• Tidak ada hasil yang ditemukan

Timur

Perluasan akses pendidikan merupakan pilar kebijakan yang diarahkan untuk memperluas daya tampung satuan pendidikan, dengan tujuan agar semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan layanan pendidikan. Dengan akses pendidikan yang semakin mudah dijangkau oleh masyarakat bahkan masyarakat didaerah terpencil sekalipun akan membantu IPM dan APK suatu daerah semakin meningkat sebagai indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah.

Suksesnya suatu pembangunan sangat tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat yang merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator utama yang dipakai untuk mengukur keberhasilan adalah Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan data dari RKPD Kabupaten Sumba Timur tahun 2013 besaran angka IPM kabupaten Sumba Timur pada tahun 2009 sebesar 61,841. Pada tahun

88

2010 angka IPM meningkat sebesar 61,80 dan terus meningkat lagi tahun 2011 menjadi 62,50. Berdasarkan criteria IPM : < 50 = low level, 50-80 = moderate/middle,>80 = high level, dengan demikian angka IPM Kabupaten Sumba Timur termasuk dalam level sedang/moderate. IPM tersebut terus menunjukkan peningkatan meskipun masih berada di level sedang dan perlahan-lahan akan menjawab sasaran target pemerintah Kabupaten Sumba Timur dimana ingin meningkatkan IPM dari 0,6184 pada tahun 2010 menjadi 0,6400 pada tahun 2015. Sehingga dengan demikian masih diperlukan sedikit tidaknya target 0,015 untuk dapat mencapai sasaran IPM yang diharapkan.

Dalam implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan tidak ditemui bahwa ada satuan-satuan sekolah yang gagal. Melihat usaha yang dilakukan dibandingkan dengan keadaan sebelum program dana BOS dan DAK berlangsung boleh dikatakan setiap sekolah berhasil dalam penerapan kebijakan melalui BOS dan DAK. Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa banyak sekolah yang pada mulanya tidak memiliki gedung sekolah yang baik sekarang sudah bisa memiliki gedung sekolah yang layak. Saat ini akses sekolah menengah atas dan kejuruan juga sudah tersebar disetiap kecamatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan-kecamatan

89

dan sekolah-sekolah yang mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

Agar sasaran kebijakan implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan dapat tercapai dengan target yang diinginkan pertama-tama yang harus diperhatikan adalah visi dan misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur. Visi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga adalah “Terwujudnya layanan pendidikan, pemuda dan olahraga yang bermutu dan berdaya saing untuk membentuk insan yang cerdas, sehat, kreatif, mandiri dan demokratis”. Sedangkan misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga adalah “meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan kualitas/mutu layanan pendidikan, meningkatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, meningkatkan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan”. Tujuan dari tiap misi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai berikut:

1. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan anak usia dini non formal dan informal yang bermutu dan berkesetaraan.

90

2. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu, relevan dan berdaya saing.

3. Tersedianya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi.

4. Terjaminnya kepastian memperoleh layanan pendidikan yang bermutu dan berkesetaraan. 5. Tersedianya kurikulum yang berkearifan lokal.

Berlandaskan visi, misi, dan tujuan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur maka sasaran kebijakan implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur adalah meningkatkan prosentase tingkat pendidikan dengan indikator.

Kinerja pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator utama yaitu melalui Angka Partisipasi Kasar (APK) dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama, rasio siswa per gedung dan rasio siswa per guru. Gambaran mengenai tingkat partisipasi pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

91

Tabel 4.2

Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan SD-SMP di Kabupaten Sumba Timur

Tahun 2010-2013

No.

Jenjang Penduduk

Jenjang

Pendidikan Angka Partisipasi Kasar %

2010-2011 2011-2012 2012-2013 1 7-12 tahun SD 105,27 104,75 112,09 2 13-15 tahun SMP 74,62 80,72 86,36

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Sumba Timur, 2013

Table 4.2 diatas menunjukkan APK untuk jenjang SD-SMP di Kabupaten Sumba Timur cenderung mengalami peningkatan. Menurut data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga pada jenjang pendidikan SD, SMP dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan secara signifikan dimana pada tahun 2012-2013 untuk SD yaitu 112,09, SMP menjadi 86,36. Namun angka partisipasi ini belum cukup tinggi untuk mencapai APK 100 persen sebagai target APK yang diinginkan Pemerintah. APK SD yang mencapai angka 112,09 persen secara signifikan lebih besar dibandingkan sasaran APK yang ditentukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yaitu 100 persen. Hal itu menunjukkan bahwa masih banyak siswa berusia dibawah 7 tahun dan diatas 12 tahun yang masih bersekolah dijenjang SD. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Sumba Timur menargetkan

92

sasaran yang harus dicapai untuk Angka Partisipasi Kasar SD menjadi 100% ditahun 2015. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP untuk mencapai target penuntasan wajib belajar masih diperlukan kenaikan Angka Partisipasi Kasar SMP sebesar 13.64 persen untuk mencapai sasaran Angka Partisipasi Kasar menjadi 100% pada tahun 2015. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak usia sekolah 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan SMP. Adanya anak yang putus sekolah juga membuat Angka Partisipasi Kasar daerah belum mencapai target Angka Partisipasi Kasar yang ditentukan.

Rasio siswa terhadap guru untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar tahun 2011 adalah 14 persen yang berarti satu orang guru mengasuh 14-15 siswa, rasio tersebut cukup ideal akan tetapi penyebaran guru yang tidak merata antar satuan pendidikan terutama di pedesaan menjadi permasalahan tersendiri dikarenakan demografi Kabupaten Sumba Timur. Rasio siswa terhadap guru pada jenjang pendidikan SMP adalah 14 persen atau satu orang guru mengasuh 15-16 siswa. Rasio siswa per gedung dan rasio siswa per guru dapat dilihat pada table berikut ini:

93 Table 4.3

Rasio Siswa Per Gedung dan Rasio Siswa Per Guru Di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011

Sumber : Indikator Kesra Tahun 2011 dan Sumba Timur Dalam Angka 2012

Dari tabel tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasio siswa/sekolah SD dari 169,63 pada tahun 2011 menjadi 156 pada tahun 2015. Oleh karena itu dibutuhkan pengurangan sedikitnya 13.63 untuk mencapai sasaran indikator yang diharapkan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur. Sedangkan untuk SMP rasio siswa/sekolah pada tahun 2010 adalah 119.15, tahun 2011 adalah 221.21 menjadi 290 pada tahun 2015. Adanya perubahan yang signifikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 dan membutuhkan jumlah 68.79 untuk mencapai sasaran indikator Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur. Rasio siswa/guru untuk tingkat SD pada tahun 2011 adalah 14.00 ditargetkan pada tahun 2015 Prasarana Pendidikan Jumlah Satuan Pendidikan (S) Jumlah Siswa (M) Jumlah Guru (G) Rasio Siswa/Guru (M/G) Rasio Siswa/Sekolah (M/S) SD/MI 236 40.033 2.902 14,00 169,63 SMP 59 13.046 910 14,00 221,12

94

mengalami peningkatan menjadi 32. SMP pada tahun 2011 adalah 14.00 mnjadi 32 pada tahun 2015.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga tahun 2011 Kabupaten Sumba Timur memiliki sarana pendidikan mulai dari PAUD sebanyak 78 prasarana dengan jumlah siswa sebanyak 2.340 orang dan diasuh oleh tenaga pendidik sebanyak 156 guru. TK/RA sebanyak 38 prasarana dengan jumlah siswa sebanyak 2.329 siswa yang di asuh tenaga guru sebanyak 235 orang. Hal tersebut menjawab kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang dan memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan di SD/MI (RENSTRA Depdiknas 2005-2009).

Untuk SD/MI/PLB jumlah satuan pendidikan 236 buah dengan jumlah siswa sebanyak 40.033 siswa diasuh oleh tenaga guru 2.902 guru, SLTP/MTs sebanyak 59 satuan pendidikan dengan jumlah siswa sebanyak 13.046 orang yang diasuh oleh tenaga guru sebanyak 18 buah dengan jumlah siswa sebanyak 9.908 orang yang diasuh oleh tenaga guru sebanyak 608 guru.

Keberhasilan akses pendidikan juga dapat dilihat dari Angka Melek Huruf dan Buta Huruf yang dapat dilihat dari angka persentase penduduk 10 tahun

95

keatas yang memiliki kepandaian membaca dan menulis. Indikator ini merupakan gambaran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan penduduk, karena apabila presentase penduduk yang dapat membaca dan menulis semakin besar menunjukkan bahwa semakin banyaknya penduduk yang dapat memahami dan melaksanakan kebijakan pembangunan.

Tabel 4.4

Persentase Penduduk yang Berumur 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian

Membaca dan Menulis

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006-2011

Melalui sasaran kebijakan yang direncanakan pemerintah, terlihat adanya peningkatan-peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel-tabel diatas.

Dengan demikian sasaran kebijakan yang direncanakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga diharapkan pada tahun 2015, akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur dapat dicapai dengan baik dan bisa dijangkau oleh semua masyarakat.

Kepandaian Membaca dan

Menulis Tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011

LK Pr LK Pr LK Pr

Dapat Membaca

dan Menulis 84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54 Buta Huruf 15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,56 Sumba Timur 100 100 100 100 100 100

96

Diharapkan akses pendidikan mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, siap terjun dalam dunia kehidupan yang sebenarnya. Terstrukturnya sasaran kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah terus berusaha memperbaiki perluasan akses pendidikan.

Adanya program dana BOS dan DAK juga dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Sumba Timur membawa perubahan yang baik bagi akses pendidikan. Sekalipun terkadang Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diperoleh tidak sesuai dengan belanja masing-masing daerah (hasil wawancara dengan kepala sub bagian program dan evaluasi). Melalui program dana BOS biaya pendidikan bagi siswa-siswi dibebaskan. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam RENSTRA Depdiknas 2005-2009 yaitu menghapus hambatan biaya (cost barries) melalui pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) bagi semua siswa pada jenjang Dikdas baik pada sekolah umum maupun madrasah yang dimiliki oleh pemerintah atau masyarakat, yang besarnya di hitung berdasarkan per siswa dikalikan dengan jumlah seluruh siswa pada jenjang tersebut. Dan terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.

Beberapa kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan dalam RENSTRA Depdiknas sudah memperlihatkan

97

hasil yang baik bagi perluasan akses pendidikan, membentuk bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang dan terpencar, memperluas akses bagi anak usia sekolah 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang belum mendapat layanan pendidikan dijalur non formal maupun pendidikan terpadu, akses bagi pendudukbuta aksara usia 15 tahun keatas dilakukan melalui program paket A, B, dan C yang dilakukan atas kerjasama masyarakat dan sekolah disetiap desa. Namun belum semua kebijakan dalam RENSTRA Depdiknas berhasil, masih ada beberapa kebijakan yang belum terealisasi pelaksanaannya.

4.4. Hambatan yang Dihadapi dan

Dokumen terkait