• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Pengawas Syariah Grup Takaful

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada karyawan PT. Asuransi Takaful Umum sebanyak 25 Responden. Sebelumnya penulis melakukan

penulis teliti. Hal ini berdasarkan metode convenience sampling, yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti. Responden mengisi kuesioner yang terdapat 29 pertanyaan yang berasal dari 6 dimensi penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dari instrument penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,381 didapat dari jumlah kasus – 2, atau 29 – 2 = 27, dengan taraf signifikan 5%, maka r tabel 0,381. suatu instrument (setiap butir pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasionel yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dengan r tabel.

Berdasarkan hasil uji dimensi pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 yang dilihat pada tabel tingkat pelaksanaan/penerapan diperoleh data bahwa, sebanyak 2 pertanyaan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada pernyataan 4 dengan r hitung .251 dan pernyataan 13 dengan r hitung .153. Sedangkan berdasarkan tabel tingkat kepentingan peraturan pajak diperoleh data bahwa, terdapat 5 pernyataan yang tidak valid karena r hitung < r tabel, yaitu pada nomor 4 dengan r hitung .292, nomor 5 dengan r hitung .273, nomor 7 dengan r hitung .358, nomor 13 dengan r hitung .354, dan nomor 17 dengan r hitung .306.

Tabel 4.1

Uji Validitas Instrumen Pelaksanaan/Penerapan PPh pasal 23 Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria

1 0,632 0,381 Valid 2 0,777 0,381 Valid 3 0,624 0,381 Valid 4 0,251 0,381 Tidak Valid 5 0,439 0,381 Valid 6 0,534 0,381 Valid 7 0,381 0,381 Valid 8 0,717 0,381 Valid 9 0,572 0,381 Valid 10 0,668 0,381 Valid 11 0,506 0,381 Valid 12 0,601 0,381 Valid

Sumber: Data diolah

Tabel 4.2

Uji Validitas Instrumen Tingkat Kepentingan Peraturan Perpajakan

13 0,153 0,381 Tidak Valid 14 0,392 0,381 Valid 15 0,747 0,381 Valid 16 0,526 0,381 Valid 17 0,394 0,381 Valid 18 0,752 0,381 Valid 19 0,661 0,381 Valid 20 0,768 0,381 Valid 21 0,717 0,381 Valid 22 0,758 0,381 Valid 23 0,651 0,381 Valid 24 0,621 0,381 Valid 25 0,777 0,381 Valid 26 0,713 0,381 Valid 27 0,777 0,381 Valid 28 0,652 0,381 Valid 29 0,652 0,381 Valid

Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria

1 0,635 0,381 Valid 2 0,811 0,381 Valid 3 0,614 0,381 Valid 4 0,292 0,381 Tidak Valid 5 0,273 0,381 Tidak Valid 6 0,525 0,381 Valid 7 0,358 0,381 Tidak Valid 8 0,749 0,381 Valid

Sumber: Data diolah 2. Uji Reabilitas

Uji Reabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisiensi Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS versi 12.

Tabel 4.3 9 0,563 0,381 Valid 10 0,615 0,381 Valid 11 0,579 0,381 Valid 12 0,562 0,381 Valid 13 0,354 0,381 Tidak Valid 14 0,504 0,381 Valid 15 0,737 0,381 Valid 16 0,556 0,381 Valid 17 0,306 0,381 Tidak Valid 18 0,770 0,381 Valid 19 0,518 0,381 Valid 20 0,700 0,381 Valid 21 0,646 0,381 Valid 22 0,673 0,381 Valid 23 0,695 0,381 Valid 24 0,619 0,381 Valid 25 0,810 0,381 Valid 26 0,706 0,381 Valid 27 0,714 0,381 Valid 28 0,602 0,381 Valid 29 0,694 0,381 Valid

Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat Pelaksanaan/Penerapan PPh 23 Reliability Statistics ,945 29 Cronbach's Alpha N of Items

Sumber: Data diolah

Tabel 4.4

Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat kepentingan Peraturan Pajak Reliability Statistics ,940 29 Cronbach's Alpha N of Items

Sumber: Data diolah

Terlihat dari uji validitas dan reabilitas, meskipun ada pernyataan yang hasilnya tidak valid, tetapi memiliki reabilitas yang cukup tinggi yaitu > 0,6, sehingga peneliti masih tetap menggunakan pernyataan yang hasilnya menunjukkan tidak valid dengan memperbaiki kalimat kuesioner tersebut.

3. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan pada PT. Asuransi Takaful dengan populasi karyawan bagian keuangan 25 orang yang terdapat pada kantor pusat, cabang Dewi Sartika dan cabang Pondok Indah.

a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 4.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 16 Responden 64%

Perempuan 9 Responden 36%

25 Responden 100%

Berdasarkan data diatas, dapat diidentifikasikan bahwa jumlah laki-laki lebih dominan dari jumlah perempuan yaitu laki-laki dengan 16 Responden atau 64% sedangkan perempuan hanya 9 Responden atau 36%.

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Karakteristrik responden berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.6

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

20-25 th 3 Responden 12% 25-30 th 9 Responden 36% 30-35 th 8 Responden 32% 35-40 th 3 Responden 12% 40-45 th 2 Responden 8% 25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Dilihat dari usia dapat diidentifitasikan bahwa karyawan bagian keuangan yang dominan adalah usia 25 – 30 tahun yaitu 9 Responden atau 36%.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7

Deskripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

SMA/SMU/SMK 0 Responden 0% D3 1 Responden 4% S1 24 Responden 96% S2 0 Responden 0% S3 0 Responden 0% 25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Berdasarkan data diatas tingkat pendidikan yang berasal dari sarjana S1 lebih dominan yaitu sebanyak 24 Responden atau 96% sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit adalah D3 yang hanya 1 Responden atau 4%.

Karakteristik responden berdasarkan Lamanya bekerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8

Deskripsi Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Persentase

1-5 th 13 Responden 52%

5-10 th 7 Responden 20%

10-15 th 5 Responden 28%

25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Berdasarkan data diatas lama bekerja karyawan pada PT. Asuransi Takaful Umum lebih dominan selama 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 13 Responden atau 52% sedangkan lama bekerja paling sedikit adalah 10 – 15 tahun sebanyak 5 Responden atau 20%.

4. Analisis Importance and Performance Scale

Dalam penelitian ini, karyawan bagian keuangan PT. Asuransi Takaful Umum diberikan 29 pertanyaan yang terdiri dari 1 dimensi yaitu:pelaksanaan/penerapan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 pada transaksi mudharabah. Pernyataan tersebut diisi dengan 2 kolom, yang pertama kolom yang berkaitan dengan dengan tingkat efektifitas dan kedua berkaitan dengan tingkat kepentingan.

Setiap unsur penerapan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 dinilai berdasarkan tingkat pelaksanaan/penerapan dan tingkat kepentingan yang diberikan bobot nilai sehingga diperoleh angka yang menggambarkan tingkat efektifitas penerapan peraturan PPh 23, yaitu dengan menggunakan tingkat kesesuaian antara kedua variabel yang menjadi penentu urutan prioritas faktor yang mempengaruhi penerapan PPh 23. Hasil pernyataan tersebut akan digambarkan dalam diagram kartesius. Penulis akan menganalisis tanggapan dari 25 karyawan bagian keuangan PT. Asuransi Takaful Umum yang menjadi responden untuk masih-masing dimensi dari penerapan PPh pasal 23.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden, dihasilkan jawaban yang terangkum yang menunjukkan perbandingan antara Tingkat Kepentingan peraturan pajak menurut perusahaan PT. Asuransi Takaful Umum dengan Tingkat Pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23. Variabel, dimensi dan indikator yang akan digunakan untuk analisis ini, nampak dalam Tabel 4.9.

Secara keseluruhan hasil kuesioner dari karyawan PT. Asuransi Takaful Umum terhadap Pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 nampak sebagai berikut:

Tabel 4.9

Penilaian Tingkat Kepentingan Peraturan PPh Pasal 23 Pada PT. Asuransi Takaful Umum

Faktor-faktor yang mempengaruhi Responden = 25 (dua puluh lima) Sangat Penting Cukup Kurang Tidak No. Penerapan PPh pasal 23 Penting Penting Penting Penting Nilai

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

6 13 5 0 0 107

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi pasar.

3 11 9 2 0 90

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

16 7 2 0 0 114

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 19 4 2 0 0 117

5 Mudharabah cadangan (hutang) mudharabah dibagikan adalah titipan premi, pada saat jatuh tempo.

8 12 5 0 0 103

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 11 10 4 0 0 107

7

Mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan nasabah.

8 13 3 1 0 103

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan membentuk cadangan premi tanggungan sendiri sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan.

9 Premi asuransi yang diterima tergantung pada cakupan resiko yang dipertanggungkan.

16 9 0 0 0 116

10

Pembagian Mudharabah pada akhir periode selama tidak ada klaim dari peserta.

16 9 0 0 0 116

11

Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30% untuk peserta takaful.

4 10 7 4 0 89

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-rata tertimbang.

5 8 8 2 0 93

13

Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf n, premi asuransi adalah objek pajak.

4 7 9 5 0 85

14

UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat tidak final.

9 11 3 0 0 104

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g.

8 11 6 0 0 102

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta yang diperlakukan sebagai dividen dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak diakui sebagai biaya (non-deductible expense)

9 13 3 0 0 106

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

5 14 6 0 0 99

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 7 16 2 0 0 105

19

Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i.

6 10 9 0 0 97

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 9 11 5 0 0 104

21

Bersifat amanah dalam semua informasi dan keterangan yang dibuat dalam laporan pajak

9 14 2 0 0 107

22 Menyajikan informasi dan keterangan

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit neraca sebesar saldo pemupukan cadangan (setelah dikurangi dengan mudharabah) yang dibayar kepada peserta Takaful.

6 16 3 0 0 103

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

15 5 3 2 0 100

25 Pembentukan cadangan mudharabah tiap tahun dibebankan dalam perhitungan laba usaha sebelum Pajak Penghasilan.

6 13 6 0 0 100

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

12 8 3 2 0 105

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

10 5 8 2 0 98

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

17 8 0 0 0 117

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada SPT Tahunan).

12 8 5 0 0 107

Sumber: Hasil Kuesioner.

Tabel 4.10

Penilaian Tingkat Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 Pada PT. Asuransi Takaful Umum

Faktor-faktor yang mempengaruhi Responden = 25 (dua puluh lima) Sangat Baik Cukup Kurang Tidak

No. Penerapan PPh pasal 23 Baik Baik Baik Baik Nilai

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

6 15 4 0 0 102

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi pasar.

3 6 14 2 0 85

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 18 4 3 0 0 115

5 Mudharabah cadangan (hutang) mudharabah dibagikan adalah titipan premi, pada saat jatuh tempo.

7 12 5 1 0 100

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 10 6 8 1 0 100

7

Mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan nasabah.

5 13 6 1 0 97

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan membentuk cadangan premi tanggungan sendiri sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan.

5 8 10 4 0 87

9 Premi asuransi yang diterima tergantung pada cakupan resiko yang dipertanggungkan.

13 11 1 0 0 112

10

Pembagian Mudharabah pada akhir periode selama tidak ada klaim dari peserta.

14 9 2 0 0 112

11 Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30% untuk peserta takaful.

2 10 6 7 0 82

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-rata tertimbang.

2 11 10 2 0 88

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek pajak. 2 8 5 10 0 77

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat tidak final.

6 9 8 2 0 94

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g.

4 11 9 1 0 93

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta yang diperlakukan sebagai dividen dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak diakui sebagai biaya (non-deductible expense)

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

4 9 12 0 0 92

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 4 13 8 0 0 96

19

Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i.

5 9 11 0 0 94

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 7 9 7 2 0 96

21

Bersifat amanah dalam semua informasi dan keterangan yang dibuat dalam laporan pajak

9 11 4 1 0 103

22 Menyajikan informasi dan keterangan

sesuai dengan realitas 8 13 2 2 0 102

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit neraca sebesar saldo pemupukan cadangan (setelah dikurangi dengan mudharabah) yang dibayar kepada peserta Takaful.

4 14 7 0 0 97

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

9 8 5 3 0 98

25

Pembentukan cadangan mudharabah tiap tahun dibebankan dalam perhitungan laba usaha sebelum Pajak Penghasilan.

4 11 9 1 0 93

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

5 13 4 3 0 95

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

5 7 8 5 0 87

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

10 11 3 1 0 105

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada SPT Tahunan).

5 10 10 0 0 95

Tabel 4.11

Penilaian Tingkat Kesesuaian Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan PPh Pasal 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Nilai Tingkat

Nilai

Tingkat Tingkat No. Penerapan PPh pasal 23 Pelaksanaan Kepentingan

Kesesuaian (%) 1 Dalam Perusahaan KMK Asuransi No:424/KMK.06/2003, atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

102 107 95.33

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi pasar.

85 90 94.44

3

Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

110 114 96.49

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 115 117 98.29

5 Mudharabah adalah titipan premi, cadangan (hutang) mudharabah dibagikan pada saat jatuh tempo.

100 103 97.09

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 100 107 93.46

7

Mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan nasabah.

97 103 94.17

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan membentuk cadangan premi tanggungan sendiri sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan.

87 100 87.00

9

Premi asuransi yang diterima tergantung pada cakupan resiko yang dipertanggungkan.

112 116 96.55

10 Pembagian Mudharabah pada akhir periode

selama tidak ada klaim dari peserta. 112 116 96.55

11

Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30% untuk peserta takaful.

82 89 92.13

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-rata tertimbang.

88 93 94.62

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat tidak final.

94 104 90.38

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g.

93 102 91.18

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta yang diperlakukan sebagai dividen dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak diakui sebagai biaya (non-deductible expense)

97 106 91.51

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

92 99 92.93

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 96 105 91.43

19 Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i.

94 97 96.91

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 96 104 92.31

21 Bersifat amanah dalam semua informasi dan keterangan yang dibuat dalam laporan pajak

103 107 96.26

22 Menyajikan informasi dan keterangan sesuai

dengan realitas 102 105 97.14

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit neraca sebesar saldo pemupukan cadangan (setelah dikurangi dengan mudharabah) yang dibayar kepada peserta Takaful.

97 103 94.17

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

98 108 90.74

25

Pembentukan cadangan mudharabah tiap tahun dibebankan dalam perhitungan laba usaha sebelum Pajak Penghasilan.

93 100 93.00

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

87 98 88.78

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

105 117 89.74

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada SPT Tahunan).

95 107 88.79

RATA-RATA 93.19

Sumber: Hasil Kuesioner.

Secara keseluruhan dengan menggunakan faktor-faktor tersebut diatas, maka rata-rata tingkat kesesuaian antara harapan terhadap pelaksanaan/penerapan karyawan atas PPh 23 mencapai 93,19%, atau dengan kata lain tingkat pelaksanaan karyawan terhadap peraturan PPh 23 adalah sebesar 93,19%, sebagaimana yang nampak pada Tabel 4.10.

5. Diagram Kartesius

Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah dianalisi tersebut, maka dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:

a. Kuadran A, menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi penerapan PPh Pasal 23, termasuk unsur penerapan yang dianggap sangat penting, namun dalam perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan, sehingga bisa menimbulkan kekecewaan dan rasa tidak puas.

b. Kuadran B, menunjukkan unsur penerapan PPh Pasal 23 telah dilaksanakan dengan baik dan wajib untuk dipertahankan. Dianggap sangat penting dan diperlukan.

c. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 di perusahaan, sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja.

d. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penerapan PPh pasal 23 kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya secara sangat baik oleh PT. Asuransi Takaful Umum. Hal ini dianggap sangat berlebihan.

Tabel 4.12

Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Tingkat Pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23 dan Penilaian Tingkat kepentingan Peraturan PPh Pasal 23 pada Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penerapan PPh Pasal 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tingkat Nilai Tingkat

No. Penerapan PPh pasal 23 Pelaksanaan Kepentingan X Y

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

102 107 4,08 4,28

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi pasar.

85 90 3,40 3,60

3

Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

110 114 4,40 4,56

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 115 117 4,60 4,68

5

Mudharabah adalah titipan premi, cadangan (hutang) mudharabah dibagikan pada saat jatuh tempo.

100 103 4,00 4,12

6 Cadangan mudharabah dibagikan berdasarkan

tarif yang telah ditetapkan. 100 107 4,00 4,28

7

Mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan nasabah.

97 103 3,88 4,12

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan membentuk cadangan premi tanggungan sendiri sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan.

87 100 3,48 4,00

9 Premi asuransi yang diterima tergantung pada

10 Pembagian Mudharabah pada akhir periode

selama tidak ada klaim dari peserta. 112 116 4,48 4,64

11

Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30% untuk peserta takaful.

82 89 3,28 3,56

12

Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-rata tertimbang.

88 93 3,52 3,72

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek pajak. 77 85 3,08 3,40

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pemba-yaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat tidak final.

94 104 3,76 4,16

15

Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g.

93 102 3,72 4,08

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta yang diperlakukan sebagai dividen dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak diakui sebagai biaya (non-deductible expense)

97 106 3,88 4,24

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

92 99 3,68 3,96

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 96 105 4,08 4,16

19 Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi

pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i. 94 97 3,76 3,88 20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 96 104 3,84 4,16

21 Bersifat amanah dalam semua informasi dan

keterangan yang dibuat dalam laporan pajak 103 107 4,12 4,28 22 Menyajikan informasi dan keterangan sesuai

dengan realitas 102 105 4,08 4,20

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit neraca sebesar saldo pemupukan cadangan (setelah dikurangi dengan mudharabah) yang dibayar kepada peserta Takaful.

97 103 3,88 4,12

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

98 108 3,92 4,32

25

Pembentukan cadangan mudharabah tiap tahun dibebankan dalam perhitungan laba usaha sebelum Pajak Penghasilan.

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

95 105 3,80 4,20

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

87 98 3,48 3,92

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

105 117 4,20 4,68

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada SPT Tahunan). 95 107 3,80 4,28 RATA-RATA (X) (Y) 3,87 4,15 _ _

X dan Y = adalah nilai rata-rata dari 25 karyawan/ responden Sumber: hasil perhitungan kuesioner.

Gambar 4.3 Diagram Kartesius

Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada Gambar 4.3 di atas, dapat terlihat jenis-jenis penerapan PPh 23 dalam Transaksi Mudharabah mana yang seharusnya lebih ditingkatkan, dipertahankan, serta usaha-usaha perbaikan pada atribut-atribut yang benar-benar dianggap penting oleh karyawan bagian keuangan dalam asuransi syariah.

Pada Gambar 4.3 diagram kartesius di atas, terlihat bahwa letak unsur-unsur pelaksanaan faktor-faktor atau atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat pelaksanaan/penerapan peraturan PPh pasal 23 pada transaksi mudharabah di PT. Asuransi

Dokumen terkait