• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber : Lampiran 4 Coefficientsa 23.182 .003 .192 -.167 (Constant) Struktur Asset Kepemilikan Manajerial Earning Volatility Model 1 B Unstandardized Coefficients

Dependent Variable: Kebijakan Hutang a.

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Kebijakan Hutang = 23.182 + 0.003 Stuktur Asset + 0.192 Kepemilikan Manjerial– 0.167 Earning Volatility

Penjelasan masing-masing koefisien regresi adalah sebagai berikut:

β0 = Konstanta = 23.182

Menunjukkan besarnya kebijakan hutang. Artinya apabila struktur asset, kepemilikan manajerial, dan earning volatility sama dengan nol atau konstan, maka kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 23.182%. β1 = Koefisien regresi untuk struktur asset = 0.003

Artinya apabila struktur asset naik 1%, maka kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar 0.003%, dengan asumsi pengaruh dari kepemilikan manajerial, dan earning volatility adalah konstan/tidak berubah. β2 = Koefisien regresi untuk kepemilikan manajerial = 0.192

Artinya apabila kepemilikan manajerial naik 1%, maka kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar 0.192%, dengan asumsi pengaruh dari struktur asset, dan earning volatility adalah konstan/tidak berubah.

Artinya apabila earning volatility naik 1%, maka kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 0.167%, dengan asumsi pengaruh dari struktur asset, dan kepemilikan manajerial adalah konstan/tidak berubah.

4.4.4 Teknik Analisis 4.4.4.1 Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk menguji sesuai atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika uji F menghasilkan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka H0 ditolak dan H1

diterima, artinya model regresi yang dihasilkan sesuai guna melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berikut ini adalah uji F antara struktur aset, kepemilikan institusional, dan earning volatility terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 :

Tabel 4.13 Hasil Uji F

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh nilai signifikansi uji F sebesar 0.947 lebih besar dari 0.05 (α=5%), maka diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak sesuai untuk menguji pengaruh struktur asset, kepemilikan manajerial, dan earning volatility terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.

Berikut adalah nilai R Square yang diperoleh dari hasil regresi: Tabel 4.14 Nilai R Square Sumber : Lampiran 4 ANOVAb 105.459 3 35.153 .121 .947a 10152.451 35 290.070 10257.910 38 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Earning Volatility, Struktur Asset, Kepemilikan Manajerial a.

Dependent Variable: Kebijakan Hutang b. Model Summaryb .101a .010 -.075 17.031442 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Earning Volatility, Struktur Asset, Kepemilikan Manajerial

a.

Dependent Variable: Kebijakan Hutang b.

Berdasarkan Tabel 4.14 nilai R Square yang diperoleh sebesar 0.010, hal ini menunjukkan bahwa perubahan kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan struktur asset, kepemilikan manajerial, dan earning volatility sebesar 1%, sedangkan sisanya 99% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

4.4.4.2 Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika uji t menghasilkan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berikut ini adalah uji t antara struktur aset, kepemilikan manajerial, dan earning volatility terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 :

Tabel 4.15 Hasil Uji t

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dijelaskan hasil uji t sebagai berikut :

1. Pengujian pengaruh struktur asset terhadap kebijakan hutang menghasilkan nilai signifikansi uji t sebesar 0.990 lebih besar dari 0.05 (α=5%), sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan struktur asset terhadap kebijakan hutang. Dilihat dari nilai koefisien regresinya sebesar 0.003, struktur asset mempunyai arah pengaruh positif terhadap kebijakan hutang, akan tetapi arah pengaruh positif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti peningkatan struktur asset, bisa meningkatkan kebijakan hutang, namun peningkatannya tidak signifikan (peningkatannya kecil). Berdasarkan hasil ini hipotesis penelitian yang menduga struktur asset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, terbukti.

Coefficientsa 23.182 10.510 2.206 .034 .003 .202 .002 .013 .990 .192 .337 .104 .571 .572 -.167 .572 -.055 -.292 .772 (Constant) Struktur Asset Kepemilikan Manajerial Earning Volatility Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Kebijakan Hutang a.

2. Pengujian pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang menghasilkan nilai signifikansi uji t sebesar 0.572 lebih besar dari 0.05 (α=5%), sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Dilihat dari nilai koefisien regresinya sebesar 0.192, kepemilikan manajerial mempunyai arah pengaruh positif terhadap kebijakan hutang, akan tetapi arah pengaruh positif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti peningkatan kepemilikan manajerial, bisa meningkatkan kebijakan hutang, namun peningkatannya tidak signifikan (peningkatannya kecil). Berdasarkan hasil ini hipotesis penelitian yang menduga kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, terbukti.

3. Pengujian pengaruh earning volatility terhadap kebijakan hutang menghasilkan nilai signifikansi uji t sebesar 0.772 lebih besar dari 0.05 (α=5%), sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan earning volatility terhadap kebijakan hutang. Dilihat dari nilai koefisien regresinya sebesar -0.167, earning volatility mempunyai arah pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang, akan tetapi arah pengaruh negatif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti peningkatan earning volatility, bisa menurunkan kebijakan hutang, namun penurunannya tidak signifikan (penurunannya kecil). Berdasarkan hasil ini hipotesis penelitian yang menduga earning volatility

mempunyai pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, terbukti.

Berdasarkan hasil di atas, hipotesis pertama dan kedua penelitian yang menduga struktur aset dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, terbukti kebenarannya. Hipotesis keempat penelitian yang menduga earning volatility mempunyai pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, juga terbukti kebenarannya.

4.5 Analisis Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah struktur asset, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan earning volatilty mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010. Total jumlah observasi yang digunakan sebanyak 50 observasi, yang diperoleh ada 13 perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa model observasi kebijakan hutang perusahaan manufaktur menggunakan predictor struktur asset, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan earning volatility adalah model yang valid, dimana secara hasil kesimpulan model menunjukkan bahwa 1 %, variasi perubahan kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh stuktur asset, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional serta earning volatility, indikasi tersebut menunjukkan

bahwa masih adanya variabel lain diluar model sebesar 99 % serta model robust secara statistik.

Temuan pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa struktur asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini sejalan dengan temuan Nisa Fidyati (2003). Bahwa struktur asset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar aktiva tetap perusahaan dalam keseluruhan komposisi aktiva maka semakin besar hutang perusahaan. Perusahaan manufaktur dengan komposisi aktiva tetap yang besar memiliki jaminan yang besar sebagai dasar untuk mendapatkan modal dalam bentuk hutang, sehingga cenderung akan menerapkan kebijakan hutang yang besar akibat kemudahan mendapatkan pendanaan tersebut. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Indofood Sukses Makmur memiliki rasio hutang terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 51.594%.

Temuan kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Fitri Ismiyati dan Mahmuh (2003). Bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka semakin tinggi penggunaan hutang, hal ini dikarenakan karena kontrol yang besar terhadap investasi yang dilakukan oleh pihak manajer. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Lion Mesh Prima memiliki kepemilikan manajerial salah satu terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 25.610%.

Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa earning volatility berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini sejalan dengan temuan Wahidawati (2002) bahwa earning volatility berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT Gudang Garam memiliki earning volatility salah satu terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 17,109.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung dipengaruhi oleh adanya agency cost dan optimalisasi hutang untuk menghindari resiko distress. Namun, pengaruh yang diberikan tidak nyata (tidak signifikan). Untuk agency cost dapat dilihat dari peran investor dan optimalisasi hutang untuk menghindari biaya kebangkrutan dari struktur aset. Indikasi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan hutang sesuai urutan-urutan pendanaan (pecking order hypotesis) akan tetapi memaksimalkan fungsi hutang sebagai alat pendisiplinan manajer. Jadi, pecking order theory menyatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan dana, perusahaaan lebih menyukai pembelanjaan internal daripada pembelanjaan eksternal.

Dari hasil penelitian tersebut diatas, dijelaskan bahwa terdapat hasil yang tidak signifikan. Di bawah ini, akan dijelaskan hal-hal yang menyebabkan hasil yang tidak signifikan, adalah sebagai berikut :

2. Obyek penelitian yang hanya menggunakan satu macam perusahaan saja, yaitu perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan untuk perusahaan lain selain manufaktur.

3. Penelitian ini tidak melihat perbedaan jatuh tempo hutang dari masing-masing perusahaan guna melihat peranan pertumbuhan antara perusahaan yang tinggi dengan rendah.

4.6 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Ter dahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada : Nama Peneliti Judul Variabel Peneliti Uji Kesimpulan Wahidahwati (2002) Pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan, sebuah perspektif theory agency. Variabel independen yang digunakan adalah managerial ownership dan institusional ownership sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang, dan untuk variabel kontrol adalah dividen payment, size firm, aset structure, earning volatility dan stock volatility. model persamaan regresi berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen (termasuk varaibel kontrol) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap debt rasio perusahaan. Secara parsial variabel managerial ownership dan institusional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif terhadap debt ratio. Sedangkan struktur aset dan firm size

mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang. Nisa Fidyati (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Rasio aktiva tetap, ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh dan risiko sistematis sedangkan variabel model regresi linier berganda

Hasil penelitian ini ditunjukkan pada uji F bahwa secara simultan variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Namun,

digunakan adalah kebijakan hutang.

variabel rasio aktiva tetap dan ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini membuktikan bahwa sumber pendanaan yang diperoleh baik dari internal maupun eksternal perusahaan dipengaruhi oleh berapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan sebagai jaminan atas pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. Fitri Ismiyati dan Mahmuh (2003) Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen : analisis persamaan simultan. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen. Model persamaan regresi berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen (termasuk varaibel kontrol) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap debt rasio perusahaan. Secara parsial variabel managerial ownership dan institusional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif terhadap debt ratio. Sedangkan struktur aset dan firm size

mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang.

Yuli Soesetio (2008) kepemilikan manajerial dan institusional, kebijakan deviden, ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden, ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan hutang model regresi linier berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen (termasuk variabel kontrol) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Secara parsial variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, struktur aset dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan terhadap debt ratio. Sedangkan kebijakan deviden dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dimas Permono (2012) Analisis Variabel Struktur Aset, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Earning Volatility Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Struktur Aset, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Earning Volatility Model regresi linier berganda

Variabel struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar proporsi asset tetap, maka semakin tinggi proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal dan semakin besar

kepemilikan manajerial, maka semakin tinggi proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal. Variabel earning volatility berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar earning volatility maka semakin kecil proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal.

4.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti yang dilakukan secara optimal namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan, antara lain :

1. Obyek penelitian, yang hanya menggunakan satu macam perusahaan saja, yaitu perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan untuk perusahaan-perusahaan lain selain manufaktur.

2. Penelitian ini belum membahas masalah resiko asset baik resiko bisnis intrinsik, resiko laverage operasional dan resiko laverage keuangan. 3. Penelitian ini tidak melihat perbedaan jatuh tempo hutang dari

masing-masing perusahaan guna melihat peranan pertumbuhan antara perusahaan yang tinggi dengan rendah.

4.8 Implikasi Penelitian

Untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sejenis atau meneliti mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada industri manufaktur, diharapkan untuk memperbanyak jumlah sampel dengan cara menambah jumlah maupun jenis perusahaan yang diteliti sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih kuat serta dapat digeneralisasikan dengan menambah jumlah faktor yang diteliti, juga periode pengamatan yang diamati hendaknya juga diperpanjang.

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa masalah keagenan dalam menentukan kebijakan hutang, perusahaan manufaktur selama periode 2008-2010 menggunakan balanced data yang melibatkan sebanyak 13 emiten manufaktur. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Struktur asset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar proporsi asset tetap, maka semakin tinggi proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal.

2. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar proporsi manajerial dalam struktur pemegang saham maka semakin tinggi proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal.

3. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar proporsi institusional dalam struktur pemegang saham maka semakin kecil proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal.

4. Earning volatility berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dimana semakin besar earning volatility maka semakin kecil proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal

5.2 Sar an

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

1. Penelitian kedepan diharapkan tidak hanya menggunakan satu macam perusahaan saja, yaitu perusahaan manufaktur, sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan untuk perusahaan-perusahaan lain selain manufaktur.

2. Penelitian kedepan diharapkan membahas masalah resiko asset baik resiko bisnis intrinsik, resiko laverage operasional dan resiko laverage keuangan.

3. Penelitian kedepan diharapkan melihat perbedaan jatuh tempo dari masing-masing perusahaan guna melihat peranan pertumbuhan antara perusahaan yang tinggi dan rendah.

Akuntansi, UPN Veteran Jatim.

Atmajaya, Lukas Setia, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi. Penerbit Andi Yogjakarta.

Brigham, E.F dan J.F. Houston,2001, Manajemen Keuangan, Edisi Ke Delapan Buku 1, Penerbit Erlangga, Alih Bahasa Oleh Atmajaya.

Draper dan Smith,1981, Analisis Regresi Terapan, Edisi Ke Dua.

Fabozzi, J Frank,n 1999, Manajemen Investasi, Buku satu, Penerbit Salemba Empat, Alih Bahasa Oleh Tim Penterjemah Salemba Empat.

Gozali, imam, 2002, Statistika Non – Parametric Teori Dan Aplikasi Dengan Program SPSS, penerbit Universitas Diponogoro Semarang.

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny 2004, Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ke Empat, Penerbit UPP AMP YKPN.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Teori Akuntansi;Laporan Keuangan, Edisi ke satu, Penerbit Bumi Aksara.

J. Fred Weston dan E. Copeland, 1996, Manajemen keuangan, Edisi Ke Delapan, Penerbit Erlangga.

John D. Martin Dkk, 1993, Dasar - Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ke Satu, Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Kieso, E Donald, 2002, Akuntansi Intermediate, Edisi ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Alih Bahasa Oleh Tim Erlangga.

Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi 19, Erlangga Jakarta

Nasir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Cetakan Ke Enam, Penerbit Ghalia Indonesia Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke Empat, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Wahidahwati, 2002, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, Vol. 5, No.1. Nisa Fidyati, 2003,”Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Kebijakan Hutang

Perusahaan”, Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Januari, Vol.1, No.1.

Fitri Ismiyati dan Mahmuh M.Hanafi, 2003, ”Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional, Resiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden : Analsis Per samaan Simultan”, Simposium Nasional Akuntansi IV, 16-17 Oktober 2003.

Made Sudarma, 2006, “Struktur Kepemilikan, Good Corporate Governance sebagai Sar ana Peningkatan Daya Saing dan Nilai Perusahaan Publik”, DAHA, Edisi Tiga Puluh,, Januari, 2006.

Yuli Soesetio, 2008, “Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Ukur an Perusahaan dan Pr ofitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, September, vol 12, No.3.

Dokumen terkait