1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Parasetamol
Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab akan efek analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 di hitung zat yang telah
dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Parasetamol hampir tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
a. Karakteristik Parasetamol
Nama bahan obat : Paracetamol (FI III Hal: 37)
Sinonim : N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen Struktur Kimia : C8H5NO2
BM : 151,16
Kemurnian : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101%C8H9NO2
Efek teraupetik : Analgesik, antipiretik
Pemerian : Hablur putih, tidak berbau, rasa pahit b. Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37)
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
2 c. Mikroskopis (FI III , 37)
Bentuk Kristal : hablur atau serbuk hablur.
d. Karakteristik Fisika Mekanik ( FI IV, 649 )
Titik Lebur : 163 0 c – 172 0 c Higroskopisitas : tidak higroskopis
e. Karakteristik Fisika Kimia
Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 40 bagian Gliserol P, dan 9 bagian propilenglikol.
Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas Bahan Padat :
Terhadap Suhu : stabil Terhadap Cahaya : tidak stabil Terhadap kelembapan : stabil Bahan Larutan :
Terhadap pelarut : stabil f. Higroskopisitas
Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)
Pka : 9,5 pada suhu 25o C
Nama Kimia : N – Asetil – 4 aminofenol
g. Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih, dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propolenglikol, sangat mudah larut dalam kloroform, agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5.
3 i. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
j. Titik Lebur : antara 168° - 172°C k. Stabilitas :
Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar pada pH 6 diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil degradasinya adalah P-amini fenol dan asam asetat (Martindale: Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaan kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45°C. Jika hasil hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi dengan oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi. (The pharmaceutical Codex)
Hidrolisis parasetamol baik yang di katalisis oleh asam maupun basa mengikuti reaksi orde 1 karena dipengaruhi oleh satu reaktan. Degradasi Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatan ionik.
l. Tinjauan Bahan Obat Farmakologi
Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat P-aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada.
4 Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan nefropati analgesik.
Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB) parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.
5 Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238) Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238) Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung, Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik.
6 Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan fungsi hati.
m. Skema
Rancangan Formula
Parasetamol hanya memiliki satu bentuk sehingga tidak ada pilihan lain dari parasetamol
Paracetamol
Tidak Stabil bila terkena cahaya Agak Sukar Larut Penambahan cosolvent untuk meningkatkan kelarutan paracetamol Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan botol gelap
Tidak Berbau Pengaroma dan perasa Rasa Pahit pemanis Media Air Pengawet Stabil pada pH 6 Diberi dapar
7 BAB II
PRA FORMULASI
A. Tabel Bahan Obat dan Karakteristik Fisika-Kimia a. Tabel Khasiat dan Efek Samping Parasetamol
Senyawa Aktif Efek / Khasiat Efek Samping
Parasetamol Analgesik Antipiretik Gangguan pencernaan Hipersensitifitas Kelainan darah Hepatotoksisitas Mual, muntah, anorexia
b. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia Parasetamol
Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus 1. Karakteristik Fisika
Kelarutan dalam air
Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan mudah larut dalam etanol
Dalam
1:70 dengan air 1:40 dengan gliserol 1:9 dengan propilen glikol 1:7 dengan etanol 95% (FI III: 37)
Bentuk
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa seperti pahit Tahan pemanasan Mudah terbasahi
8 2. Karakteristik Kimia
Stabil pada pH 3,8-6,1 pKa 9,5
Tidak mudah teroksidasi TL : 169-172
BJ : 1,21-1,23
Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah: Bahan aktif terpilih : Paracetamol
Alasan : karena bahan aktif paracetamol sedikit efek sampingnya dibandingkan dengan analgesic lain. ( missal = acetosal -> menimbulkan iritasi pada lambung ).
Bentuk sediaan terpilih : drop
Alasan : -paracetamol adalah bahan obat yang rasanya pahit, diharapkan dalam bentuk sediaan drop dapat memperbaiki rasa dari bahan aktif tersebut, sehingga dapat mempermudah pemberian pada bayi dan anak-anak.
- dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan - dapat diberikan dalam larutan encer,
sedangkan kapsul dan tablet sulit di encerkan
- mudah penggunaannya bagi bayi, anak dan orang yang sulit menelan
- penggunaan obat luar lebih mudah dapat menutupi rasa dan bau tidak enak dari bahan aktif
9 B. Dosis dan Jumlah per Kemasan
Perhitungan dosis (Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed) a. Dosis dalam literatur
0,5 to 1 g; up to 4 g daily in divided doses children up to 1 year, 120 mg;1 to 5 year, 250 mg; 6 to 12 years; 250 to 500 mg,dewasa 500mg to1000 mg b. Konsumen yang ditinjau : bayi
c. Alasan : Anak-anak pada rentang 0 bulan - 1 tahun lebih mudah untuk meminum obat dalam bentuk cairan/larutan daripada bentuk tablet.
d. Dosis pemakaian : anak 0 bulan – 3 bulan : 30 – 60 mg tiap 8 jam jika dperlukan.
anak 3 bulan-1 tahun : 60 mg-120mg Anak 1-6 tahun : 120 – 250 mg Usia
dalam
PRIA WANITA Rata-rata
Bobot (kg)
Tahun Bulan Bobot
(kg) Panjang (cm) Bobot (kg) Panjang (cm) 0 0 3,1 48 3,0 48 3,05 0 1 4,2 52 3,8 52 4,0 0 2 5,2 56 4,8 56 5,0 0 3 5,9 59 5,4 57 5,65 0 4 6,4 61 6,1 61 6,25 0 5 6,9 63 6,5 62 6,7 0 6 7,3 64 6,8 63 7,05 0 7 7,5 65 7,1 64 7,3 0 8 7,6 66 7,4 66 7,5 0 9 7,7 67 7,5 67 7,6 0 10 8,0 69 7,6 68 7,8 0 11 8,0 70 7,8 69 7,9 0 12 8,2 71 8,0 70 8,1 1 0 8,1 71,3 7,6 71,3 7,85
10 Anak 6-12 tahun: 250 – 500 mg
Diberikan setiap 4-6 jam setiap diperlukan. Konsumen yang dituju = bayi 0 bulan – 1 tahun
Dosis untuk bayi ( Tabel Berat Badan ISO Vol. 46 hal 661 )
Dosis yang diperlukan 0-3 bulan = 3,05 – 5,65
3 bulan – 1 tahun = 5,65 -7,85 e. Volume takaran pipet = 0,3 ml, 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml f. Volume terkecil takaran = 0,6ml
0-3 bulan = 0,6 ml -1,2 ml
3 bulan – 1 tahun = 1,2 ml -2,4 ml ≈ 60 mg – 120 mg
g. Di pilih dosis 30mg/0,6ml karena lebih efesien dalam pembuatan sediaan dan pemakaiannya bisa untuk anak-anak 0 bulan - 1 tahun
h. Lama pengobatan : 3 hari Pemakaian = 4 kali sehari. Dosis 0 bulan – 3 bulan =0,6 ml -1,2 ml 1xh = 0,6 ml x 4 = 2,4 ml 1,2 ml x 4 = 4,8 ml 3xh = (2,4 ml-4,8)x3 = 7,2 ml – 14,4 ml 3bulan – 1tahun = 1,2 – 2,4 ml 1xh = 1,2 ml x 4 = 4,8 ml 2,4 ml x 4 = 9,6 ml 3xh = (4,8 ml-9,6 ml)x3 = 14,4 ml – 28,8 ml
i. Di pilih kemasan terkecil 15 ml Alasan :
Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 60ml karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.
11 C. Peryaratan Bentuk Sediaan
Bentuk Sediaan Drop (Larutan)
Kadar Bahan Aktif Dosis pH sediaan Kemasan terkecil Warna Bau Rasa Wadah Penyimpanan 90% - 110% 30 mg/0,6 ml ± 6,0 15ml Pink Leci Manis Botol
D. Macam – macam Bahan dan Fungsi
Fungsi Bahan
Macam-macam bahan dan Karakteristiknya
Bahan terpilih, kadar, dan alasan PELARUT Aquadestilata (FI III : 96)
Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Glyserin (HPE : 301) Bentuk :
cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, kental, higroskopis, rasa manis 0,6x sukrosa.
Kelarutan :
sedikit larut dalam aseton, larut dalam etanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzena, kloroform minyak, larut 1 : 500 dengan eter dan 1 : 11 dengan etil asetat.
Propilen glikol, glyserin, dan PEG 400 karena berdasarkan perbandingan kelarutan, ketiga bahan di atas memiliki kelarutan yang cukup tinggi terhadap bahan aktif asetaminofen. Dengan bahan aktif 2880 mg PCT dapat dilarutkan dalam propilen glikol, glyserin, dan PEG 400
12 PENGAWET
(Presevatif)
Propilen Glikol (HPE : 624) Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis, sedikit pahit.
Kelarutan :
campur dengan aseton, kloroform, eter, etanol 95%, gliserin, air. Larut dengan perbandingan 1 : 6 dengan eter, tidak larut dengan minyak mineral.
PEG 400 (FI III : 504) Bentuk :
cairan kental, jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna. Bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan :
larut dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon, aromatik, praktis tidak larut dalam eter, dan dalam
hidrokarbon alifatik.
Natrium Benzoat (HPE : 662) Pemerian :
granul putih/kristalin, sedikit higroskopik, tidak berbau, tidak berwarna, tidak manis dan asin. Kelarutan : pada T = 20°C dilarutkan dalam (Berdasarkan perhitungan) Propilen glikol, karena konsentrasi yang kita tambahkan 15-30% dan konsentrasi itu yang digunakan untuk pengawet.
13 Etanol 95% = 1 : 75
Etanol 90% = 1 : 50 Air = 1 : 1,8
Air (100°C) = 1: 1
Nipagin (Metil Paraben) (HPE : 466) Pemerian :
kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih, tidak berbau/berbau lemah, rasa sedikit membakar. Kelarutan : pada T = 25°C Etanol 95% = 1 : 3 Etanol 50% = 1 : 6 Eter = 1 : 10 Glyserin = 1 : 60 Etanol = 1 : 2
Nipasol (Propil Paraben) Pemerian :
kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : pada T = 20°C
Dalam aseton sangat larut Etanol 1 : 1,1
Etanol 50% = 1 : 5,6 Eter sangat larut Glyserin = 1 : 250 Mineral oil = 1 : 3330 Minyak ikan = 1 : 70
14 PEMANIS
Air = 1 : 2500 Propilen glikol = 1 : 3,9
Propilen glikol (HPE : 624) Pemerian :
jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis mirip gliserin.
Kelarutan :
dapat larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, glyserin dan air, dalam eter 1 : 6 tidak larut dalam mineral oil tapi akan tercampur dengan beberapa essensial oil.
Saccharin (FI IV : 748) Bentuk :
serbuk Kristal berwarna putih, tidak berbau/berbau aromatic lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi dengan lakmus.
Kelarutan :
Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter. Larut dalam air mendidih, sukar larut dalm etanol. Mudah larut dalam larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbon dioksida
Glyserin (HPE : 301) Bentuk :
15 cairan jernih tidak berbau, tidak
berwarna, kental, higroskopis, rasa manis 0,6x sukrosa.
Kelarutan : sedikit larut dalam aseton, larut dalam ethanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzene, kloroform, minyak, larut dalam 1 : 500 dengan eter dan 1 : 11 dengan etil asetat
Sukrosa (FI IV : 762) Bentuk :
Serbuk atau hablur kristal tidak berwarna, masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadapa lakmus.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Sorbitol ( FI IV : 756) Bentuk :
serbuk, granul atau lempengan, higroskopik, warna putih, rasa manis.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat.
16 PEWARNA
Saccharin Na (FI IV : 750) Bentuk :
Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, agak aromatik, rasa sangat manis walaupun dalam
larutan encer. Larutan encernya lebih kurang 300x manisnya sukrosa. Kelarutan :
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
Allura red. (Martindale : 28 : 424) Pemerian : serbuk merah tua
Kelarutan : larur dalam air ADI : 7mg/kg BB
Inkompatibilitas : - Ket. lain :
berdasarkan penelitian FAO tidak karsinogen.
Amaranth (Martindale : 28 : 424) Pemerian : serbuk coklat kemerahan, hampir tidak berbau dan berasa Kelarutan :
larut dalam air 1 : 15
Sangat sedikit larut dalam alcohol. Inkompatibilitas :
inkompatibilitas dengan cetrimide ADI : 730mg/kgBB
Allura red karena lebih larut daripada amaranth.
17 E. Formula Terpilih
Formula 1
No Bahan Fungsi % Rentang Kadar
Pemakaian
Untuk 60 ml
1. Paracetamol Zat aktif 3 gram
2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 15 % 9 ml Pemanis ≤20% 3. Propilenglikol (HPE,624) Pelarut 10-25 % 20 % 12 ml pengawet 10-30% 4. PEG 400 pelarut 20% 20 % 12 ml 5. Sakarin Na (HPE , 641) pemanis q.s
6. Red cherry pewarna q.s
7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml
F. Larutan Dapar (FI III hal : 14-15)
Larutan dapar pada umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika disebutkan pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan penambahan asam, basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini, hingga pH dikehendaki:
1. Larutan Dapar Fosfat
Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml) Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97%(ml) pH 1 9 7,6 2 8 7,3 3 7 7,05 4 6 6,85 5 5 6,65
18 6 4 6,45 7 3 6,25 8 2 6,05 9 1 5,7 9,5 0,5 5,3
2. Larutan Dapar Isotonis
Larutan NaH2PO4
80% (ml)
Larutan Na2HPO4
0.97% (ml) pH
NaCl yang diperlukan untuk isotonis (g/100ml) 90 10 5,9 0,52 80 20 6,2 0,51 70 30 6,5 0,50 60 40 6,6 0,40 50 50 6,8 0,48 40 60 7,0 0,46 30 70 7,2 0,45 20 80 7,4 0,44 10 90 7,7 0,43 5 95 8,0 0,42
3. Larutan Dapar Borat
Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml) Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97% (ml) Ph 1 2 3 4 5 9 8 7 6 5 9,05 8,95 8,80 8,65 8,50
19 6 7 8 9 9,5 9,85 4 3 2 1 0,5 0,15 8,30 8,05 7,65 7,00 6,80 6,30
Dalam Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1144 tercantum atau disebutkan tentang Dapar fosfat-sitrat:
Dapar fosfat-sitrat pH 7,2 Campur 87,0 ml larutan natrium fosfat dibasa dodekahidrat P 7,15% dengan 13,0 ml larutan asam sitrat P 2,1%.
Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.
a. Karakteristik Dapar Fosfat 1. Na2HPO4
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, dalam udara kering rapuh
Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%)
Incompatibilitas : dengan alkaloida, antipyrine, khloralhidrat, ion asetat Pyrogaliol, resorsinol dan asam glukonote dan ciproxo.
ADI : untuk sediaan oral, maksimal penggunaan adalah 100 mmol phosphat per hari.
2. NaH2PO4
Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna, slighly deliquescent crystal (bentuk hydarat), granul (bentuk anhidrat) Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat larut dalam etano
(95%)
Incompatibilitas : dengan sam mineral, biasanya dengan bahan alkali dan Karbonat.
20 ADI : up to 100 mmol of phosphat daily.
b. Perhitungan Dapar
Sediaan yang digunakan pH 6,0
Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25◦ C. pKa1 = 2,15 (H2PO4) Na3HPO4
pKa2 = 7,20 (H2PO4-) Na2HPO4
pKa3 = 12,38 (HPO42-) NaH2PO4
pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH
6,0) dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam.
pH = pKa + log [garam] / [asam] 6,0 = 7,20 + log [Na2HPO4] / [H2PO4-]
-1,2 = log [Na2HPO4] / [H2PO4-]
0,63 = [Na2HPO4] / [H2PO4-]
0,63 [H2PO4-] = [Na2HPO4]
Kapasitas Dapar
pKa = 7,20 Ka = 6,31 x 10-8 pH = 6,0 [H3O+] = 10-6
Persamaan Van Slyke
ß = 2,3 C ( Ka [H3O+] ) / ( Ka + [H3O+] )2 0,02 = 2,3 C {(6.31 x 10-8)( 10-6)} / (6.31 x 10-8 + 10-6)2 0,02 = 0,128 C C = 0,156 M C = [garam] + [asam] 0,156 = [Na2HPO4] + [H2PO4-] 0,156 = 0,063 [H2PO4-] + [H2PO4-] 0,156 = 1,063 [H2PO4-] + [H2PO4-] [H2PO4-] = 0,156 / 1,063 [H2PO4-] = 0,147 M [Na2HPO4] = 0,063 x [H2PO4-] = 0,063 x 0,147 = 9 x 10-3 M
21 Untuk NaH2PO4.2H2O dalam 120 ml
NaH2PO4 = massa x 1000 Mr vol 0,1466 M = gram x 1000 156,98 120 gram = 0,1466 x 156,98 (1000 / 120) = 2,7616 gram = 2761,6 mg
Untuk Na2HPO4. 2H2Odalam 120 ml
Na2HPO4 = massa x 1000 Mr vol 9,2505 x 10-3 M = gram x 1000 177,98 120 gram = 9,2505 x 10-3 x 177,98 (1000 / 120) = 0,1976 gram ~ 0,20 gram= 200mg
G. Perhitungan Expiration Date
Parasetamol pada pH 6,0 : t 1/2 = 21,8 (Martindale)
Dengan menggunakan rumus :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)
Maka :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co / 1/2Co)
Log k = (2,303 / 21,8) x log 2
Log k = 0,0318
Sehingga di peroleh nilai T90 sebesar :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)
0.0318 = (2,303 / T90) x log (Co/0,9 Co)
0.0318 = 0,105 / T90
22 Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan.
H. Resep Standart Drop Paracetamol berdasar . . .
Paracetamol 90mg/ml Propilenglikol 73,9 % Etanol 6,5 % Aqua 19,6 % I. Koefisien Dielektrik Propilenglikol = 32 Etanol = 24 PEG = 12,5 Gliserin = 43 Aquadest = 78,5 J. Tetapan Dielektrik =
23 K. Perhitungan ADI
FORMULA 1
No Bahan Fungsi % Rentang Kadar
Pemakaian
Untuk 60 ml
1. Paracetamol Zat aktif 3 gram
2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 15 % 9 ml Pemanis ≤20% 3. Propilenglikol (HPE,624) Pelarut 10-25 % 20 % 12 ml pengawet 10-30% 4. PEG 400 pelarut 20% 20 % 12 ml 5. Sakarin Na (HPE , 641) pemanis q.s
6. Red cherry pewarna q.s
7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml
Penggunaannya = 12 ml x 1,037 g/ml = 12,444 gram Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,48-0,96 ml x 1,037 = 0,4978 – 0,9955 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.96-1,92 ml x 1,037 = 0,9955 – 1,9910 gram
24 ADI
Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg
Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari. 2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,260g/ml Penggunaannya : 9ml x 1,260 g/ml = 11,34 gram Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 15% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,36-0,72ml x 1,260 = 0,4536– 0,9072 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 15%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.72-1,44 ml x 1,260 = 0,9072 – 1,8144 gram 3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,125 g/ml Penggunaan : 12ml x 1,125g/ml = 13,5 gram Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg
25 Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,48-0,96 ml x 1,125g/ml = 0,5400 – 1,080 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.96-1,92 ml x 1,125g/ml = 1,080 – 2,160 gram Konstanta Dielektrik : Aquadest = 78,5 Etanol = 24 PEG = 12,5 Gliserin = 43 Propilenglikol = 32 KD = ((20% x 32) + (15% x 43) + (20% x 12,5) + (45% x 78,5)) 100 = 640 + 645 + 250 + 3532,5 = 50,68 100
26 FORMULA 2
No Bahan Fungsi % Rentang Kadar
Pemakaian
Untuk 60 ml
1. Paracetamol Zat aktif 3 gram
2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 20 % 12 ml Pemanis ≤20% 3. Propilenglikol (HPE,624) Pelarut 10-25 % 20 % 12 ml pengawet 10-30% 4. PEG 400 pelarut 20% 15 % 9 ml 5. Sakarin Na (HPE , 641) pemanis q.s
6. Red cherry pewarna q.s
7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml Perhitungan ADI = 1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml Penggunaannya = 12 ml x 1,037 g/ml = 12,444 gram ADI Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,48-0,96 ml x 1,037 = 0,4978 – 0,9955 gram
27 Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.96-1,92 ml x 1,037 = 0,9955 – 1,9910 gram
Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari. 2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,260g/ml Penggunaannya : 9ml x 1,260 g/ml = 11,34 gram Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,48-0,96ml x 1,260 = 0,6048– 1,2096 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.96-1,92 ml x 1,260 = 1,2096– 2,4192 gram 3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,125 g/ml Penggunaan : 12ml x 1,125g/ml = 13,5 gram Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 15% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,36-0,72 ml x 1,125g/ml = 0,4050 – 0,8100 gram
28 Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 15%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.72-1,44 ml x 1,125g/ml = 0,8100 – 1,6200 gram Konstanta dielektrik Aquadest = 78,5 Etanol = 24 PEG = 12,5 Gliserin = 43 Propilenglikol = 32 KD = ((20% x 32) + (20% x 43) + (15% x 12,5) + (45% x 78,5)) 100 = 640 + 860 + 187,5 + 3532,5 = 52,20 100
29 FORMULA 3
No Bahan Fungsi % Rentang Kadar
Pemakaian
Untuk 60 ml
1. Paracetamol Zat aktif 3 gram
2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 15 % 9 ml Pemanis ≤20% 3. Propilenglikol (HPE,624) Pelarut 10-25 % 15 % 9 ml pengawet 10-30% 4. PEG 400 pelarut 20% 20 % 12 ml 5. Sakarin Na (HPE , 641) pemanis q.s
6. Red cherry pewarna q.s
7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml Perhitungan ADI = 1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml Penggunaannya = 9 ml x 1,037 g/ml = 9,333 gram ADI Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 15% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,36-0,72 ml x 1,037 = 0,3733 – 0,7466 gram
30 Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 15%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.72-1,44 ml x 1,037 = 0,7466 – 1,4932 gram 4. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,260g/ml Penggunaannya : 9ml x 1,260 g/ml = 11,34 gram Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 15% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,36-0,72ml x 1,260 = 0,4536– 0,9072 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 15%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.72-1,44 ml x 1,260 =0,9072– 1,8144 gram 5. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,125 g/ml Penggunaan : 12ml x 1,125g/ml = 13,5 gram Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB ) 0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg 3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml)x4 = 0,48-0,96 ml x 1,125g/ml = 0,5400 – 1,080 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 )x4= 0.96-1,92 ml x 1,125g/ml = 1,080 – 2,1600 gram
31 Konstanta dielektrik Aquadest = 78,5 Etanol = 24 PEG = 12,5 Gliserin = 43 Propilenglikol = 32 KD = ((15% x 32) + (15% x 43) + (20% x 12,5) + (50% x 78,5)) 100 = 480 + 645 + 250 + 3925 = 53 100
32 L. CARA PERACIKAN
a. Cara 1
1. Timbang Parasetamol
2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass
3. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (2) 4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) 5. No (3) aduk ad homogen
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad larut dan homogen sampai parasetamol habis
7. Timbang sakarin kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sakarin ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam
aquadest
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai
12. Kemudian tambahkan perisa leci tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
b. Cara 2 (Cara terpilih) 1. Timbang Parasetamol
2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass
3. No (1) tambahkan sedikit demi sedikit ke no (2) aduk ad larut
4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) aduk ad larut
33 6. No (5) aduk ad homogen
7. Timbang sakarin kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sakarin ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam
aquadest
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai
12. Kemudian tambahkan perisa leci tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
34 M. Skema Pembuatan
Cara 1
PEG 400 PROPILENGLIKOL GLICERIN
aduk ad homogen PARASETAMOL
Aduk ad larut & homogen
SAKARIN AQUA ±5 ML Aduk ad homogen NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML Aduk ad larut Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut ALLURA AQUA ±5ML Aduk ad homogen ESSENSE LECI
35 Aduk ad homogen
Masuk botol
Cara 2
PEG 400 PARASETAMOL
Aduk ad larut PROPILENGLIKOL
Aduk ad larut GLICERIN
Aduk ad larut SAKARIN AQUA
Aduk ad homogen NaH2PO4. 2H2O AQUA Aduk ad larut Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut
36 ALLURA AQUA ±5ML Aduk ad homogen ESSENSE LECI Aduk ad homogen Masuk botol
Formula yang di pilih untuk di praktikum kan dari tiga formula adalah formula 1 dan 2. Keduanya menggunakan cara kerja 2 dimana bahan aktif dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarut yang memiliki kelarutan lebih tinggi terhadap bahan aktif. Namun formula terpilih untuk dibuat produksi besar (scale up) adalah formula 1 dan dibuat dengan cara kerja 2, karena dari ke dua sediaan yang paling baik hasilnya adalah formula I.
37 N. Perhitungan Bahan dalam Volume 60ml dan 150 ml
Formula 1 Formula 2 Nama Bahan 60 ml 150 ml 60ml Parasetamol 3 g 7,5 g 3 g Propilen glikol 12,44 g 31,11 g 12,44 g Gliserin 11,34 g 28,35 g 15,12 g PEG 400 13,5 g 33,75 g 10,13 g NaH2PO4.2H2O 2,76g 2,76 g 2,76 g Na2HPO4.2H2O 0,20g 1,86 g 0,20 g Sakarin 0,18g 0,45 g 0,24 g Allura Qs Qs Qs Essense leci Qs Qs Qs Aquadest Ad 60ml Ad 150ml Ad 60ml
38 BAB III EVALUASI A. Parameter Evaluasi 1. Organoleptis Bau : Leci
Rasa : Manis sedikit pahit Warna : Pink
2. Uji Berat Jenis
Alat : Piknometer Cara kerja :
1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam keadaan kering
2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik
3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi penuh, kemudian timbang botol berisi air.
4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing larutan sirup.
5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya.
3. Penetapan pH
Alat : pH meter Cara kerja :
1. Nyalakan alat pH meter. 2. Kalibrasi pH meter
3. Masukkan sediaan dalam beker glass kurang lebih 50 ml.
4. Celupkan elektrode glass ke dalam sediaan untuk mengetahui pH sediaan yang akan di ukur.
39 6. Catat angka pH yang muncul pada monitor pH meter
4. Viskositas
Alat : Viskostester Cara kerja :
1. Cuci alat dengan aquadest, keringkan 2. Ukur larutan sediaan ±100ml
3. Masukkan kedalam gelas viskostester
4. Masukan gantungan yang berbolong ke dalam gelas sampai tenggelam dalam larutan tadi tetapi jangan sampai menyentuh dasar gelas.
5. Tekan tombol on pada viskostester 6. Catat hasil
7. Lakukan sebanyak 3 kali dan hitung rata-ratanya
B. Hasil Evaluasi 1. Organoleptis
Warna : Pink
Rasa : Leci (Manis agak pahit) Bau : Leci 2. Berat Jenis Penimbangan Botol Botol kosong : 32,52 g Botol + air : 57,08 g 57,08 g – 32,52 g = 24,56 g Botol + drop 1 : 61,37 g 61,37 g – 32,52 g = 28,85 g Botol + drop 2 : 61,30 g 61,30 g – 32,52 g = 28,78 g Botol + drop 3 : 61,32 g 61,32 g – 32,52 g = 28,80 g Berat jenis Botol aquadest : 24,56 g / 24,619 g = 0,9976 g Botol 1 : 28,85 g / 24,619 g = 1,1718 g Botol 2 : 28,78 g / 24,619 g = 1,1690 g Botol 3 : 28,80 g / 24,619 g = 1,1698 g
40 Rata2 : 1,1718 + 1,1690 + 1,1698 = 3,5106 / 3 = 1,1702 Standart deviasi : ± 1,07 × 10-3
3. pH
pH sebelum di campur dengan larutan drop pH 1 : 6,03 pH 2 : 6,03 pH 3 : 6,03 Rata-rata : 6,03 + 6,03 + 6,03 = 6,03 3 4. Viskositas
Sebelum di campur dengan larutan drop : 1 = 0,6
2 = 0,6 3 = 0,6
41 C. Perencanaan Kemasan
42 BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan drop Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar. Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisika-kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun pemanis untuk sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan drop Parasetamol. Di mulai dari bahan aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari (sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami menentukan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami buat, didapatkan kemasan terkecilnya 15ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami memperkirakan berapa banyak drop yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, kami menentukan berapa jumlah Parasetamol yang akan digunakan dalam satu botolnya (15 ml). Selanjutnya kami menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol. Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :
1. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan formulasi dasar
2. Menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut
Dalam pembuatan formulasi, kami merancang 3 buah formulasi. Dari 3 formulasi tadi akan dipilih 2 formulasi yang di anggap terbaik untuk di buat sediaan yang nantinya akan di pilih lagi salah satu yang terbaik untuk di buat dalam skala besar. Dari ketiga formulasi yang kami rencanakan, konstanta dieletrik yang paling mendekati konstanta dielektrik formula baku adalah formula 1. Formula standard ini diambil dari Formularium Nasional. Nilai konstanta dielektrik pada formula satu adalah 50,68, formula dua adalah 52,20, formula tiga adalah 53. Sedangkan nilai konstanta dielektrik formula baku adalah 31. Nilai
43 konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan sediaan yang akan di buat. Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di buat dengan nilai konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya.
Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai konstanta dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan perbedaan penggunaan kosolven dari masing-masing formulasi. Berdasarkan hal di atas maka kami memilih formula 1 dan 2 untuk di buat sediaan (60ml). Dalam pembuatan sediaan formula 1 dan 2, terdapat dua cara dalam melarutkan bahan aktif parasetamol yaitu :
Cara 1 : Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian ditambahkan bahan-bahan lainnya.
Cara 2 : Dengan melarutkan bahan aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan paling besar. Kemudian ditambahkan pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari pelarut yang pertama. Dan seterusnya.
Dari dua cara melarutkan bahan aktif parasetamol diatas, kami memilih cara 2 karena di anggap paling efektif untuk di buat sediaan. Dari hasil percobaan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kelarutan sediaan formula 1 dan 2. Kedua formula diatas dapat larut secara sempurna walaupun awalnya masih berbuih, namun dapat di atasi dengan penggunaan sinar ultraviolet. Perbedaan yang sangat terlihat yaitu :
Viskositas. Formula 1 memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan formula 2. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan konsentrasi kosolvent.
Pewarna dan perisa. Formula 1 menggunakan rasa leci dengan warna pink, sedangkan formula 2 menggunakan rasa melon dengan warna hijau. Hal ini mungkin akan berpengaruh pada pH sediaan. Terbukti setelah pengukuran pH dengan pH meter di dapatkan pH formula 1 6,7, sedangkan pH formula 2 adalah 5,08.
Dari hasil pertimbangan di atas, kami memilih formula 1 untuk di buat dalam skala besar karena :
44 Viskositasnya lebih baik di banding viskositas formula 2
Rasanya lebih baik dibandingkan rasa formula 2
Walaupun pH formula 2 jauh dari pH yang di inginkan (pH=6) namun dengan keunggulan lebih dari hal viskositas dan rasa, kami lebih cenderung memilih formula 1. pH yang jauh dari pH yang di ingin kan dapat di atasi dengan adjustment pH. Untuk mendapatkan pH 6, kami menambahkan 310 tetes garam Na2HPO4.2H20 10%.
Pada pengamatan pH yang dilakukan, pH formula 1 dan 2 tidak dapat mencapai pH yang direncanakan (pH=6) dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH. 2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga
dapat mempengaruhi pH.
Setelah pH formula 1 di anggap masuk rentang, maka di buatlah dalam skala besar (150ml) dengan cara yang sama.
Evaluasi dilakukan untuk mengontrol organoleptis, pH, viskositas dan hal lain yang berhubungan dengan kestabilan sediaan.
45 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Formula yang terpilih untuk pembuatan skala besar adalah formula 1 dengan cara kerja 2, karena memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lainnya.
pH yang diperoleh tidak sesuai dengan pH yang direncanakan (pH=6) yaitu 6,03, hal ini terjadi karena:
Penimbangan yang kurang akurat Penambahan essence yang tidak teratur.
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut : 1. Organoleptis
Warna : Pink
Rasa : Leci (Manis agak pahit) Bau : Leci
2. Berat Jenis
Rata2 : 1,1718 + 1,1690 + 1,1698 = 3,5106 / 3 = 1,1702 Standart deviasi : ± 1,07 × 10-3
3. pH rata-rata = 6,03
Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan memenuhi kriteria karena sediaan kami stabil dalam hal pH, viskositas, BJ, maupun organoleptisnya.
B. Saran
1. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.
2. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH. Namun pH yang tidak sesuai dapat di atasi dengan adjustment pH.
46 DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Depkes RI. Jakarta
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Depkes RI. Jakarta
3. Kibbe. A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients 5th ed. The Pharmaceutical Press. London
4. Reynold. J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed. The Pharmaceutical Press. London
5. Martin, A. Etall. 1993 Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga. Universitas Indonesia Press. Jakarta
6. USP 26, 2003 The Official Compendia of Standarts. The Board of Trustees Washingtong DC