juni minggu pertama 2013 sampai dengan Juli minggu ke-dua 2013. Dengan jumlah sam- pel 30 yang terbagi menjadi 15 sampel untuk kelompok perlakuan dan 30 sam- pel untuk kelompok kontrol.

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan per- timbangan tertentu.

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah ceklis observasi pe- nyembuhan luka yang terdiri dari em- pat pernyataan yaitu adanya tumor, rubor, dehisens, dan pus. Dengan skor 0 sampai dengan 4.

Metode pengumpulan data dilaku- kan dengan observasi menggunakan checklist yang berisi pernyataan ten- tang adanya rubor, pus, tumor, dehis- cens pada luka post section caesarea hari ke-10 di poloklinik rawat jalan RSUD Tugurejo Semarang.

Data dalam penelitian ini adalah data yang dapat digunakan untuk menggam- barkan penyembuhan luka pada kelom- pok perlakuan dan kelompok kontrol berdasarkan ukuran tendensi sentral dari nilai minimum, mak- simum, mean, median dan standart deviasi.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan penyembuhan luka post sectio caesarea yang dilaku- kan perawatan luka dengan NaCl 0,9%

dan povidone iodine 10% di Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang menggunakan uji Mann-Whithney kare- na salah satu data berdistribusi tidak normal.

HASIL

Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang adalah sebagai berikut:

Penyembuhan Luka Post Sectio Cae- sarea Dengan Menggunakan Larut- an Nacl 0,9% (Kelompok Perlakuan).

Hasil pengukuran pe- nyembuhan luka post sectio caesarea dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% dapat dilihat melalui Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesa- rea dengan menggunakan larutan Nacl 0,9% (kelompok perlaku-an)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjuk- kan penyembuhan luka post sectio caesarea dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% dari 15 responden dengan

Hasil penyembuhan luka post sectio caesarea dengan Povidone 10% dapat dilihat melalui Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Penyembuhan Luka Post Sectio Cae- sarea

Dengan Po-vidone 10% (kelom- pok kon-trol)

(52)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

4

Berdasarkan tabel 4.2 penyem- buhan luka post sectio caesarea dengan menggunakan larutan povidon iodine 10% dari 15 responden dengan nilai minimum 0, maksimum 4, mean 0,27, median 0,00 dan SD 1,03. Data bervariasi antara -0,763 sampai dengan 1,303.

Perbedaan penyembuhan luka post sectio caesarea yang diberikan pera- watan luka dengan menggunakan larut- an NaCl 0.9% dan povidon iodine 10% dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Perbedaan penyembuhan luka post sectio caesarea yang diberikan perawatan luka dengan menggunakan laru-tan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%

Berdasarkan tabel 4.3 penyem- buhan luka dengan menggunakan laru- tan NaCl 0.9% memiliki mean sebesar 0, sedangkan mean pada kelompok yang diberikan perawatan luka dengan menggunakan larutan povidon 10% se- besar 0,27. SD pada kelompok yang diberikan perawatan luka dengan meng gunakan larutan NaCl 0,9% se- besar 0, sedangkan SD pada kelompok yang di- berikan perawatan luka dengan meng- gunakan larutan povidon 10% sebesar 1,033. Mean rank kelompok yang dibe- rikan perawatan luka dengan menggu- nakan larutan NaCl 0.9% (kelom pok perlakuan) sebesar 16, sedangkan mean rank pada kelompok yang perawatan luka dengan menggunakan larutan po- vidon 10% sebesar 15 sehingga ada perbedaan mean rank antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data bervariasi antara 0,763 sampai dengan 1,303.

Dari hasil analisis mengguna- kan uji Mann Whitney U-Test dengan menggunakan komputer menunjukkan bahwa nilai Zhitung sebesar -1.000 < Z tabel 1.96 dan Asymp.sig (2-tailed)

sebesar 0.317 > (α) 0.05 yang berarti

tidak ada perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%

PEMBAHASAN

Penyembuhan Luka Post Sectio Cae- sarea Dengan Menggunakan Laru- tan Nacl 0,9% (Kelompok Perlakuan).

Berdasarkan data penyembuhan lu- ka post sectio caesarea pada tabel 4.1 didapatkan hasil penyembuhan luka dengan mean 0, median 0, max 0, SD 0. Penyembuhan luka post sectio ceasa- rea yang diberikan perawatan dengan NaCl 0,9% tidak didapatkan adanya tumor, rubor, pus serta dehisens.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparjono (2011) tentang “Perbedaan Penyembuhan Luka

Jahitan Antara Pemberian Kompres Povi- done Iodine 10% Dengan Kompres Nacl 0,9% Pada Pasien Post Operasi Hernio- raphy Di Ruang Bedah RSUD KRT Se- tjonegoro Wonosobo” dengan hasil ana- lisis penelitian menggunakan Indepen- dent T-Test. Berdasakan hasil penelitian tentang kategori perawatan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% didapatkan bahwa pada responden kelompok NaCl terbanyak kategori sembuh primer se- besar 7 responden (63,6%) dan tidak ada yang sembuh tersier.

(53)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

5

luka mempunyai tujuan dapat mening- katkan penyembuhan luka yang teru- tama dalam proses pembersihan luka, terlebih dalam memilih cairan yang tepat untuk membersihkan luka. Me- nurut pedoman klinik AHCPR 1994, cairan yang dianjurkan adalah cairan salin normal hal ini dikarenakan salin normal merupakan cairan fisiologis dan tidak akan membahayakan jaringan luka.

Hal ini didukung dengan pernya- taan Potter (2005) bahwa penyembuhan luka dapat dipercepat dengan melaku- kan perawatan luka menggunakan laru- tan NaCl 0,9% karena larutan NaCl 0.9% merupakan larutan fisiologis dan tidak akan membahayakan jaringan luka. Sehingga dalam hal ini larutan NaCl 0,9% efektif dalam penyembuhan luka.

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea Dengan Larutan Povidone 10% (Kelompok Kontrol).

Berdasarkan data penyembuhan lu- ka post sectio caesarea pada tabel 4.2 didapatkan hasil penyembuhan luka dengan mean 0,27, median 0,00, max 4, SD 1,03. Penyembuhan luka post sectio ceasarea yang diberikan perawatan de- ngan povidon iodine 10% didapatkan adanya tumor, rubor, pus serta dehisens pada 1 responden (6,7%). Sedangkan 14 responden (93,3%) tidak didapatkan adanya tumor, rubor, pus dan dehisens. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparjono (2011) ten-

tang “perbedaan penyembuhan luka

jahitan antara pemberian kompres povi- done iodine 10% dengan kompres Nacl 0,9% pada pasien post operasi hernio- raphy di ruang bedah RSUD KRT

Setjonegoro Wonosobo” dengan hasil

analisis penelitian menggunakan Inde- pendent T-Test.

Berdasarkan hasil penelitian ten- tang kategori perawatan luka dengan menggunakan povidine iodine 10% didapatkan bahwa pada responden ke- lompok povidone iodine terbanyak kategori sembuh sekunder sebesar 6 responden (54,5%) dan terdapat 4 res- ponden (36,4%) yang masuk kategori sembuh tersier. Dijelaskan oleh Potter (2005) antibiotik topikal yang diberi- kan pada tepi luka dapat memper- lambat pertumbuhan mikro organisme, namun, penggunaan antibiotika topikal dalam waktu yang lama akan mem- bantu pertumbuhan organisme yang resisten. Dalam hal ini laruta povidon iodin 10% merupakan salah satu jenis antibiotika topikal yang dapat diguna- kan untuk perawatan luka post sectio ceasarea.

Perbedaan penyembuhan luka post sectio caesarea yang diberikan pe- rawatan luka dengan menggunakan

larutan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%.

(54)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

6

dengan menggunakan larutan povidon 10% sebesar 16 sehingga ada perbe- daan mean rank antara kelompok per- lakuan dan kelompok kontrol.

Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney U-Test dengan menggu- nakan komputer menunjukkan bahwa nilai Zhitung sebesar -1.000 < Z tabel 1.96 dan Asymp.sig (2-tailed) sebesar

0.317 > (α) 0.05 yang berarti tidak ada

per- bedaan yang signifikan antara penyem- buhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyem- buhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9% dan povidone iodine 10% di Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang. Namun jka dilihat dari nilai mean yang ada, terdapat perbedaan da-

lam penyembuhan luka yang dilaku- kan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9%

dan povidone iodine 10%. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai beda mean rank sebesar 1.00 yang berarti ada per- bedaan namun tidak signifikan.

Namun hal ini berbeda dengan per- nyataan Potter (2005) yang menya- takan bahwa penyembuhan luka dapat dipercepat dengan melakukan perawat- an luka menggunakan larutan NaCl 0,9% karena larutan NaCl 0.9% me- rupakan larutan fisiologis dan tidak akan membahayakan jaringan luka da- pat mening katkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hipotesis yang disusun dalam penelitian yaitu ada perbedaan penyembuhan luka operasi post sectio caesarea yang dilakukan perawatan dengan larutan NaCl 0,9% dan povidon iodine 10%. Hal ini berarti NaCl 0,9%

dan povidone iodine 10% sama-sama dapat digunakan dalam perawatan luka post sectio caesarea

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas- ruroh (2005) tentang “Pengaruh Peng- gunaan Larutan NaCl 0,9% Dengan Larutan Betadine 10% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Post Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Semarang” dengan hasil tidak ada per-

bedaan yang bermakna terhadap penga- ruh penggunaan Larutan NaCl 0,9% dengan Betadine 10% setelah dilaku- kan intervensi pada luka post operasi yang ditunjukkan dengan nilai Sig (2-tailed) = 0,687 lebih besar (>) dari 0,05.

(55)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

7

KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan pada penelitian perbedaan penyembuhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9% dan povidon iodin 10% di ruang bou- genville RSUD Tugurejo Semarang Ta- hun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.Penyembuhan luka post sectio caesa- rea yang diberikan perawatan luka dengan NaCl 0.9% (kelompok perla- kuan) memiliki nilai minimal 0, maksimal 0, mean 0 median 0 dan SD 0.

2.Penyembuhan luka post sectio sae- sarea dengan povidon iodine 10% (kelompok kontrol) memiliki nilai minimal 0, maksimal 4, mean 0,27

median 0,00 dan SD 1,033. Data bervariasi antara -0,763 sampai dengan 1,303.

3.Tidak ada perbedaan yang bermakna antara penyembuhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%. Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney U-Test

dengan menggunakan kom- puter menunjukan bahwa nilai Zhitung sebesar -1.000 < Z tabel 1.96 dan Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0.317 > (α) 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka post sectio cae- sarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang menunjukkan tidak adanya per- bedaan yang bermakna antara penyem buhan luka post sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10% maka saran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Bagi Peneliti.

Peneliti masih perlu manambah

wawasan mengenai Perlu adanya penelitian lanjutan tentang perbe- daan penyembuhan luka post sectio caesarea yang diberikan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan povi- don iodine 10% dengan adanya variabel kontrol meliputi status pendidikan, latar belakang sosial ekonomi responden untuk menda- patkan hasil penelitian yang lebih baik.

2. Bagi Petugas kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan khususnya di tempat penelitian dapat mengaplikasikan penggunaan larutan NaCl 0.9% pada perawatan luka post sectio caesarea. Larutan NaCl 0.9% dapat digunakan dalam memberikan perawatan luka post sectio caesarea, sesuai hasil pene- litian sehingga dapat meningkat- kan mutu pelayanan kebidanan. Selain itu, diharapkan materi ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pembuatan Standar Opera- sional Prosedur (SOP) dalam mela- kukan perawatan luka post sectio caesarea sehingga dapat memberi- kan informasi kepada tenaga medis dan paramedis (bidan dan perawat) bahwa larutan Nacl 0.9% dapat dipergunakan untuk merawat luka post sectio caesarea.

3. Peneliti Lain

(56)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

8

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H. R. 2009. Perawatan Luka Modern. Dalam http://www. -fkep.unpad.ac.id/2009/01/pera watan-luka-modern/rsitas Padja-djaran.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ja- karta: Rineka Cipta.

Azwar, A. 2007. Metode Penelitian: Kedokteran dan Kesehatan Mas- yarakat. Jakarta: Bina Cipta.

Basford, L. 2006. Teori dan Praktek Keperawatan: Pendekatan In- tegral Pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC. mahan Sri Rahayu. Jakarta: EGC

Hidayat, A. 2007. Metodologi Peneli- tian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, J. 2005. Prosedur Perawatan di Rumah: Pedoman Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masa- lah dan Solusinya. Jakarta: Pus- pa Swara

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Ke- dokteran. Jakarta: Media Aescu- nyembuhan Luka Post Operasi di

Rumah Sakit Umum Daerah Am- barawa Semarang. Fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan Uni- mus: Semarang.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC

Moko, 2010. teknologi dan formulasi sediaan steril Dalam http:// moko 31.wordpress.com/2010/06/27/te knologi-dan-formulasi-sediaan-st eril/diri, ( 30 april 2013 ).

Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodo- logi Penelitian Kesehatan. Ja-karta: PT. Rineka Cipta.

Perry, A. 2005. Buku Saku Keteram- pilan dan Prosedur Dasar. Jakar ta: EGC.

Potter, P. & Perry, A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:EGC.

Rasjidi, I. 2009. Manual Seksio Sesrea dan Laparotomi Kelainan Adnek- sa. Jakarta: Sagung Seto

Riwidikdo, H. 2008. Statistik Keseha- tan. Yogyakarta: Mitra Cende-kia Press.

Simkin, P. 2008. Panduan Lengkap Ke- hamilan, Melahirkan dan Bayi terjemahan Lilian Juwono. Jakar- ta: Arcan

Sjamsuhidajat. 2012. Buku Ajar Bedah Edisi.3. Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2010. Statistik untuk Peneli- tian. Bandung: CV. Alfabeta.

…………. 2012. Metode Penelitian

kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Afabeta

(57)

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

9

buhan Luka Jahitan Antara Pem- berian Kompres Povidone Iodine 10% Dengan Kompres Nacl 0,9% Pada Pasien Post Operasi Herni- oraphy Di Ruang Bedah Rsud Krt Setjonegoro Wonosobo. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes

Ngudi Waluyo Ungaran:

Semarang.

(58)

PERBANDINGAN PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA

MENGGUNAKAN BALUTAN MADU ATAU BALUTAN

NORMAL SALIN-

POVIDONE IODINE

Zulfa* , Elly Nurachm ah* * , Dew i Gayatri* * *

Abstrak

Penelit ian ini bertujuan mengident ifikasi perbedaan keefekt ifan penyem buhan luka m enggunakan balutan m adu dan balut an nor m al salin-povidone iodine pada pasien t raum a dengan luka t erbuka yang diraw at di salah sat u RS di Bukit t inggi. Desain penelit ian ini adalah kuasi eksperim en, non-equivalent cont rol group dengan pre dan post-t est. Sam pel berjum lah 6 responden (3 responden untuk masing-masing kelompok intervensi madu serta normal salin-povidone iodine). Hasil penelitian m enunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada rerata skor perkembangan proses penyembuhan luka ant ara sebelum dan sesudah intervensi per aw at an luka dengan m adu (P = 0.076) dan dengan norm al salin-povidone iodine (P = 0,057). Rer at a skor perkem bangan penyem buhan luka t erbuka set elah int ervensi t idak berbeda secara signifikan (P = 0,797) ant ara kelom pok int ervensi dengan madu dengan kelom pok kontrol. Nam un, penurunan skor perkem bangan proses penyem buhan luka pada balutan madu (11,52%) lebih besar 6,67% dibandingkan balutan normal salin-povidone iodine (4,85%). Peraw atan luka dengan m adu membuat responden t idak m erasa nyeri, t idak t erjadi perlengketan sert a perdarahan saat m em buka balut an ket ika dibersihkan, sedangkan dengan norm al salin-povidone iodine, responden m erasakan sebaliknya. Hasil penelit ian ini m erekom endasikan penggunaan balut an m adu untuk pasien dengan luka t erbuka.

Kata kunci: luka terbuka, madu, proses penyembuhan

Abstract

The aim of t his st udy w as t o com pare t he effect iveness of honey dressing and normal salin-povidone iodine dressing in t he open w ound healing process at a hospit al in Bukit t inggi. This w as a non-equivalent cont rol group qua si experiment al st udy w it h pre & post t est . The samples of t his st udy w ere 6 respondent s (3 respondent s in each int ervent ion and cont rol group). The finding from t his st udy show ed t hat t here w as no significant difference on t he mean score of w ound healing process before and aft er w ound care int ervent ion using honey dressing (P = 0.076), and normal saline-povidone iodine dressing (P = 0.057). There w as also no significant difference on t he mean score of w ound healing process on t raumat ic open w ound pat ient aft er int ervent ion on t he cont rol group using normal saline-povidone iodine dressing and int ervent ion group using honey dressing (P = 0,797) How ever, t he w ound healing score on t he honey int ervent ion group w as 6,67% higher (11,52%) t han on t he w ound using normal saline-povidone iodine dressing (4,85%). Unlike pat ient s in t he cont rol group, pat ient s using honey dressing w ere not complaining about pain and bleeding when change dressing.Therefore, the st udy recommended the honey applicat ion for open w ound.

Key w ords: healing process, honey, open w ound

PEN ELI T I AN

LATAR BELAKAN G

Luka adalah r usaknya kesat uan j ar ingan, dimana secara spesifik t erdapat subst ansi jaringan yang rusak at au hilang (M ansjoer et al., 2000; Sjamsuhidajat & Jong, 1998). Luka secara umum t erdiri dari luka yang disengaja dan luka yang t idak disengaja. Luka yang disengaja bert ujuan sebagai terapi, misalnya pada prosedur operasi at au pungsi vena, sedangkan luka yang t idak disengaja t erjadi secara accident al (Kozier et al., 2004).

Gambar

Gambar 1. Perkembangan proses penyembuhan luka
Figure 1: (a) The shaved view of the rats before the burn injury (b) and the view after the burn injury.
Figure 2: Day 0 ((a1), (a2), (a3), and (a4)), day 7 ((b1), (b2), (b3), and (b4)), day 14 ((c1), (c2), (c3), and (c4)), and day 21 ((d1), (d2), (d3), and(d4)) of hematoxylin and eosin staining
Figure 3: Day 0 ((a1), (a2), (a3), and (a4)), day 7 ((b1), (b2), (b3), and (b4)), day 14 ((c1), (c2), (c3), and (c4)), and day 21 ((d1), (d2), (d3), and(d4)) of Masson trichrome staining
+2

Referensi

Dokumen terkait

Warok memiliki pengetahuan yang baik tentang cara hidup dalam budaya Jawa. Hal ini sesuai dengan ilmu kanuragan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan mutu dan membandingkan tahap penanganan kerang sebelum tahap pemasakan di restoran dan pedagang kaki lima

Apabila suatu pelayanan menggunakan beberapa IP address yang berbeda, kemudian apabila ada pengirim mengirimkan data menuju ke pelayanan tersebut maka akan diteruskan ke salah

Sebelum mengulas sedikit banyak tentang Proyek Akhir yang penulis angkat, penulis secara pribadi ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

 Dilakukan di PT Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2 (Produksi minuman serbuk) selama 24 hari kerja dari 3 Januari 2017 – 3 Februari 2017..  Terletak

Pada jenis ini diamati apakah bahan baku yang akan digunakan untuk produksi sudah sesuai dengan standar mutu yang ditentukan atau belum.. Ketika bahan baku yang

Hambatan dari internal bank yang timbul dalam penanganan kredit macet seperti kurang komunikasi dengan debitur, kesalahan komunikasi dengan staff bagian lain,

Tujuan penelitian dan penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum atas kesepakatan para pihak untuk memilih sengketa ekonomi syariah di