• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTRA INDONESIA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUTRA INDONESIA MALANG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

1

STABILITAS

STABILITAS

STABILITAS

STABILITAS ZAT

ZAT

ZAT

ZAT WARNA

WARNA

WARNA

WARNA EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KULIT

KULIT

KULIT

KULIT KAYU

KAYU

KAYU

KAYU

SECANG

SECANG

SECANG

SECANG ((((

Caessalpinia

Caessalpinia

Caessalpinia

Caessalpinia sappan

sappan

sappan

sappan L

L)))) DALAM

L

L

DALAM

DALAM

DALAM CAT

CAT

CAT

CAT KUKU

KUKU

KUKU

KUKU

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

NOFITA SARI DEWI

NIM 10.041

AKADEMI

AKADEMI

AKADEMI

AKADEMI ANALIS

ANALIS

ANALIS

ANALIS FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI DAN

DAN

DAN

DAN MAKANAN

MAKANAN

MAKANAN

MAKANAN

PUTRA

PUTRA

PUTRA

PUTRA INDONESIA

INDONESIA

INDONESIA

INDONESIA MALANG

MALANG

MALANG

MALANG

JUNI

JUNI

JUNI

(2)

ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Dewi, Nofita Sari, 2013. Mutu Fisik dan Stabilitas Zat Warna Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) dalam Cat Kuku terhadap Pengaruh Suhu.

Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing Dra. Wigang Solanjari.

Kata kunci : Zat Warna, Ekstrak Kayu Secang, Cat Kuku, Stabilitas, Suhu.

Kayu secang (Caesalpinia Sappan L) telah diketahui memiliki kandungan

senyawa brazilin yang memiliki warna kuning kemerahan, sehingga kayu secang dapat digunakan sebagai zat warna alami pada bahan pangan maupun kosmetik.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L) dapat digunakan sebagai zat pewarna pada formulasi cat kuku sehingga

daya guna kayu secang (Caesalpinia sappan L) lebih meningkat serta mengetahui

kestabilan zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L) terhadap

pengaruh suhu.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan sediaan cat kuku dengan menggunakan pewarna dari kayu secang (Caesalpinia sappan L) dalam formulasinya. Tahap kedua yaitu melakukan uji stabilitas

sediaan cat kuku yang telah dibuat terhadap suhu. Hasil pengamatan organoleptik terhadap cat kukuperlakuan pertama (suhu 30oC) berbentuk semi padat, berwarna kuning pucat dan sedikit beraroma kamfer. Sedangkan cat kuku denganperlakuan kedua (suhu 40oC) berbentuk semi padat, berwarna orange dan sedikit beraroma kamfer.

Kemudian dilakukan uji stastitik (one way anova) untuk mengetahui adanya perbedaan antara ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kayu secang (Caesalpinia sappan L) dapat

digunakan sebagai pewarna alami. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk dilakukan uji stabilitas zat warna ekstrak kayu secang dalam sediaan cat kuku terhadap faktor lain.

(3)

ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT

TEMPERATURE

TEMPERATURETEMPERATURETEMPERATURE EFFECTEFFECTEFFECTEFFECT ONONONON PHYSICALPHYSICALPHYSICALPHYSICAL QUALITYQUALITYQUALITYQUALITY ANDANDANDAND STABILITYSTABILITYSTABILITYSTABILITY SUBSTANCE

SUBSTANCESUBSTANCE COLOURSUBSTANCECOLOURCOLOURCOLOUR EXTRACTEXTRACTEXTRACTEXTRACT OFOFOFOF SECANGSECANGSECANGSECANG WOODWOOD (CaessalpiniaWOODWOOD(Caessalpinia(Caessalpinia(Caessalpinia sappansappansappansappan L)L)L)L) ININININ NAIL

NAILNAILNAIL POLISHPOLISHPOLISHPOLISH

Secang wood (Caesalpinia Sappan L) has been known to contain compounds that have brazilin yellow to reddish color, so that the secang wood can be used as natural dyes in food and cosmetics.

The purpose of this study was to determine extract of secang wood (Caesalpinia sappan L) can be used as a coloring agent in the formulation so that the nail polish to the secang wood (Caesalpinia sappan L) be increased as well as determine the stability of the dye extracts wooden cup (Caesalpinia sappan L) against the effects of temperature.

This study consists of two step. The first sstep is making preparations to use nail polish from secang wood dye (Caesalpinia sappan L) in the formulation. The second step that is doing nail polish stability test preparations that have been made on the

temperature. The results of organoleptic nail polish first treatment temperature (30oC) compact semi solid, pale yellow in color and slightly aromatic kamfer. While the nails polish with a second treatment temperature (40oC) semi solid form, colored orange and slightly aromatic kamfer.

Then statistik test (one way ANOVA) to determine the difference between extract and extract the nail polish. The results showed that a significantly greater number than in Ho it means that there is no significant difference between extract and extract the nail polish.

From these results it can be concluded that the secang wood (Caesalpinia sappan L) can be used as a natural dye. Based on this study is recommended to test the stability of the dye extracts secang wood in the preparation of nail polish against other factors.

Keyword : Substance color, Secang wood extract, Nail polish, Stability, Temperature

(4)

KATA KATA KATA

KATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Mutu fisik dan stabilitas zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L)”””” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program akhir Diploma III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.

Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak, yaitu :

1. 1.

1.1. Bapak Hendyk Krisna D., S.Si., selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.

2. 2.

2.2. Ibu Dra. Wigang Solandjari, selaku dosen pembimbing. 3.

3.

3.3. Ibu Dyah Ratna Wulan, SSiselaku penguji I. 4.

4.

(5)

5. 5.

5.5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang serta semua staf.

6. 6.

6.6. Kedua orang tua dan saudara – saudaraku yang telah memberi doa serta motivasi baik material maupun spiritual.

7. 7.

7.7. Teman – teman Akafarma angakatan 2010 dan rekan – rekan mahasiswa serta semua pihak yang langsung maupun yang tidak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Malang, Juli 2013

Penulis

DAFTAR DAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI

ABSTRAK ABSTRAK

ABSTRAKABSTRAK ............iiii

KATA KATA

KATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR............iiiiiiiiiiii

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR ISIISIISIISI............iviviviv

DAFTAR DAFTAR

(6)

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN............vivivivi

BAB BAB

BABBAB IIII PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 1.1 1.1

1.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang............1111

1.2 1.2 1.2

1.2 RumusanRumusanRumusanRumusan MasalahMasalahMasalahMasalah............2222

1.3 1.3 1.3

1.3 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian............2222

1.4 1.4 1.4

1.4 KegunaanKegunaanKegunaanKegunaan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian............3333

1.5 1.5 1.5

1.5 AsumsiAsumsiAsumsiAsumsi PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian............3333

1.6 1.6 1.6

1.6 RuangRuangRuangRuang LingkupLingkupLingkupLingkup dandandandan KeterbatasanKeterbatasanKeterbatasanKeterbatasan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian............4444

1.7 1.7 1.7

1.7 DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi IstilahIstilahIstilahIstilah............4444

BAB BAB

BABBAB IIIIIIII TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.1 2.1 2.1

2.1 KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang............6666

2.2 2.2 2.2

2.2 ZatZatZatZat WarnaWarnaWarnaWarna KayuKayu SecangKayuKayuSecangSecangSecang............8888

2.3 2.3 2.3

2.3 KukuKukuKukuKuku............9999

2.4 2.4 2.4

2.4 KosmetikKosmetikKosmetikKosmetik............11111111

2.5 2.5 2.5

2.5 CatCatCatCat KukuKukuKukuKuku............12121212

2.6 2.6 2.6

2.6 EkstraksiEkstraksiEkstraksiEkstraksi............14141414

2.7 2.7 2.7

(7)

2.8 2.8 2.8

2.8 SpektrofotometriSpektrofotometriSpektrofotometriSpektrofotometri UV-VisUV-VisUV-VisUV-Vis............16161616

2.9 2.9 2.9

2.9 EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi MutuMutuMutuMutu CatCatCatCat KukuKukuKukuKuku............18181818

2.10 2.10 2.10

2.10 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep............19191919

BAB BAB

BABBAB IIIIIIIIIIII METODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGI PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

3.1 3.1 3.1

3.1 RancanganRancanganRancanganRancangan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian............21212121

3.2 3.2 3.2

3.2 PopulasiPopulasiPopulasiPopulasi dandandandan SampelSampel PenelitianSampelSampelPenelitianPenelitianPenelitian............21212121

3.3 3.3 3.3

3.3 LokasiLokasiLokasiLokasi dandandandan WaktuWaktu PenelitianWaktuWaktuPenelitianPenelitianPenelitian............22222222

3.4 3.4 3.4

3.4 DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi OperasionalOperasionalOperasionalOperasional VariabelVariabelVariabelVariabel............22222222

3.5 3.5 3.5

3.5 AlatAlatAlatAlat dandandandan BahanBahanBahanBahan............23232323

3.6 3.6 3.6

3.6 PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData............24242424

3.7 3.7 3.7

3.7 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa DataDataDataData............26262626

BAB BAB

BABBAB IVIVIVIV HASILHASILHASILHASIL PENGAMATANPENGAMATANPENGAMATANPENGAMATAN

4.1 4.1 4.1

4.1 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu secangsecangsecangsecang............28282828

4.2 4.2 4.2

4.2 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan ujiujiujiuji pHpHpHpH EkstrakEkstrak KayuEkstrakEkstrakKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang............29292929

4.3 4.3 4.3

4.3 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan organoleptisorganoleptisorganoleptisorganoleptis CatCatCatCat KukuKukuKukuKuku............29292929

4.4 4.4 4.4

4.4 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan UjiUjiUjiUji StabilitasStabilitasStabilitasStabilitas ekstrakekstrakekstrakekstrak dandandandan CatCatCatCat kukukukukukukuku............29292929

BAB BAB

(8)

BAB BAB

BABBAB VIVIVIVI PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP

6.1 6.1 6.1

6.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan............36363636

6.2 6.2 6.2

6.2 SaranSaranSaranSaran............36363636

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR RUJUKANRUJUKANRUJUKANRUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRA LAMPIRAN-LAMPIRA LAMPIRAN-LAMPIRALAMPIRAN-LAMPIRANNNN

DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL

TABEL TABEL

TABELTABEL 2.82.82.82.8 PerkiraanPerkiraanPerkiraanPerkiraan panjangpanjangpanjangpanjang gelombanggelombang spektrofotometrigelombanggelombangspektrofotometrispektrofotometrispektrofotometri............19191919

TABEL TABEL

TABELTABEL 3.53.53.53.5 TabelTabelTabelTabel DefinisiDefinisi OperasionalDefinisiDefinisiOperasionalOperasionalOperasional............22222222

TABEL TABEL

TABELTABEL 3.5.23.5.23.5.23.5.2 TabelTabelTabelTabel formulasiformulasiformulasiformulasi bahanbahan catbahanbahancatcatcat kukukukukukukuku............25252525

TABEL TABEL

(9)

TABEL TABEL

TABELTABEL 4.34.34.34.3 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis SediaanSediaanSediaanSediaan CatCatCatCat kukukukukukukuku ............29292929

T T

TTABELABELABELABEL 4.4.4.4.4444 HHHHasilasilasilasil pengujianpengujianpengujianpengujian ekstrakekstrakekstrakekstrakdandandandan ekstrakekstrakekstrakekstrak dalamdalamdalamdalam catcatcatcat kukukukukukukuku

dengan

dengandengandengan spektrofotometrispektrofotometrispektrofotometrispektrofotometri............30303030

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)...38

Lampiran 2 Gambar Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)...39

Lampiran 3 Gambar Simplisia Kayu Secang...40

(10)

Lampiran 5 Gambar Hasil Pengamatan Organoleptis Cat kuku...42

Lampiran 6 Gambar Hasil Penggunaan Cat kuku...43

Lampiran 7 Data hasil analisa One Way Anova... 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kosmetik merupakan satu hal yang identik dengan wanita karena wanita mendambakan untuk selalu dapat tampil cantik dan menarik. Kosmetik merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memoles diri serta mendapatkan

(11)

hasil yang semaksimal mungkin. Melihat peluang tersebut maka, produsen kosmetik saling berlomba untuk menciptakan produk kosmetik.

Banyak produsen kosmetik yang menggunakan keunggulan produk mereka untuk menarik perhatian konsumen terhadap produk mereka. Namun, tidak semua perusahaan kosmetik mengandalkan keunggulan produk mereka, banyak juga produsen yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan-bahan yang dilarang penggunaanya dalam kosmetik.

Penambahan pewarna sintetik ini bertujuan untuk menambah daya tarik konsumen karena pada kenyataannya konsumen lebih menyukai kosmetika yang memiliki warna mencolok. Salah satu produk kosmetik yang paling diminati adalah cat kuku. Tahun 2011 menurut pimpinan indutri kosmetik raksasa Estee Lauder kepada majalah Times cat kuku mampu menggeser posisi lipstik sebagai kosmetik paling banyak dibeli. Hal ini disebabkan karena cat kuku merupakan jenis kosmetik yang tidak mengenal usia, karena dapat digunakan oleh semua usia.

Cat kuku selain harus terbuat dari bahan aman, juga harus memiliki tampilan yang menarik. Tampilan menarik ditinjau dari kemasan dan warna. Cat kuku merupakan pigmen yang diendapkan dengan pelarut yang mudah menguap untuk menutupi warna alami kuku.

Alasan penggunaan pewarna sintetik oleh industri kosmetik karena harganya lebih murah dan mudah didapat. Pewarna sintetik mulai dibatasi penggunaannya karena ditemukan sebagian besar pewarna sintetik tersebut tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan memiliki sifat karsinogenik. Didalam peraturan menteri kesehatan nomor 239 tahun 1985 telah dijelaskan penggunaan

(12)

pewarna sintetik dalam industri terutama industri obat, makanan dan kosmetik. Oleh karena itu, pemanfaatan bahan alami sebagai pewarna alami seperti kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) dapat digunakan sebagai alternatif lain

sebagai pengganti pewarna sintetik.

Kayu secang (Caessalpinia sappan L) merupakan tumbuhan semak atau

pohon rendah dan banyak tumbuh di Jawa, terutama pegunungan yang tidak terlalu dingin. Kayu secang telah dipercaya oleh masyarakat digunakan untuk obat tradisional. Namun pemanfaatannya sebagai zat warna pada kosmetik belum banyak digunakan.

Zat warna brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna kuning yang terdapat dalam batang kayu secang, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar matahari.

Warna yang dapat terbentuk dari brazilin ini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami cat kuku. Zat warna brazilin diperoleh dengan maserasi kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) dengan ethanol 70%. Metode maserasi dipilih

berdasarkan tingkat kemudahan dan banyaknya zat warna yang terekstrasi.

Namun, pewarna alami kurang stabil jika dibandingkan dengan pewarna sintetik. Maka penelitian ini bertujuan mengetahui mutu fisik dan pengaruh suhu terhadap stabilitas zat warna ekstrak kayu secang (Caessalpinia sappan L) dalam

(13)

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas zat warna brazilin dari kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) hasil ekstraksi menggunakan etanol 70%?

2. Bagaimana stabilitas zat warna brazilin dalam sediaan cat kuku dengan pengaruh suhu ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui stabilitas zat warna brazilin dari kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) dengan etanol 70%.

2. Mengetahui stabilitas zat warna brazilin dalam sediaan cat kuku dengan pengaruh suhu.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah mendapatkan zat warna brazilin yang dapat digunakan sebagai alternative pengganti pewarna sintetik.

1.5 Asumsi penelitian

1. Cat kuku merupakan sediaan kosmetik yang menggunakan warna sebagai daya tarik terhadap konsumen.

2. Kayu secang memiliki kandungan senyawa brazilin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami.

(14)

1.6 Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pembuatan sediaan cat kuku dengan zat warna yang berasal dari kulit kayu secang dengan pelarut etanol 70%. Kemudian dilakukan uji stabilitas zat warna dengan pengaruh faktor suhu.

1.7 Definisi istilah

1. Cat kuku

Cat kuku adalah cat atau vernis yang digunakan pada kuku tangan maupun kuku kaki dengan maksud untuk memperindah kuku.

2. Kayu secang

Kayu secang merupakan salah satu tanaman yang mengandung zat warna. Zat warna tersebut dapat digunakan sebagai zat warna untuk sediaan cat kuku.

3. Brazilin

Brazilin adalah zat warna yang terkandung dalam kulit kayu secang. Brazilin tergolong dalam senyawa flavonoid.

(15)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap 2 cairan tidak saling larut yang berbeda.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)

2.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Langkah untuk membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara di bawah ini:

1. Ingatan

Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.

2. Bantuan orang

Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan menggunakan kedua cara berikutnya.

(17)

3. Spesimen acuan

Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.

4. Pustaka

Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau mencocokkan ciriciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.

5. Komputer

Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapatn dilakukan dengan bantuan komputer.

(18)

2.1.2 Klasifikasi Tanaman

Taksonomi tanaman secang adalah :

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Dialypetalae

Ordo : Rosales

Family : Caesalpinaceae

Genus : Caesalpinia

Species : Caesalpinia sappan Linn.

2.2 Zat warna kayu secang

Nama senyawa yang mampu diisolasi dari kulit kayu secang (Caesalpinia Sappan L) adalah brazilin. Brazilin merupakan senyawa

antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya. Berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin diharapkan mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Senyawa brazilin hanya terdapat pada tanaman brazilwood atau Caesalpinia sp.

Senyawa ini merupakan komponen utama dan merupakan senyawa penciri dari kayu secang. Brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna

(19)

kuning, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan dan dapat larut dalam air.

Brazilin memiliki warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni, dapat dikristalkan, larut air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa manis. Asam tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi alkali dapat membuatnya berwarna merah. Eter dan alkohol menimbulkan warna kuning pucat terhadap larutan brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya brazilein (C6H12O5).

2.3 Kuku

Kuku terdiri dari lempeng pelindung translusen yang menutup permukaan atas atau sendi akhir masing-masing jari tangan dan kaki. Seperti halnya rambut, kuku tersusun dari sel jangat epidermis yang mula-mula terbentuk dalam struktur pelindung tertentu, merupakan pengganti yang dilepaskan dalam bentuk serpih. Tetapi berbeda dengan rambut, proses pertumbuhannya tidak terbatas hingga perpanjangan yang sama, karena julurannya hanya tetap pendek, karena akan tanggal dengan sendirinya akibat kerapuhan, dipotong, kecelakaan, atau sebab lain.

(20)

Kuku terbentuk dari lekatan kuku dan serpih kuku yang terlekat di atasnya. Kuku tumbuh menjulur ke ujung jari dan menjauhi matriks, yakni bagian reproduksi kuku, yang sel-selnya berisi keratohialin, diduga memberikan corak opak pada kuku.

Sesungguhnya, kuku merupakan zat keratin. Tetapi karena sangat kompak menunjukkan ciri yang berbeda dibandingkan sel keratin, sehingga untuk membedakan disebut onikin.

Kuku mengandung keratin lebih kurang 30%, kadar air 7-12%, dan kadar lemak 0,15-0,76%, kecuali pada bayi, lemak kuku hanya sekitar 1,38%. Jenis asam amino yang terdapat dalam keratinkuku meliputi, alanina, arginnia, fenilalanina, glisina, histidina, leusina, lisina, sisteina, tirosina, triptofan, dan valina.

Daerah lekatan kuku memegang peranan penting dalam hal perjatahan gizi bagi kuku itu sendiri. Jika terpisahkan, misalnya karena cedera, pertumbuhan kuku akan terganggu dan akan terjadi kehilangan warna.

Pertumbuhan kuku pada bayi hingga anak usia 9 tahun sekitar 2 mm tiap bulan, dihitung dari lengkung batas kuku. Pertumbuhan rata-rata kuku tiap bulan untuk usia 10-23 tahun sekitar 3 mm.

Kuku dapat menjadi rapuh, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : cacat bawaan, gangguan sistemik, infeksi bakteri atau jamur, dan faktor eksternal lainnya. Kerapuhan kuku dapat dipengaruhi oleh kesehatan lapis kuku yang berubah-ubah tergantung dari penjatahan darah, keadaan yang

(21)

acapkali dikaitkan dengan gangguan fungsi metabolism seperti encok, reumatik, dan berbagai penyakit demam tertentu. (Formularium Kosmetika Indonesia, 1985 hal 161-162).

2.4 Kosmetik

Sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, kuku, rambut, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk menambah daya tarik, membersihkan, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak bertujuan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (SK MENKES no 140/1991).

Secara umum penggunaan kosmetik bertujuan untuk membantu manusia meningkatkan rasa percaya diri pada seseorang. Terdapat bermacam-macam penggolongan kosmetik salah satunya jenis kosmetik ditinjau dari segi kegunaan yakni kosmetik perawatan kulit dan kosmetik dekoratif.

Kosmetik perawatan kulit merupakan jenis kosmetik yang digunakan untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetik dekoratif digunakan untuk merias, menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetika jenis ini peran warna sangat berperan besar.

Zat warna pada kosmetika ini dapat berasal dari alam maupun sintetik. Pewarna alami merupakan pewarna yang terkandung dalam tanaman, mineral. Zat warna ini sama sekali tidak berbahaya. Sedangkan pewarna sintetik

(22)

merupakan pewarna yang sering digunakan untuk menggantikan zat warna alam. Kelebihan dari zat warna sintetik ini adalah warnanya yang lebih intens dan terang.

2.5 Cat kuku

Cat dan vernis kuku adalah sediaan rias kuku yang digunakan untuk menyalut kuku dengan lapisan tidak berwarna atau mewarnai kuku dengan warna, baik warna yang muda maupun warna kontras nyata, sesuai dengan estetika kuku yang dikehendaki.

Cat kuku diterapkan pada kuku tangan atau kuku kaki manusia untuk menghias atau melindungi lempeng kuku. Pembuatan cat kuku tidak hanya melibatkan formulasi yang tunggal. Bahan dasar yang digunakan adalah zat pembentuk selaput utama, dammar pembentuk selaput lengkap, zat pelarut, zat pengisi khusus. Cat kuku juga mengandung agen pewarna. Banyak pigmen pewarna yang digunakan dalam pembuatan cat kuku. Antaranya adalah mutiara dan guanine yang diperbuat dari sisik dan kulit ikan yang kecil. Sisik dan kulit ikan kecil ini dibersihkan dan dicampurkan dengan minyak kastor dan buti asetat.

Pada perkembangannya, sediaan ini hanya berupa vernis kuku yang dimaksudkan untuk memberikan suatu filamen atau lapisan yang tidak berwarna maupun berwarna. Namun seiring dengan beredarnya cat kuku yang menggunakan warna kontras nyata, maka istilah vernis tidak sepenuhnya tetap, dan terpaksa digunakan nama cat kuku.

(23)

Kedua jenis sediaan tersebut pada hakekatnya serupa. Perbedaan hanya terletak pada penggunaan zat warna saja. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan cat kuku dan vernis kuku harus mempunyai sifat yang mudah dioleskan merata, cepat kering, mudah mengeras, sangat lekat pada kuku sehingga tidak mudah terlepas dan tahan goresan.

Bahan tersebut meliputi :

1. Zat pembentuk utama

2. Dammar pembentuk selaput pelengkap

3. Zat plastik

4. Zat pelarut

5. Zat warna

6. Zat pengisi khusus.

Pewarnaan sediaan cat kuku dimaksudkan dengan dua tujuan yaitu :

1. Memberikan corak warna yang sesuai pada vernis jernih bagi penggunaan kosmetika.

2. Menimbulkan keopakan selaput vernis kuku sehingga corak warna yang yang paling serasi dalam meratakan penyalut kuku.

Zat warna yang digunakan dalam sediaan ini harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, secara teknis pemilihan zat warna dibatasi pada zat warna yang memberikan warna serasi dan bersifat

(24)

tidak larut dalam cairan pembawa sehingga tidak akan menodai kuku dan tangan.

2.6 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan metode pemisahan suatu zat terlarut secara selektif dari suatu bahan dengan pelarut tertentu. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada tekstur, kandungan air, tanaman yang diekstraksi, dan jenis senyawa yang akan diisolasi (Harborne 1987).

Salah satu metode ekstraksi adalah metode maserasi. Maserasi merupakan metode pemisahan yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi sampel yang tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini dilakukan dengan merendam sampel dalam suatu pelarut dengan jangka waktu tertentu. Kelebihan metode maserasi adalah sederhana dan bisa menghindari kerusakan komponen senyawa akibat panas. Sedangkan kelemahan metode ini ditinjau dari segi waktu dan penggunaan pelarut yang relatif banyak.

2.7 Maserasi

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995).

(25)

Apa yang disebut “bahan nabati”, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah “simplisia nabati”. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).

Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.

(26)

Keuntungan dari metode ini :

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

2. Biaya operasionalnya relatif rendah

3. Prosesnya relatif hemat penyari

4. Tanpa pemanasan

Kelemahan dari metode ini :

1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja

2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.

2.8 Spektrofotometri UV-Visibel

Analisis kimia bertujuan untuk menentukan komposisi suatu zat atau capuran zat yang merupakan data kuantitatif. Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam metode untuk memperoleh data kuantitatif maupun data

(27)

kuantitatif dengan menggunakan alat (instrument). Alat instrument biasanya digunakan untuk menentukan suatu zat yang berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion).

Salah satu metode penentuan kadar suatu zat secara kuantitatif adalah metose spektrofotometri Ultra-Violet dan sinar tampak. Prinsip dari metode ini adalah berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya yang diserap dapat diartikan jumlah partikel penyerap secara kuantitatif. Spektrofotometri UV biasanya digunakan untuk menetapkan kadar suatu zat yang mempunyai rentang panjang gelombang 200-400 nm sedangkan spektrofotometri visibel digunakan untuk menetapkan kadar suatu zat yang mempunyai warna. Oleh karena itu penetapan stabilitas zat warna brazilin dapat menggunakan metode spektrofotometri visibel, dengan melihat absorbansi dari larutan itu sendiri.

Tabel 2.8. Spektrum sinar tampak dan warna komplementer

Rentang panjang gelombang (nm)

Warna Warna komplementer

400-450 Ungu Hijau 450-480 Biru Kuning 480-490 Biru-kehijauan Orange 490-500 Hijau-kebiuan Merah 500-560 Hijau Ungu-kemerahan 560-575 Hijau-kebiruan Ungu 575-590 Kuning Biru 590-625 Orange Biru-kehijauan

(28)

625-750 Merah Hijau-kebiruan

2.9 Evaluasi Mutu Cat Kuku

2.9.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi penetapan bentuk, warna dan bau yang dapat dideteksi oleh indera. Cat kuku dilihat dan dicium oleh peneliti. Penetapan organoleptis ini dilakukan sebagai spesifikasi produk peneliti.

A. Bentuk

Bentuk adalah perasaan yang ditimbulkan oleh rupa barang ketika indera penglihatan mendeskripsikan barang, dirasakan terutama oleh reseptor umum raba pada indera penglihatan (Deman, 1977:284)

B. Warna

Warna adalah perasaan yang timbul ketika indera penglihatan mengamati corak rupa barang. Efek gabungan berbagai senyawa menciptakan kesan homogenitas barang sehingga didapat efek warna yang kontras (Deman, 1997:290).

C. Bau

Bau adalah perasaan yang dihasilkan oleh indera pembau ketika barang didekatkan pada hidung. Bau tidak memiliki arti fisika yang objektif dan tidak dapat dinyatakan dalam satuan pengukuran yang dapat dipakai secara semesta (Deman, 1997:301).

(29)

2.9.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis meman berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya (Dr. Zulkifli Matondang, M.Si.)

2.9.3 Uji pH

Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui pH larutan bersifat asam yang mempunyai pH< 7, larutan bersifat netral yang mempunyai pH =7, dan larutan bersifat basa yang mempunyai pH 7

2.9 Kerangka konsep

Tampil cantik saat ini sudah menjadi kewajiban bagi wanita. Para wanita berupaya untuk mencapai tujuan itu dengan memakai berbagai macam kosmetik untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Salah satu kosmetik yang dapat menunjang penampilan adalah cat kuku.

Cat kuku merupakan jenis kosmetik dekoratif yang fungsinya untuk membuat penampilan lebih menarik dan menimbulkan efek psikologis yang baik. Dalam hal ini peran zat warna berperan sangat penting. Namun, kini semakin banyak penggunaan zat warna sintetik pada sediaan cat kuku yang menimbulkan keresahan pada masyarakat karena kebanyakan zat warna sintetik tersebut dapat menimbulkan efek karsinogenik. Oleh karena itu, pemanfaatan zat warna alami sangat dibutuhkan untuk menangani masalah ini. Salah satu bahan alam yang mengandung zat warna adalah kayu secang (Caessalpinia sappan L) yang dapat

(30)

menghasilkan warna merah dan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada cat kuku.

Skema Skema

SkemaSkema kerangkakerangkakerangkakerangka konsepkonsepkonsepkonsep

Tuntutan tampil menarik Pemakaian kosmetik Kosmetik dekoratif Warna mencolok Pewarna sintetik Pewarna alami Aman Berbahaya (karsinogenik)

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen dan dilakukan melalui 3 tahap, tahap pertama ekstraksi zat warna brazilin dari kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dengan menggunakan dua macam

pelarut yaitu etanol 70%. Tahap kedua yaitu pembuatan cat kuku dengan menggunakan zat warna brazilin hasil ekstraksi.

Tahap tiga bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap stabilitas zat warna brazilin pada cat kuku. Dengan cara dilakukan pengujian menggunakan metode spektrofotometri visibel.

3.2 Populasi dan sampel penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak zat warna dari kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.).

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak zat warna dari kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang ditambahkan ke dalam cat kuku.

(32)

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada February-Juni 2013, mulai persiapan sampai dengan penulisan laporan. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Analis Putra Indonesia Malang.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang digunakan terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembuatan cat kuku dengan menggunakan zat warna brazilin yang berasal dari kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Sedangkan, variabel

terikatnya adalah stabilitas zat warna brazilin pada sediaan cat kuku. Definisi operasional tertera pada tabel 3.5 di bawah ini

Variabel Variabel

VariabelVariabel SubSubSubSub Variabel Variabel Variabel

Variabel DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi AlatAlatAlatAlat UkurUkurUkurUkur HasilHasilHasilHasil UkurUkurUkurUkur

Skala Skala Skala Skala Ukur Ukur Ukur Ukur Mutu Fisik -Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui bentuk, warna dan bau - - -Organoleptis Pengamatan dengan menggunakan panca indra yang menunjukkan fisik cat kuku yaitu bentuk, warna, dan bau.

Visual Cairan kental, berwarna ungu, dan tidak berbau menyengat. -Homogenitas Analisis untuk mengetahui tercampurnya komponen cat kuku secara merata. Visual Homogen jika tidak ada partikel kasar

saat cat kuku dioleskan.

(33)

-3.4 Alat dan bahan

3.4.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pisau stainless steel, evaporator, neraca analitik, sentrifus, Spektrometer UV-vis, batang pengaduk, botol coklat, lampu UV, aluminium foil, dan peralatan gelas kimia.

3.4.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan untuk membuat produk dan bahan untuk analisis. Bahan yang digunakan untuk membuat produk terdiri

pH Analisis untuk mengetahui nilai keasaman yang dihasilkan oleh cat kuku. pH meter, kertas pH Cat kuku yang dihasilkan bersifat netral (tidak asam), pH 4,5-6,5 untuk menghindari iritasi pada kulit dan kuku. -Uji stabilitas Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui stabilitas zat warna dalam sediaan cat kuku Suhu 30OC dan 40OC Analisis untuk mengetahui stabilitas zat warna dalam cat

kuku Spektrofot ometer UV-Vis Absorbansi zat warna dalam cat kuku sama dengan absorbansi ekstrak Absorba nsi

(34)

dari nitroselulosa, dioktil adipat, trietil fosfat, kamfer, aseton, etilen glikol, dan pewarna untuk pembuatan cat kuku serta kayu secang, dan etanol.

3.5 Pengumpulan data

3.5.1 Ekstraksi zat warna brazilin

Ekstraksi kulit kayu secang diawali dengan memperbesar luas permukaan kulit kayu secang dengan cara memotong kulit kayu tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC selama 3 jam. Langkah kedua dengan melakukan penimbangan bahan (kulit kayu secang) sebanyak 35 gram, kemudian dimaserasi dengan etanol 70% hingga simplisia terendam dengan perbandingan seperti pada tabel 1 selama 24 jam.

Langkah selanjutnya larutan yang diperoleh dari hasil maserasi diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstraks pigmen brazilin.

3.5.2 Pembuatan Cat Kuku

Pembuatan sediaan cat kuku dengan menggunakan pigmen alami brazilin diawali dengan penentuan formulasi cat kuku standart yaitu (Formularium Kosmetika Indonesia):

Nitroselulosa 13,1

Dioktil adipat 13,4

Trietil fosfat 6,5

(35)

Aseton 3,0

Etilen glikolmonometileter 35,0

Zat warna 0,4

Pigmen pewarna menggunakan zat warna brazilin dengan konsentrasi 1% . Formulasi cat kuku dapat dilihat pada tabel 3.5.2 :

Tabel 3.5.2 daftar bahan formulasi cat kuku

Nama bahan Formula

Nitroselulosa 0,13 g Dioktil adipat 0,134 g Trietil fosfat 0,065 g Kamfer 0,03 g Etilen glikonometileter 0,35 g

Zat warna ekstrak 0,1 g

Aseton Ad 10 mL

Campur dioktiladipat dan trietil fosfat. Sambil diaduk tambahkan zat warna kedalam campuran. Giling massa hingga homogen (larutan A). Larutkan nitroselulosa dan kamfer dalam etilenglikolmonometileter, kemudian tambahkan larutan A. tambahkan bahan yang lain dan aduk hingga homogen dan masukkan kedalam beberapa wadah.

(36)

3.5.2 Prosedur Evaluasi Fisik Cat kuku.

Pada cat kuku dilakukan 2 perlakuan berbeda, perlakuan pertama cat kuku disimpan dalam suhu 30oC dan perlakuan kedua cat kuku disimpan dalam suhu 40oC. Kemudain dilakukan evaluasi mutu fisik cat kuku meliputi :

1. Uji organoleptik

Cat kuku yang dihasilkan diamati meliputi bentuk, warna, dan aroma.

2. Uji homogenitas

Sampel cat kuku dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati ada atau tidaknya partikel kasar pada sediaan cat kuku.

3. Uji pH

Sampel cat kuku yang dihasilkan diukur dengan menggunakan pH universal yang telah dicelupkan dalam sampel, warna yang muncul dibandingkan dengan warna yang ada pada kertas pembanding pH.

3.5.3 Uji stabilitas zar warna brazilin dalam sediaan cat kuku terhadap suhu.

Cat kuku yang telah dihasilkan dimasukkan kedalam wadah cat kuku, kemudian 2 wadah diletakkan pada suhu berbeda yaitu, suhu 30oC dan suhu 40oC selama 48 jam. Dilakukan analisis stabilitas warna terhadap cat kuku dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Visible dan dihitung absorbansinya.

(37)

3.6 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas dari ekstrak dalam cat kuku dan ekstrak kayu secang dengan menggunakan anovaone way.

Hipotesis penelitian

HO = µ1 = µ2 = µ3 � Tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari pengujian stabilitas ekstrak dalam cat kuku.

Ha ≠ µ1 = µ2 = µ3 � Terdapat perbedaan secara bermakna dari pengujian stabilitas ekstrak dalam cat kuku.

(38)

BAB BAB BABBAB IVIVIVIV

HASIL

HASILHASILHASIL PENGAMATANPENGAMATANPENGAMATANPENGAMATAN

4.1 4.1

4.14.1 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis EkstrakEkstrak KayuEkstrakEkstrak KayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang ((((CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia sappan

sappan sappansappan LLLL))))

Penelitian ini menggunakan simplisia kayu secang sebanyak 35 gram yang diekstraksi dengan menggunakan etanol 70% sebanyak 500 mL. Hasil ekstraksi kemudian dievaporasi hingga etanol menguap dan volume ekstrak menjadi 51 mL.

Hasil pengamatan organoleptis ekstrak kayu secang meliputi tekstur, wrana dan aroma. Adapun hasil pengamatan organoleptis ekstrak kayu secang tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel

TabelTabelTabel 4.14.14.14.1 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang

Organoleptis Organoleptis Organoleptis

Organoleptis HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan Tekstur Ekstrak encer Warna Orange kecoklatan

Aroma Tidak berbau

Gambar hasil pengamatan organoleptis ekstrak Kayu secang dapat dilihat pada lampiran 4.

(39)

4.2 4.2

4.24.2 HasilHasilHasilHasil PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan UjiUjiUjiUji pHpHpHpH EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang ((((CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia sappansappansappansappan LLLL))))

Adapun hasil pengamatan uji pH ekstrak kayu secang degan menggunakan indikator pH universal adalah sebesar 6.

4.3 4.3

4.34.3 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan organoleptisorganoleptisorganoleptisorganoleptis SediaanSediaanSediaanSediaan catcatcatcat kukukukukukukuku dengandengandengandengan zatzatzatzat warnawarnawarnawarna ekstrak

ekstrak

ekstrakekstrak kayukayukayukayu secangsecangsecangsecang ((((Caesalpinia sappanCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniasappansappansappan LLLL))))

Cat kuku yang telah disimpan dalam 2 suhu yaitu 30oC dan 40oC kemudian di amati secara organoleptis meliputi tekstur, bau, dan warna.

Tabel Tabel

TabelTabel 4.34.34.34.3 HasilHasilHasilHasil pengamatanpengamatanpengamatanpengamatan OrganoleptisOrganoleptisOrganoleptisOrganoleptis SediaanSediaanSediaanSediaan CatCatCatCat kukukukukukukuku dengandengandengandengan PewarnaPewarnaPewarnaPewarna Alami

AlamiAlamiAlami EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecang ((((SecangSecang CaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpiniaCaesalpinia SappanSappanSappanSappan LLLL))))

Organoleptis

Hasil pengamatan Perlakuan I (disimpan dalam

suhu 30oC)

Perlakuan II (disimpan dalam suhu 40oC) Tekstur Semi padat dan sedikit

lembut

Semi padat dan sedikit lembut

Warna Kuning pucat Orange

Aroma Sedikit Aroma kamfer Sedikit aroma kamfer Hasil pengamatan organoleptis cat kuku dapat dilihat pada lampiran 5.

4.4 4.4

4.44.4 HasilHasilHasilHasil PengujianPengujianPengujianPengujian StabilitasStabilitasStabilitasStabilitas EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak KayuKayuKayuKayu SecangSecangSecangSecang dandandandan CatCatCatCat kukukukukukukuku

Pengujian ekstrak zat warna kayu secang (Caesalpinia Sappan L) dan

zat warna ekstrak dalam cat kuku masing-masing dilakukan 2 replikasi. Adapun hasil pengujian ekstrak dan cat kuku dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel Tabel

TabelTabel 4.44.44.44.4 hasilhasilhasilhasil pengujianpengujianpengujianpengujian ekstrakekstrakekstrak kayuekstrakkayukayukayu secangsecangsecangsecang dengandengandengandengan spektrofotometrispektrofotometrispektrofotometrispektrofotometri visible

(40)

Panjang gelomb ang (nm) Absorbansi (kontrol) Absorbansi

(sampel suhu penyimpanan 30oC) Absorbansi (sampel suhu penyimpanan 40oC) Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata Replik asi I Replika si II Rata-rata Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata 530 0,032 0,027 0,027 0,022 0,017 0,0195 0,022 0,027 0,0245 535 0,027 0,027 0,025 0,027 0,022 0,0245 0,022 0,032 0,027 540 540 540 540 0,0460,0460,0460,046 0,0320,0320,0320,032 0,0410,0410,0410,041 0,0320,0320,0320,032 0,0270,0270,0270,027 0,02950,02950,02950,0295 0,0270,0270,0270,027 0,0360,0360,0360,036 0,03150,03150,03150,0315 545 0,032 0,027 0,029 0,029 0,017 0,023 0,025 0,022 0,0235 550 0,027 0,027 0,025 0,022 0,013 0,0175 0,022 0,022 0,022

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak kayu secang, cat kuku dengan suhu penyimpanan 30oC, dan cat kuku suhu penyimpanan 40oC memiliki panjang gelombang maksimal pada 540 nm. Dari data tersebut kemudian dilakukan pengujian statistik spss dengan metode analisa anova, untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kontrol, cat kuku perlakuan pertama dan cat kuku perlakuan kedua.

(41)

BAB BAB BAB BAB VVVV PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang stabilitas zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai zat pewarna dalam formulasi cat kuku menggunakan kayu secang sebagai sampelnya. Telah diketahui bahwa kayu secang mengandung zat warna yaitu brazilin. Ekstrak kayu secang diperoleh dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70 % selama 72 jam pada suhu kamar. Hasil maserasi kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan metode evaporasi. Metode ini dipilih karena pada penelitian sebelumnya yaitu Kharakter ekstrak zat warna Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai Indikator Titrasi Asam basa metode ini menghasilkan jumlah rendemen yang cukup tinggi. Hal ini mungkin disebabkan zat warna ekstrak kayu secang memiliki sifat kepolaran yang relatif sama dengan etanol 70%. Pemilihan etanol 70% juga didasarkan pada sediaan cat kuku yang membutuhkan pelarut dengan sifat yang mudah menguap. Hasil pengamatan ekstrak hasil evaporasi yaitu cairan pekat, tidak beraroma dan berwarna orange kecoklatan.

Hasil zat warna ekstrak kayu secang kemudian digunakan sebagai zat warna dalam sediaan cat kuku. Pembuatan cat kuku menggunakan formulasi standar dari Formularium Kosmetika Indonesia. Kemudian cat kuku dipisahkan untuk diberi perlakuan berbeda, perlakuan pertama cat kuku disimpan pada suhu 30oC dan perlakuan kedua cat kuku disimpan dalam suhu 40oC. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil intensitas warna yang berbeda. Hasil pengamatan penyimpanan pertama yaitu berbentuk semi padat dan sedikit lembut,

(42)

berwarna kuning (pucat), dan sedikit beraroma kamfer. Hasil organoleptis formula kedua yaitu berbentuk semi padat, sedikit lembut, berwarna orange, dan sedikit aroma kamfer.

Cat kuku yang memenuhi persyaratan yaitu memberikan selaput dengan ciri khas yang dikehendaki meliputi ketebalan serba sama, warna seragam, memiliki sifat mudah dibasahi pembawa, dan terdispersi merata dalam pembawa, Berkilauan, berarti permukaan selaput harus sangat halus dan licin, daya lekat pada kuku sangat baik, kekenyalan dan kelenturannya baik sehingga tidak mudah rapuh, permukaan selaput keras tidak lengket yang dapat terjadi dalam waktu singkat, tidak melekat pada permukaan lain, sifat pengeringannya baik, lebih kurang 4 menit, dan sifat ini tahan lebih kurang 1 minggu. Hasil dari kedua perlakuan didapatkan cat kuku yang sesuai dengan syarat.

Cat kuku dapat membentuk selaput keras serta cat kuku yang dihasilkan mudah melekat terhadap kuku. Gambar hasil penggunaan cat kuku dapat dilihat pada lampiran 9. Sedangkan untuk ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L)

yang digunakan sebagai zat pewarna cat kuku sebenarnya sudah mampu memberikan intensitas warna yang baik namun ketika cat kuku disimpan dalam suhu 40oC akan mengalami perubahan warna. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan zat warna brazilin yang teroksidasi menjadi brazelein yang mempunyai intensitas warna lebih tinggi dibandingkan dengan brazilin.

Sebelum ekstrak kayu secang digunakan sebagai zat pewarna pada formulasi cat kuku, dilakukan uji pendahuluan yaitu uji stabilitas terhadap suhu menggunkan spektrofotometri visible dengan rentang panjang gelombang

(43)

530-550 nm. Metode yang digunakan dalam pengujian stabilitas ini berdasarkan daftar tabel spektrum dan warna komplementer spektrofotometri visibel.

Pada daerah sinar uv-sinar tampak hanya melibatkan transisi elektron dari π → π* dan n → π*, sehingga senyawa yang dapat menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini hanya senyawa-senyawa yang memiliki transisi elektron dari π → π* dan n → π* saja. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap dengan panjang gelombang >200 nm atau dengan kata lain senyawa tersebut memiliki gugus kromofor. Menurut Goodwin (1976) dalam Kristie (2008) molekul zat warna brazilin mengandung gugus-gugus kromofor (-C=C-) yang terkonjugasi dan gugus-gugus ausokrom (OH), sehingga ekstrak kayu secang dapat dilihat absortivitasnya dengan menggunakan spektrofotometri visible.

Pada pengujian ini, dilakukan pengujian ekstrak awal yaitu ekstrak yang tidak diberi perlakuan apapun terlebih dahulu untuk digunakan sebagai kontrol yaitu melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan intensitas warna ekstrak kayu secang setelah perlakuan terhadap suhu. Spektrofotometer bekerja berdasarkan penyerapan sinar yang dihasilkan oleh sampel yang bewarna pada panjang gelombang tertentu. Alat ini dipergunakan untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif.

Untuk kuantitatif adalah berdasarkan gugusan fungsi yang ada dengan mempergunakan standar. Pada penelitian ini tidak digunakan larutan standar karena merupakan analisa kualitatif sehingga hanya dibandingkan dengan kontrol. Pada pengujian stabilitas ekstrak terhadap suhu, ekstrak disimpan dalam inkubator

(44)

dengan suhu 40oC selama 24 jam kemudian diuji dengan spektrofotometri visibel dengan panjang gelombang 530-550 nm. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu absorbansi dari ekstrak awal (kontrol) dan ekstrak dalam cat kuku relatif stabil artinya intensitas warna ekstrak kayu secang dapat disimpan pada suhu 30OC

maupun 40OC. Pada analisis data menggunakan statistic spss, dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan dilakukan pengujian normal atau tidak. Jika angka signifikan > 0.05 maka dilanjutkan dengan uji beda yaitu uji anova. Jika nilai signifikan dari uji anova < 0,05 maka Ho ditolak, > 0,05 maka Ho diterima. Nilai signifikan stabilitas dari uji anova sebesar 0,466 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari stabilitas ekstrak maupun cat kuku.

Namun, penentuan stabilitas zat tidak ditentukan hanya pada kestabilan absorbansi hasil dari pengamatan spektrofotometri. Perubahan warna pada saat perlakuan (terbentuknya zat warna brazelein akibat penambahan derajat suhu) juga mempengaruhi stabilitas, artinya zat warna ekstrak kayu secang dikatakan tidak stabil pada peningkatan suhu. Karena perbedaan struktur brazilin dan brazelein yang terletak pada gugus fungsinya saja, menyebabkan metode spektrofotometri kurang peka hanya mampu membaca absorbansi brazilin dan brazelein yang mempunyai nilai absorbansi yang sama tanpa mampu melihat perbedaan struktur yang terjadi.

(45)

BAB BAB BABBAB VIVIVIVI

PENUTUP PENUTUPPENUTUPPENUTUP

6.1 6.1

6.16.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

Hasil mutu fisik cat kuku dengan perlakuan pertama (suhu 30oC) yaitu cat kuku berwarna kuning pucat dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Sedangkan hasil mutu fisik cat kuku dengan perlakuan kedua (disimpan dalam suhu 40oC ) yaitu cat kuku berwarna orange dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil terbaik. Terjadinya perbedaan warna antara kedua perlakuan tersebut akibat terbentuknya zat warna brazelein akibat oksidasi brazilin oleh suhu. Dari perbedaan yang terjadi tersebut cat kuku dikatakan tidak stabil dalam suhu tersebut.

Sedangkan hasil uji stabilitas maka dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan L) serta zat warna ekstrak

dalam cat kuku dalam suhu 30oC dan 40oC memiliki nilai absorbansi yang sama. Hal ini disebabkan spektrofotometri visibel tidak mampu membaca perbedaan struktur yang terjadi artinya metode spektrofotometri ini kurang cocok digunakan untuk mengetahui stabilitas zat warna ekstrak kayu secang.

6.2 6.2

6.26.2 SaranSaranSaranSaran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disarankan :

1. Dilakukan uji stabilitas dengan menggunakan metode HPLC untuk mengetahui perbedaan struktur antara brazilin dan brazelein.

(46)

2. Ekstrak kayu secang dimanfaatkan sebagai zat warna pada sediaan lain misalnya lipstik.

(47)

DAFTAR RUJUKAN

Djulaika, Retno. 2011.Pencarian dan pengomptimuman sidik jari kromatografi cair kinerja tinggi ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Skripsi. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Kristie, Amelia. 2008.Efek pencampuran ekstrak zat warna kayu secang dengan beberapa sumber antosianin terhadap kualitas warna merah dan sifat

mikrobanya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kurniati, Nunik. 2012.Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Brazilein dari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). Tugas Akhir II. Jurusan Kimia FMIPA

UNNES.

Kusumawati, Riska Pratama. 2008. Pengaruh Penambahan asam sitrat dan pewarna alami kayu secang (Caesalpinia sappan L) terhadap stabilitas warna sari buah Belimbing manis (Averrhoa carambola L). Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Padmaningrum, Regina Tutik. 2012.Karakter ekstrak zat warna kayu secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai indicator titrasi asam basa. Laporan Penelitian.

Yogyakarta: FMIPA UNY

Samsudin, Asep Muhammad. 2008.Ekstraksi, Filtrasi membran dan uji satbilitas zat warna dari kulit manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Penelitian. Semarang:

(48)

Siregar, Yusraini Dian Inayati dan Nurlela, 2011.Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Winarti, Cristina dan Nanan Nurdjanah. 2005.Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Penelitian. Balai Besar

(49)
(50)
(51)
(52)

Lampiran 4 Gambar Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)

(53)

Lampiran 5 Gambar Hasil Pengamatan Organoleptis Cat kuku

(54)

Lampiran 6 Gambar Hasil Penggunaan Cat kuku

Kuku tanpa Cat kuku Kuku dengan cat kuku

(55)

Gambar

Tabel 2.8. Spektrum sinar tampak dan warna komplementer
Tabel 3.5.2 daftar bahan formulasi cat kuku
Tabel Tabel Tabel 4.1 4.1 4.1 4.1 Hasil Hasil Hasil Hasil Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Organoleptis Organoleptis Organoleptis Organoleptis Ekstrak Ekstrak Ekstrak Ekstrak Kayu Kayu Kayu Kayu Secang Secang Secang Secang
Tabel Tabel 4.3 4.3 4.3 4.3 Hasil Hasil Hasil Hasil pengamatan pengamatan pengamatan pengamatan Organoleptis Organoleptis Organoleptis Organoleptis Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan Cat Cat Cat Cat kuku kuku kuku kuku dengan dengan dengan dengan Pewarna Pewa

Referensi

Dokumen terkait

3/7 Ploso Dusun Jajar Desa Ngreco Kec.. Masjid

Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan

Kemudian pada kondisi baseline (A2) dilaksanakan 4 kali pertemuan, kondisi ini merupakan kondisi setelah diberikan intervensi atau kondisi setelah tidak diberikan permainan

Telah dibuat perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuktikan hasil penyelesaian permasalahan digital yang diselesaikan menggunakan metode Peta Karnaugh. Metode

Hasil penelitian didapatkan hanya sebagian kecil kegiatan persiapan pada hari pemulangan klien yang dilakukan diantaranya: memberikan kesempatan pada klien dan

ini “ Peranan bidang olahraga dispora dalam mendukung pembinaan atlit pelajar di provinsi Riau Tahun 2012 ” , maka penelitian ini akan dilakukan di Dispora Provinsi Riau

Uji coba kelompok kecil (small group) , Uji coba kelompok kecil dilakukan setelah melakukan revisi produk awal. Uji coba ini melibatkan subjek yang lebih banyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan brushing rubber dan silika dari sabut kelapa sebagai bahan pengisi dalam pembuatan kompon genteng karet, serta