• Tidak ada hasil yang ditemukan

Departemen Breeding di Minamas Research Center (MRC) merupakan salah satu departemen riset yang berada dibawah naungan PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation. Departemen ini mengelola riset untuk bagian pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman ini adalah untuk mendapatkan pokok tanaman unggul baik dalam hal produksi maupun kualitas minyak yang akan dijadikan tanaman induk penghasil bahan tanam. Selain itu pemuliaan tanaman kelapa sawit ditujukan untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki beberapa sifat unggul tanaman seperti petumbuhan yang homogen, toleran terhadap berbagai macam penyakit dan kekeringan. Seluruh kegiatan magang terangkum dalam jurnal kegiatan magang yang terdapat pada Lampiran 3,4, dan 5.

Populasi Dasar

Kegiatan penelitian di Departemen Breeding memiliki tujuan untuk mengevaluasi pokok induk baru dan produksi benih melalui pengujian progeni. Populasi progeni yang digunakan pada penelitian yaitu Deli Dura serta AVROS (Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) Psifera. Perlakuan serta populasi dasar yang digunakan pada penelitian tertera pada Tabel 1.

11 Tabel 1 Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)

No progeny No blok No famili Tipe Pedigree No pokok

1 C1 IM87 DXP Deli Dura X AVROS 36

2 C2 IM88 DXP Deli Dura X AVROS 36

3 C3 IM89 DXP Deli Dura X AVROS 36

4 C4 IM90 DXP Deli Dura X AVROS 36

5 C5 IM91 DXP Deli Dura X AVROS 36

6 C6 IM92 DXP Deli Dura X AVROS 36

7 C7 IM93 DXP Deli Dura X AVROS 36

8 C8 IM94 DXP Deli Dura X AVROS 36

9 C9 IM95 DXP Deli Dura X AVROS 36

10 C10 IM96 DXP Deli Dura X AVROS 36

11 C15 IM97 DXP Deli Dura X AVROS 36

12 C16 IM98 DXP Deli Dura X AVROS 36

13 C17 IM99 DXP Deli Dura X AVROS 36

14 C18 IM100 DXP Deli Dura X AVROS 36

15 C19 IM101 DXP Deli Dura X AVROS 36

16 C20 IM102 DXP Deli Dura X AVROS 36

17 C21 IM103 DXP Deli Dura X AVROS 36

18 C22 IM104 DXP Deli Dura X AVROS 36

19 C23 IM105 DXP Deli Dura X AVROS 36

20 C24 IM106 DXP Deli Dura X AVROS 36

21 C25 IM107 DXP Deli Dura X AVROS 36

22 C26 IM108 DXP Deli Dura X AVROS 36

23 C28 IM109 DXP Deli Dura X AVROS 36

24 C29 IM110 DXP Deli Dura X AVROS 36

25 C30 IM111 DXP Deli Dura X AVROS 36

26 C31 IM112 DXP Deli Dura X AVROS 36

Sumber: Departemen Breeding MRC (2009)

Kegiatan Kebun Induk

Kegiatan kebun induk di Departemen Breeding tidak jauh berbeda dengan kebun-kebun produksi, namun ada beberapa kegiatan khusus yang membedakannya yaitu kegiatan yang lebih spesifik yang bertujuan untuk mengetahui dan mengamati perkembangan pohon induk (mother plant). Produksi (jumlah buah), perkembangan vegetatif, mutu minyak merupakan beberapa parameter yang diamati dari kegiatan khusus tersebut. Kegiatan magang selama seminggu awal adalah melaksanakan orientasi magang serta beberapa hari turun

12

ke lapangan untuk melihat dan mengamati secara langsung setelah dua bulan melaksanakan kegiatan di pembibitan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di kebun induk Departemen Breeding adalah sebagai berikut:

Kastrasi dan Sanitasi

Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga betina yang telah dibuahi namun belum merupakan buah yang layak untuk dipanen, karena kualitas minyak masih kurang baik dan belum termasuk didalam kriteria panen. Kastrasi

dilaksanakan pada tahun-tahun pertama kelapa sawit ditanam (Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)) atau biasa disebut dengan pembuangan

buah pasir. Bunga yang difokuskan untuk dikastrasi hanya bunga betina. Tujuan utama kastrasi adalah untuk memusatkan hasil fotosintesis pada pertumbuhan vegetatif. Pada fase awal pertumbuhan tanaman, fase pertumbuhan vegetatif merupakan fase yang sangat penting bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh kokoh dan memiliki keragaan tumbuh yang baik sehingga memiliki ketahanan terhadap iklim dan cuaca yang ekstrim.

Kegiatan kastrasi di kebun induk dilaksanakan oleh karyawan harian dan diawasi oleh mandor. Setiap karyawan mengerjakan tugas kastrasi sesuai dengan basis (target kerja) kastrasi per hari kerja (HK). Basis HK-1 karyawan adalah 130 bunga tandan-1 pada hari Senin- um’at, sedangkan pada hari Sa tu karyawan dibebani basis 100 bunga tandan-1.

Sanitasi merupakan kegiatan pembersihan pokok kelapa sawit dan sekitarnya dari buah busuk serta brondolan tinggal hasil kastrasi yang tertinggal di piringan. Tujuan pelaksanaan sanitasi adalah agar mempermudah dalam pemeliharaan serta pengendalian gulma di lapangan. Kegiatan sanitasi wajib dilakukan untuk menghindari tertinggalnya brondolan buah sawit yang apabila tidak dibersihkan akan memunculkan bibit-bibit liar di sekitar pokok sawit utama dan tentu saja akan mengganggu pertumbuhan pokok utama. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kastrasi untuk tujuan efektivitas jam kerja karyawan.

Tahapan kegiatan kastrasi dan sanitasi dimulai dengan membuang bunga betina yang telah dibuahi maupun buah yang telah membusuk. Cara pembuangan bunga/buah tersebut dengan menggunakan alat dodos, setelah buah jatuh dari pokok lalu buah dimasukkan kedalam kereta dorong (angkong) untuk dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan tidak lupa karyawan mengutip brondol. Buah yang telah terkumpul di TPH akan dipilah antara yang matang dengan yang busuk. Buah matang akan dibawa ke pabrik sedangkan buah busuk dibuang ke tempat sampah. Hasil kegiatan tertera pada Gambar 2.

13

(A) (B)

Gambar 2 Kegiatan kastrasi dan sanitasi. (A) karyawan memanen buah pasir pada salah satu pokok induk, dan (B) kegiatan sanitasi di kebun induk MRC

Taksasi

Taksasi adalah kegiatan sensus jenis bunga pada pokok induk. Sensus tersebut dilaksanakan untuk mencatat jumlah bunga jantan, bunga betina, serta bunga hermafrodit. Kegiatan yang dicatat setiap minggunya ini dilakukan untuk mengamati pertumbuhan generatif pokok induk sehingga dapat memperkirakan produktifitas pokok induk tersebut. Pada kebun induk kegiatan taksasi dapat digunakan untuk mempersiapkan bunga jantan dan bunga betina yang akan digunakan untuk bahan persilangan antar pokok induk dengan pokok lainnya sebagai kegiatan pemuliaan kelapa sawit.

Pembuatan Piringan

Pohon induk harus bersih dari berbagai gangguan gulma agar pertumbuhannya dapat optimal. Piringan merupakan kawasan bersih gulma, 1 hari 24 jam 1 tahun 365 hari piringan harus selalu bersih. Hal tersebut bertujuan agar beberapa kegiatan baik itu perawatan, panen, pemupukan tidak terganggu dengan gulma. Areal piringan disebut juga W0 atau 0% gulma tumbuh di areal tersebut. Apabila areal piringan ditumbuhi gulma maka akan sulit bagi tenaga pemupuk untuk menebar pupuk selain itu pada saat kegiatan pemanenan, brondolan yang tertinggal akan tersangkut gulma sehingga akan menyebabkan tumbuhnya bibit-bibit liar di sekitar pokok.

Pada kebun induk pembuatan piringan baru dibuat karena tanaman induk baru tumbuh pada fase TBM 2. Piringan dibuat menggunakan metode manual dengan menggunakan cangkul untuk membuat areal piringan tersebut. Jarak antara batas terluar piringan dengan pokok berkisar 1-1.5 m dibuat melingkari pokok tersebut. Areal piringan benar-benar dipastikan bersih dari gulma sehingga pada tahap selanjutnya ketika gulma sudah kembali tumbuh hanya akan dilakukan

weeding chemist dengan menggunakan micron herbi sprayer (MHS). Hasil kegiatan tertera pada Gambar 3.

14

(A) (B)

Gambar 3 Hasil kegiatan pembuatan piringan. (A) pokok yang belum dibuat piringan sekelilingnya, dan (B) pokok setelah dilakukan pembuatan piringan di sekelilingnya

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan pada perkebunan kelapa sawit. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman memiliki keterbatasan untuk menyediakan unsur hara secara kontinyu bagi tanaman. Perlunya penambahan unsur hara bagi tanaman dilakukan dengan kegiatan pemupukan. Menurut Pahan (2006) pemupukan memiliki banyak manfaat bagi tanaman salah satunya adalah meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.

Perkebunan-perkebunan besar di Indonesia banyak menghabiskan sebagian besar anggarannya (± 60%) untuk kegiatan pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan dengan memperhatikan lima tepat (5T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat mutu. Hal tersebut dilakukan guna tercapainya efektivitas pemupukan di lapangan. Pemupukan di kebun induk MRC dilakukan dua kali dalam setahun mengikuti jadwal pemupukan di kebun produksi (estate) serta dilaksanakan oleh karyawan estate, karena lokasi kebun induk yang berdekatan dengan kebun produksi.

Metode pemupukan yang dilaksanakan di kebun induk menyesuaikan dengan metode estate kebun induk berada. Kebun induk yang berada di Teluk Siak Estate (TSE) menggunakan metode pemupukan tanpa until artinya pemupukan dilaksanakan dengan melangsir pupuk pada dua collection road yang mengapit blok, lalu pupuk ditabur pada pokok dalam blok tersebut. Kebun induk yang berada di Pinang Sebatang Estate (PSE) menggunakan metode until artinya pupuk akan dibagi menjadi bagian kecil sesuai dengan dosis tiap pokok sebelum dilaksanakan pemupukan. Metode penaburan pupuk pada pokok menggunakan sistem membentuk huruf U atau U shape pada pokok yang berada ditengah, membentuk huruf L/J pada pokok yang berada di tepi jalan, serta membentuk angka 11 atau baris berganda pada pokok di tepian parit.

Pada tahun awal penanaman, pemupukan dilakukan oleh anggota Departemen Breeding MRC. Berbeda dengan tahun kedua setelah tanam, di tahun awal pemupukan dilaksanakan dengan frekuensi tiga bulan sekali. Hal ini dikarenakan tanaman pada masa awal penanaman memerlukan unsur hara yang lebih banyak untuk menstabilkan pertumbuhannya pasca pindah tanam. Dosis

15 yang digunakan 1 kg/pokok dengan pupuk ccm 25 serta ccm 44. Pada saat kegiatan magang berlangsung penulis tidak melaksanakan kegiatan pemupukan di kebun induk dikarenakan kebijakan perusahaan yang meniadakan kegiatan ini mulai bulan Januari hingga bulan April.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit merupakan faktor pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengakibatkan kematian pada tanaman. Hal ini sangat merugikan bagi perkebunan kelapa sawit. Oleh karenanya hama dan penyakit tanaman haruslah dikendalikan agar tidak sampai pada ambang batas ekonomi sehingga tidak merugikan bagi perusahaan. Sebelum dilaksanakan pengendalian hal yang harus dilakukan adalah mengadakan sensus terhadap populasi hama, apabila jumlah hama tersebut tidak mencapai ambang batas ekonomi maka pengendalian dilakukan dengan penanaman

beneficial plant yaitu turnera subulata, andropogon sp., dan casia cobanensis

sebagai inang predator hama, dan apabila telah mencapai ambang batas ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida.

Hama yang banyak menyerang pokok kelapa sawit di kebun induk adalah kumbang tanduk (Orictes rhinnoceros) dan ulat api (Setora nitens). Pengendalian kumbang tanduk menggunakan insektisida dengan bahan aktif sipermetrin dengan konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %, sedangkan pengendalian ulat api menggunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif lamda sihalotrin dengan konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %. Aplikasi lamda sihalotrin untuk mengendalikan ulat api menggunakan alat mist blower sprayer. Alat tersebut mengubah cairan insektisida menjadi asap yang lalu diaplikasikan kepada pokok yang terserang ulat api. Aplikasi dilakukan malam hari guna menjaga keamanan dan kesehatan kerja, sebab di malam hari arah angin cenderung stabil. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

(A) (B)

Gambar 4 Kegiatan penyemprotan hama ulat api di kebun induk. (A) penyemprotan pokok dengan mist blower sprayer, dan (B) ulat api setelah disemprot

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan semua jenis tanaman yang tumbuh disekitar tanaman utama yang dianggap sebagai tanaman pengganggu yang harus dikendalikan agar tidak mengakibatkan kerugian pada tanaman utama. Gulma yang tumbuh di kebun induk memiliki keragaman jenis termasuk tanaman berkayu, berdaun lebar, dan berdaun sempit. Pada kebun induk pelaksanaan pengendalian gulma dilaksanakan

16

oleh anggota Divisi Breeding. Pengendalian gulma berdaun lebar dan sempit digunakan herbisida yang memiliki kandungan bahan aktif glifosat dengan konsentrasi 100 ml/10 l air. Untuk gulma yang berkayu digunakan herbisisda dengan bahan aktif triklopir (butoksi etil ester) dengan konsentrasi 100 ml/10 l air. Herbisida lain yang digunakan untuk pengedalian gulma memiliki bahan aktif

amonium glufosinat.

Target pengendalian gulma di kebun induk adalah pasar pikul yang dilaksanakan untuk memudahkan kegiatan-kegiatan di kebun induk seperti pemanenan dan sanitasi. Gulma yang menjadi target adalah gulma berdaun lebar dan berdaun sempit serta anak kayu. Pengendalian dilakukan dengan metode semprot yaitu menggunakan sprayer sebagai alatnya dan dilakukan secara selektif. Pengendalian gulma pada daerah piringan dilakukan dengan membuat piringan secara manual menggunakan cangkul.

Bunch Analysis

Bunch Analysis atau analisis tandan merupakan salah satu kegiatan di Departemen Breeding yang bertujuan untuk menganalisis kadar minyak buah dari pokok induk yang berada di kebun induk (Gambar 5). Bunch Analysis dimulai pada saat tanaman berumur tiga tahun, untuk mendapatkan hasil minimal dilakukan tiga kali ulangan tetapi untuk hasil terbaik dilakukan sebanyak tujuh kali ulangan.

(A) (B) (C)

Gambar 5 Pengambilan sampel di kebun induk untuk analisis tandan. (A) pemanenan tandan, (B) pemberian nomor pada tandan yang telah dipanen sesuai dengan nomor pokok asal, dan (C) pengukuran bobot tandan

Tahapan kegiatan analisis tandan yaitu (1) pengambilan sampeldari kebun induk sebanyak 15-20 tandan atau sesuai kondisi pekerja, (2) setelah pengambilan sampel tandan, tandan ditimbang, lalu dicatat, (3) setelah selesai dilakukan penimbangan, tiap nomor sampel diambil 5 kg, (4) brondol tersebut dipisahkan dari tangkainya, tangkai (sampah) ditimbang, (5) buah yang sudah dipisahkan dari tangkai diseleksi atau dipilih antara buah normal dan abnormal, (6) buah normal yang telah masuk kriteria matang panen, berwarna orange atau jingga atau hitam sedangkan abnormal adalah buah yang masih putih, (7) buah normal lalu dimasukkan ke dalam fruit separator lalu diambil 300 g, setelah itu sampel dibawa ke laboratorium, (8) sampel 300 g tersebut lalu diiris dipisahkan antara

mesocarp dengan kernelnya, mesocarp ditimbang, kernel juga ditimbang lalu dihitung bijinya, (9) setelah itu mesocarp diambil 150 g kemudian dimasukan ke

17 dalam loyang, loyang yang sudah berisi mesocarp dimasukkan ke dalam oven selama 16 jam, (10) hasil dari oven ditimbang, lalu diblender, setelah diblender ambil 15 g kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 3.5 jam, (11) selama pengovenan disiapkan benang dan tisu lalu benang dan tisu ditimbang, (12) hasil oven 15 g, diambil 5 g kemudian dibungkus dan diikat dengan tisu yang tadi telah ditimbang, (13) dimasukan ke dalam sokhlet untuk didestilasi ± 2 hari, atau sampai air destilasi menjadi bening, (14) lalu masukan kembali ke oven selama ½ jam. Setelah dioven dimasukkan ke dalam desikator selama ½ jam, lalu ditimbang, dan (15) sementara kernel dikeringkan selama dua minggu, dipecahkan, dipisahkan antara cangkang dan kernel, lalu timbang keduanya secara terpisah.

Hasil analisis janjang berguna bagi breeder untuk mengetahui pokok mana yang memiliki kadar minyak yang paling baik (Tabel 2). Hasil analisis juga berguna untuk menentukan pokok unggul dalam hal kadar minyak yang akan dijadikan mother plant untuk melakukan persilangan antar pokok yang akan menghasilkan bahan tanam unggul. Variabel yang dipilih dalam analisis janjang untuk menentukan pokok sebagai mother plant adalah % minyak/janjang dan % kernel/janjang. Persen minyak/janjang dan kernel/janjang merupakan variabel yang digunakan apabila breeder ingin menghasilkan bahan tanam yang unggul pada kadar minyak yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO).

Tabel 2 Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315

Blok Ulangan % Buah/ janjang % Mesocarp /buah % Kernel /buah % Minyak/ mesocarp kering % Minyak/ mesocarp basah % Minyak /janjang % Kernel / janjang C03 1 71.48 69.23 5.73 65.74 26.85 13.29 3.33 C03 2 77.02 73.78 5.72 72.87 50.07 28.45 3.01 C03 3 77.68 69.22 6.72 70.58 37.83 20.34 3.69 C03 4 81.76 71.19 5.32 72.69 33.90 19.73 2.94 C03 5 80.93 76.31 4.09 76.05 41.32 25.52 2.33 C03 6 76.71 70.67 5.68 65.34 34.96 18.95 2.96 C03 7 73.53 72.50 5.28 69.18 43.11 22.98 2.80 Rata-rata 77.02 71.84 5.51 70.35 38.29 21.32 3.01 Yield Recording

Yield recording adalah kegiatan pencatatan hasil produksi dari kebun induk. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati produksi buah yang dihasilkan oleh pokok di kebun induk. Pengamatan hasil produksi buah memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut. Perlu waktu minimal tiga tahun pencatatan hasil produksi per tandan atau perekaman hasil penimbangan buah per tandan. Pengamatan ini dilaksanakan pada kebun induk yang berada di Pinang Sebatang Estate (PSE) tahun tanam 1997. Hal ini dikarenakan tanaman telah dapat menghasilkan buah yang layak untuk dipanen, sedangkan pada kebun induk tahun tanam 2010 masih dalam fase

18

tanaman belum menghasilkan (TBM). Pencatatan dilakukan dalam satu bulan 2-4 kali tergantung kondisi buah yang ada di kebun induk.

Parameter yang diamati dalam yield recording adalah total banyaknya janjang/pokok/tahun, total berat janjang/pokok/tahun, berat janjang rata-rata (BJR)/tahun. Ketiga parameter tersebut akan menjadi acuan untuk menentukan pokok yang mempunyai berat janjang tertinggi, banyaknya janjang tertinggi serta BJR tertinggi dalam satu tahun pengamatan yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pokok tersebut sebagai mother plant atau tetua pada pemuliaan tanaman berikutnya. Kebun induk MRC telah melaksanakan kegiatan

yield recording sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 sedangkan untuk tahun 2013 sedang berjalan. Hasil pencatatan tersebut tertera pada Tabel 3, 4, dan 5.

Tabel 3 Hasil kegiatan yield recording tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun)

Nomor pokok Total berat janjang/tahun (kg) Nomor pokok Jumlah tandan buah/tahun Nomor pokok Berat janjang rata-rata/tahun (kg) 628 234.40 409 22 656 24.86 134 225.80 444 21 539 24.17 330 217.00 568 21 628 23.44 582 205.80 582 21 661 22.66 619 200.00 333 20 662 21.10 444 199.40 395 20 655 20.68 654 199.20 461 20 230 20.45 409 199.00 497 20 650 18.44 333 195.60 372 19 222 17.98 411 193.40 390 19 136 17.93

Tabel 4 Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun)

Nomor pokok Total berat janjang/tahun (kg) Nomor pokok Jumlah tandan buah/tahun Nomor pokok Berat janjang rata-rata/tahun (kg) 539 347.60 576 24 657 23.80 662 315.60 500 23 660 22.91 541 305.60 411 22 662 22.54 633 300.40 419 22 650 22.18 475 292.60 427 22 454 20.54 454 287.60 472 22 545 19.58 365 287.20 579 22 539 19.31 507 283.40 409 21 613 19.20 411 282.80 413 21 656 19.17 510 274.20 541 21 635 19.13

19 Tabel 5 Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun)

Nomor pokok Total berat janjang/tahun (kg) Nomor pokok Jumlah tandan buah/tahun Nomor pokok Berat janjang rata-rata/tahun (kg) 275 360.20 427 28 657 28.50 510 341.80 275 27 656 28.30 330 328.60 497 27 612 28.00 497 316.60 415 24 524 25.90 363 310.40 445 23 662 25.80 531 282.00 568 23 546 25.40 427 272.80 359 22 551 23.30 626 272.40 350 21 263 22.80 359 271.20 372 21 661 21.90 410 264.20 419 21 630 21.90

Hasil pencatatan yang tersaji pada Tabel 3, 4, dan 5 menggambarkan kondisi produksi pokok tanaman yang diindikasikan oleh total berat janjang/tahun, jumlah tandan buah/tahun, dan berat janjang rata-rata (BJR)/tahun. Hasil pencatatan ini dapat menjadi acuan bagi breeder untuk memilih pokok unggul sebagai mother plant dalam hal keunggulan pada produksi.

Tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun) pokok nomor 628 memiliki keunggulan dalam total berat janjang, pokok nomor 409 unggul dalam jumlah tandan buah dan pokok nomor 656 unggul dalam BJR. Tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun) pokok nomor 539 memiliki keunggulan untuk total berat janjang, pokok nomor 576 unggul dalam jumlah tandan buah sedangkan pokok nomor 657 unggul dalam BJR. Tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun) pokok nomor 275 memiliki keunggulan dalam total berat janjang, pokok nomor 427 unggul dalam jumlah tandan buah serta pokok nomor 657 unggul dalam BJR. Rekapitulasi diatas dapat menjadi pertimbangan bagi breeder untuk memilih pokok tersebut sebagai calon pokok mother plant. Namun data yield recording

belum selesai dalam tiga tahun tersebut melainkan terdapat beberapa data dalam 1-2 tahun kedepan yang akan diambil, sehingga akan didaptkan rata-rata untuk pokok unggul dalam produksi kelapa sawit.

Vegetatif Census

Vegetatif census adalah pengamatan di lapangan terhadap parameter-parameter bagian vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, panjang

pelepah, lebar pangkal pelepah, tebal pangkal pelepah, panjang helai daun, lebar helai daun, jumlah anak daun, dan hasil relative leaf area (RLA) (Gambar 6). Pengamatan vegetatif dilaksanakan minimal pada saat tanaman berumur tiga tahun (TBM 3), dilakukan dua kali dalam setahun selama tiga tahun.

20

(A) (B) (C)

Gambar 6 Kegiatan sensus vegetatif pada pokok induk. (A) pengukuran panjang pelepah, (B) pengukuran lebar daun, dan (C) pengukuran panjang daun Pada kegiatan pengamatan vegetatif penulis tidak melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, melainkan hanya mengawasi kegiatan pekerja di lapangan. Prestasi kerja yang dihasilkan para pekerja dalam mengamati pertumbuhan vegetatif tanaman adalah 50 pokok/hari kerja (HK). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil pengamatan sensus vegetatif di kebun induk MRC

No ulangan Tinggi (cm) Panjang pelepah (cm) Panjang anak daun (cm) Lebar helai anak daun (cm) Anak daun Hasil RLA (cm2) Tandan buah 1 545.65 334.61 75.03 4.42 118.58 39372.35 12.46 2 539.20 332.83 73.84 4.46 118.05 38890.31 10.88 3 519.25 325.17 68.59 4.58 117.76 37464.36 10.54 4 520.92 319.27 65.39 4.89 117.30 38178.73 8.88 5 532.11 333.84 65.28 4.98 121.14 40285.15 9.92 Rata-rata 531.42 329.14 69.63 4.66 118.56 38838.18 10.53

Hasil relative leaf area (RLA) didapatkan dari hasil perkalian panjang anak daun dengan lebar anak daun serta jumlah anak daun dalam pokok sampel. Setelah pencatatan sensus vegetatif data direkap di kantor MRC, kemudian dilakukan olah data terhadap hasil pengamatan vegetatif di kebun induk. Olah data yang dilakukan adalah korelasi antara relative leaf area (RLA) terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan. Nilai pearson correlation sebesar 0.217 menunjukkan bahwa relative leaf area (RLA) berkorelasi positif terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan tetapi korelasinya tidak kuat sehingga dengan p-value sebesar 0.679 menunjukkan luas relatif daun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan produksi buah pada pokok tanaman kelapa sawit tidak hanya dipengaruhi oleh luas daun yang menampung sinar matahari untuk melakukan fotosintesis melainkan banyak faktor. Menurut Mangoensoekarjo et al. (2008) produksi per satuan luas sangat tergantung pada jenis tanah, iklim, curah hujan drainasi, defisit air, topografi, bahan tanam yang digunakan, kualitas, dan mutu panen. Ilustrasi korelasi antara

relative leaf area (RLA) dengan jumlah tandan buah yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7.

21

Gambar 7 Grafik korelasi hasil relative leaf area (RLA) dan jumlah tandan buah

Fruit Typing

Fruit typing merupakan kegiatan pengamatan jenis buah dari pokok induk di kebun induk. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan jenis dari pokok induk tersebut, apakah termasuk kedalam pokok dura, psifera, atau tenera sehingga

breeder dapat mengetahui identitas pokok induk yang dimilikinya. Kegiatan fruit typing dilakukan hanya satu kali selama pertumbuhan tanaman yaitu pada saat tahun ketiga setelah pindah tanam ke lapangan. Tahapannya adalah (1) memanen tandan pada pokok yang akan diamati, (2) setelah dipanen kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil, (3) buah dibrondol dan diambil beberapa sampel, (4) buah dibelah dua pada bagian tengah sehingga menampakkan bagian kernelnya, dan (5) setelah dibelah dicatat jenis dan nomor pokok serta nomor replicate

(ulangan) kemudian difoto sebagai dokumentasi perusahaan. Hasil pengamatan

fruit typing tersedia pada Gambar 8.

(A) (B) (C)

Gambar 8 Fruit typing. (A) buah jenis tenera pokok nomor 51 replicate 1, (B) buah jenis psifera pokok nomor 51 replicate 2, dan (C) buah jenis tenera pokok 51 replicate 3

Penyerbukan Buatan (Artificial Polination)

Penyerbukan buatan merupakan kegiatan menyilangkan pohon tetua jantan dan betina yang mempunyai sifat unggul dengan memanipulasi penyerbukan

Dokumen terkait