• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil interpretasi dengan software Res2dinv 1 Pada Lintasan I (Selatan – Utara)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil interpretasi dengan software Res2dinv 1 Pada Lintasan I (Selatan – Utara)

Pada analisis dan resisitivitas yang terdapat pada Gambar 4.2 bentuk penampang melintang pada gambar di atas terlihat bahwa susunan tiap lapisan

bawah permukaan tidak selalu mendatar terhadap bidang vertikal, tetapi bervariasi secara acak sesuai dengan nilai reistivitasnya masing – masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya. Dari keseluruhan lapisan yang ada di lintasan I ditemukan kandungan air garam sebagai akibat adanya intrusi air laut di daerah tersebut yang ditunjukan oleh kontur berwarna biru tua sampai biru muda dengan nilai resistivitas berkisar antara 1,08 Ω.m – 4,12 Ω.m. Dengan melihat Tabel 4.2 diketahui nilai resistivitas yang terkena intrusi berkisar antara 0,5 Ω.m – 5 Ω.m. Hal ini dibuktikan dengan nilai resistivitas untuk material yang terendam air laut (sea water) dan ini pada hampir pada semua bentangan

Semakin kecil nilai resistivitas suatu lapisan maka akan semakin banyak kandungan airnya dan begitu pula sebaliknya. Intrusi air laut juga sangat dipengaruhi oleh jarak suatu lokasi dengan pinggir pantai, semakin jauh jarak suatu lokasi dengan pinggir pantai maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya intrusi air laut, tetapi bila semakin dekat letak suatu lokasi dengan pinggir pantai maka kemungkinan terjadinya intrusi air laut akan semakin besar.

4.3.2 Pada Lintasan II ( timur-barat)

Pada analisis data resisitivitas yang terdapat pada Gambar 4.3 masih ditemukan sedikit kandungan air garam yang diduga sebagai akibat adanya intrusi air laut dalam jumlah yang sedikit dibandingkan lintasan I, dengan nilai resistivitas terendah 4,54 Ω.m yang diwakili oleh warna biru dan terletak pada kedalaman ± 13,5 – 19,6 meter bentangan ± 62-69 meter. Semakin kecil nilai resistivitas suatu lapisan maka akan semakin banyak kandungan airnya dan begitu pula sebaliknya. Intrusi air laut juga sangat dipengaruhi oleh jarak suatu lokasi dengan pinggir pantai, semakin jauh jarak suatu lokasi dengan pinggir pantai maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya intrusi air laut, tetapi bila semakin dekat letak suatu lokasi dengan pinggir pantai maka kemungkinan terjadinya intrusi air laut akan semakin besar.

4.3.3 Pada Lintasan III ( timur-barat)

Pada analisis dan resisitivitas yang terdapat pada Gambar 4.4 bentuk penampang melintang terlihat bahwa susunan tiap lapisan bawah permukaan lebih teratur dan mendatar terhadap bidang vertical dan bervariasi sesuai dengan nilai resisitivitasnya masing-masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya.

Ditemukan kandungan air garam sebagai akibat adanya intrusi air laut yang terletak pada kedalaman ± 0,854 – 19,3 meter, bentangan ± 7,5 – 142,5 meter yang diwakili oleh warna biru tua sampai hijau muda dengan nilai resistivitas sebesar 0,512 – 3,75 Ωm. Peristiwa ini terjadi mungkin disebabkan karena jarak yang relatif dekat dengan garis pantai serta adanya penggalian sumur tanah oleh penduduk untuk mencari sumber air tawar yang tidak terkontrol dan terlalu dalam sehingga menembus zona air laut di dalam tanah. Dan lokasi yang dekat dengan tambak.

4.4Intrusi

Dari ketiga lintasan pengukuran menunjukkan telah terjadi intrusi air laut (penyusupan air laut ke arah daratan) hingga mencapai 100 meter dari garis pantai. Hal ini dapat dilihat dari nilai resistivitas batuan yang terdapat pada masing-masing lintasan pengukuran. Lintasan I nilai resistivitasnya berkisar antara 1,08 - 116 Ω.m dengan kesalahan iterasi 22,3 %. Lintasan II nilai resistivitas berkisar antara 4,54 – 71,5 Ωm dan Lintasan III nilai resistivitas berkisar antara 0,512 – 53,1 Ω.m, dimana suatu lintasan terjadi intrusi jika nilai resisivitasnya 0,5 - 5 Ω.m. Hal ini bisa saja dipengaruhi faktor jarak dari garis pantai, kedalam sumur, kondisi batuan dan struktur tanah penyusupan akuifer tanah.

Semakin dekat jarak pengukuran dengan pantai maka nilai resistivitasnya akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya semakin jauh jarak pengukuran dari garis pantai maka nilai resistivitasnya semakin besar. Hal ini dapat kita lihat pada

lintasan I dan lintasan III yang jarak pengukurannya sejajar dan dekat dengan garis pantai (±25m) dan mempunyai nilai resistivitas terkecil adalah 0,512 Ω.m dan 1,08 Ω.m, sedangkan lintasan II yang pengukurannya tegak lurus dari garis pantai dengan jarak terdekat dengan garis pantai adalah ± 44m mempunyai nilai resistivitas terkecil 4,54 Ω.m dan semakin jauh dari garis pantai nilai resistivitasnya semakin besar.

Jika dilihat dari litologi penyusun akuifer pada ketiga lintasan pengukuran mempunyai kesamaan yaitu batu pasir, pasir lempungan, tanah yang diinterpretasikan sebagai akuifer karena batu pasir merupakan batuan yang memiliki celah-celah atau rongga sehingga bias diisi oleh air dan juga dapat bergerak melalui celah-celah rongga tersebut. Endapan alluvial terdiri dari batuan bongkah, kerikil, dan lempung sebagai hasil endapan sungai dan tambak yang bersifat lepas, tidak terkonsolidasi dan bersifat poros yang menyebabkan air laut lebih mudah menyusup.

Lapisan lempung pasiran merupakan lapisan yang kedap air, oleh karenanya walaupun mungkin saja pada lapisan ini terdapat air tanah yang mengalir akan tetapi masih dalam jumlah yang sedikit. Pasir dan kerikil memungkinkan terdapatnya air tanah, sebab pasir dan kerikil memiliki porositas dan permeabilitas yang besar dan air tanah berada diantara pori-pori pasir dan kerikil tersebut, sehingga pada lapisan tersebut sangatlah berpotensi terdapatnya air tanah.

Kebanyakan batuan sedimen yang menempati daerah penelitian merupakan formasi pengandung air berproduksi rendah sampai sedang. Oleh karena itu, batu kapur, kerikil dan batu pasir merupakan formasi pengandung air produktif yang terdapat di daerah ini. Kelulusan dan daya simpan batuan sedimen bermacam-macam, tergantung pada tingkat keterdapatan sistem celahan dan rongga pelarutan yang berlangsung di dalamnya. Dalam batu sedimen lunak air tanah akan terdapat dalam kerangka ruang antara primer batuan, dan karenanya sebaran air tanah akan lebih merata. Di daerah batuan sedimen yang tidak atau sedikit tertutup lapisan lempung, sebagian besar air tanahnya bersifat tak tertekan, sedang untuk batu pasir memiliki kandungan porus yang lebih banyak

dibandingkan batuan yang lain sehingga ketebalan batu pasir akan sangat menentukan dimensi akuifer.

Porositas dan permeabilitas batuan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya intrusi air laut. Dengan melihat hasil pendugaan jenis material batuan pada ketiga lintasan diketahui jenis-jenis material batuan tiap lapisan tanah seperti lempung,pasir, kerikil, batu pasir, dan batu kapur. Dapat diketahui nilai porositas dan permeabilitas batuan berdasarkan Tabel 2.2 dengan nilai porositas paling besar berkisar antara 5% - 45%, dimana batuan lempung memiliki nilai porositas paling besar, dan yang paling kecil adalah batuan kapur. Sedangkan nilai permeabilitas berkisar antara 0,0004 m/hari – 4100 m/hari, dan lempung memiliki nilai permeabilitas yang cukup kecil sedangkan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar.

Lempung merupakan batuan yang mempunyai nilai porositas paling besar, yang memungkinkan batuan ini mampu menahan air diantara rongga-rongga batuannya. Lempung juga memiliki permeabilitas yang kecil, yang memungkinkan air sulit lolos melewati batuan tersebut. Semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal. Sedangkan batuan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar yaitu 4100 m/hari yang memungkinkan air mudah lolos.

Air akan mudah lolos jika permeabilitas batuan besar dan mempunyai porositas yang kecil. Air akan mudah melewati suatu batuan jika batuan terdapat tekanan yang besar, sehingga akan membuat air tertekan melewati batuan, jika permeabilitasnya besar maka akan mempermudahkan air melewatinya. Namun, jika permeabilitasnya kecil dan mempunyai porositas besar akan membuat air tertahan dan sulit untuk melewati lapisan batuan tersebut, hal ini terjadi pada batuan lempung.

Intrusi air laut terjadi jika air laut meresap memasuki air bawah tanah, hal ini bergantung pada nilai permeabilitas dan porositasnya. Semakin kecil nilai permeabilitas suatu batuan maka semakin sulit untuk dilewati air resapan dari laut.

Karena rongga-rongga pada batuan tersebut akan semakin kecil. Begitupula jika porositas batuan semakin besar kemungkinan air lolos semakin sukar. Hal ini dilihat dari kemampuan batuan tersebut untuk menahan air. Jika porositasnya kecil maka air resapan laut akan mudah melewatinya.

Di beberapa wilayah lintasan pengukuran ini, terdapat penghalang (barriers) seperti mangrove atau bukit-bukit pasir (cheniers) yang memisahkan wilayah laut dengan lahan basah (wetlands) atau sumber air tawar. Kerusakan pada wilayah penghalang ini disebabkan oleh berbagai hal, yang mengakibatkan air laut mudah menyusup kearah daratan yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terbukanya penghalang tersebut dapat bersifat alami seperti kerusakan yang disebabkan oleh badai, atau akibat aktivitas manusia seperti pengerukan untuk kepentingan pelayaran, pengikisan dan pengalihan penggunaan sebagai lahan tambak.

Mutu air tanah yang terdapat dalam endapan alluvium di daerah pantai umumnya jelek, airnya payau atau asin ini disebabkan karena penguapan yang tinggi serta pengaliran yang buruk, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan penggaraman dalam air. Selain itu, bentuk medan yang sangat datar dengan ketinggian hanya beberapai meter di atas permukaan laut menyebabkan paras air tanah sangat dangkal, ini diperkuat dari informasi yang berasal dari masyarakat sekitar daerah penelitian yang menyatakan bahwa untuk daerah yang menjorok dan berdekatan dengan pantai, air tanah yang dihasilkan mempunyai mutu yang kurang baik, dan sumur bor yang terdapat beberapa kilometer dari garis pantai dihasilkan air yang sedikit asin.

Dokumen terkait