• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL HASIL HASIL PENGAMATAN PENGAMATAN PENGAMATAN PENGAMATAN

Dalam dokumen PUTRA INDONESIA MALANG (Halaman 38-55)

HASILHASILHASIL PENGAMATANPENGAMATANPENGAMATANPENGAMATAN

4.1 4.1

4.14.1 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis EkstrakEkstrak KayuEkstrakEkstrak KayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang ((((CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia sappan

sappan sappansappan LLLL))))

Penelitian ini menggunakan simplisia kayu secang sebanyak 35 gram yang diekstraksi dengan menggunakan etanol 70% sebanyak 500 mL. Hasil ekstraksi kemudian dievaporasi hingga etanol menguap dan volume ekstrak menjadi 51 mL.

Hasil pengamatan organoleptis ekstrak kayu secang meliputi tekstur, wrana dan aroma. Adapun hasil pengamatan organoleptis ekstrak kayu secang tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel

TabelTabelTabel 4.14.14.14.1 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang

Organoleptis Organoleptis Organoleptis

Organoleptis HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan Tekstur Ekstrak encer Warna Orange kecoklatan

Aroma Tidak berbau

Gambar hasil pengamatan organoleptis ekstrak Kayu secang dapat dilihat pada lampiran 4.

4.2 4.2

4.24.2 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan UjiUjiUjiUji pHpHpHpH EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang ((((CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia sappansappansappansappan LLLL))))

Adapun hasil pengamatan uji pH ekstrak kayu secang degan menggunakan indikator pH universal adalah sebesar 6.

4.3 4.3

4.34.3 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan organoleptisorganoleptisorganoleptisorganoleptis SediaanSediaanSediaanSediaan catcatcatcat kukukukukukukuku dengandengandengandengan zatzatzatzat warnawarnawarnawarna ekstrak

ekstrak

ekstrakekstrak kayukayukayukayu secangsecangsecangsecang ((((Caesalpinia sappanCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniasappansappansappan LLLL))))

Cat kuku yang telah disimpan dalam 2 suhu yaitu 30oC dan 40oC kemudian di amati secara organoleptis meliputi tekstur, bau, dan warna.

Tabel Tabel

TabelTabel 4.34.34.34.3 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis SediaanSediaanSediaanSediaan CatCatCatCat kukukukukukukuku dengandengandengandengan PewarnaPewarnaPewarnaPewarna Alami

AlamiAlamiAlami EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecang ((((SecangSecang CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia SappanSappanSappanSappan LLLL))))

Organoleptis

Hasil pengamatan Perlakuan I (disimpan dalam

suhu 30oC)

Perlakuan II (disimpan dalam suhu 40oC) Tekstur Semi padat dan sedikit

lembut

Semi padat dan sedikit lembut

Warna Kuning pucat Orange

Aroma Sedikit Aroma kamfer Sedikit aroma kamfer Hasil pengamatan organoleptis cat kuku dapat dilihat pada lampiran 5.

4.4 4.4

4.44.4 HasilHasilHasilHasil PengujianPengujianPengujianPengujian StabilitasStabilitasStabilitasStabilitas EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang dandandandan CatCatCatCat kukukukukukukuku

Pengujian ekstrak zat warna kayu secang (Caesalpinia Sappan L) dan

zat warna ekstrak dalam cat kuku masing-masing dilakukan 2 replikasi. Adapun hasil pengujian ekstrak dan cat kuku dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel Tabel

TabelTabel 4.44.44.44.4 hasilhasilhasilhasil pengujianpengujianpengujianpengujian ekstrakekstrakekstrak kayuekstrakkayukayukayu secangsecangsecangsecang dengandengandengandengan spektrofotometrispektrofotometrispektrofotometrispektrofotometri visible

Panjang gelomb ang (nm) Absorbansi (kontrol) Absorbansi

(sampel suhu penyimpanan 30oC) Absorbansi (sampel suhu penyimpanan 40oC) Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata Replik asi I Replika si II Rata-rata Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata 530 0,032 0,027 0,027 0,022 0,017 0,0195 0,022 0,027 0,0245 535 0,027 0,027 0,025 0,027 0,022 0,0245 0,022 0,032 0,027 540 540 540 540 0,0460,0460,0460,046 0,0320,0320,0320,032 0,0410,0410,0410,041 0,0320,0320,0320,032 0,0270,0270,0270,027 0,02950,02950,02950,0295 0,0270,0270,0270,027 0,0360,0360,0360,036 0,03150,03150,03150,0315 545 0,032 0,027 0,029 0,029 0,017 0,023 0,025 0,022 0,0235 550 0,027 0,027 0,025 0,022 0,013 0,0175 0,022 0,022 0,022

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak kayu secang, cat kuku dengan suhu penyimpanan 30oC, dan cat kuku suhu penyimpanan 40oC memiliki panjang gelombang maksimal pada 540 nm. Dari data tersebut kemudian dilakukan pengujian statistik spss dengan metode analisa anova, untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kontrol, cat kuku perlakuan pertama dan cat kuku perlakuan kedua.

BAB BAB BAB BAB VVVV PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang stabilitas zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai zat pewarna dalam formulasi cat kuku menggunakan kayu secang sebagai sampelnya. Telah diketahui bahwa kayu secang mengandung zat warna yaitu brazilin. Ekstrak kayu secang diperoleh dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70 % selama 72 jam pada suhu kamar. Hasil maserasi kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan metode evaporasi. Metode ini dipilih karena pada penelitian sebelumnya yaitu Kharakter ekstrak zat warna Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai Indikator Titrasi Asam basa metode ini menghasilkan jumlah rendemen yang cukup tinggi. Hal ini mungkin disebabkan zat warna ekstrak kayu secang memiliki sifat kepolaran yang relatif sama dengan etanol 70%. Pemilihan etanol 70% juga didasarkan pada sediaan cat kuku yang membutuhkan pelarut dengan sifat yang mudah menguap. Hasil pengamatan ekstrak hasil evaporasi yaitu cairan pekat, tidak beraroma dan berwarna orange kecoklatan.

Hasil zat warna ekstrak kayu secang kemudian digunakan sebagai zat warna dalam sediaan cat kuku. Pembuatan cat kuku menggunakan formulasi standar dari Formularium Kosmetika Indonesia. Kemudian cat kuku dipisahkan untuk diberi perlakuan berbeda, perlakuan pertama cat kuku disimpan pada suhu 30oC dan perlakuan kedua cat kuku disimpan dalam suhu 40oC. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil intensitas warna yang berbeda. Hasil pengamatan penyimpanan pertama yaitu berbentuk semi padat dan sedikit lembut,

berwarna kuning (pucat), dan sedikit beraroma kamfer. Hasil organoleptis formula kedua yaitu berbentuk semi padat, sedikit lembut, berwarna orange, dan sedikit aroma kamfer.

Cat kuku yang memenuhi persyaratan yaitu memberikan selaput dengan ciri khas yang dikehendaki meliputi ketebalan serba sama, warna seragam, memiliki sifat mudah dibasahi pembawa, dan terdispersi merata dalam pembawa, Berkilauan, berarti permukaan selaput harus sangat halus dan licin, daya lekat pada kuku sangat baik, kekenyalan dan kelenturannya baik sehingga tidak mudah rapuh, permukaan selaput keras tidak lengket yang dapat terjadi dalam waktu singkat, tidak melekat pada permukaan lain, sifat pengeringannya baik, lebih kurang 4 menit, dan sifat ini tahan lebih kurang 1 minggu. Hasil dari kedua perlakuan didapatkan cat kuku yang sesuai dengan syarat.

Cat kuku dapat membentuk selaput keras serta cat kuku yang dihasilkan mudah melekat terhadap kuku. Gambar hasil penggunaan cat kuku dapat dilihat pada lampiran 9. Sedangkan untuk ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L)

yang digunakan sebagai zat pewarna cat kuku sebenarnya sudah mampu memberikan intensitas warna yang baik namun ketika cat kuku disimpan dalam suhu 40oC akan mengalami perubahan warna. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan zat warna brazilin yang teroksidasi menjadi brazelein yang mempunyai intensitas warna lebih tinggi dibandingkan dengan brazilin.

Sebelum ekstrak kayu secang digunakan sebagai zat pewarna pada formulasi cat kuku, dilakukan uji pendahuluan yaitu uji stabilitas terhadap suhu menggunkan spektrofotometri visible dengan rentang panjang gelombang

530-550 nm. Metode yang digunakan dalam pengujian stabilitas ini berdasarkan daftar tabel spektrum dan warna komplementer spektrofotometri visibel.

Pada daerah sinar uv-sinar tampak hanya melibatkan transisi elektron dari π → π* dan n → π*, sehingga senyawa yang dapat menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini hanya senyawa-senyawa yang memiliki transisi elektron dari π → π* dan n → π* saja. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap dengan panjang gelombang >200 nm atau dengan kata lain senyawa tersebut memiliki gugus kromofor. Menurut Goodwin (1976) dalam Kristie (2008) molekul zat warna brazilin mengandung gugus-gugus kromofor (-C=C-) yang terkonjugasi dan gugus-gugus ausokrom (OH), sehingga ekstrak kayu secang dapat dilihat absortivitasnya dengan menggunakan spektrofotometri visible.

Pada pengujian ini, dilakukan pengujian ekstrak awal yaitu ekstrak yang tidak diberi perlakuan apapun terlebih dahulu untuk digunakan sebagai kontrol yaitu melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan intensitas warna ekstrak kayu secang setelah perlakuan terhadap suhu. Spektrofotometer bekerja berdasarkan penyerapan sinar yang dihasilkan oleh sampel yang bewarna pada panjang gelombang tertentu. Alat ini dipergunakan untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif.

Untuk kuantitatif adalah berdasarkan gugusan fungsi yang ada dengan mempergunakan standar. Pada penelitian ini tidak digunakan larutan standar karena merupakan analisa kualitatif sehingga hanya dibandingkan dengan kontrol. Pada pengujian stabilitas ekstrak terhadap suhu, ekstrak disimpan dalam inkubator

dengan suhu 40oC selama 24 jam kemudian diuji dengan spektrofotometri visibel dengan panjang gelombang 530-550 nm. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu absorbansi dari ekstrak awal (kontrol) dan ekstrak dalam cat kuku relatif stabil artinya intensitas warna ekstrak kayu secang dapat disimpan pada suhu 30OC maupun 40OC. Pada analisis data menggunakan statistic spss, dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan dilakukan pengujian normal atau tidak. Jika angka signifikan > 0.05 maka dilanjutkan dengan uji beda yaitu uji anova. Jika nilai signifikan dari uji anova < 0,05 maka Ho ditolak, > 0,05 maka Ho diterima. Nilai signifikan stabilitas dari uji anova sebesar 0,466 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari stabilitas ekstrak maupun cat kuku.

Namun, penentuan stabilitas zat tidak ditentukan hanya pada kestabilan absorbansi hasil dari pengamatan spektrofotometri. Perubahan warna pada saat perlakuan (terbentuknya zat warna brazelein akibat penambahan derajat suhu) juga mempengaruhi stabilitas, artinya zat warna ekstrak kayu secang dikatakan tidak stabil pada peningkatan suhu. Karena perbedaan struktur brazilin dan brazelein yang terletak pada gugus fungsinya saja, menyebabkan metode spektrofotometri kurang peka hanya mampu membaca absorbansi brazilin dan brazelein yang mempunyai nilai absorbansi yang sama tanpa mampu melihat perbedaan struktur yang terjadi.

BAB BAB BABBAB VIVIVIVI

PENUTUP PENUTUPPENUTUPPENUTUP

6.1 6.1

6.16.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

Hasil mutu fisik cat kuku dengan perlakuan pertama (suhu 30oC) yaitu cat kuku berwarna kuning pucat dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Sedangkan hasil mutu fisik cat kuku dengan perlakuan kedua (disimpan dalam suhu 40oC ) yaitu cat kuku berwarna orange dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil terbaik. Terjadinya perbedaan warna antara kedua perlakuan tersebut akibat terbentuknya zat warna brazelein akibat oksidasi brazilin oleh suhu. Dari perbedaan yang terjadi tersebut cat kuku dikatakan tidak stabil dalam suhu tersebut.

Sedangkan hasil uji stabilitas maka dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan L) serta zat warna ekstrak

dalam cat kuku dalam suhu 30oC dan 40oC memiliki nilai absorbansi yang sama. Hal ini disebabkan spektrofotometri visibel tidak mampu membaca perbedaan struktur yang terjadi artinya metode spektrofotometri ini kurang cocok digunakan untuk mengetahui stabilitas zat warna ekstrak kayu secang.

6.2 6.2

6.26.2 SaranSaranSaranSaran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disarankan :

1. Dilakukan uji stabilitas dengan menggunakan metode HPLC untuk mengetahui perbedaan struktur antara brazilin dan brazelein.

2. Ekstrak kayu secang dimanfaatkan sebagai zat warna pada sediaan lain misalnya lipstik.

DAFTAR RUJUKAN

Djulaika, Retno. 2011.Pencarian dan pengomptimuman sidik jari kromatografi cair kinerja tinggi ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Skripsi. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Kristie, Amelia. 2008.Efek pencampuran ekstrak zat warna kayu secang dengan beberapa sumber antosianin terhadap kualitas warna merah dan sifat

mikrobanya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kurniati, Nunik. 2012.Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Brazilein dari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). Tugas Akhir II. Jurusan Kimia FMIPA

UNNES.

Kusumawati, Riska Pratama. 2008. Pengaruh Penambahan asam sitrat dan pewarna alami kayu secang (Caesalpinia sappan L) terhadap stabilitas warna sari buah Belimbing manis (Averrhoa carambola L). Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Padmaningrum, Regina Tutik. 2012.Karakter ekstrak zat warna kayu secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai indicator titrasi asam basa. Laporan Penelitian.

Yogyakarta: FMIPA UNY

Samsudin, Asep Muhammad. 2008.Ekstraksi, Filtrasi membran dan uji satbilitas zat warna dari kulit manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Penelitian. Semarang:

Siregar, Yusraini Dian Inayati dan Nurlela, 2011.Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Winarti, Cristina dan Nanan Nurdjanah. 2005.Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Penelitian. Balai Besar

Lampiran 4 Gambar Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)

Lampiran 5 Gambar Hasil Pengamatan Organoleptis Cat kuku

Lampiran 6 Gambar Hasil Penggunaan Cat kuku

Kuku tanpa Cat kuku Kuku dengan cat kuku

Dalam dokumen PUTRA INDONESIA MALANG (Halaman 38-55)

Dokumen terkait