• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010 s/d 2012 T2 942011036 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010 s/d 2012 T2 942011036 BAB IV"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

57

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan pembahasan dari hasil wawancara, data, informasi dan observasi yang dilakukan dan diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mengenai implementasi atau pelaksanaan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur. Akses pendidikan yang masih berkekurangan disana-sini, belum merata adalah masalah utama yang sedang diperbaiki terus menerus oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi akses pendidikan masih menjadi masalah dikarenakan adanya kemampuan/kompentensi pengelolaan pendidikan yang belum memadai dan topografi yang berbukit-bukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Keadaan tersebut menjadikan implementasi perluasan akses pendidikan mengalami keterbatasan dalam pelaksanaannya.

(2)

58

penduduk sebanyak 234.642 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 120.779 jiwa dan perempuan sebanyak 113.863 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 33 jiwa per Km2. Dalam kurun

waktu 1980-1990 jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur bertambah sebanyak 53.809 orang atau naik dari 123.078 orang menjadi 176.887 orang, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2.19 persen. Trend pertumbuhan ini sedikit mengalami penurunan pada dasawarsa 1990-2000 dimana rata-rata pertumbuhan menjadi 1.96 persen. Sedangkan dalam kurun waktu 2000-2011 telah mengalami kenaikan 23.56 persen sehingga pada tahun 2012 penduduk Sumba Timur berjumlah 234.642 orang.

Adapun jumlah penduduk usia sekolah dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Sumber : hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2011)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2011

Jenis

Kelamin Kelompok Umur (Tahun)

SD (7-12 thn) SMP (13-15 thn)

SMU

(16-18 thn)

laki-laki 17.244 7.014 7.031

Perempuan 17.410 7.729 6.658

(3)

59

Sumber: RKPD Kabupaten Sumba Timur

Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tingginya jenjang pendidikan maka semakin berkurang jumlah siswa yang melanjutkan pendidikannya. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka terlihat dengan jelas bahwa jumlah laki-laki yang lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lebih banyak. Melihat data penduduk yang semakin tinggi dan kemauan melanjutkan pendidikan yang semakin rendah dalam setiap jenjang pendidikan, maka implementasi pemerataan dan perluasan akses pendidikan perlu diperhatikan.

(4)

60

dengan baik maka sekolah kecil tersebut akan ditambahkan ruang kelas sehingga sekolah tersebut berubah menjadi SD reguler.

4.2.

Proses

Implementasi

Kebijakan

Perluasan

Akses

Pendidikan

di

Kabupaten Sumba Timur

(5)

61

rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu serta kebijakan DAK untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang belum mencapai standar tertentu atau percepatan pembangunan daerah di bidang pendidikan dasar.

(6)

62

guru-guru yang melanjutkan studi di Universitas Terbuka (bekerjasama dengan PGSD Udayana Kupang).

Edwards III (Winarno 2012) mengatakan bahwa implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Berangkat dari pemahaman tersebut, implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur terfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan dari sisi komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan (disposisi), dan struktur birokrasi.

4.2.1.Komunikasi

(7)

63

adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mencapai keberhasilan implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur maka pemerintah harus mengadakan koordinasi yang baik mulai dari pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, institusi sekolah bahkan masyarakat. Pembuat kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah pusat, sedangkan pelaksana kebijakan adalah pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, institusi sekolah dan masyarakat. Komunikasi yang baik antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan akan menghasilkan output yang baik. Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerataan perluasan akses pendidikan, pemerintah menghimbau setiap masyarakat tanpa terkecuali, seperti yang dikatakan oleh sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur. Himbauan tersebut yaitu:

“agar masyarakat dan pemerintah selalu

mempunyai kesadaran mengenai pentingnya

pendidikan bagi anak-anak sebagai generasi

penerus bangsa dengan menggunakan setiap

dana-dana yang diberikan Negara sebagai

kebijakan-kebijakan nasional.”

(8)

64

(9)

65

perencanaan. Melalui perencanaan tersebut Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sudah memiliki target-target sekolah yang akan diberikan dana untuk perbaikan infrastruktur menggunakan DAK. Adapun alur komunikasi yang terjadi untuk mengimplementasikan kebijakan program dana BOS dan DAK adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Proses Komunikasi Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur (Sumber: wawancara dengan kepala sub bagian program dan evaluasi)

Sekolah-sekolah yang memiliki keluhan dalam hal infrastruktur memasukkan usulan atau proposal mengenai infrastruktur sekolah yang mau diperbaiki atau ditambah ke kecamatan-kecamatan setempat untuk memohonkan Dana Alokasi Khusus, setelah itu

KEBIJAKAN PUSAT

(program dana BOS dan DAK)

PEMDA

Dinas Pendidikan

Kecamatan SKPD

(10)

66

kecamatan mengajukan sekolah-sekolah tersebut ke SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). SKPD meninjau kembali usulan dari kecamatan mengenai sekolah-sekolah mana saja yang membutuhkan DAK kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Sekolah-sekolah yang menerima DAK harus memakai dana yang diperoleh untuk kebutuhan yang betul-betul dibutuhkan sekolah sesuai dengan Petunjuk Teknis (juknis) DAK. Sedangkan untuk dana BOS, masing-masing sekolah memasukkan data-data siswa ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk dilanjutkan ke Kementerian Pendidikan dan selanjutnya kementerian mengalokasikan dana dimana dana BOS langsung ditransfer kerekening masing-masing sekolah. Sebelum digunakan sekolah harus membuat RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) terlebih dahulu, melalui tim audit RAPBS dikumpul, di cek oleh tim audit apakah sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) BOS atau tidak.

(11)

67

pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, sekolah-sekolah dan masayarakat di harapkan pemerataan perluasan akses pendidikan menjadi lebih baik dan membawa perubahan bagi cara pandang masyarakat mengenai pendidikan. Untuk mencapai tujuan implementasi perluasan akses pendidikan memang pada dasarnya harus ada kerja sama yang baik dari semua pihak. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1991) oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

(12)

68

diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

Komunikasi baik yang terjalin antara pemerintah daerah dan masyarakat juga sudah menunjukkan banyak hal positif yang dicapai seperti pembangunan sekolah-sekolah baru diantaranya sekolah menengah pertama, sekolah menengah kejuruan, SD/SMP satu atap di beberapa kecamatan se-Kabupaten Sumba Timur. Selain mengalami peningkatan namun tidak dipungkiri pemerataan perluasan akses pendidikan juga belum dirasakan oleh semua sekolah apalagi bagi sekolah yang lokasinya didaerah terpencil. Masih adanya beberapa sekolah yang mengalami kekurangan sarana prasarana. Sekalipun sarana prasarana masih berkekurangan namun pemerintah terus berusaha untuk melakukan pembenahan dengan menggunakan dana-dana dari APBN dan APBD untuk implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

(13)

69

agar masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan dan pemerintah sudah membebaskan biaya pendidikan bagi SD-SMP, kenyataan yang terjadi dilapangan belum menjawab cita-cita mulia pemerintah tersebut. Masih saja banyak anak-anak putus sekolah terutama dipedesaan (khususnya bagi anak-anak dari keturunan hamba). Hal ini diakui pemerintah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai hal yang terus dipikirkan solusi terbaiknya. Oleh karena itu pemerintah terus menerus memberikan himbauan kepada masyarakat agar memahami pentingnya pendidikan bukan hanya bagi mereka yang beruntung namun bagi semua kalangan. Dengan adanya kebijakan perluasan akses pendidikan diharapkan perlahan-lahan, masyarakat akan memahami pentingnya pendidikan dan merubah cara pandang mereka.

(14)

70

hierarki birokrasi. Kedua hambatan yang dikemukan Edwards III tersebut tidak begitu nampak terlihat, karena kebijakan pendanaan perluasan akses pendidikan dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) BOS dan DAK. Dengan adanya kebijakan nasional tersebut dirasakan sangat membantu dalam pemerataan perluasan akses. Dikatakan oleh kepala Sub bagian Program dan evaluasi bahwa dalam memgimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut tidak ada pertentangan pendapat karena pelaksanaan kebijakan BOS dan DAK didasarkan pada petunjuk teknis (juknis) yang sudah diatur pemerintah pusat. Misalnya DAK dibuat untuk rehab gedung sekolah maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga harus mencari sekolah-sekolah yang betul-betul membutuhkan rehab sehingga DAK tersebut tidak bisa dipakai untuk pembangunan yang lain. Begitu juga dengan BOS (misalnya hanya untuk membayar gaji guru honor maka dana tersebut hanya dikeluarkan untuk biaya itu saja). Sehingga dinas pendidikan tidak mempunyai wewenang untuk melakukan pertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat tersebut.

4.2.2.Sumber Daya

(15)

71

adalah staf, informasi, dan wewenang. Sumber daya utama dalam mengimplementasikan suatu kebijakan adalah staf. Dalam menjalankan implementasi kebijakan dibutuhkan sumber daya yang berkualitas dibidangnya masing-masing. Tidak penting mengenai jumlah staf yang melaksanakan kebijakan, yang terpenting adalah sumber daya tersebut memiliki kualitas dan motivasi yang bagus, serta memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan (Edwards III dalam Winarno 2012).

(16)

72

kekurangan dalam hal staf. Untuk pembangunan fisik dibutuhkan staf yang latar belakang pendidikannya adalah sarjana teknis. Sedangkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur memiliki tenaga teknis yang terbatas. Misalnya dana yang diberikan besar, target dan sasarannya banyak sedangkan dalam menu DAK diharuskan yang mengelola dan melakukan perencanaan terhadap dana yang besar adalah ahli teknis, maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga meminta bantuan Dinas terkait seperti Dinas Pemilihan Umum (PU) yang berhubungan dengan teknis untuk membantu melakukan perencanaan. Semuanya tergantung dari petunjuk teknis (juknis) penggunaan dana yang bersangkutan. Untuk perencanaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur, melakukan kajian awal secara kasat mata misalnya melihat bangunan yang perlu diperbaiki apakah mengalami kategori rusak ringan, sedang dan berat.

Tenaga pendidik adalah sumber daya yang juga dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur. Sekretaris dinas pendidikan mengatakan bahwa:

“Tenaga pendidik merupakan sumber daya

manusia yang menjadi tulang punggung dalam

mendidik siswa atau siswi sebagai bagian dari

pemerataan perluasan akses pendidikan serta

(17)

73

Untuk menunjang implementasi pemerataan perluasan akses pendidikan menjadi lebih baik lagi, pemerintah daerah juga menyiapkan beasiswa bagi setiap guru yang berprestasi untuk melanjutkan studi di Universitas Terbuka (UT) dengan tujuan meningkatkan kualitas dari tim pendidik. Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga juga memberikan kesempatan kepada masyarakat lulusan SMA untuk melanjutkan studi di UT PGSD sebagai upaya pemerintah dalam pemenuhan standar kualifikasi akademik di Kabupaten Sumba Timur. Masalah sumber daya manusia dalam hal guru juga dirasakan masih menjadi masalah utama yang sedang dan sementara di carikan solusi, karena kekurangan tim pendidik hingga saat ini masih 1.267 tim pendidik. Hal ini bukan saja menjadi masalah bagi perluasan akses pendidikan.

(18)

74

mengenai tata pelaksanaan program dana BOS dan DAK dengan dibantu melalui petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Dengan adanya petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan tersebut maka pelaksana kebijakan juga harus mentaati peraturan yang sudah dibuat pemerintah. Hasil wawancara dengan salah seorang kepala sekolah mengatakan bahwa:

Sebagai pelaksana atau penerima untuk

melaksanakan kebijakan program BOS dan DAK,

kami sudah diberikan petunjuk-petunjuk

pelaksanaannya, sehingga kami merasa sangat

terbantu dengan informasi yang disediakan yang

juga sekaligus merupakan peraturan.

Peraturan-peraturan tersebut harus kami lakukan agar kami

tidak sampai membuat suatu pelanggaran yang bisa

saja menyeret kami masuk penjara.

(19)

75

Selain sumber daya manusia implementasi perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur juga didukung oleh dana-dana APBN didalamnya termasuk dana BOS, APBD (provinsi dan kabupaten Sumba Timur), BOS dan DAK. Dana-dana tersebut bertujuan untuk memperbaiki sarana prasarana yang berkekurangan disana-sini, bahkan untuk memberikan beasiswa-beasiswa bagi siswa dan tenaga pendidik. Adapun rincian penggunaan dana-dana tersebut dalam menunjang perluasan akses pendidikan adalah sebagai berikut:

Dana APBD kabupaten Sumba Timur bertujuan membiayai:

“program pelayanan administrasi kantor, program

peningkatan sarana dan prasarana

aparatur,program pendidikan anak usia dini,

program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun,

program pendidikan menengah, program pendidikan

non formal, program pendidikan luar biasa, program

peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan, dan program manajemen pelayanan

pedidikan”.

Dana APBD Provinsi bertujuan untuk membiayai beberapa kegiatan sebagai berikut:

Program pendidikan menengah (bantuan khusus

siswa, beasiswa super semar), program pendidikan

luar sekolah (insentif bagi pendidik PAUD, gugus

(20)

76

dasar, keaksaraan usaha mandiri, paket B setara

SMP).

Selain sumber dana APBD Provinsi NTT, dinas PPO Kabupaten Sumba Timur juga mendapatkan dana untuk beberapa kegiatan dengan sumber dana APBN selain DAK pendidikan yaitu sebagai berikut:

Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

(kegiatan rehabilitasi berat ruang kelas sekolah,

bantuan social, bantuan social fasilitas sarana

kesenian, bantuan operasional sekolah (BOS

reguler), bantuan beasiswa bagi siswa miskin,

pembangunan SMP SATAP, pembangunan lab IPA,

pembangunan ruang kelas tahap II, pembangunan

ruang perpuastakaan tahap II), program pendidikan

menengah (pembangunan ruang kelas baru,

bantuan ruang praktek siswa, bantuan ruang kelas

baru), program pendidikan luar sekolah

(pembangunan unit gedung PAUD, blockgrant dana

rintisan, dana operasional pendidikan PAUD,

tunjangan fungsional guru TK non PNS, tunjangan

kualifikasi guru TK non PNS, program pendidikan

berkelanjutan), program peningkatan mutu tenagga

pendidik.

(21)

77

berkelanjutan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa pemerintah mengakui masih banyak kekurangan yang terjadi dalah hal sarana terkususnya bagi sekolah-sekolah yang lokasinya di desa. Kekurangan sarana yang dimaksud adalah kekurangan sarana komputer kendalanya adalah dikarenakan lokasi sekolah yang belum memiliki tenaga listrik, namun untuk sarana lain yang tidak membutuhkan tenaga listrik hampir semuanya sudah memadai baik itu sekolah-sekolah dikota ataupun didesa.

(22)

78

memiliki ruangan kelas yang memadai, ruang perpustakaan, bahkan boleh dikatakan masalah prasarana adalah masalah utama yang masih terus diusahakan untuk diperbaiki kedepannya. Masalah ini bukan hanya dialami sekolah-sekolah yang lokasinya didesa namun di kotapun masalah prasarana terjadi. Dengan adanya pendanaan yang sudah dipaparkan diatas, diharapkan perluasan akses pendidikan mendapatkan solusi yang terbaik.

Meskipun ada begitu banyak kekurangan dalam hal prasarana, pemerintah daerah merasa sangat terbantu dengan adanya penerapan kebijakan dana-dana BOS dan DAK sebagai kebijakan nasional di Kabupaten Sumba Timur dan sudah mulai terlihat adanya perubahan dalam pembangunan sekolah baru, atau perbaikan ruang-ruang kelas menjadi layak pakai, namun tidak di pungkiri juga masih saja ada kekurangan yang terjadi. Setidaknya sekolah dan masyarakat merasa terbantu dengan penerapan kebijakan BOS dan DAK dalam peningkatan sarana prasarana pendidikan yang baik.

(23)

79

diharapkan bisa mendapatkan pendidikan yang layak, walaupun masih saja adanya desa-desa terpencil yang belum bisa mengakses pendidikan.

4.2.3.Kenderungan-kecenderungan

Implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal jika para pelaksana kebijakan mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan, demikian sebaliknya jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak terhadap implementasi kebijakan karena konflik kepentingan maka implementasi kebijakan akan menghadapi kendala yang serius (Edwards III dalam Winarno, 2012).

(24)

80

Pendapatan dan Belanja Sekolah). Setelah itu pihak sekolah bertugas untuk melaporkan pengeluaran-pengeluaran dari dana BOS atau DAK kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai bukti bahwa dana tersebut benar adanya digunakan sebaik mungkin. Proses ini dilakukan untuk menghindari kecenderungan-kecenderungan negatif para pelaksana kebijakan serta dampak negatif yang bisa terjadi dalam pelaksanaan implementasi kebijakan seperti yang dikatakan oleh Anderson (1979) . Disposisi seperti ini sangat memudahkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan melalui dana-dana (BOS dan DAK) yang diterima untuk kepentingan perluasan akses pendidikan menjadi lebih baik.

(25)

81

masyarakat yang mengerti. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Winarno (2012) bahwa jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.

Adapun kecenderungan-kecenderungan yang bisa menjadi tantangan dalam implementasi perluasan akses pendidikan dilansir dari dokumentasi RENSTRA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur adalah kesadaran masyarakat relatif rendah tentang pendidikan, topografi yang berbukit-bukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata, kemampuan/kompetensi pengelolaan pendidikan yang belum memadai, sarana prasarana yang tersedia belum menunjang operasional pelaksanaan tugas, masih rendahnya penguasaan dan penerapan IPTEK dalam pengelolaan pendidikan, masih rendahnya koordinasi dalam penyelenggaraan pengelolaan pendidikan, serta masih adanya peraturan perundang-undangan dibidang pendidikan yang belum sepenuhnya dapat diterapkan.

(26)

82

pendidikan bisa berjalan dengan baik, melalui kekuatan yang dimiliki yaitu eksistensi Dinas PPO sebagai penyelenggara urusan wajib dalam pengelolaan pendidikan di Kabupaten Sumba Timur, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang merupakan hasil pembangunan dibidang pendidikan, serta adanya kepastian pembiayaan dari APBD Kabupaten Sumba Timur (RENSTRA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur).

Kecenderungan-kecenderungan mungkin menghalangi implementasi bila para pelaksana kebijakan benar-benar tidak sepakat dengan substansi suatu kebijakan (Winarno,2012). Ketika para pelaksana kebijakan memilih untuk tidak mengikuti substansi kebijakan yang sudah ada maka kebijakan tersebut tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik. Kebijakan program dana BOS dan DAK karena merupakan kebijakan nasional, tidak begitu terlihat adanya kecenderungan-kecenderungan yang dilakukan dari para pelaksana khususnya dalam institusi sekolah, karena pelaksanaannya berdasarkan petunjuk teknis (juknis) yang sudah dirumuskan.

(27)

keputusan-83

keputusan kebijakan dan pencapaian kebijakan sebab dalam kasus-kasus seperti ini para pelaksana kebijakan akan menggunakan keleluasaan dan kadang-kadang dengan cara yang halus menghambat implementasi kebijakan. Kecenderungan-kecenderungan yang terjadi karena pelaksana kebijakan berada dalam “zona ketidakacuhan” boleh dikatakan tidak sampai terjadi. Jikalau sampai terjadi, kecenderungan tersebut terjadi dikalangan sekolah yang dikarenakan adanya ketidaktahuan para pelaksana kebijakan dalam hal ini guru untuk mengelola uang. Guru sebagai pelaksana dari kebijakan tidak diajarkan secara khusus mengenai pengelolaan keuangan sehingga pengetahuan pengelolaan keuangan sangat kurang. Tugas guru adalah mengajar akan tetapi guru harus melakukan administrasi keuangan yang tidak terlalu mereka pahami, sehingga mungkin saja adanya kesalahan dalam pemakaian dana-dana meskipun dalam petunjuk teknis (Juknis) sudah jelas mengenai kegunaan kebijakan dana-dana tersebut. Petunjuk teknis tidak semua di baca dan dipahami oleh guru sebagai pelaksana kebijakan program dana BOS dan DAK untuk perluasan akses pendidikan.

4.2.4.Struktur Birokrasi

(28)

84

(29)

85

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga memiliki struktur birokrasi sendiri, institusi-institusi sekolah juga memiliki birokrasinya sendiri untuk melaksanakan atau menjalankan setiap kebijakan yang ada. Struktur birokrasi yang ada didinas pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris membawahi:

a. Sub bagian umum dan kepegawaian b. Sub bagian program dan evaluasi c. Sub bagian keuangan

3. Bidang Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) membawahi:

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan, bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan c. Seksi sarana dan prasarana

4. Bidang Sekolah Menengah Pertama (SMP) membawahi:

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan, bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan c. Seksi sarana dan prasarana

(30)

86

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan, bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan c. Seksi sarana dan prasarana

6. Bidang Pendidikann Luar Sekolah membawahi:

a. Seksi pendidikan kesetaraan b. Seksi pendidikan berkelnajutan

c. Seksi PAUD non formal (RENSTRA Dinas Pendidikan)

Struktur birokrasi dalam institusi sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, sekretaris dan bendahara sekolah. Dengan adanya struktur organisasi tersebut implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan diharapkan dapat membantu mencapai target yang diinginkan dalam memperbaiki mutu pendidikan.

(31)

87

Kabupaten Sumba Timur, SOP tidak menghalangi implementasi. Fragmentasi tidak terjadi dalam struktur birokrasi dikarenakan pelaksanaan kebijakan sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah ada.

4.3.

Hasil Implementasi Kebijakan Perluasan

Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur

Perluasan akses pendidikan merupakan pilar kebijakan yang diarahkan untuk memperluas daya tampung satuan pendidikan, dengan tujuan agar semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan layanan pendidikan. Dengan akses pendidikan yang semakin mudah dijangkau oleh masyarakat bahkan masyarakat didaerah terpencil sekalipun akan membantu IPM dan APK suatu daerah semakin meningkat sebagai indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah.

(32)

88

2010 angka IPM meningkat sebesar 61,80 dan terus meningkat lagi tahun 2011 menjadi 62,50. Berdasarkan criteria IPM : < 50 = low level, 50-80 = moderate/middle,>80 = high level, dengan demikian

angka IPM Kabupaten Sumba Timur termasuk dalam level sedang/moderate. IPM tersebut terus menunjukkan peningkatan meskipun masih berada di level sedang dan perlahan-lahan akan menjawab sasaran target pemerintah Kabupaten Sumba Timur dimana ingin meningkatkan IPM dari 0,6184 pada tahun 2010 menjadi 0,6400 pada tahun 2015. Sehingga dengan demikian masih diperlukan sedikit tidaknya target 0,015 untuk dapat mencapai sasaran IPM yang diharapkan.

(33)

89

dan sekolah-sekolah yang mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

Agar sasaran kebijakan implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan dapat tercapai dengan target yang diinginkan pertama-tama yang harus diperhatikan adalah visi dan misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur. Visi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga adalah “Terwujudnya layanan pendidikan, pemuda dan olahraga yang bermutu dan berdaya saing untuk membentuk insan yang cerdas, sehat, kreatif, mandiri dan demokratis”. Sedangkan misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga adalah “meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan kualitas/mutu layanan pendidikan, meningkatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, meningkatkan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan”. Tujuan dari tiap misi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai berikut:

(34)

90

2. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu, relevan dan berdaya saing.

3. Tersedianya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi.

4. Terjaminnya kepastian memperoleh layanan pendidikan yang bermutu dan berkesetaraan. 5. Tersedianya kurikulum yang berkearifan lokal.

Berlandaskan visi, misi, dan tujuan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur maka sasaran kebijakan implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur adalah meningkatkan prosentase tingkat pendidikan dengan indikator.

(35)

91

Tabel 4.2

Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan SD-SMP di Kabupaten Sumba Timur

Tahun 2010-2013

No.

Jenjang

Penduduk

Jenjang

Pendidikan Angka Partisipasi Kasar %

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Sumba Timur, 2013

(36)

92

sasaran yang harus dicapai untuk Angka Partisipasi Kasar SD menjadi 100% ditahun 2015. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP untuk mencapai target penuntasan wajib belajar masih diperlukan kenaikan Angka Partisipasi Kasar SMP sebesar 13.64 persen untuk mencapai sasaran Angka Partisipasi Kasar menjadi 100% pada tahun 2015. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak usia sekolah 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan SMP. Adanya anak yang putus sekolah juga membuat Angka Partisipasi Kasar daerah belum mencapai target Angka Partisipasi Kasar yang ditentukan.

(37)

93 Table 4.3

Rasio Siswa Per Gedung dan Rasio Siswa Per Guru Di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011

Sumber : Indikator Kesra Tahun 2011 dan Sumba Timur Dalam Angka 2012

(38)

94

mengalami peningkatan menjadi 32. SMP pada tahun 2011 adalah 14.00 mnjadi 32 pada tahun 2015.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga tahun 2011 Kabupaten Sumba Timur memiliki sarana pendidikan mulai dari PAUD sebanyak 78 prasarana dengan jumlah siswa sebanyak 2.340 orang dan diasuh oleh tenaga pendidik sebanyak 156 guru. TK/RA sebanyak 38 prasarana dengan jumlah siswa sebanyak 2.329 siswa yang di asuh tenaga guru sebanyak 235 orang. Hal tersebut menjawab kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang dan memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan di SD/MI (RENSTRA Depdiknas 2005-2009).

Untuk SD/MI/PLB jumlah satuan pendidikan 236 buah dengan jumlah siswa sebanyak 40.033 siswa diasuh oleh tenaga guru 2.902 guru, SLTP/MTs sebanyak 59 satuan pendidikan dengan jumlah siswa sebanyak 13.046 orang yang diasuh oleh tenaga guru sebanyak 18 buah dengan jumlah siswa sebanyak 9.908 orang yang diasuh oleh tenaga guru sebanyak 608 guru.

(39)

95

keatas yang memiliki kepandaian membaca dan menulis. Indikator ini merupakan gambaran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan penduduk, karena apabila presentase penduduk yang dapat membaca dan menulis semakin besar menunjukkan bahwa semakin banyaknya penduduk yang dapat memahami dan melaksanakan kebijakan pembangunan.

Tabel 4.4

Persentase Penduduk yang Berumur 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian

Membaca dan Menulis

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006-2011

Melalui sasaran kebijakan yang direncanakan pemerintah, terlihat adanya peningkatan-peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel-tabel diatas.

Dengan demikian sasaran kebijakan yang direncanakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga diharapkan pada tahun 2015, akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur dapat dicapai dengan baik dan bisa dijangkau oleh semua masyarakat.

Kepandaian Membaca dan

Menulis Tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011

LK Pr LK Pr LK Pr

Dapat Membaca

dan Menulis 84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54

Buta Huruf 15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,56

(40)

96

Diharapkan akses pendidikan mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, siap terjun dalam dunia kehidupan yang sebenarnya. Terstrukturnya sasaran kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah terus berusaha memperbaiki perluasan akses pendidikan.

Adanya program dana BOS dan DAK juga dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Sumba Timur membawa perubahan yang baik bagi akses pendidikan. Sekalipun terkadang Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diperoleh tidak sesuai dengan belanja masing-masing daerah (hasil wawancara dengan kepala sub bagian program dan evaluasi). Melalui program dana BOS biaya pendidikan bagi siswa-siswi dibebaskan. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam RENSTRA Depdiknas 2005-2009 yaitu menghapus hambatan biaya (cost barries) melalui pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) bagi semua siswa pada jenjang Dikdas baik pada sekolah umum maupun madrasah yang dimiliki oleh pemerintah atau masyarakat, yang besarnya di hitung berdasarkan per siswa dikalikan dengan jumlah seluruh siswa pada jenjang tersebut. Dan terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.

(41)

97

hasil yang baik bagi perluasan akses pendidikan, membentuk bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang dan terpencar, memperluas akses bagi anak usia sekolah 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang belum mendapat layanan pendidikan dijalur non formal maupun pendidikan terpadu, akses bagi pendudukbuta aksara usia 15 tahun keatas dilakukan melalui program paket A, B, dan C yang dilakukan atas kerjasama masyarakat dan sekolah disetiap desa. Namun belum semua kebijakan dalam RENSTRA Depdiknas berhasil, masih ada beberapa kebijakan yang belum terealisasi pelaksanaannya.

4.4.

Hambatan

yang

Dihadapi

dan

Membatasi Pelaksanaan Implementasi

Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan

(BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba

Timur Tahun 2010 s/d 2012

Beberapa hambatan yang dihadapi dan membatasi pelaksanaan implementasi perluasan akses pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba Timur antara lain:

4.4.1. Kesadaran masyarakat relatif masih rendah tentang pendidikan.

(42)

98

baik jika masyarakat tersebut memiliki pendidikan yang memadai. Hambatan utama dalam implementasi perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur adalah kesadaran masyarakat masih sangat rendah tentang pendidikan. Adanya pemikiran masyarakat bahwa mengenyam pendidikan hanyalah membuang waktu mereka semata. Pemerintah mengakui bahwa mereka tidak berdiam diri begitu saja tetapi terus berupaya membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat dengan cara menghimbau masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan masyarakat bahkan untuk daerah.

(43)

99

4.4.3. Masih banyaknya sekolah yang belum bersertifikat.

Adanya sekolah-sekolah yang belum bersertifikat juga adalah hambatan dalam implementasi perlusan akses pendidikan. Kondisi ini, rawan memicu gugatan warga sehingga dapat menimbulkan terganggunya implementasi perluasan akses pendidikan. Banyaknya tanah sekolah yang belum bersertifikat juga dikarenakan kurangnya anggaran untuk pendataan. 4.4.4. Rendahnya penguasaan dan penerapan IPTEK

dalam pengelolaan pendidikan.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Jenis
Tabel diatas
Gambar 4.1.
Tabel 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Dinas. Pariwisata

Dari hasil evaluasi berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan NOMOR 2017.09.61.01 /POKJA 5 ULP-KEPRI/BAHP/2017 pada paket dengan kode lelang 6581022 tanggal 3 Mei 2017 maka Pokja 5

Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai proses yang terdapat dalam suatu siklus proyek konstruksi secara umum dan mampu mengintegrasikan perencanaan manajemen konstruksi

[r]

[r]

Sinyal Nirkabel WiFi-N yang Baik. Pencahayaan

Surat Kuasa bagi yang diw akilkan, yang namanya t ercant um dalam Akt a Pendirian/ Perubahan – perusahaan dan dit andat angani oleh kedua belah pihak yang

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara