HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5 Analisis Data Panel
4.5.5 Hasil Estimasi Model
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanian terhadap PDRB (X3), maka model penelitian yang akan diestimasi, adalah sebagai berikut.
Model pada penelitian tersebut akan diestimasi menggunakan 4 tahun waktu observasi, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Model estimasi yang digunakan adalah data panel dengan menggunakan metode fixed Effect (FE). Penggunaan pendekatan fixed Effect didasarkan pada hasil Uji Chow dan Uji Hausman yang menunjukkan bahwa metode fixed Effect lebih tepat digunakan dalam penelitian ini. Hasil estimasi dengan menggunakan perangkat lunak EViews 6.0 diperoleh persamaan hasil regresi sebagai berikut:
t (-2,09) (-0,89) (-1,49) Sig.(prob.) (0,04) (0,38) (0,15)
Fh = 8361,478
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila masing-masing variable (Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) mengalami perubahan masing-masing sebesar 1 persen maka
1) Peningkatan Jumlah Penduduk (X1) sebesar 1persen akan mengurangi luas lahan persawahan (Y) sebesar 0,6231persen apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan
2) Peningkatan PDRB Per Kapita (X2) sebesar 1persen akan mengurangi luas lahan persawahan (Y) sebesar 0,0404persen apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan
3) Peningkatan share Pertanin terhadap PDRB (X3) sebesar 1persen akan mengurangi luas lahan persawahan (Y) sebesar 0,1913persen apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan
Nilai koefisen determinasi (Adjusted R-squared) sebesar 0,9996 artinya bahwa 99,96persen Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) mampu menjelaskan Luas Lahan Sawah (Y), sedangkan sisanya 0,04 persen dijelaskan oleh faktor lain. Untuk membuktikan apakah ketiga varabel bebas tersebut memang benar berpengaruh significant atau non significant dapat dibuktikan dengan uji statistik yaitu dengan uji F (uji simultan) dan uji- t ( uji parsial). Dari hasil analisis ternyata secara simultan Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) significant mampu menjelaskan lahan persawahan (Y), sedangkan
secara parsial hanya Jumlah Penduduk (X1) yang significant dan PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) nonsignificant.
4.6 Pembahasan
Alih fungsi lahan merupakan beralihnya fungsi penggunaan lahan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.Alih fungsi lahan tersebut secara langsung mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Apalagi di Bali perkembangan pariwisata yang semakin berkembang akan mendorong penduduk dari berbagai daerah bahkan dunia menuju ke Bali untuk bekerja baik untuk bekerja di sektor pariwisata maupun sektor yang ada kaitannya pada sektor pariwisata, sehingga dengan demikian perlu dukungan sarana dan prasarana, terutama pemukiman. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29 persen luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 8 (delapan ) kabupaten, 1 (satu) kota, 55 kecamatan, dan 701 desa/kelurahan, sedangkan jumlah penduduknya tahun 2014 berdasar data regrestrasi dari SIAK Depdagri sebanyak 4.099.757 jiwa dengan laju pertumbuhannya sebesar 0,9 persen pertahun, walaupun laju pertumbuhan penduduk relative kecil namun kalau dilihat dari luasnya dan tingkat kepadatan penduduk di Bali tahun 2015 sebesar 736,7 jiwa per Km2 (http://bali.bps.go.id).
Menurut http://www.kompasiana.com Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan daerah pariwisata. Banyak wisatawan luar negeri maupun dalam negeri yang berkunjung untuk berlibur ataupun melakukan kegiatan bisnis sehingga terjadilah kepadatan penduduk. Bila ditinjau dari data
kepadatan penduduk Jumlah penduduk Propinsi Bali menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah 3.146.999 yang tersebar di 9 kabupaten dan kota. Empat sensus sebelumnya mencatat jumlah penduduk Bali berturut-turut sebagai berikut: pada sensus 1995 adalah 2.904.828 orang, pada sensus 1971 turun menjadi 2.120.091 orang, sensus 1980 mencatat 2.469.930 orang dan sensus 1990 meningkat menjadi 2.777.356 orang.benar- benar dapat dikatan mengalami peningkatan. bila kita tinjau ternyata peningkatan tersebut disebabkan oleh pendatang dalam negeri yang menetap di Bali untuk berbisnis, bahkan banyak juga pandatang dari luar negeri yang menetap di Bali karena merasa nyaman. Para imigran tersebut sebagian besar sudah mengganti KTP mereka menjadi KTP Denpasar atau kabupaten yang mereka tempati. Bukan hanya imigran dalam negeri yang melaksanakan hal tersebut bahkan para imigran luar negeri juga turut membuat KTP Denpasar atau kabupaten yang mereka tempati sementara dan memperpanjang paspornya. Hal tersebut menjadi suatu masalah mengenai kepadatan penduduk yang diakibatkan migrasi yang tidak terkendali. Masyarakat dan Pemerintah Bali pun cenderung waspada menangkap masalah tersebut, agar nantinya tidak menganggu keamanan Provinsi Bali.
Meningkatnya PDRB per kapita merupakan salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan rakyat. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan manusia, mereka cenderung untuk meningkatkan pula kualitas tinggalnya yang seringkali membutuhkan tambahan lahan untuk perumahan. Disamping itu peningkatan kesejahteraan juga akan mendorong pembangunan fasilitas/infrastruktur lainnya perkantoran dan pertokoan yang juga membutuhkan
lahan. Kebutuhan lahan tersebut cenderung di ambil dari lahan yang masih produktif, walaupun dalam analisis hasil penelitian pengaruhnya masih non significant, tetapi sudah ada indikasi kearah berkurang lahan pertanian sawah, bila dilihat dari tanda dari koefisiennya yang menunjukan negatif, ada kemungkinan dimasa-masa mendatang hal tersebut bisa menjadi significant, seperti halnya jumlah penduduk yang pengaruhnya significant, hal yang sama juga terjadi pada variabel share pertanian terhadap PDRB yang menunjukan koefisien arahnya negative, tapi non significant. Adanya alih fungsi lahan memang secara mikro mengurangi jumlah produksi padi para petani akan tetapi secara keseluruhan alih fungsi lahan tersebut yang belum menimbulkan kerawanan pangan di Bali, seperti daerah lainnya di Indonesia, tapi masa-masa mendatang hal tersebut bisa akan terjadi. Dengan adanya alih fungsi lahan pada saat sekarang ini memberikan dampak yang belum serius terhadap kerawanan pangan, namun jika semakin banyak alih fungsilahan ke sektor non pertanian akan mengakibatkan rendahnya ketahanan pangan.
Alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran-pengangguran baru di sektor pertanian, hal ini dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsilahan ke sektor non pertanian maka sebagian orang akan kehilangan matapencaharian baru. Sementara sektor lain belum tentu dapat menerimanya karena kurangnya keahlian yang ada. Jumlah angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor pertanian mungkin dapat bertambah karena adanya alih fungsi lahan. Ini terjadi karena sebagian dari mereka akan kehilangan mata pencahariaanya, sehingga pendapatan
mereka secara otomatis juga akan hilang. Kerawanan pangan wilayah adalah kondisi dimana pada wilayah tersebutsebagian rumah tangga penduduknya tidak dapat memenuhi 70 persen kecukupan energi dan protein untuk pertumbuhan fisiologis normal. Wilayah yang berkecukupan pangan mempunyai potensi rumah tangga penduduknya rawan pangan.Istilah kerawanan pangan tidak berarti terjadi kekurangan pangan dalam wilayah itu.
BAB V