TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR
KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Felisianus Perik NIM : 014114050
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERISITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
Siapkan akal budimu
W aspadalah dan letakkanlah harapanmu
Seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu.
H iduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan
Turuti hawa nafsu yang menguasai kamu
Karena kamu telah mensucikan dirimu oleh
Ketaatan kepada kebenaran,
D an kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan
ikhlas.
v
PERSEM BAH AN
Kupersembahkan karya ini teruntuk M amaku tercinta H eno Kornelia M isa
Papaku tercinta H eno Falentinus
Kakakku tersayang Edison F.X. M isa H eno Kakakku tersayang Relly D etroni M isa H eno
Kakakku Remigius M uksim M isa H eno Kakakku tersayang Anjel M isa H eno
Kakakku tersayang I rnawati F.X. M isa H eno Kakakku tersayang Adi Patrik M isa H eno
Adikku tercinta H ilarius Ariyanto M isa H eno Ponakanku tersayang
I vo M isa H eno Arthur M isa H eno
Fanera M uksim M isa H eno
Kebahagiaan tersendiri dapat memberikan Kebahagiaan dan kasih sayangku
U ntuk semua keluargaku tercinta
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Juni 2008
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Felisianus Perik
Nomor Mahasiswa : 014114050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 3 Mei 2008
vii ABSTRAK
Perik Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma
Penelitan ini mengkaji tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan psikologi sastra. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa antara psikologi dan sastra terdapat hubungan yang erat sehingga dapat digunakan untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi. Melalui psikologi sastra dapat diketahui tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mengakibatkan tokoh Arimbi mengalami tekanan batin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahap.
Pertama, menganalisis novel Detik Terakhir untuk mengetahui struktur
intrinsiknya, kedua, mempergunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk memahami aspek psikologi yang berkaitan dengan tekanan batin Arimbi dalam novel Detik Terakhir.
Tujuan pokok penelitian ini adalah memaparkan tekanan batin yang dialami oleh tokoh Arimbi dan tekanan batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia.
Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri sangat dibutuhkan oleh tokoh Arimbi. Ketiga kebutuhan ini tidak didapatkan oleh Arimbi dari linkungan keluarganya.
viii ABSTRACT
Perik. Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra Thesis S1. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University. This research examines psychological strain of Arimbi’s character in the novel of Detik Terakhir by Alberthiene Endah. The approach used in this research is literature psychological approach. It is based on an assumption that there is a strong relation between psychology and literature so it can be used to analyze Arimbi’s psychological strain. By literature psychological, it can be known that Arimbi’s psychological strain caused by not fulfilled basic needs makes Arimbi has psychological strain problem.
The method used in this research is description method. By using this method, researcher divides it into two stages. First, by analyzing the novel of
Detik Terakhir to understand its intrinsic structure; second, by using the analysis
result in first stages to understand psychological aspect related to the Arimbi’s psychological strain in the novel of Detik Terakhir.
Main goal of this research is to explain psychological strain felt by Arimbi and psychological strain because basic needs as a human are not fulfilled.
Based on the analysis result of literature psychological, it can be concluded that necessity of feeling safe, necessity of appreciation, and necessity of self-actualization are needed by Arimbi very much. Arimbi gets these necessities not from his family.
i x
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Bunda Maria dan
Tuhan Yesus yang telah berkarya pada diri penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas anugerah dan
berkat-Nya. Tanpa campur tangan Tuhan skripsi ini tidak akan selesai pada waktu
yang direncanakan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan
judul Tekanan Batin Tokoh Arimbidalam novel Detik Terakhir karya Alberthine Endah ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat
kebaikan serta keprihatinan hati dari banyak pihak. Kebaikkan dan keprihatinan
itulah yang menjadikan semangat penulis untuk segera menyelesaikan studi.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.
1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama,
yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan dan arahan kepada
penulis. Ditengah kesibukkannya beliau masih meluangkan waktu sehingga
muncul motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan berusaha lebih
baik lagi.
2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua, terima
kasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta nasihat, perhatian, kesabaran,
serta kesediaan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Bapak Dr. I Praptomo Baryadi, terima
kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini yang sering bertanya
”bagaimana skripsinya?” dan “kapan pendadaran?” pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah memacu semangat untuk meyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. FX. Santoso, M.S., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, Ibu S.E.
x
bimbinganya selama penulis menempuh studi di Fakultas Sastra Universitas
Sanata Dharma.
5. Karyawan Fakultas Sastra Univerisitas Sanata Dharma.
6. Karyawan UPT Perpustakaan Univeritas Sanata Dharma.
7. Mamaku tersayang Heno Kornelia Misa dan Papaku Heno Falentinus terima
kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya yang selalu mengiringi
langkahku, I love you ... “selamanya Mama Papa Henoku adalah mutiara
hatiku yang tak ternilaikan oleh apapun”.
8. Teruntuk kakakku tersayang Edison FX. Heno, Relly Heno, Remigius Heno,
Angela Matidis Heno, Irnawati FX Heno, Adi Heno, adikku Rio Heno, dan
keponakkanku Ivo Heno, Fanera Heno, Arthur Heno “saudara adalah bagian
hidupku yang tak akan tergantikan oleh apapun”.
9. Buat adik-adikku yang tersayang, Noni Ngamal, Upi Ngamal, Iwan Ngamal,
Tasya, Anjel, Paskual, kalian sudah besar, patuhi mama papa, rajinlah belajar,
galilah ilmu sedalam mungkin biar masa depan kalian cerah.
10.Teruntuk Papaku Karel, dan Mamaku Karel tercinta terima kasih atas
dukungan dan doanya selama ini.
11.Buat adikku Rio Heno, ingatlah pesan Mama Papa Heno jadilah anak yang
baik dan sukses jangan nakal, raihlah cita-citamu sebisa mungkin, agar papa
mama Heno bahagia, melihat adikku Rio Heno sukses.
12.Buat seseorang yang selalu ada dihatiku, Aku selalu mencintaimu.
13.Khusus sahabat kecilku adik Kisti Imoet terima kasih atas dukungan dan
doanya, “kakak selalu merindukanmu”.
14.Teruntuk kakakku yang baik, Sius Karel, Yos Karel, Nandus Karel Hiro
Karel, Li Karel dan semua keluarga Ema Koe Karel terima kasih atas
nasihatnya.
15.Teruntuk semua keluarga besar Rentung dari Mama Henoku, dan keluarga
besar Rego dari Papa Henoku terima kasih atas dukungannya.
16.Keluarga kakakku Donatus Lagus, Pr, dan keluarga kakakku F. X. Agus
xi
terlebih karena kesediaan menerima saya sebagai bagian keluarga ini. You’re my second family.
17.Kakakku John Ngamal dan kak Omy Ngamal terima kasih atas nasihat,
dukungan dan doanya.
18.Terima kasih atas dukungan dari Kak Ti Ngamal, Kak Mar Ngamal, Kak
Largus Ngamal.
19.Adik-adikku tersayang Nayen Putriana, Arie Nayen, Aldo, Rinto, Klaus Reba
Entok Bertolomeus, Anto, Indri, Candra “ayo, skripsinya cepat diselesaikan”.
Akhirnya Feli dapat selesaikan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan
perhatian dari adik-adikku tersayang.
20.Sahabat seperjuanganku Sastra Indonesia ’01 khususnya Aji Yulianto, Andy
Permana, Sherlly, Kingkin, Ernest, Novi, Ririn Tari, Keynas, Dwi, Sita, Yuni,
Indah, Ompong Kristo Beo, Linda Wati terima kasih atas persahabatan selama
ini dan semangat kerjasama, perhatian, pengertian dukungan dan keceriaan
yang penuh makna. ”tidak akan Feli lupakan”.
21.Wina momang daku Esy terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya
selama ini.
22.Ana Dominika terima kasih atas ketulusan sayang dan kasihmu.
23.Terima kasih atas dukungan dari teman-teman dan saudaraku Fides, S.E.,
Rama Sakti, S.E., 12 – Mh4 dan Dila, Doni, Fred, Tian Woyo, Yanu, Heri,
Petrus, Yulin, S.E., Eliys, Siti Suryanie Zein, Ivan, Nanang, S.S. Agus Wiwit,
Sigit, S.S., Adi Cahyono, Eka, Vero, Ema Koe Fansi, Retno Manis, Niken,
Wilma, Ameng, Ruth, S.S., Sovi, Karina Sitepu, Martina Mas, S.S., Menyun,
Rosa, Erda, Eli, Fanie, Martha, Romi, Endang, Riki, Andi Jay, Elin, Anye,
Onsi, Thomas, Retno, Yudha D.A., S. Pd, Pak Sutries, Mbak Pipiet.
24.Terima kasih atas dukungan dari Kak Ensi dan Kak Todi selama ini.
25.Terima kasih untuk Ibu Harto, Mbak Hesty, Mas Farid, Dimas, Damar, dan
Handi Harto atas dukungan dan doanya.
26.Terima kasih untuk keponakanku Yeti Dahat, Elen Dahat, Rio Zaman, Ita
Zaman yang telah mendukung dan mendoakan saya selama mengerjakan
xii
27.Terima kasih untuk teman-teman kos grinjing atas dukungan dan bantua nnya
selama ini.
Semoga kebaikkan hati pihak-pihak yang disebut di atas menjadi amal
baik serta mendapat balasan dari Tuhan. Meskipun penulis sudah berusaha
menyusun skripsi ini sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa penulis perlukan
dari perbaikkan skripsi ini.
Penulis
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian
di dalam hidup dengan berbagai macam cara, ada yang berhasil ada juga yang
tidak berhasil. Jika seorang tidak mendapatkan yang diinginkannya maka dia akan
stres, tertekan dan putus asa. Orang yang tabah dalam menjalankan hidup
kemungkinan besar dia akan terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh
tekanan batin (Daradjat, 1985 : 15).
Ketidaktentraman hati, atau kurang sehatnya mental, sangat
mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang, misalnya orang akan merasa
tertekan, atau merasa gelisah dan berusaha mengatasi perasaan yang tidak enak itu
dengan jalan mengungkapkannya keluar. Akan tetapi, tidak selamanya orang
mendapat kesempatan untuk itu. Orang yang menghadapi
kesukaran-kesukarannya dengan tidak wajar atau ia tidak sanggup menyesuaikan diri dengan
situasi yang dihadapinya dapat mengala mi gangguan jiwa (Daradjat, 1985 : 22).
Tekanan batin (pressure) adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang
merasa dirinya dibebani dan seolah-olah dikejar untuk mencapai sesuatu atau
berperilaku tertentu (Winkel, 1991 : 207).
Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah ini cukup banyak
mengungkapkan dan menyoroti permasalahan tekanan batin yang terjadi pada
berawal dari Arimbi melihat kedua orang tuanya yang selalu saja bertengkar,
setiap hari ayah Arimbi selalu memukul ibunya sampai berdarah, bahkan sampai
pingsan. Arimbi juga merasa tertekan melihat perselingkuhan kedua orang tuanya
dengan rekan kerja mereka di kantor.
Novel Detik Terakhir ini juga menceritakan tentang kehidupan keluarga
terpandang, kisah hidup Arimbi anak orang kaya dan memiliki orang tua yang
punya nama besar. Orang tua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di
dalam keluarga selalu saja sering saling menyakiti, Arimbi selalu saja
menyaksikan pertengkaran dan perselingkuhan kedua orang tuanya yang
menyebabkan Arimbi merasa tertekan batinnya dengan perbuatan orang tuanya.
Pada akhirnya Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk lari dari rumah untuk
mencari dunia baru yang membuat hidupnya bahagia. Dunia baru itu adalah
narkoba. Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba dan menjadi pecandu narkoba.
Arimbi melakukan ini bukan karena keinginannya, Arimbi terpaksa
melakukannya karena Arimbi merasa tertekan melihat kedua orang tuanya yang
setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Bagi Arimbi hidup di rumahnya seperti
hidup di neraka yang setiap hari selalu saja menjerit meminta pertolongan.
Salah satu karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengamatan
sastrawan terhadap kehidupan di sekitarnya. Penciptaan novel dipengaruhi latar
belakang pengarang, lingkungan, dan keperibadian pengarang itu sendiri. Novel
mengandung cerita kehidupan seorang sewaktu ia mengalami krisis dalam
Karya sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra
merupakan ekspresi batin manusia. Tokoh-tokoh dalam novel adalah manusia
yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi
sangat berperan dalam penokohan (Sumardjo, 1984 : 8). Pada dasarnya psikologi
dan sastra mempunyai kaitan erat antara manusia dengan masyarakatnya
(Sumardjo, 1984 : 5).
Psikologi dapat memberikan gambaran-ganbaran atau penjelasan yang
bermanfaat tentang sastra, terutama tentang masalah- masalah yang berhubungan
dengan perasaan dalam sastra. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan
sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya sastra
(Sumardjo, 1984 : 10).
Dalam kaitan antara psikologi dan sastra, Hartoko dan Rahmanto
mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra
dari sudut pandang psikologi. Pendekatan ini diarahkan pada pengarang maupun
pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan
Rahmanto, 1986 : 29).
Sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, didukung oleh tokoh-tokoh cerita.
Tokoh utama selalu menjadi tokoh sentral. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam
kisah (Sudjiman, 1988 : 18). Arimbi dalam novel Detik Terakhir ini dapat
dikatakan sebagai tokoh yang memegang peranan pemimpin karena Arimbi
banyak terdapat dalam setiap bagian cerita novel Detik Terakhir.
Peneliti memilih novel Detik Terakhir ini, sebagai bahan kajian dengan
penceritaan, pembaca dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari realita
kehidupan zaman sekarang yaitu banyaknya anak-anak muda yang terjermus
dalam dunia narkoba, disebabkan tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari
orang tua serta keluarga mereka; kedua novel ini memenangkan penghargaan
Pertama Adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja; ketiga tema novel ini
tentang narkoba sesuai dengan keadaan saat ini yang sedang digalangkan anti
narkoba, sehingga menarik untuk mengetahui kehidupan para pengguna narkoba.
Karya-karya Alberthiene Endah selalu sesuai dengan kehidupan modern.
Contohnya saja novel Detik Terakhir ini dan juga novel ini pernah difilmkan
denga n judul Jangan Beri Aku Narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah berhasil
meraih 2 penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan
Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel Jangan Beri Aku
Narkoba terpilih sebagai juara Pertama Adikarya Award 2005 IKAPI (Endah,
2004 : www. Gramedia. com).
Seorang mengalami tekanan perasaan atau tekanan batin yang sangat
berat, apalagi tidak ditemukan jalan keluarnya, akan mengakibatkan seseorang
mengalami gangguan jiwa atau bahkan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan
seseorang tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya
dengan jalan yang wajar atau bahkan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan
situasi yang sedang dihadapinya (Daradjat, 1985 : 24).
Dalam memahami karya sastra terutama novel, analisis intrinsik sangat
diteliti adalah tokoh dan latar dengan alasan kedua unsur ini sangat intensif
mengungkapkan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi.
Dari analisis struktur dilanjutkan analisis psikologi yang berhubungan
dengan tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Abraham Maslow karena
peneliti melihat adanya kesesuaian antara teori psikologi Abraham Maslow untuk
menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalahan hidup.
Permasalahan tekanan batin tokoh banyak terdapat dalam novel Detik
Terakhir, maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan tersebut.
Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologis sastra, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis segi kejiwaan
yang berhubungan dengan tokoh Arimbi.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah struktur penceritaan novel Detik terakhir karya Alberthiene
Endah ?
1.2.2 Bagaimanakah tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah- masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
maka tujuan penelitian adalah:
1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Detik Terakhir karya
Alberthiene Endah.
1.3.2 Mendeskripsikan tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel
Detik Terakhir karya Alberthine Endah.
1.4Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian tentang tekanan batin
untuk dunia sastra.
1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya tujuan
sastra dari sudut pandang psikologi.
1.5Landasan Teori 1.5.1 Teori Struktural
Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang
bermakna. Struktur sastra menyarankan pada penge rtian hubungan antar unsur
(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mene ntukan, saling mempengaruhi
yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995 : 36)
Permasalahan sebuah karya sastra khususnya novel, dapat dilakukan
dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama
menghadirkan keseluruhan (Nurgiyantoro,1995 : 37)
Analisis intrinsik dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tokoh dan
latar saja. Hal ini dikarenakan latar merupakan tempat tokoh melakukan dan
dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir
tokoh (Nurgiyantoro, 1995 : 75).
1.5.2 Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita
(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan
menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh
hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai
yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis atau tokoh
lawan adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman,
1991 : 19). Tokoh antagonis juga dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab
terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995 : 179)
Menurut Sudjiman (1988 : 17) berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan
menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan
penting disebut tokoh utama atau protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi
tokoh sentral dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di
dalam cerita, tetapi kehadiranya sangat diperlukan untuk menunjang dan
adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap
tokoh kongkrit, individual.
1.5.3 Latar
Latar adalah tempat atau masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1983 : 10).
Menurut Sayuti menjelaskan bahwa cerita berkisah tentang seseorang atau
beberapa tokoh (1988 : 44). Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi
pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinya cerita dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.
Sebuah cerita dibangun dari unsur latar karena pelukisan latar dapat
membantu pembaca dalam memahami jalannya cerita dan keberadaan tokoh
dalam sebuah novel.
Latar atau setting disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar memberi pijakan
cerita secara kongkrit. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada
pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro,
1995 : 217). Pendeskripsian unsur latar semakin memperjelas maksud yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Latar memberi gambaran kepada
pembaca mengenai tempat tokoh berada, waktu kejadian berlangsung, dan
keadaan kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dapat dibagi menjadi tiga
1.5.3.1 Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin
beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, dan tanpa
nama yang jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227).
Pengangkatan suasana kedaerahan, suatu yang mencerminkan local
colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya
sastra yang bersangkutan, tempat sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan
fungsional. Namun, perlu ditegaskan sifat ketipikalan daerah tidak hanya
ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan harus lebih didukung oleh sifat
kehidupan sosial masyarakat penghuninya (Nurgiyantoro, 1995 : 229)
1.5.3.2 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang komplek, ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995 : 234). Hudson
via Sudjiman (1984 : 44) menjelaskan jika latar sosial mencakup penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan,
1.5.4 Psikologi Sastra
Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis novel
Detik Terakhir adalah psikologi sastra. Menurut Awang dalam Shalauddin (1991 :
27) psikologi dan sastra memiliki banyak persamaan. Keduanya mempunyai
fungsi dan cara yang sama dalam pelaksanaan tugas untuk memahami perihal
manusia dan kehidupannya. Dalam pelaksanaan fungsinya, keduanya
menggunakan tinjauan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai
bahan utama untuk penulisan atau penelitian.
1.5.4.1Psikologi Abraham Maslow
Teori Maslow mendasarkan diri pada pandangan bahwa seseorang itu pada
hakikatnya baik dan bebas, kekuatan jahat dan merusak yang ada pada manusia
merupakan hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan (Maslow
via Koeswara, 1989 : 224). Studi objektif tentang tingkah laku manusia belumlah
cukup, untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh maka segi-segi
subjektifnya pun perlu dipertimbangkan termasuk perasaan, keinginan, harapan
dan aspirasi-asprasi seseorang (Maslow via Goble, 1987 : 41).
Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari
kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan, dan dikuasai
oleh proses belajar kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble, 1987 : 70). Menurut
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow yang akan diuraikan yang berkaitan dengan tekanan batin tokoh
Arimbi. Guna menjawab penyebab terjadinya tekanan batin tokoh Arimbi, akan
digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini
digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Detik Terakhir.
Ketiga kebutuhan dasar manusia yang dianggap mengandung sebab-sebab
tekanan batin yang dialami oleh Arimbi dalam menghadapi hidupnya ialah
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan
aktualisasi diri ketiga kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.5.4.2Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa
yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan
mengamati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik
(Maslow via Goble, 1987 : 73).
Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat
asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan
stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada
Kebutuhan akan rasa aman dan terlindung tentu dibutuhkan oleh semua
orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram,
manusia akan berkembang bila ia hidup aman dan jauh dari tekanan orang lain.
1.5.4.3Kebutuhan akan Penghargaan
Menurut Maslow setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan
penghargaan yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri
meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, kecukupan,
ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi
prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan (Maslow via Goble, 1987 : 76). Penghargaan dari orang lain sangat
berarti dalam kehidupan manusia. Dengan penghargaan itu manusia berarti dan
diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan membuat
manusia lebih percaya diri menghadapi hidup.
1.5.4.4Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya, pemaparan
tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
meggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow juga
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuan sendiri. Menurut Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri biasanya
muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara
Bila manusia dapat tumbuh sesuai keinginan dan cita-cita hidup nya maka
hasrat untuk maju pun semakin besar. Dengan demikian apa yang dicita-citakan
dapat terwujud dengan baik. Dari situ manusia bisa tumbuh dan berkembang
sehingga ia mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara yang positif.
1.6 Tekanan Batin
Semua manusia mendambakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian
dalam hidupnya. Dengan berbagai cara manusia berusaha untuk mendapatkan
keinginannya itu. Namun, tidak sedikit orang yang gagal mendapatkan
keinginannya itu. Kegagalan yang dialami seseorang seringkali mengakibatkan
putus asa. Bahkan, bila rasa putus asa itu sangat berat, maka bisa saja seseorang
itu tertekan batinnya. Kesehatan mental sangat ditentukan oleh ketenangan dan
kebahagiaan batin seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuan
menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang
akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat
(Daradjat, 1985 : 16).
Berhasil tidaknya seseorang mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan
kedamaian dalam hidupnya, tergantung pada siap tidaknya seseorang menghadapi
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Semakin seseorang itu siap dan
tabah menghadapi kenyataan hidup dan segala permasalahannya, maka semakin
besar pula kemungkinan seseorang untuk meraih impian- impian dalam hidupnya.
Frustrasi (tekanan perasaan) ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa
menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal, yang menghalangi keinginannya.
(Daradjat, 1985 : 24).
Daradjat (1985 : 26-27) menjelaskan tekanan batin adalah suatu perasaan
yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani seolah-olah dikejar-kejar untuk
mencapai sesuatu atau berprilaku tertentu yang menyebabkan diri menjadi
kecemasan.
Heerdjan (1987 : 26-27) menjelaskan kegelisahan dan ketegangan yang
dijumpai pada orang normal termasuk gangguan kesehatan jiwa. Gangguan
kesehatan jiwa dapat disebabkan dalam beberapa hal, yaitu di antaranya yang
disebabkan sifat psikologi, seperti konflik jiwa, kurang perhatian dari orang tua,
kekecewaan, frustrasi dan semua hal yang bertalian dengan gejolak jiwa
seseorang.
Jika seseorang mengalami tekanan batin yang sangat berat sehingga dia
tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka seseorang itu akan menderita
penyakit jiwa (Phychose). Apalagi bila tekanan itu sudah mencapai puncaknya
dan tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu jenis penyakit jiwa adalah
schizoprenia yakni, penyakit jiwa yang disebabkan ketidakmampuan manusia
menyeseuaikan diri sedemikian rupa sehingga menemui kegagalan dalam
usahanya dalam menghadapai kesukaran hidup. Penyakit ini biasanya lama sekali
perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau akhir tahun, baru ia
menunjukkan gejala-gejala yang ringan, tetapi akhirnya seperti peristiwa tertentu
1.7Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan
Analisis novel Detik Terakhir ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan secara psikologi dan sastra. Pendekatan dengan menggunakan teori
psikologi dan sastra dilakukan dengan alasan bahwa kedua teori tersebut memiliki
hubungan erat. Hubungan antara psikologi dan sastra keduanya merupakan ilmu
yang mengkaji tentang perilaku dan aktivitas manusia.
Dalam kajian yang menekan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba
menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologi yang tercermin dalam
perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra tanpa memperhatikan aspek biografi
pengarangnya. Penelaah dapat menganalisis psikologi tokoh melalui dialog dan
perilakunya menggunakan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi tertentu.
Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam bentuk kajian ini
merupakan upaya mencari kesejajaran aspek-aspek psikologi dalam perwatakan
tokoh-tokoh suatu karya sastra dengan pandangan tentang manusia menurut
psikologi tertentu (Roekhan, 1987 : 148-149). Dalam penelitian ini pendekatan
dari sudut psikologi terhadap sastra sebagai proses kreatif menggunakan teori
1.7.2 Metode
Metode deskripsi adalah cara pemaparan atau penggambaran kata-kata
secara jelas dan terinci (Moeliono, 1990 : 30). Metode ini digunakan untuk
melaporkan yang telah dilakukan dalam suatu analisis dalam penelitian ini.
1.8Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis
tertentu, sedangkan kartu dan dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apa
pun asalkan mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan
data (Sudaryanto, 1988 : 58). Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan
dicatat dalam kartu data.
Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu data serta diberi nomor kode
tertentu yang ditulis pada bagian tengah atas. Kartu data sebaiknya disusun
menurut abjad dari huruf pertama, sedangkan kode dari kartu data dapat
1.9Sumber Data
1.9.1 Sumber Data Primer
Judul buku : Detik Terakhir
Pengarang : Alberthiene Endah
Penerbit : PT. Gramedia
Tahun Terbit : 2006
Tebal buku : 243 halaman
Cetakan : ke-2
1.9.2 Sumber Data Sekunder
Dalam analisis ini peneliti menggunakan buku teori tentang kesehatan
mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Teori ini sebagai acuan dalam
menganalisis penyebab tekanan batin tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti
juga menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow, dan buku-buku
sastra lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
1.10 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : bab satu
berisi pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
penyajian. Bab dua berisi analisis struktur novel, meliputi tokoh dan latar. Bab
tiga berisi analisis tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi. Bab empat penutup,
18 BAB II
ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL DETIK TERAKHIR
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah- istilah
seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakkan, atau karakter dan
karekterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.
Istilah- istilah tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis
sama, atau paling tidak dalam tulisan atau dipergunakan dalam pengertian yang
berbeda, walaupun memang ada diantaranya yang sinomim. Ada istilah yang
pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada tehnik pengembangannya
dalam sebuah cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita,
misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: siapakah tokoh utama dalam novel
itu? Atau ada berapa orang jumlah pelaku no vel itu atau siapakah tokoh
protagonis dan antagonis dalam novel itu, dan sebagainya? (Nurgiyantoro, 1998:
165)
2.1Tokoh
Tokoh adalah rekaan individu yang mengalami peristiwa dalam cerita
(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan
menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi yang satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero,
yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang
penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991: 19). Selain itu
tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik
(Nurgiyantoro, 1998: 179).
Sudjiman (1991: 17) me nambahkan berdasarkan fungsinya tokoh
dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang
peranan penting disebut tokoh utama atau tokoh protagonis. Tokoh protagonis
selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan
untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Rahmanto dan Dick Hartoko
(1986: 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita
sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individu.
Dalam novel Detik Terakhir Arimbi adalah tokoh utama yang memegang
peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap
peristiwa, tetapi Arimbi merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi
permasalahan yang kompleks, sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini adalah,
Mama, Papa, Ra jib, Vela, dan Dokter Goenawan. Semua tokoh tersebut
berpengaruh langsung terhadap psikologi Arimbi sebagai tokoh utama.
2.1.1 Tokoh Utama
Tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi
kemunculannya dalam setiap peristwa, tetapi Arimbi juga merupakan tokoh yang
paling banyak menghadapi permasalahan. Tokoh utama dalam novel Detik
(Mama) dan (Papa). Tokoh protagonis maupun antagonis ini diklasifikasikan
sebagai tokoh utama.
2.1.1.1 Tokoh Utama Protagonis :Tokoh Arimbi
Secara fisiologis Arimbi dilukiskan sebagai wanita yang cantik, hidung
yang mancung, pipi bertulang tinggi, dagu yang lancip, bibir bagus, dan sepasang
mata yang beralis tebal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(1) Bola matanya bergerak-gerak cepat, menunjukkan batinnya yang
dipenuhi rasa gelisah, wajahnya sangat keras, nyaris menghilangkan raut cantik yang sebetulnya sangat kuat diperlihatkan detail wajahnya. Hidung yang mancung dan ramping, pipi bertulang tinggi dan agak tirus, dagu yang lancip, bibir yang bagus dan sepasang mata yang dipayungi alis tebal. Dia sangat cantik (hlm.16).
Arimbi anak dari seorang pengusaha yang sangat terkenal dan memiliki
nama baik di masyarakat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(2) Dia gadis yang luar biasa (hlm.11).
(3) Dia pelanggan saya yang paling aneh. Kaya, cerdas, pemberani, nekat, dan benci narkoba, “katanya”. Dia menjadi pencadu dengan segala kesadarannya melihat narkoba sebagai alat untuk membangun keberanian, mendapatkan pencerahan (hlm.11).
(4) Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba atas
kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan kedua orang tuanya (hlm.11).
(5) Orang tuanya sangat pouler. “pasangan Ruslan Suwito dan Marini
Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sanga t baik di mata khalayak” (hlm.12).
Arimbi merasa putus asa dengan perbuatan orang tuanya ya ng
(6) “Berkali-kali dia mengancam, jika tidak dikeluarkan secepatnya dia akan menggunakan narkoba dua kali lebih banyak dibandingkan saat mencandu dulu (hlm.12).
(7) Dia dalam keadaan membenci narkoba, ketika orang tuanya untuk
kesekian kali memberengus dan memasukkannya kembali kepanti. Ketika itu dia seharusnya telah mendapat kehidupan yang dia cinta. Tapi kini dia sampai pada titik putus asa (hlm.11).
(8) Dia selalu mengatakan, kalan keluar terbaik untuk menyelamatkan
hidupnya adalah mati (hlm.11).
(9) “Menurut rencana, Arimbi akan dikirim ke Amerika, melewatkan
perawatan rehabilitasi di klinik kejiwaan di sana hingga sembuh dan sekolah” (hlm.13).
Arimbi selalu mengatakan kematian adalah hal yang terindah dalam
hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(10) “Seperti tadi malam, saya mencoba bunuh diri. Saya sudah
sembunyikan pisau dapur dalam saku jaket saya sejak makan malam. Tapi tanpa saya tahu, sejak semalam jaket itu diambil seseorang (hlm.19).
(11) Dia sedang mengatakan sesuatu yang wajar, kematian (hlm19).
Arimbi selalu menganggap dirinya adalah musuh dalam hidupnya. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(12) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidupnya adalah diri saya sendiri (hlm.23).
(13) Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang
tak saya sukai (hlm.23).
Arimbi sangat membenci bila pagi hari tiba. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(15) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu (hlm.24).
Arimbi sangat membenci ibunya, karena setiap kali dipukul ayahnya,
ibunya tidak pernah melawan, Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(16) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa
(hlm.35).
(17) Ibu saya tidak seberani itu. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan (hlm.35).
Arimbi merasa benci terhadap sikap ayahnya yang kasar. Hal ini terlihat
dalam kutipan berikut:
(18) Sia-sia saya menanamkan kejengkelan pada sikap kasar papa
(hlm.35).
(19) Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul
dengan nafsu masing- masing (hlm.56).
Arimbi gadis yang keras kepala. Dia berkeinginan untuk menjadi pengedar
narkoba agar bisa membantu Vela, sebagai tema n lesbiannya Hal ini terlihat
dalam kutipan berikut:
(20) “Saya tidak main- main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh uang (hlm.166).
Arimbi memiliki sifat emosional. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(21) “Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu
jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis, kalau tidak ada manusia-manusia brengsek penyebab keinginan itu muncul!” (hlm.118).
(22) “Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di
(23) “Lantas apakah saya tidak cukup untuk dibereskan? Kenapa Mama menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!” saya menjerit-jerit emosi (hlm.193).
Arimbi menjadi lesbian karena pergaulannya dengan narkoba. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(24) Saya tidak biasa menghitung waktu saya menelanjangi tubuh saya
sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling, menusuk, meremas (hlm.72).
(25) Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian.Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. (hlm.89)
Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orang tuanya sering
bertengkar. Hal ini terlihat dalam kutian berikut:
(26) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari
(hlm.32).
(27) Pertengkaran itu selalu saja berulang. Mama dipukul lagi, berdarah lagi, menyerah lagi, lantas mereka bulan madu lagi (hlm.42).
Kondisi keluarga yang tidak harmonis membuat Arimbi bebas berprilaku,
malas belajar dan suka bermain denga n teman-teman sekelasnya. Hal ini telihat
dalam kutipan berikut:
(28) Saya sudah memutuskan dengan rumah bahkan tanpa sepengetahuan
orang tua saya. Saya melakukan banyak hal yang tidak diketahui orang tua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti dengan nongkrong berasama teman-teman sekolah yang sama kesepian, sama kebingungan. Saya tak perla bilang orang tua. Sebab mereka tak mengenal saya dan saya tak mengenal mereka (hlm.51).
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi
pengusaha terkenal (kutipan 2, 3, 4, dan 5). Arimbi merasa putus asa dengan
perbuatan orang tuanya (kutipan 6, 7, 8, dan 9). Arimbi menginginkan kematian
(kutipan 10 dan 11). Arimbi menganggap dirinya sebagai musuh ( kutipan 12 dan
13). Arimbi sangat membenci kehidupan pagi hari (kutipan 14 dan 15). Arimbi
sangat membenci Ibunya (kutipan 16 dan17). Arimbi membenci sikap ayahnya
(kutipan 18). Arimbi gadis yang keras kepala (kutipan 19). Arimbi memiliki sifat
emosional (kutipan 20, 21, dan 22). Arimbi lesbian (kutipan 23, 24, dan 25)
Arimbi tidak merasa nyaman dalam keluarga ( kutipan 26 dan 27). Kondisi
keluarga tidak bahagia membuat Arimbi bebas untuk berprilaku, dan malas
belajar (kutipan 28).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi merupakan tokoh
utama dalam novel Detik Terakhir. Sebagai tokoh utama Arimbi mempunyai
frekuensi keterlibatan yang tinggi dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
cerita dari awal hingga akhir, ada indikasi tokoh Arimbi mengalami tekanan
berkaitan dengan perbuatan orang tuanya yang selalu memasukan Arimbi ke panti
rehabilitasi.
2.1.1.2 Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Mama
Secara fisiologis Mama Arimbi wanita yang bertubuh langsing, ramah,
cantik, dan menarik. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(29) Mama saya punya sejuta daya tarik. Bukan saja karena tubuhnya
Mama Arimbi sangat terkenal di masyarakat. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(30) Mama tahu bagaimana cara menjual daya tarik. Mama dan wajahnya
cukup dikenal di ibu kota. Citra dirinya cukup baik. Saya melihat itu dari bunyi artikel dengan judul yang merdu tentang Mama (hlm.31). (31) Setiap kali kami berpergian berdua, saya juga melihat senyum penuh
tabik dari banyak orang kepada Mama. Mama orang yang sangat dihargai (hlm.31).
Mama Arimbi juga merasa putus asa dengan perbuatan suaminya. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(32) “Mau apa kamu! Mau mengancam saya cerai. Ayo! Ayo! Ceraikan
saya kalau berani. Kamu pikir saya takut dengan ancaman kamu yang gertak sambal itu! Laki- laki tak tahu diri! ”Mama masih histeris (hlm. 33).
Sebagai wanita Mama Arimbi orangnya sangat lemah. Hal ini terlihat
dalam kutipan berikut:
(33) Ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya bertariak-teriak seperti ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan (hlm.35).
(34) Papa mendekam dalam kamar menemani Mama yang terbaring
lemah. Tubuh Mama dipenuhi perban (hlm.41).
Mama Arimbi, sangat teliti dalam mengatur makanan pagi untuk anaknya
Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(35) Begitu telitinya Mama melihat tata sarapan saya, saya saya berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu (hlm.24).
Mama Arimbi seorang ibu yang suka berfoya-foya dan bergaya hidup
mewah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(36) Begitu hidung saya bisa mengendus, saya tahu ibu wanita dengan
(37) Mama sudah membelikan begitu banyak barang untuk saya (hlm.26).
(38) Mama sering keluar negeri. Ketika dia pulang, pembantu-pembantu
di rumah akan sibuk mengangkut belasan tas atau kardus yang dibopong Mama (hlm.26).
(39) Mama akan mengumpulkan semua boyongannya terlebih dulu di
ruang tengah. Setelah itu dia membuka satu per satu dan memamerkan apa yang dia beli (hlm.26).
Mama Arimbi memiliki sifat yang individualitas. Dia tidak pernah
memikirkan tentang perasaan Arimbi, Mamanya hanya memikirkan tentang
setatus kehidupan mereka yang paling penting. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(40) Harapan kami satu-satunya. Kenyataan ya ng kamu berikan sekarang
pada kami, adalah penghancuran yang luar biasa buat kami (hlm.196).
(41) Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka
Mama, muka Papa! Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana-mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi seperti ini! (hlm. 186).
(42) Sekarang, kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan
program penyembuhan untukmu. Please, jangan merusak semua pertolongan kami. Sekali ini saja, kasihanilah Papa dan Mama……..” Mama me nggeleng-gelengkan kepalanya (hlm.196).
Mama Arimbi ternyata juga bukan istri yang setia. Dia selingkuh dengan
seorang pelukis yang bekerja bersamanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(43) Mama kembali asyik dengan percakapan manjanya di telepon, setiap
pukul 10.00. dan kepergiannya yang tak jelas setiap malam (hlm.108).
(44) Setelah Papa pergi, Mama menelpon kekasihnya. Lebih lama.
Tertawa. Menertwai nasibnya. Lalu menggoda kekasihnya. Tertawa lagi (hlm.108).
(45) “Tapi dia langsung pergi bersama pria itu. Itu lho pelukis yang naksir ibu Non itu!” (hlm.92).
Mama Arimbi mempunyai bisnis event organizer di bidang pameran
lukisan memiliki kantor mewah di dekat rumah. Seperti terlihat dalam kutipan
(46) Dia punya bisnis event organizer, terutama bergerak di bidang pameran lukisan. Di rumah kami, ada lemari besar khusus untuk brosur pameran, dokumen undangan, juga tetek bengek lainya. Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Masih di sekitar kawasan mewah Kebayoran Baru. Tentu, kantornya lebih kecil dari rumah saya. Tapi sangat nyaman dan mewah (hlm.30).
Mama Arimbi juga seorang pemarah karena Arimbi sering memakai
narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(47) “Mengaku kamuuu!” Mama mendekat. Matanya menyala nyala.
Saya melihat kemarahan yang hebat. Dia seperti terbakar. “Jangan bohongi Mama! Kamu sudah jadi pecandu narkotika ya?” suaranya menggelepar. Dia mau lagi selangkah. Dan tiba-tiba saja sesuatu yang pedih menyambar salah satu pipi saya. Mama menampar (hlm. 95).
(48) Dengar, Ari, pecandu narkoba bisa menjadi orang-orang yang pasif. Yang tak tahu harus berbuat apa jika tidak disuruh. Mereka tidak bisa memimpin, tidak punya inisiatif, tidak bisa mengeluarkan ide. Mereka jadi bodoh! Nafas Mama kini agak tersengal (hlm.196).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Mama
Arimbi memiliki wajah yang cantik dan membawa diri (kutipan 29). Mama
Arimbi terkenal di masyarakat (kutipan 30 dan 31). Mama Arimbi putus asa
dengan perbuatan suaminya (kutipan 32). Mama Arimbi sangat lemah (kutipan 33
dan 34). Mama Arimbi teliti mengatur dalam hal makanan (kutipan 35). Mama
Arimbi juga suka berfoya- foya dan berhidup mewah (kutipan 36, 37, 38, dan39).
Mama Arimbi juga memiliki sifat indfidualitas tidak pernah memikirkan perasaan
Armbi (kutipan 40, 41, dan 42). Juga Mama Arimbi bukan istri yang setia
(kutipan 43, 44, dan 45). Mama Arimbi memeliki bisnis event organizer bidang
2.1.1.3Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Papa
Papa, sebutan ayah yang dipakai Arimbi sebagai seorang pengusaha
sekaligus memilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan usaha ritel di Jakarta
dan bisnis property. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(49) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, yang saya
panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan bisnis property (hlm. 25).
Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktunya untuk bisa makan
bersama keluarganya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(50) Papa sibuk, dan bukan orang yang senang bercerita di rumah
(hlm.29).
(51) Papa sarapan dan bertemu rekan bisnis di restoran hotel berbintang. Papa penggemar penampilan mewah (hlm.29).
(52) Papa berbohong Mama mengagguk maklum. Katanya saya sarapan
di Mandarin, Ma (hlm.44).
Papa Arimbi memiliki banyak mobil. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(53) Ayah memiliki lima sedan lima warna (hlm. 27).
Papa Arimbi orang yang sangat kejam. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
(54) Kemudian Papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan
kanannya yang besar dan berotot ke wajah Mama. Suara pukulan itu kencang. Papa mengayunkan satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan. Terus berapa kali (hlm. 39).
(55) “Beberapa kali saya bilang jangan terlalu mengusik emosi saya. Saya angkut kalian semua ke sini, itu bukannya tanpa niat (hlm.39).
Papa Arimbi penggemar barang-barang mahal. Dia terlalu sibuk, waktu
untuk keluarga hanya sedikit. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(56) Papa penggemar penampilan mewah. Dia mengenakan jas Armani
Tod’s. Membawa tas kerja Hermes. Dia mempunyai dua handphone, dan satu communicator. Tiap malam dia membaca The Jakarta Post, Times, dan Bussiness Week. Jika sudah bosan papa menonton CNN. Dia hanya menyisihkan sedikit waktu untuk mengobrol dengan mama. Dan mungkin hanya sekali dalam seribu pertemuan kami, dia mendaratkan ciuman di pipi saya (hlm.30).
Papa Arimbi pandai sekali untuk berbohong. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(57) Kemarin pagi, pagi papa bilang dia akan meeting. Sampai larut, katanya. Urusan ekspor yang mandeg (hlm. 47).
(58) Saya sarapan di Mandarin, Ma. Bimo mengajak meeting. Di
sana,”kata papa sambil memperbaiki letak dasinya. Ini juga ungkapan yang telah saya hafal dengan baik (hlm.44).
Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia buktinya dia selingkuh dengan
seorang model yang bernama Angela. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:
(59) Papa tertawa dengan wajah remaja. Tangan kanannya melingkari
punggung Angela yang sudah berbalut jaket jins dan celana ketat bahan kulit. Keduanya masuk mobil (hlm. 50).
Papa Arimbi juga suka memaksa kehendak pada istri dan anaknya. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(60) Mama bergerak sedikit “Saya tidak pergi,” katnya pendek.”Tidak
pergi?’”Saya kan sudah bilang, saya sakit. Kamu bisa pergi berdua dengan Arimbi. Atau siapa pun. Kamu tinggal memilih,” jawab mama cepat.”Tapi nanti ada Haryo, Bimo, Glen. Semua dengan anak dan istri. Gila apa tiba-tiba tak jadi ikut!” suara Papa melengking (hlm.38).
(61) “Yang penting jawab dengan sederhana. Tidak perlu membela
siapa-siapa. Makin cepat dan lancer aja kamu menjawab makin baik,”Papa memandang bahu saya dengan air muka yang sulit diartikan (hlm.185).
(62) “Bukan. Kamu akan dikirim ke Los Angeles segera. Kami sudah
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Papa Arimbi
seorang pengusaha dan pemilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra (kutipan 49).
Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga
(kutipan 50, 51,dan 52). Juga Papa Arimbi memiliki banyak mobil (kutipan 53).
Papa Arimbi sangat kejam (kutipan 54 dan 55). Papa Arimbi penggemar
barang-barang mahal (kutipan 56). Papa Arimbi pandai berbohong (kutipan 57 dan 58).
Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia (kutipan 59). Papa Arimbi suka
memaksa kehendak pada istri dan anaknya (kutipan 60, 61, dan 62).
2.1.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam
cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama, walaupun pemunculannya tidak sentral, pengaruh tokoh tambahan
terhadap tokoh utama sangat penting.
2.1.2.1Tokoh Rajib
Rajib digambarkan sebagai seorang pengedar narkoba. Dia menjadi
pengedar narkoba dengan alasan untuk bisa menghidupi keluarganya. Hal tersebut
dalam kutipan berikut:
(63) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya ke wajah saya.”kalau kamu nggak keberatan, saya mau memberimu sesua tu. Nggak penting sih….menjejalkan selinting kertas kecil di telapak tangan saya dan menutupkannya kembali dengan gerakan cepat (hlm. 63). (64) Dia bukan pelajar di sini. Konon kabarnya dia hanya alumni. Dan dia
Anak-anak sekolah ini memanggilnya Rajib. Beberapa teman saya sering bertemu dengannya (hlm. 62).
(65) Rajib mengangkat bahu. “Ibu saya mengidap penyakit asma yang parah, adik saya kelaparan. Ini bukan bahaya. Ini jalan keluar.” (hlm.77).
Secara fisiologis Rajib digambarkan sebagai orang yang tinggi, berhidung
mancung, mata yang bulat, dan kulitnya gelap. Hal ini kutipannya:
(66) Tak sulit buat saya untuk mengingat dengan cepat sosoknya. Dia berperawakkan tinggi, dan mata yang bulat. Kulitnya gelap, dan banyak bulu. Seperti wajah orang timur tengah (hlm. 62).
(67) Rajib sempat tersenyum dipaksakan. Setelah itu tub uh jankung itu melesat cepat (hlm. 63).
Rajib adalah seorang pengedar narkoba yang sangat pandai. Berikut
kutipannya:
(68) Rajib mengirimkan barang di sela-sela jam pelajaran sekolah.
Kebanyakkan di area kantin. Dia menyelipkan putauw dalam buku pelajaran. Dalam kotak permen karet, dalam selipan plastik, kartu pulsa handphone (hlm.69).
Rajib adalah laki- laki yang sangat menyayangi wanita. Buktinya Rajib
menyuruh temannya ke panti rehabilitasi untuk mencegah Arimbi bunuh diri.
Kutipannya sebagai berikut:
(69) “Rajib mempercayai saya untuk datang ke sini,” akhirnya hanya itu
yang meluncur dari bibir saya. “Kamu wartawan?”Saya
mengangguk. “Tapi saya ke sini bukan dalam urusan peker jaan saya. Saya hanya ingin bertemu denganmu.” Arimbi tertawa pelan. Serak. Wajahnya dipenuhi semburat merah. Dia tertawa dengan penuh emosi. “Rajib selalu tepat menebak kapan saya akan bunuh diri!” Saya terperanjat (hlm. 19).
Akibat dari pengedar narkoba Rajib dimasukkan ke penjara. Hal ini
kutipannya:
(70) Pengedar ya ng bertobat dan sedang mendekam dalam penjara,
itu mau melayani wawancara saya untuk artikel mengenai sindikat narkoba (hlm. 8).
Rajib orang yang pernah membantu Arimbi dan Vela pada saat mereka
melarikan diri dari pantai rehabilitas. Rajib juga mengizinkan mereka berdua
untuk tinggal di rumah kontrakkannya. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan
berikut:
(71) Vela tahu, dia telah menjadi kekasih Rajib. Tapi dia tidak
merasakan getar apa-apa. Yang dia tahu, semakin hari Rajib semakn melindunginya (hlm. 79).
(72) Kami tinggal di rumah kontrakkan Rajib untuk sementara. Kami
tidak keluar rumah, karena takut ditemukan orang-orang yang kami kenal. Rajib memberi kami ruang tidur yang tak lain adalah kamarnya send iri (hlm. 161).
(73) Rajib juga berbaik hati membelikan kami beberapa potong baju dan
celana dalam (hlm. 161).
(74) Tentu saja dia menanggung makan kami. Tiga kali sehari.
Pagi-pagi sekali dia berjalan kaki ke pasar Tibet dekat rumah, dan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi lengkap dengan lauk-pauk (hlm.161).
Sesuai dengan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Rajib adalah
pengedar narkoba (kutipan 63, 64, dan 65). Secara fisiologis Rajib digambarkan
sebagai orang yang tinggi (kutipan 66 dan 67). Rajib seorang pengedar narkoba
(kutipan 68). Rajib sangat menyayangi wanita (kutipan 69). Rajib dimasukkan ke
penjara (kutipan 70). Rajib juga pernah membantu Vela dan Arimbi saat lari dari
panti rehabilitas (kutipan 71, 72, 73, dan 74).
2.1.2.2 Tokoh Vela
Secara fisiologis Vela bertubuh kurus, cantik, dan keturunan
Menado-Belanda. Vela teman dari Armbi dan Rajib. Hal tersebut terlihat dalam kutipan
(75) Vela mahluk yang indah (hlm. 7).
(76) Ada delapan orang yang berkumpul dengan paras yang sama.
Bolong dan tidak peduli. Satu diantaranya seorang gadis yang bertubuh sangat ceking. Rambutnya kemerahan dengan paras yang sangat manis. Dia berdarah Menado-Belanda. Namanya Vela. Entah kenapa saya langsung menyenanginya. Terlebih karena matanya yang sayu dan lemah. Dia menggenggam tangan saya dengan kencang ketika kami berkenalan (hlm. 70).
Vela adalah anak dari keluarga yang miskin. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
(77) Vela datang ke Jakarta setelah orang tuanya yang miskin di
Menado merasa perlu menitip-nitipkan anak-anaknya untuk melegakan kesulitan ekonomi (hlm. 73).
(78) Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu
(hlm. 73).
(79) Vela sering berbicara dengan Rajib. Bercerita tentang kemiskinan mereka. Tentang ketertekanan mereka. Tentang ketakutan mereka memandang hidup. Tentang kenistaan mereka memandang hidup (hlm. 76).
Vela adalah teman Rajib. Bila ada masalah dia selalu menceritakan pada
Rajib. Berikut kutipannya:
(80) Kedekatan dengan Rajib membuatnya merasa anak muda itu bagian
dari hidupnya. Meskipun Vela tak merasakan getar apa-apa. Tapi dia tidak bisa tidak melihat Rajib barang sehari (hlm. 79).
Selain teman dekat Rajib Vela juga pacar Rajib. Hal ini terdapat dalam
kutipan berikut:
(81) Baginya Rajib bukan lagi seorang teman. Dia pelindung, selimut,
pemberi kekuatan (hlm.79).
(82) Vela tahu dia menjadi kekasih Rajib (hlm. 79).
Vela teman lesbian Arimbi. Berikut kutipannya:
(83) Saya memeluknya. Cerita Vela sudah cukup bagi saya untuk
(84) Saya mencintainya. Dia mencintai saya. Apa bedanya kami sekarang. Detik itu juga saya telah memutuskan hidup dan mati saya untuk Vela (hlm. 83).
Akibat pergaulan dengan Rajib, Vela juga menjadi pemakai narkoba.
Berikut kutipannya:
(85) “Kamu terlalu lama. Saya sudah sakaw….,” katanya dengan suara
bergetar. Keringat di dahinya sebesar butiran jagung. Dia tidak menyalakan api.Tidak menyiapkan aluminium foil seperti layaknya orang yang siap menikmati sabu (hlm. 71).
(86) “Saya menyimpan sedikit,” katanya sambil menarik laci di meja
rendahnya. Selipat kertas putih kecil. Dia membukanya dengan hati-hati. Menjaga isi dalamnya agar tak jatuh. Serbuk putih itu (hlm. 72).
Sebagai wanita lemah, Vela mudah terpengaruh dengan bujukkan dari
Rajib untuk menjadi pengedar narkoba. Berikut kutipannya:
(87) Vela menurut. Petualangannya yang lebih dahsyat Vela lakukan
bersama Rajib. Menyisir diskotek-diskotek di Kuta yang dipenuhi bule. Menyusuri tongkrongan anak-anak muda di Yogya dan rutin menelusuri pinggiran Dagon di Bandung. Berkali-kali mereka nyaris tertangkap polisi di bandara. Tapi akal Rajib begitu licin, sehingga mereka selalu saja bebas (hlm. 79).
Begitu banyak penderitaan yang dihadapi Vela dalam hidupnya. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(88) Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu.
Tidak leluasa menonton televis karena selalu disindir menghabiskan listrik orang tanpa membayar. Tidak bebas berdandan, karena satu-satunya bedak yang dia beli dari hasil menabung ditumpahkan dengan sengaja oleh sepupunya yang selalu siap menerkam. Dia tidur meringkuk di ranjang besi di bawah tangga dapur (hlm. 75).
(89) Semalam dia diperkosa. Dan sekarang dia merasa sengsara. Vela
menangis. Dia merasa diludahi. Dia merasa lebih tak berharga dari sekedar bukan siapa-siapa. Dia lebih sengsara gadis malang yang tidur di bawah tangga (hlm. 82).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Vela
bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-Belanda (kutipan 75 dan 76). Vela
anak dari keluarga miskin (kutipan 77, 78, dan79). Vela teman Rajib (kutipan 80).
Vela juga pacar Rajib (kutipan 81 dan 82). Vela juga teman lesbian Arimbi
(kutipan 83 dan 84). Akibat pergaulan dengan Rajib Vela menjadi pemakai
narkoba (kut ipan 85 dan 86). Vela juga sebagai pengedar narkoba (kutipan 87).
Banyak penderitaan yang dihadapi Vela (kutipan 88, 89, dan 90).
2.2 Latar
Latar menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar berfungsi untuk mengekspresikan perwatakkan
dan kemauan, memiliki hubungan yang erat dengan alam dan manusia (Wellek
dan Warren dalam Sukada, 1985: 61).
Latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar
waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
(Nurgiyantoro, 1995: 227-234).
2.2.1 Latar Tempat
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi.
Dalam novel Detik Terakhir penggambaran latar tempat digambarkan secara
menarik yaitu menceritakan tentang gaya hidup bebas orang-orang Jakarta dan
sekitarnya. Oleh karena itu, latar yang diceritakan terfokus pada tempat-tempat di
Jakarta dan sekitarnya. Untuk menguraikan latar tempat dalam novel Detik
Terakhir akan dilanjutkan dalam berbagai kutipan di bawah ini:
Cisarua dalam cerita mempunyai fungsi sebagai tempat Arimbi di
rehabilitasi. Hai ini terdapat dalam kutipan berikut:
(91) Rajib menyebut nama sebuah panti. ”Saya yakin dia ada di sana,
”Katanya. Panti Selaras Damai di Cisarua. Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba, atas kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan orang tuanya, merana dalam pengenalannya yang tanpa arah pada orang tua (hlm.10-11).
(92) Kami berkendaraan jauh. Melewati tol Jagowari. Menembus
Cisarua. Mencapai puncak. Berkelok, menikung, dan berhenti di depan pagar besar dari kayu. Ada di tengah perkampungan. Rumah yang sangat besar. Besar sekali. Beberapa menit kemudian, saya tahu di dalamnya ada begit u banyak orang. Dengan sorot mata yang sama dengan saya. Saya tahu sekarang. Saya berada di dalam panti rehabilitasi (hlm.14).
(93) Dan sekarang, hari ini saya ada di panti ini. Panti dengan
penampilan tak ubahnya vila- vila milik orang super kaya (hlm.13).
(94) Bangunan mentereng bercat putih dengan pilar-pilar khas rumah
Spanyol (hlm.14).
Rumah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi tinggal bersama
(95) Tak adakah karakter menarik di rumah saya? Mungkin ada (hlm.29).
(96) Saya bagian dari rutinitas orang tua. Papa sibuk, dan bukan orang yang senang berbicara di rumah, papa jarang sarapan di rumah (hlm.29).
(97) Sebab di rumah saya ada pertunjukkan lenong (hlm. 32).
(98) Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang paling menyenga t. Saya tak pernah betah (hlm.31).
Bali dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat pariwisata yang menarik
bagi Arimbi bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(99) Ketika kami bertiga berada di Bali untuk merayakan Tahun Baru
kami tidak tinggal di Hotel. Tapi di Vila mewah milik seorang kolega papa (hlm.36).
(100) Seharusnya sore itu kami habiskan di pantai, atau di mana pun di kawasan Kuta, sesuai janji papa. Tapi mama mendadak mengeluh sakit perut. Dia minta diantar kembali ke Vila. Papa memandang mama dengan mimik tak suka (hlm.37).
(101) Saya menjadi was-was, sepanjang jalan, menyusuri kawasan
perbelanjaan di Kuta, kami bertiga diam (hlm.38).
Sekolah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi belajar. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut:
(102) Saya pergi ke sekolah tanpa berpamitan (hlm.45).
(103) Saya sadari bahwa diam-diam saya merasakan getaran aneh setiap
kali berdekatan dengan taman-teman wanita di kelas (hlm.55).
Kamar kos Vela dalam cerita ini, berfungsi sebagai tempat Arimbi dan
Vela bercinta. Berikut kutipannya:
(104) Saya mendatangi kamar kosnya yang tak seberapa luas di daerah