Bab 2 PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
H. Hasil-hasil Pengindraan Jauh dan Manfaatnya
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi pengindraan jauh yang mulanya hanya digunakan dalam bidang kemiliteran, kini bidang-bidang lain, seperti geologi, industri migas, perencanaan kota, kehutanan, dan arkeologi turut pula memanfaatkannya.
1. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Bidang Geologi
Pakar geologi, khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam, memerlukan informasi dari teknologi ini untuk mengetahui/ memperkirakan potensi dan melokalisasi daerah rawan bencana. Kegiatan alam tersebut dapat diamati melalui foto citra indra jauh, yang datanya kemudian dianalisis dan dipakai sebagai data dasar peta dampak lingkungan. Jadi, pengindraan jauh memiliki peranan yang sangat penting dalam mengidentifikasi daerah rawan bencana alam.
Informasi potensi rawan yang dihasilkan oleh penafsiran pengindraan jauh dapat berupa:
a. jenis dan sebaran batuan; b. hubungan antarbatuan;
c. struktur/ geologis, seperti sesar dan pelipatan; d. morfologi tanah;
e. sebaran, bahaya informasi-informasi itu, maka kita akan sangat terbantu dalam mengevaluasi kerawanan bencana dan risiko bahayanya.
2. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Industri Migas
Pada era sekarang, industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan salah satu sektor yang banyak memanfaatkan teknolgi pengindraan jauh, yaitu mulai tahap eksplorasi, produksi, sampai pada tahap distribusi. Laboratorium pengolahan citra yang dikelola oleh industri migas telah memanfaatkan teknologi ini dalam berbagai aktivitasnya, baik dalam kegiatan intern, penelitian bersama, maupun dalam rangka pelayanan jasa konsultasi teknologi kepada pihak luar.
Gambar 2.10Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam geologi (Sumber: www.google.com)
3. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Perencanaan Kota
Untuk perencanaan kota diperlukan data tepercaya, terinci, dan mutakhir. Dengan demikian, pengindraan jauh sebagai satu-satunya pilihan. Dengan teknologi ini, kota dapat direkam secara cepat. Data yang diperolehnya menggambarkan wujud dan letak yang mendekati wujud dan letak bumi yang sebenarnya. Data yang direkam relatif lebih lengkap dibandingkan dengan cara-cara yang biasa digunakan. Benda atau fenomena yang relatif tidak terlalu kecil dan tidak terhalang oleh benda lain dapat direkam dan dikenali.
4. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Pengelolaan
Hutan
Hampir semua ahli kehutanan mengakui bahwa pengindraan jauh merupakan sumber data yang efektif di bidang kehutanan. Para ahli kehutanan telah banyak menggunakannya dalam mempersiapkan peta mengenai tipe-tipe hutan. Rencana pembangunan jalan-jalan hutan, pembuatan tata batas, inventarisasi contoh- contoh tetumbuhan, dan kegiatan-kegiatan kehutanan lainnya.
Kegiatan pemerolehan data kehutanan yang semula dilakukan dengan cara manusia, dengan hadirnya teknologi pengindraan jauh, tugas-tugas ahli kehutanan menjadi lebih mudah. Tetapi, tidak semua tugasnya terbantu oleh kehadiran teknologi ini. Pengukuran-pengukuran yang lebih teliti,
misalnya mengenai diameter pohon, kelas, bentuk, serta cacat buatan hanya mungkin dilakukan di lapangan. Dengan demikian, pengindraan jauh digunakan untuk melengkapi, memperbaiki, atau mengurangi pekerjaan lapangan dan bukan sepenuhnya untuk mengganti pekerjaan lapangan tersebut.
Berdasarkan ketinggiannya, wahana terbagi 3 kelompok:
a. Pesawat terbang rendah dan medium, yaitu ketinggian 1.000 – 9.000 meter, citra yang dihasilkan adalah foto udara. b. Pesawat terbang tinggi dengan ketinggian 18.000 meter, citra
yang dihasilkan adalah multispectral scanners data.
c. Satelit dengan ketinggian 400 km, citra yang dihasilkan adalah citra satelit.
Gambar 2.11 Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam penge- lolaan hutan.
5. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Survei Arkeologi
Ketidakjelasan lokasi dan data letak benda-benda peninggalan sejarah mendorong para arkeolog untuk memanfaatkan teknologi pengindraan jauh. Dengan teknologi ini, kegiatan survei arkeologi akan lebih cermat dan lebih mudah. Beberapa temuan yang diperoleh dengan bantuan pengindraan jauh, yaitu: a. teridentifikasinya lokasi Banten Girang
sebagai pusat pemukiman masa lampau; b. teridentifikasinya parit-parit yang melingkari
Kraton Surowangsan; serta
c. teridentifikasinya lingkungan situs Tirtayasa yang diperkirakan sebagai bagian dari Kraton Banten Tirtayasa.
6. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Kegiatan Militer
Kedigdayaan suatu negara dalam bidang militer, saat ini tidak lagi ditentukan oleh lengkap tidaknya persenjataan tempur, melainkan juga ditentukan oleh ada tidaknya data citra satelit militer misalnya. Hal ini sudah dibuktikan:
a. perang Irak dengan sekutu Kuwait,
b. tertembaknya tokoh pejuang Republik Chechnya,
c. Foto Pentagon di Amerika Serikat
Langkah-langkah pengindraan jauh pada umumnya meliputi enam tahap. Secara garis besar, tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Perumusan dan Tujuan
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, misalnya erosi tanah, penebangan hutan, dan pencemaran lingkungan. Masalah harus dirumuskan dengan jelas, karena hal itu merupakan landasan bagi penyusunan tujuan yang ingin dicapai.
Gambar 2.12 Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam survei arkeologi.
(Sumber: www.balarpalembang.go.id)
I.
Langkah-langkah Pengindraan Jauh
Gambar 2.13Foto pemanfaatan
pengindraan jauh dalam militer (Sumber: www.hobart.k 12.in.us)
2. Evaluasi Kemampuan
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan dengan jelas, langkah berikutnya adalah penelitian terhadap kemampuan dalam pelaksanaannya. Yang perlu dinilai di antaranya kemampuan tim pelaksananya, alat dan perlengkapan, waktu, serta dana yang tersedia. Antara kemampuan dan tujuan harus sesuai. Bila tidak sesuai, kemampuan harus ditingkatkan atau tujuannya harus ditinjau kembali, misalnya dengan penyederhanaan masalah atau tujuan,
3. Pemilihan Cara Kerja
Cara kerja yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jangan sampai bertolak belakang. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai masalah serta objek yang akan diteliti.
4. Tahap persiapan
a. Penyiapan Data Acuan
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra
pengindraan jauh, akan tetapi data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data acuan itu dapat berupa monografi daerah, laporan penelitian, kertas kerja, majalah atau buku, dan peta. Data-data tersebut diperlukan untuk menunjang terhadap interpretasi citra dan pengindraan jauh.
b. Penyiapan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh ialah hasil perekaman objek dengan
menggunakan sensor buatan, misalnya: berupa citra foto, citra nonfoto, atau numerik. Data pengindraan jauh yang akan dipersiapkan harus sesuai dengan tujuan dan kemampuan penelitian.
c. Penyiapan Mosaik
Mosaik foto ialah serangkaian foto dari suatu daerah yang
disusun menjadi satu lembar foto. Penyusunan ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh. d. Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan observasi langsung ke medan penelitian, yang bertujuan untuk mencocokkan wujud medan (objek) yang tergambar di foto dengan objek yang sebenarnya. Orientasi medan perlu dilakukan apabila:
1) tidak adanya data acuan, dan
5. Interpretasi data
Data pengindraan jauh dapat berupa angka-angka (data numerik) atau pun berupa data visual. Dalam langkah ini, data tersebut diinterpretasi atau dianalisis menjadi informasi yang nantinya diperlukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
6. Laporan
Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Laporan hasil penelitian murni akan berbeda dengan hasil penelitian terapan. Perbedaan tersebut, terutama terletak pada analisisnya. Bagi penelitian murni, analisisnya berkisar pada bidang pengindraan jauh itu sendiri. Sedangkan bagi penelitian terapan, diarahkan untuk membantu terhadap suatu kepentingan tertentu.
1. Bentangan Alam sebagai Hasil Pengindraan Jauh