• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : DISKUSI HASIL PENELITIAN

C. Hasil Implementasi Pendidkan Tasawuf dalam Upaya Men-

Keberhasilan suatu internalisasi tidak lepas dari strategi dalam kaitannya dengan kurikulum, model tokoh, dan metodologi177. Dalam hal ini kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin dan Pondok Pesantren DarulLughah Wadda’wah Bangil ini sudah terstruktur secara rapi disetiap jenjang kelas, dan di tiap kelas

177 Muchlas Samani dkk, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2016), hlm, 144

178

disusun tingkatan-tingkatan kajian kitab yang dipelajari sesuai dengan kemampuan santri, ustadz ketika mengajar sudah memberikan pelajaran pendidikan tasawuf khususnya pada nilai-nilai taawuf yng berlawanan dengan paham radikalisme agama.

Keberhasilan yang paling mempengarui dari pengimplementasian pendidikan tasawuf di kedua pondok pesantren ini terletak pada para pengajarnya. Pengajaran tasawuf berbeda dengan pengajaran ilmu-ilmu lainnya yang kebanyakannya bersifat teoritik, beda dengan taawuf yang bersifat praktis dan lebih menekankan pada amalan-amalan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan ulama’-ulama’ terdahulu.

Adapun hasil dari implementasi pendidikan tasawuf dalam upaya mencegah praktek radikalisme agama adalah Santri mempunyai sifat mahabbah, terjalinnya persaudaraan antara santri di Pondok dan luar Pondok, Santri lebih sabar dan tertib dan tidak mudah terpropokasi, Saling menghargai antar sesama dan bersikap ramah, Santri bersungguh-sungguh dalam belajar dan beramal, Santri lebih tertib dalam mengikuti kegiatan pesantren, Santri memliki wawasan keilmuan yang luas, Santri lebih giat dalam beribadah dan yang terakhir tertanamnya nilai-nilai sosial pada santri.

Mahabbah didalam Islam meliputi segala yang wujud di alam ini mulai dari cinta kepada Sang Pencifta dan Rasulnya, cinta ke sesama muslim, cinta sesama manusia cinta kepada sesama makhluk baik itu tumbuhan atau hewan serta cinta dan kasih sayang yang lainnya. Tasawuf

179

basisnya adalah cinta.Cinta sebagai inti dari keberagaman. Dalam pandangan sufi cinta kepada Allah adalah tanpa syarat dan tanpa batas, tidak peduli Allah memberi manfaat atau musibah. Karena itu dapat dikemukakan bahwa Islam amat mencintai kedamaian dan keindahan sebagai manifestasi dari cinta dan kasih sayang, sehingga seseorang yang bertasawuf tidak akan melukai sesama makhluk.

Implementasi nilai Ukhuwwah atau pesarsaudaraan dalam pendidikan tasawuf mengajarkan agar kita bersifat inklusif dan mau menerima banyak teman dan sahabat. Oleh karena itu ajaran kasih sayang dapat dikembangkan terhadap siapapun. Tidak ada yang layak dibenci, semuanya harus dicintai sesuai koridornya, juga tidak boleh bersikap keras melainkan harus mengedepankan kelembutan dan kasih sayang.Karena hakekatnya semua orang adalah sahabat, teman, dan bukannya sebagai musuh yang harus diperangi. Inilah yang dijadikan prinsip dalam tradisi sufi.

Dengan diimplementasikan nilai-nilai tasawuf seperti yang disebutkan diatas diharapkan para santri selamat dari paham radikal dan tidak melakukan praktek-praktek radikalisme yang prakteknya bertentangan dengan nilai-nilai tasawuf yang telah diimplementasikan di pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin dan pondok pesantren Darul Lughah Wadda’wah Bangil.

Hasil dari proses implementasi pendidikan tasawuf tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor baik yang mendukung maupun

180

yang menghambat proses pelaksaan internalsasi itu. Berikut diantara faktor pendukung dan penghambat yang ada di Pondok Pesantren Darul Ihya’ Ulumiddin Bangil dan Pondok Pesantren Darul Lughoh Wada’wah Bangil selama berjalannya proses implementasi pendidikan tasawuf. 1. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Tasawuf di Pondok

Pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin

Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan tasawuf ini terkait dengan hal-hal yang membantu serta mensukseskan terjadinya implementasi pendidikan tasawuf di pondok pesanten Darul Ihya’ Li’ulumiddin dalam upaya mencegah praktek radikalisme agama.

Habib Abdul Qodir Assegaf menjelaskan, bahwa semua hal yang ada di pondok pesantren Darul Ihya’ ini sangat mendukung dalam proses implementasi pendidikan tasawuf dalam upaya mencegah praktek radikalisme agama. Adapun faktor-faktor pendukung proses implementasi pendidikan tasawuf dalam upaya mencegah praktek radikalisme agama berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti meliputi:

a) Adanya Tarekat Alawiyah, tarekat Alawiyah di pondok pesantren Darul Ihya’ ini sangat membantu dalam proses implementasi pendidikan tasawuf kepada para santri. Karena praktek-praktek dari tarekat ini membuat para santri lebih mendekatkan diri kepada Allah. Didalam tarekat alawiyah diajarkan bagaimana

181

menghilangkan sifat-ssifat tercela yang bias mengakibatkan santri terjerumus pada paham radikalisme agama.

b) Adanya Majlis Dars kitab Ihya’ Ulumuddin di rumah pimpinan Pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin. Dars kitab Ihya’ Ulumuddin atau pembacaan kitab Ihya’ Ulumuddin ini telah berlangsung sebelum didirikannya Pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin. Di majlis ini dibaca setiap hari kitab Ihya’ Ulumuddin, kitab ini yang merupakan kitab pokok dari tarekat Alawiyah, sehingga para santri memahami betul isi dan kandungan dari kitab tasawuf ini yang dapat mereka amalkan dikehidupan sehari-hari mereka.

c) Adanya pengajian umum kitab Ihya Ulumuddin dan kitab al-Hikam. Dengan adanya pengajian umum kitab Ihya Ulumuddin dan kitab al-Hikam santri tidak hanya memperdalam ilmu tasawuf tapi juga dapat bersinergi dengan masyarakat Bangil dan sekitarny yng ikut hadir pada pengajian kitab Ihya Ulumuddin dan kitab al-Hikam.

d) Adanya peran pengasuh, Pengasuh pondok pesantren Darul Ihya’ adalah figure yang layak untuk dijadikan pedoman bagi para santrinya.

e) Peran aktif pengurus. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses implementasi pendidikan tasawuf, karena santri harus selalu diawasi sebab santri masih dalam proses belajar. Seperti peran aktif

182

pengurus ubudiyah dan ta’limiyah dalam mengawasi santri-santri agar tertib pada saat kegiatan belajar dan beribadah, kemudian peran aktif pengurus keamanan dalam memonitoring kegiatan harian para santri, membuat peraturan-peraturan yang didalamnya terdapat larangan-larangan yang didak boleh dilanggar. Ketika ditemukan santri yang melanggar maka akan dikenakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan seperti membersihkan kamar mandi bagi santri yang tidak sholat berjama’ah di mushalah, kemudian digundul bagi santri yang berkelahi serta hukuman-hukuman lainnya yang bersifat mendidik para santri.

Sebenarnya masih banyak faktor-faktor pendukung dalam terlaksananya implementasi pendidikan tasawuf di pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin ini, karena keterbatasan dari peneliti, namun menurut hemat peneliti kelima faktor diataslah yang sangat berpengaruh dalam proses implementasi pendidikan tasawuf di pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin.

2. Faktor PenghambatImplementasi Pendidikan Tasawuf di Pondok Pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin

Selain faktor pendukung ada faktor penghambat dalam implementasi pendidikan tasawuf di pondok pesantren Darul Ihya’ Li’ulumiddin.Menurut hasil observasi dari peneliti y ang menjadi penghambat dalam hal ini adalah dari dalam diri santri sendiri dan lingkungan.

Dokumen terkait