• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 Hasil identifikasi tanaman

Langkah awal dalam penelitian ini adalah identifikasi tanaman. Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan penelitian. Hasil identifikasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, menunjukan bahwa tanaman yang dipakai adalah herba sambiloto dengan nama ilmiah Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees suku Acanthaceae dan daun salam dengan nama ilmiah Syzygium polyanthum (Wight) Walp. suku Myrtaceae.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik herba sambiloto segar diperoleh yaitu batang berkayu, sangat keras dan berwarna hijau. Daun segar berwarna hijau tua pada bagian atas dan lebih muda pada bagian bawah, daun tunggal, bersilang behadapan, pangkal dan ujung runcing, tepi rata, panjang ± 5 cm, lebar ± 1,5 cm. Bunga terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, dengan panjang 6 mm, bagian atas berwarna putih dan bagian bawah berwarna ungu. Buah bulat panjang, ujung runcing dan berwarna hijau. Pemerian serbuk simplisia herba sambiloto adalah berwarna hijau tua.

Hasil pemeriksaan makroskopik daun salam segar diperoleh yaitu daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5 - 10 mm, tepi daun rata, ujung

meruncing, pangkal runcing, panjang 10 - 14 cm, lebar 4 - 8 cm, permukaan atas berwarna hijau tua, licin, mengkilat, permukaan bawah berwarna hijau muda, tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan bawah daun. Pemerian serbuk simplisia daun salam adalah berwarna hijau kecoklatan.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan terhadap daun sambiloto segar pada sayatan melintang melalui tulang daun terlihat rambut penutup, sel epidermis dan sistolit, terdapat juga kolenkim, jaringan pagar, jaringan bunga karang, berkas pembuluh tipe bikolateral dan epidermis bawah serta hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia herba sambiloto terlihat stomata, rambut, sel batu dari kulit buah, berkas pembuluh dan sistolit. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 62.

Hasil pemeriksaan mikroskopik sayatan melintang daun salam segar terlihat kutikula, sel epidermis, kelenjar lisigen, jaringan pagar, jaringan bunga karang dan hablur kalsium oksalat serta pada hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia terlihat epidermis, stomata tipe parasitik, berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat dan serabut sklerenkim. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 64.

4.2.3 Hasil karakterisasi simplisia

Hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap simplisia herba sambiloto dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karaterisasi Simplisia Herba Sambiloto

Parameter Karakterisasi Hasil (%) Syarat (%)

Kadar air 3,95 <10

Kadar sari larut air 19,20 >18

Kadar sari larut etanol 15,11 >9,7

Kadar abu total 7,10 <12

Kadar abu tidak larut asam 1,25 <2

Hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap simplisia herba sambiloto dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karaterisasi Simplisia Daun Salam

Parameter Karakterisasi Hasil (%) Syarat (%)

Kadar air 7,98 <10

Kadar sari larut air 12,83 >12

Kadar sari larut etanol 9,54 >8

Kadar abu total 3,71 <5

Kadar abu tidak larut asam 0,53 <1

Hasil penetapan kadar air simplisia daun memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 10% (Depkes RI, 1980). Kadar air yang melebihi persyaratan akan terjadinya pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang tersari dalam pelarut air. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan zat-zat yang tersari dalam pelarut etanol tetapi mungkin tidak larut dalam air (Depkes RIb, 2000).

Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal proses sampai menjadi simplisia, sedangkan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat (Depkes RIb, 2000).

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto memenuhi syarat berdasarkan persyaratan pada Materia Medika Indonesia (MMI) (1979) dan hasil karakterisasi serbuk simplisia daun salam memenuhi syarat

berdasarkan persyaratan pada Materia Medika Indonesia (MMI) (1980).

4.3 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia

Ekstraksi dilakukan terhadap serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam yang masing-masing dilakukan dengan cara perkolasi sehingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak cair yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan vakum rotary evaporator. Hasil penyarian 900 gram serbuk simplisia herba sambiloto dengan pelarut etanol 50% diperoleh ekstrak kental 205,28 gram (rendemen 22,81%) dan hasil penyarian 900 gram serbuk simplisia daun salam dengan pelarut etanol 70% diperoleh ekstrak kental 200,48 gram (rendemen 22,27%).

4.4 Hasil Pengujian Pra-Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Uji

Kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam diformulasi dengan bahan tambahan amilum manihot, amilum maidis dan laktosa hingga membentuk massa yang kompak, kemudian digranulasi dan dikeringkan, setelah diperoleh granul kering, dikalibrasi bobot isi kapsul dengan melakukan orientasi dengan menimbang 6 kapsul dan dicari bobot rata rata 1 kapsul, kemudian ditambahkan laktosa yang tersisa.

Hasil pengujian pra-formulasi yaitu uji waktu alir dan uji sudut diam sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 73.

Evaluasi penyimpangan bobot isi rata-rata dalam persen dilakukan dengan cara sesuai yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom A (7,5%) dan untuk 2 kapsul tidak lebih dari

yang ditetapkan kolom B (15%). Sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 74.

4.5 Data Dasar Pasien Dislipidemia

Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam dilakukan pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subyek penelitian, sehingga diperoleh 20 orang pasien dislipidemia. Jumlah calon subyek adalah 160 orang dan diukur kadar kolesterolnya dengan menggunakan alat Easy Touch. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa hanya 40 orang yang positif memiliki kadar kolesterol > 200 mg/dl, selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dan diperoleh sebanyak 25 orang positif dislipidemia, tetapi dari 25 orang tersebut terdapat 5 orang drop out, sehingga diperoleh 20 orang yang bersedia ikut sampai tahap akhir penelitian. Pemeriksaan vital sign pasien yang dilakukan sebelum (H0) dan sesudah (H28) pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan sehingga diperoleh IMT (Indeks Massa Tubuh) serta pemeriksaan tekanan darah. Hasil pemerikaannya dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 83.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan vital sign pasien sebelum (H0) pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam, maka diperoleh data demografi pasien dislipidemia yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data demografi pasien dislipidemia

Demografi Pasien Jumlah %

Jenis kelamin: Laki-laki 12 60 Perempuan 8 40 Umur (tahun): 21 – 40 6 30 41 – 60 14 70 Tekanan darah (mmHg): Normal (<120) 5 25 Pra-hipertensi (120 - 139) 9 45 Hipertensi stage 1 (140 - 159) 3 15 Hipertensi stage 2 (>160) 3 15 IMT( kg/m2): Kurus (< 18,5) Normal (18,5 - 24,9) 1 6 5 30 Kelebihan berat badan (25 - 29,9) 7 35 Obesitas (>30) 6 30 Melakukan olah raga: Ya

Tidak 2 18 10 90 Perokok: Ya Tidak 11 9 55 45 Kategori perokok: Ringan (<10 batang/hari)

Sedang (10 - 20 batang/hari) Berat (20 batang/hari) - 4 7 - 20 35 Penyakit (6 bulan terakhir):

Hipertensi Asam urat Tanpa penyakit 15 1 4 75 5 20 Kolesterol total (mg/dl): Normal (<200) 1 5

Sedang (200 - 239) 6 30 Tinggi (≥240) 13 65 Trigliserida (mg/dl): Normal (≤150) 6 30 Batas tinggi (151 - 199) 5 25 Tinggi (200 - 499) 6 30 Sangat tinggi (≥500) 3 15 HDL (mg/dl): Rendah (≤40) 2 10 Batas rendah (40 - 60) 17 85 Tinggi (≥60) 1 5 LDL (mg/dl): Optimal (≤100) 3 15 Mendekati optimal (100-129) 3 15 Batas tinggi (130 - 159) 5 25 Tinggi (160 - 189) 7 35 Sangat tinggi (≥190) 2 10 Jumlah pasien pada penelitian ini yaitu 20 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki (60%) dan 8 orang perempuan (40%). Pasien lebih banyak laki-laki karena pasien laki-laki cenderung memiliki gaya hidup yang kurang baik seperti kurang berolahraga dan sering merokok. Rokok mengandung nikotin yang

berbahaya bagi kesehatan. Menurut Kershbaum (1993), nikotin menyebabkan peningkatan ekskresi katekolamin dalam darah sehingga meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer. Nikotin juga dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam darah karena meningkatnya pemecahan trigliserida oleh rangsangan katekolamin. Asam lemak bebas dapat meningkatkan agregasi trombosit dan viskositas darah. Efek nikotin jangka panjang mengganggu homeostasis profil lipid darah yaitu meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol HDL. Disamping itu, menurut Wiryowidagdo (2002), asap rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang bisa menghambat pertukaran oksigen dalam darah dan menimbulkan kerusakan jaringan pembuluh darah, sehingga menjadi proses awal aterosklerosis.

Pasien dislipidemia mayoritas adalah umur 41 - 60 (70%). Umur yang semakin tua menyebabkan aktvitas reseptor LDL semakin berkurang, sehingga menyebabkan peningkatan kolesterol LDL dan menyebabkan peningkatan kolesterol total (Holman, 1993).

Hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan banyak pasien mengalami hipertensi terdiri dari pra-hipertensi (45%), hipertensi stage 1 (15%) dan hipertensi stage 2 (15%), sedangkan tekanan darah normal hanya 25%. Menurut Wiryowidagdo (2002), hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama menyebabkan ketegangan meningkat pada pembuluh darah terutama pembuluh darah koroner dan memberikan beban bagi jantung, sehingga tekanan yang kuat dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis.

dislipidemia mayoritas termasuk gemuk yaitu kategori kelebihan berat badan (35%) dan kategori obesitas (30%). Kegemukan atau kelebihan berat badan berarti persentase kadar lemak dalam tubuh lebih besar daripada berat badan normal (Wiryowidagdo, 2002). Laki-laki dianggap obesitas apabila jumlah lemak dalam tubuhnya melebihi 25% daripada berat badan, sedangkan bagi wanita dianggap obesitas apabila melebihi 30% daripada berat badan. Setiap jumlah lemak dan karbohidrat makanan yang tidak terus digunakan akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida, sehingga orang gemuk cenderung mempunyai kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida lebih tinggi (Broca, 1993).

Berdasarkan data karakteristik pasien dapat disimpulkan bahwa pasien dislipidemia mayoritas terdiri dari laki-laki, terjadi pada usia 41 - 60 tahun dan mengalami hipertensi serta kegemukan. Hal tersebut didukung oleh hasil kuesioner dari data demografi pasien menunjukkan mayoritas pasien memiliki gaya hidup yang kurang baik seperti kurang berolahraga dan sering merokok (khususnya laki-laki) serta dari data pola makan menunjukkan pola makan yang kurang baik seperti banyak makan makanan berlemak, kurang makan buah- buahan dan sayur-sayuran. Data pola makan pasien dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 85.

Konsumsi lemak berlebihan (di atas 30% dari energi total) dan terutama lemak jenuh akan menaikkan kolesterol darah di atas normal (150 - 200 mg/100 ml) (Silalahi, 2006). Asam lemak jenuh terkandung di dalam makanan hewani (misalnya daging sapi, keju dan susu) maupun nabati (misalnya minyak kelapa dan minyak kelapa sawit). Asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL sekaligus HDL, sehingga secara otomatis meningkatkan kolesterol

total, tetapi peningkatan kadar kolesterol HDL oleh asam lemak jenuh akan menurunkan risiko penyakit jantung disebabkan HDL membalikkan transport kolesterol dari membran sel ke hati memungkinkan hati membuang kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer sehingga melindungi organ dari aterosklerosis. Asam lemak tak jenuh jamak trans berasal dari asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap lebih dari satu (PUFA) yang dihidrogenasi dengan temperatur tinggi sehingga memicu perubahan isomer asam lemak dari "Cis" (bentuk normal) menjadi "Trans" terdapat dalam kripik, margarin batangan, ayam goreng dan Iain- lain. Asam lemak tak jenuh jamak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) sehingga meningkatkan risiko aterosklerosis koronaria (Tuminah, 2009).

Faktor lain yang menyebakan meningkatnya kolesterol dalam darah yaitu kurangnya berolahraga, karena dengan berolahraga akan memicu metabolisme

lipid sehingga kadar lipid dalam darah akan tetap terkendali, sehingga akan menghambat proses aterogenesis (Farihah, 2013).

4.6 Hasil Pemeriksaan Kadar ALT dan AST

Pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap fungsi organ hati pada 20 orang pasien dislipidemia dapat dilihat setelah pengambilan darah dan pemeriksaan kadar ALT dan AST. Aminotransferase merupakan enzim spesifik untuk melihat kondisi normal hati. Pengukuran kadar enzim tersebut di dalam darah merupakan hasil aktivitas enzim tersebut yaitu enzim ALT yang mengkatalisis reaksi L-Alanin + 2-Ketoglutarat menghasilkan Glutamat + Piruvat dan enzim AST yang mengkatalisis reaksi L-

Aspartat + 2-Ketoglutarat menghasilkan L-Glutamat + Oksaloasetat. Pengukuran kadar ALT dan AST terhadap pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Hasil laboratorium kadar ALT dan AST dapat dilihat pada Lampiran 22, halaman 88.

Hasil pemeriksaan hari 0 pada pasien dislipidemia diperoleh kadar ALT dan AST rata-rata yaitu 1 - 3 kali normal (meningkat sedang), ini kemungkinan adanya penyakit pankreatitis, perlemakan hati alkoholik, sirosis dan neoplastik. Kadar ALT dan AST pada penyakit hati dapat naik dan turun secara bersama- sama (Sacher dan McPherson, 2004). Kerusakan yang berlangsung terus pada sel- sel hati dapat tercermin dari peningkatan kadar ALT dan AST, karena apabila sel- sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim tersebut yang dalam keadaan normal seharusnya berada dalam sel hati maka akan masuk ke dalam peredaran darah (Speicher dan Smith, 1994).

Hasil pemeriksaan hari 0 juga menunjukkan kadar AST (SGOT) lebih besar dari kadar ALT (SGPT). Kadar SGOT lebih tinggi dari SGPT pada perlemakan hati alkoholik dan peningkatan juga ditemukan setelah latihan otot (Speicher dan Smith, 1994). Peningkatan kadar AST dan ALT dengan derajat yang berbeda juga dapat digunakan untuk membedakan berbagai penyakit. Angka hasil pemeriksaan aktivitas AST dibagi aktivitas ALT dalam serum disebut rasio de Ritis. Secara umum, ALT lebih cepat dibebaskan dari hepatosist ke dalam darah dalam keadaan akut, sedangkan AST dibebaskan lebih besar pada gangguan kronis (Sacher dan McPherson, 2004). Hasil perhitungan rasio de Ritis pada H0

dari perbandingan kadar AST terhadap kadar ALT pada pasien dalam penelitian ini diperoleh rasio de Ritis < 1,0 sebanyak 35% dan dengan rasio de Ritis > 1,0 sebanyak 65%. Rasio de Ritis pada peradangan ringan hepatitis virus dapat diperoleh yaitu < 1,0, sedangkan pada kerusakan hati alkoholik dapat diperoleh rasio de Ritis > 1,0 atau sering > 5,0 (Sacher dan McPherson, 2004) dan peningkatan rasio de Ritis > 1 kadang-kadang juga ditemukan pada pasien yang menderita perlemakan hati (Harrison, 2000).

Kerusakan hati dapat menyebabkan profil lipid serum yang abnormal (dislipidemia), karena hati berperan dalam metabolisme lipid dan khususnya bertanggung jawab untuk pembentukan apolipoprotein. Apolipoprotein membentuk fraksi lipoprotein yang pembentukannya juga dibantu oleh hati. Hati juga mereabsorpsi fraksi lipoprotein dalam berbagai fase transportasi dan pembersihannya. Hati juga bertanggung jawab mengubah asam lemak bebas menjadi trigliserida dan mengesterifikasi kolesterol. Kelainan metabolisme lipid dalam hati bermanifestasi sebagai perlemakan hati (Sacher dan Richard, 2004).

Hal ini didukung dari hasil penelitian pada pasien perlemakan hati non- alkoholik dengan dislipidemia ditemukan kadar kolesterol total dan trigliserida tinggi, kadar HDL rendah dan kadar LDL normal. Hati tidak mampu menjalankan fungsinya untuk mengatur kadar kolesterol tubuh dalam batas normal dan terjadi peningkatan trigliserida dapat disebabkan oleh penurunan oksidasi asam lemak pada perlemakan hati non-alokoholik. Peningkatan trigliserida di hati juga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dapat menginduksi aktivitas CETP menyebabkan tingginya perpindahan trigliserida ke HDL untuk dibawa kembali ke hati sehingga

HDL clearance ke hati tinggi dan kadar HDL darah rendah. LDL merupakan produk lanjutan dari VLDL. Tejadi gangguan sekresi VLDL pada keadaan perlemakan hati non-alkoholik sehingga kadar VLDL yang menjadi LDL cenderung normal di darah (Syafitri, dkk., 2015). Hasil kadar ALT dan AST rata- rata dari 20 orang pasien dislipidemia pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil kadar ALT dan AST rata-rata dari 20 orang pasien dislipidemia Enzim

hati

Kadar rata-rata (U/L) ∆ penurunan kadar rata-

rata (U/L) Nilai p

H0 H14 H28 H0 - H14 H0 - H28

ALT 61,35 42,05 31,55 19,40 29,95 0,000*

AST 67,20 46,75 33,65 21,65 34,65 0,000*

* nilai p≤0,05 signifikan ** nilai p≥0,05 tidak signifikan

Diagram kadar ALT rata-rata pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram kadar ALT rata-rata pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 Diagram kadar AST rata-rata pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

61,35 42,05 31,55 0 10 20 30 40 50 60 70 H0 H14 H28 K adar rat a -rat a A L T ( U /L ) Waktu (Hari) p=0,009 p=0,000

Gambar 4.2 Diagram kadar AST rata-rata pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28 Hasil pemeriksaan rata-rata dari 20 pasien dislipidemia pada hari 0, hari ke- 14 dan hari ke-28 menunjukkan adanya penurunan kadar enzim ALT dan AST sampai mencapai kadar normal. Menurut Sacher dan Richard (2004), rentang kadar rujukan dalam darah orang dewasa untuk kadar AST yaitu 10 - 40 U/L dan kadar Alanin aminotransferase ALT yaitu 5 - 35 U/L.

Persentase penurunan kadar ALT rata-rata pada hari ke-14 sebesar 25,39% dan pada hari ke-28 sebesar 44,52%, sedangkan persentase penurunan kadar AST rata-rata pada hari ke-14 sebesar 29,36% dan pada hari ke-28 sebesar 49,60%, seperti tercantum pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.5 Hasil persentase penurunan kadar ALT dan AST rata-rata dari 20 orang pasien dislipidemia

Enzim hati

Rata-rata ∆ penurunan (U/L) Rata-rata persentase penurunan (%) H0 - H14 H14 - H28 H0 - H28 H0 - H14 H14 - H28 H0 - H28 ALT 19,40 21,65 10,80 29,95 25,93 29,36 25,59 44,52 AST 13,10 34,65 28,03 49,60 67,2 46,75 33,65 0 10 20 30 40 50 60 70 80 H0 H14 H28 K adar rat -rat a A ST ( U /L ) Waktu (Hari) p=0,000 p=0,000

Gambar 4.3 Diagram persentase penurunan kadar ALT dan AST rata-rata pada hari ke-14 dan hari ke-28

Hasil analisis statistik dengan uji one way ANOVA terhadap kadar ALT

diperoleh nilai signifikan 0,000 (≤ 0,05) dan terhadap kadar AST juga diperoleh

nilai signifikan 0,000 (≤ 0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar ALT dan AST sebagai parameter fungsi organ hati. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yaitu pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak memberikan pengaruh terhadap kadar ALT dan AST.

Pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian kapsul ekstrak kombinasi herba sambiloto dan daun salam merupakan efek hepatoprotektif (pelindung hati) yaitu senyawa obat yang memiliki efek teurapeutik untuk memelihara dan mengobati kerusakan hati. Hal ini didukung dari hasil uji pra-klinis pada pemberian dekok sambiloto dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus putih hingga mencapai kisaran mendekati normal. Sambiloto mengandung andrografolid sebagai antioksidan dengan mekanisme kerja yang sama dengan

25,93 25,59 44,52 29,36 28,02 49,6 0 10 20 30 40 50 60 H0-H14 H14-H28 H0-28 P erse ntase pen uru na n (% ) Waktu (Hari) ALT AST

flavonoid dalam menangkap radikal bebas, sehingga radikal bebas tidak sampai merusak organel sel hati (Wahyuni, 2005).

Aktivitas hepatoprotektif (pelindung hati) dari andrografolid terkait dengan aktivitas enzim metabolik tertentu merupakan efek inhibitor dari ekstrak Andrographis paniculata dan andrografolid terhadap sitokrom hati P-450 (CYP) pada tikus dan mikrosom hati manusia yang menunjukkan penghambatan kompetitif pada CYP3A4 di mikrosom hati manusia dan inhibitor lemah pada CYP2E1 tikus, tetapi tidak mempengaruhi CYP2E1 manusia (Pekthong, dkk., 2008). CYP3A4 terdapat sekitar 30% dari total CYP dalam hati, sedangkan CYP2E1 terdapat sekitar 6 - 7% dari total CYP dalam hati (Setiawati, dkk., 2007). Berdasarkan hasil penelitian Nurrochmad (2004), menunjukkan bahwa sitokrom P-450 terlibat dalam aktivasi senyawa karsinogen, sehingga penghambatan sitokrom P-450 akan menurunkan risiko timbulnya kanker.

Daun salam juga memiliki aktivitas antioksidan karena terdapat senyawa fenol dan flavonoid (Har dan Ismail, 2012), sehingga berdasarkan hasil uji pra- klinis pada pemberian ekstrak etanol daun salam mampu menurunkan nekrosis hati dalam kategori ringan (Sahrial, dkk., 2012). Kadar AST dan ALT yang tertinggi dapat ditemukan pada nekrosis hati yang luas (Harrison, 2000).

Menurut Wahyuni (2005), andrografolid dan flavonoid memberikan kontribusi yang sama pada aktivitas sebagai antioksidan atau menghambat reaksi oksidasi yang terjadi dalam tubuh dengan mekanisme sebagai berikut: a.) radikal bebas yang masuk dalam tubuh akan mengaktifkan senyawa oksigen (ROS), maka dengan adanya antioksidan akan memindahkan ROS menjadi produk non radikal (direduksi dari antioksidan fenolik karena sama mempunyai gugus OH), b.)

antioksiadan akan menangkap ion-ion misalnya Fe2+ dan Cu2+ yang dapat memengaruhi terbentuknya ROS baru.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memberikan pengaruh terhadap kadar ALT dan AST pada pasien dislipidemia yaitu dapat menurunkan kadar ALT dan AST.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a. karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan mutu yang terdapat dalam Materia Medika Indonesia (MMI) yaitu kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam.

b. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memberikan pengaruh terhadap kadar ALT dan AST pada pasien dislipidemia yaitu dapat menurunkan kadar ALT dan AST.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melanjutkan uji klinis ke tahap selanjutnya dengan jumlah subyek yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Halaman: 25-27.

Ansel. H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Ke-4. Terjemahan Oleh: Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Halaman: 606.

Batticaca, F.B. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Metabolisme. Jakarta: Salemba Medika. Halaman: 1-5.

Benoy, G., Datta, K., Mandal, A., Dubey, K., dan Halder, S. (2012). “An Overview On Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees”. International Journal of Research Ayurveda and Pharmacy. 3(6):752-760.

Broca. (1993). Obesitas dan Kolesterol. Dalam: Baraas, F. (1993). Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman: 75-79.

Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 47-52, 325.

Depkes RIa. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 29, 105-106.

Depkes RIb. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 1-11.

Depkes RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 90, 258.

Dinkes Sumut. (2007). Uji Efek Kombinasi Herba Sambiloto dan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol dan Trigliserida Secara Praklinis. Laporan Hasil Penelitian. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Ditjen POMa. (1979). Farmakope Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 5-6.

Ditjen POMb. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman: 20-25.

Gaw, A., Murphy, M.J., Robert., O’reilly, C.D., Stewart, M.J., dan Shepherd, J.

(2011). Biokimia Klinis: Teks Bergambar. Edisi Ke-4. Diterjemahkan Oleh:

Dokumen terkait