• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Evaluasi 1. Organoleptis

Dalam dokumen JURNAL SEDIAAN LIQUID DROP.docx (Halaman 39-46)

 Warna : Pink

 Rasa : Leci (Manis agak pahit)  Bau : Leci 2. Berat Jenis  Penimbangan Botol Botol kosong : 32,52 g Botol + air : 57,08 g 57,08 g – 32,52 g = 24,56 g Botol + drop 1 : 61,37 g 61,37 g – 32,52 g = 28,85 g Botol + drop 2 : 61,30 g 61,30 g – 32,52 g = 28,78 g Botol + drop 3 : 61,32 g 61,32 g – 32,52 g = 28,80 g  Berat jenis Botol aquadest : 24,56 g / 24,619 g = 0,9976 g Botol 1 : 28,85 g / 24,619 g = 1,1718 g Botol 2 : 28,78 g / 24,619 g = 1,1690 g Botol 3 : 28,80 g / 24,619 g = 1,1698 g

40 Rata2 : 1,1718 + 1,1690 + 1,1698 = 3,5106 / 3 = 1,1702 Standart deviasi : ± 1,07 × 10-3

3. pH

pH sebelum di campur dengan larutan drop  pH 1 : 6,03  pH 2 : 6,03  pH 3 : 6,03 Rata-rata : 6,03 + 6,03 + 6,03 = 6,03 3 4. Viskositas

Sebelum di campur dengan larutan drop : 1 = 0,6

2 = 0,6 3 = 0,6

41 C. Perencanaan Kemasan

42 BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan drop Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar. Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisika-kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun pemanis untuk sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan drop Parasetamol. Di mulai dari bahan aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari (sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami menentukan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami buat, didapatkan kemasan terkecilnya 15ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami memperkirakan berapa banyak drop yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, kami menentukan berapa jumlah Parasetamol yang akan digunakan dalam satu botolnya (15 ml). Selanjutnya kami menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol. Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :

1. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan formulasi dasar

2. Menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut

Dalam pembuatan formulasi, kami merancang 3 buah formulasi. Dari 3 formulasi tadi akan dipilih 2 formulasi yang di anggap terbaik untuk di buat sediaan yang nantinya akan di pilih lagi salah satu yang terbaik untuk di buat dalam skala besar. Dari ketiga formulasi yang kami rencanakan, konstanta dieletrik yang paling mendekati konstanta dielektrik formula baku adalah formula 1. Formula standard ini diambil dari Formularium Nasional. Nilai konstanta dielektrik pada formula satu adalah 50,68, formula dua adalah 52,20, formula tiga adalah 53. Sedangkan nilai konstanta dielektrik formula baku adalah 31. Nilai

43 konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan sediaan yang akan di buat. Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di buat dengan nilai konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya.

Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai konstanta dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan perbedaan penggunaan kosolven dari masing-masing formulasi. Berdasarkan hal di atas maka kami memilih formula 1 dan 2 untuk di buat sediaan (60ml). Dalam pembuatan sediaan formula 1 dan 2, terdapat dua cara dalam melarutkan bahan aktif parasetamol yaitu :

Cara 1 : Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian ditambahkan bahan-bahan lainnya.

Cara 2 : Dengan melarutkan bahan aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan paling besar. Kemudian ditambahkan pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari pelarut yang pertama. Dan seterusnya.

Dari dua cara melarutkan bahan aktif parasetamol diatas, kami memilih cara 2 karena di anggap paling efektif untuk di buat sediaan. Dari hasil percobaan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kelarutan sediaan formula 1 dan 2. Kedua formula diatas dapat larut secara sempurna walaupun awalnya masih berbuih, namun dapat di atasi dengan penggunaan sinar ultraviolet. Perbedaan yang sangat terlihat yaitu :

 Viskositas. Formula 1 memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan formula 2. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan konsentrasi kosolvent.

 Pewarna dan perisa. Formula 1 menggunakan rasa leci dengan warna pink, sedangkan formula 2 menggunakan rasa melon dengan warna hijau. Hal ini mungkin akan berpengaruh pada pH sediaan. Terbukti setelah pengukuran pH dengan pH meter di dapatkan pH formula 1 6,7, sedangkan pH formula 2 adalah 5,08.

Dari hasil pertimbangan di atas, kami memilih formula 1 untuk di buat dalam skala besar karena :

44  Viskositasnya lebih baik di banding viskositas formula 2

 Rasanya lebih baik dibandingkan rasa formula 2

 Walaupun pH formula 2 jauh dari pH yang di inginkan (pH=6) namun dengan keunggulan lebih dari hal viskositas dan rasa, kami lebih cenderung memilih formula 1. pH yang jauh dari pH yang di ingin kan dapat di atasi dengan adjustment pH. Untuk mendapatkan pH 6, kami menambahkan 310 tetes garam Na2HPO4.2H20 10%.

Pada pengamatan pH yang dilakukan, pH formula 1 dan 2 tidak dapat mencapai pH yang direncanakan (pH=6) dikarenakan beberapa hal, yaitu :

1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH. 2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga

dapat mempengaruhi pH.

Setelah pH formula 1 di anggap masuk rentang, maka di buatlah dalam skala besar (150ml) dengan cara yang sama.

Evaluasi dilakukan untuk mengontrol organoleptis, pH, viskositas dan hal lain yang berhubungan dengan kestabilan sediaan.

45 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Formula yang terpilih untuk pembuatan skala besar adalah formula 1 dengan cara kerja 2, karena memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lainnya.

pH yang diperoleh tidak sesuai dengan pH yang direncanakan (pH=6) yaitu 6,03, hal ini terjadi karena:

 Penimbangan yang kurang akurat  Penambahan essence yang tidak teratur.

Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut : 1. Organoleptis

 Warna : Pink

 Rasa : Leci (Manis agak pahit)  Bau : Leci

2. Berat Jenis

Rata2 : 1,1718 + 1,1690 + 1,1698 = 3,5106 / 3 = 1,1702 Standart deviasi : ± 1,07 × 10-3

3. pH rata-rata = 6,03

Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan memenuhi kriteria karena sediaan kami stabil dalam hal pH, viskositas, BJ, maupun organoleptisnya.

B. Saran

1. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.

2. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH. Namun pH yang tidak sesuai dapat di atasi dengan adjustment pH.

46 DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Depkes RI. Jakarta

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Depkes RI. Jakarta

3. Kibbe. A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients 5th ed. The Pharmaceutical Press. London

4. Reynold. J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed. The Pharmaceutical Press. London

5. Martin, A. Etall. 1993 Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga. Universitas Indonesia Press. Jakarta

6. USP 26, 2003 The Official Compendia of Standarts. The Board of Trustees Washingtong DC

Dalam dokumen JURNAL SEDIAAN LIQUID DROP.docx (Halaman 39-46)

Dokumen terkait