• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KEBUN INDUK DAN PEMBIBITAN

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI MINAMAS

RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU

MUHAMAD SUBHI HUZAIFI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Muhamad Subhi Huzaifi

(4)

ABSTRAK

MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan SUWARTO.

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam mengkoordinasikan karyawan. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk melakukan analisis vigor bibit kelapa sawit guna menghasilkan deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan pendekatan vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2013 di Minamas Research Center (MRC) PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Metode yang digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara aktif di Departemen

Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE) sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten, (2) melakukan wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten, dan manajer, (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji t-student, serta uji korelasi. Data sekunder yang diperoleh berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan iklim dan tanah, populasi dasar, struktur organisasi, dan kondisi pertanaman. Persentase hasil akhir kegiatan seleksi menunjukkan stok bibit jenis Socfindo dari tiga blok yang diamati yakni sebesar 85.9%. Hasil analisis terhadap vigor bibit melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh didapatkan bahwa bibit jenis Socfindo yang ditanam di pembibitan PSE pada blok B6 memiliki VKTbibit tertinggi yaitu sebesar 70% sedangkan blok A2 dan A3 memiliki VKTbibit sebesar 60%. Hasil analisis terhadap vigor bibit melalui pendekatan stamina bibit didapatkan bahwa untuk bibit bervigor jenis Socfindo yaitu 0.89 ± 0.31 m3. Hasil uji perbandingan antar hasil analisis vigor bibit menyatakan bahwa perbandingan hasil analisis tiap bloknya tidak berbeda nyata pada taraf uji α = 5%. Hal ini menunjukkan analisis vigor secara kualitatif (seleksi) dan analisis vigor secara kuantitatif (VKTbibit dan stamina bibit) memiliki hasil yang sama ketika digunakan, sehingga metode VKTbibit dan stamina bibit dapat dinyatakan layak sebagai metode analisis vigor bibit kelapa sawit.

Kata kunci: Minamas Research Center, seleksi, stamina bibit, vigor bibit

ABSTRACT

MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Management of Mother Palm Garden and Nursery of The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau. Supervised by ABDUL QADIR and SUWARTO.

(5)

approach of germ vigourity grow strength (VKTbibit) and germ stamina. This program was conducted from February to June 2013 at Minamas Research Center (MRC), PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. This program used three methods (1) working actively in Breeding Department of MRC as daily worker, co-mandor, and co-field assistant, (2) holding interviews and discussion with workers, mandors, assistant, and manager, (3) book studying as additional material for descriptive analysis. This analysis activity used the descriptive analysis, t-student test, and correlation test. Secondary data consisted of site map, areal broad, soil and climate condition, basic population, organization structure, and plant condition. The last pecentation of selection, the Socfindo germ form three blocks resulted 85.9%. The germ vigourity analysis with the approach of germ vigourity grow strength resulted that the Socfindo type germs which were planted in block B6 of PSE nursery had the highest VKT around 70%. Meanwhile block A2 and A3 had VKT around 60%. The germ vigourity analysis with the approach of germ stamina resulted for Socfindo type vigourous germ was 0.89 ± 0.31 m3. From the test of comparation between the result of vigourous

analysis resulted not different at the α test rate = 5%. From this we can concluded that qualitative analysis (selection) as conventional method to anlysing vigourity germ has a same result with the quantitative method (VKTbibit and germ stamina) and feasible to use this as method to analysis germ vigourity.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN KEBUN INDUK DAN PEMBIBITAN

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI MINAMAS

RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU

MUHAMAD SUBHI HUZAIFI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi :Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.

Nama : Muhamad Subhi Huzaifi NIM : A24090061

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Qadir, MSi Pembimbing I

Dr Ir Suwarto, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di Minamas Research Center, PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau selama empat bulan dan hasil magang ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua Drs H.M. Nurdin Azhary dan Dra N.Ida Rosida serta adik-adikku Iqbal, Zaki, Rayhan, Ai dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tulus kepada penulis.

2. Dr Ir Abdul Qadir, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi I dan Dr Ir Suwarto, Msi sebagai dosen pembimbing skripsi II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan masukannya selama penulis melaksanakan studi.

4. Dr Ir Hariyadi, MS selaku dosen penguji atas masukan, motivasi dan revisi yang diberikan terhadap skripsi penulis.

5. PT Minamas Gemilang yang telah membantu penulis dalam memberikan beasiswa selama kegiatan perkuliahan di IPB selama tiga tahun terakhir. 6. Rekan-rekan Agronomi 46 (Socrates) khususnya Resti Putri Septyani, Taufiq

Akbar, Gema N M, Andri Setiawan, Whan Ahmad Sabillah, Habib Husein, Yan Pratama, Bina S, Bagindo, Jastri, Tri S, Hendito, Fajar, Bonifasius, Jorex, Sukirman, Safitri, Luki, dan Bambang yang selalu memberikan dukungan serta bantuannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

7. Pak Yuares A Dharma Manajer Departemen Breeding MRC, Pak Aris dan Pak Eko Asisten MRC, Pak Rahmat Asisten Bibitan PSE, Pak Cecep Mandor Bibitan dan Pak Amin Mandor Breeding dan semuanya yang telah menjadi tempat diskusi dan berbagi ilmu selama kegiatan magang berlangsung.

8. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan studi, magang dan penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi mahasiswa atau sivitas akademik Institut Pertanian Bogor khususnya dan semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kelapa Sawit di Indonesia 2

Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Pembibitan Kelapa Sawit 4

Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit 4

Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit 5

METODE MAGANG 6

Waktu dan Tempat 6

Metode Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengumpulan Data 7

Analisis Data dan Informasi 7

KEADAAN UMUM 8

Tentang Minamas Research Center (MRC) 8

Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan 8

Letak Geografis dan Administratif 9

Keadaan Iklim dan Tanah 9

Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk 10

HASIL KEGIATAN MAGANG 10

Populasi Dasar 10

Kegiatan Kebun Induk 11

Pembibitan 22

ASPEK MANAJERIAL 31

(10)

Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) 33

Kegiatan sebagai Pendamping Mandor 34

Kegiatan sebagai Pendamping Asisten 35

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 43

(11)

DAFTAR TABEL

1 Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC) 11 2 Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315 17 3 Hasil kegiatan yield recording tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun) 18 4 Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun) 18 5 Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun) 19 6 Hasil pengamatan sensus vegetatif di kebun induk MRC 20 7 Hasil pengamatan kegiatan pengendalian gulma kimiawi 29 8 Hasil sensus bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE) 30 9 Prestasi kerja penulis, karyawan, dan standar yang ditetapkan

perusahaan 34

10 Hasil pengawasan kegiatan pengendalian gulma kimiawi 35 11 Persentase jumlah akhir sisa bibit hingga seleksi ke III 36 12 Hasil uji t-student hasil seleksi antar tiap blok bibit Socfindo 37 13 Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan 37 14 Hasil uji t-student perbandingan tinggi bibit di pembibitan PSE dengan

standar tinggi bibit umur 12 bulan 38

15 Hasil perhitungan VKTbibit blok sampel bibit Socfindo di pembibitan 38 16 Hasil perhitungan terhadap parameter stamina bibit 39 17 Hasil uji perbandingan antar hasil analisis vigor bibit 40

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi stamina bibit pada bibit kelapa sawit 7

2 Kegiatan kastrasi dan sanitasi 13

3 Hasil kegiatan pembuatan piringan 14

4 Kegiatan penyemprotan hama ulat api di kebun induk 15 5 Pengambilan sampel di kebun induk untuk analisis tandan 16

6 Kegiatan sensus vegetatif pada pokok induk 20

7 Grafik korelasi hasil relative leaf area (RLA) dan jumlah tandan buah 21

8 Fruit typing 21

9 Hasil kegiatan penyerbukan buatan 22

10 Kondisi bibit lewat umur pada pembibitan MRC 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta kebun induk Minamas Research Center (MRC) 43 2 Data curah hujan di Pinang Sebatang Estate (PSE) 44 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di

Minamas Research Center (MRC), Minamas Plantation 45 4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Minamas

Research Center (MRC), Minamas Plantation 46

5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Minamas

(12)

6 Bibit-bibit abnormal di pembibitan 48

7 Deskripsi varietas Socfindo 49

8 Data pengamatan stamina bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas penting perkebunan Indonesia. Tanaman penghasil minyak nabati ini bukan tanaman asli asal Indonesia melainkan hasil introduksi dari Benua Afrika tepatnya dari Negara Guinea. Tanaman ini tumbuh subur dan meluas hampir di seluruh pulau di Indonesia. Pengelola perkebunan kelapa sawit berasal dari berbagai macam stakeholders dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, hingga perkebunan besar negara (Direktorat Jendral Perkebunan 2008).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 1995-2013 pertumbuhan luas areal kelapa sawit mengalami kenaikan sebesar 120.7% dari 4.18 juta ha di tahun 2000 menjadi 9.23 juta ha pada tahun 2012, sedangkan angka produksi kelapa sawit

Peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit yang semakin tinggi berbanding lurus dengan tingginya kebutuhan akan bibit kelapa sawit. Bibit kelapa sawit merupakan investasi yang sebenarnya dari perusahaan perkebunan, karena pokok yang akan ditanam sekarang akan menentukan generasi yang akan datang (Pahan 2006). Bibit kelapa sawit digunakan sebagai bahan tanam awal pembukaan perkebunan dan juga dibutuhkan untuk peremajaan kelapa sawit (replanting).

Bibit yang baik dapat diperoleh dari pengelolaan pembibitan yang baik pula. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman (Lubis 2008). Bibit yang sehat, kuat, dan kokoh merupakan ciri bibit yang bermutu. Bibit bermutu akan menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman kelapa sawit. Vigor bibit adalah salah satu indikator bibit bermutu. Vigor merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapangan dalam kondisi yang suboptimum (Sadjad 1993), sedangkan viabilitas merupakan tolok ukur kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi yang optimum. Viabilitas dapat disebut juga dengan daya tumbuh benih atau daya kecambah benih.

(14)

2

Variabel dalam melihat vigor bibit di lapangan secara konvensional pada perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan kriteria-kriteria seleksi yang telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Analisis vigor bibit merupakan upaya menilai keragaan bibit yang ada di lapangan selain menggunakan kriteria seleksi. Analisis vigor berdasarkan standar pertumbuhan bibit di lapangan serta berdasarkan stamina bibit merupakan metode yang lebih kuantitatif dibandingkan dengan metode seleksi yang bersifat kualitatif.

Tujuan Magang

Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam mengkoordinasikan karyawan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah melakukan analisis vigor bibit kelapa sawit guna mengetahui keadaan bibit yang ditanam di perusahaan baik dan sesuai dengan standar bibit bermutu yang siap untuk ditanam di lapangan. Serta menghasilkan deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan pendekatan vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggul Indonesia. Tanaman ini merupakan introduksi dari Benua Afrika tepatnya dari negara Guinea (pantai barat Afrika). Asal muasal tanaman ini sampai di Indonesia adalah ketika masa penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda membawa bibit kelapa sawit ke Indonesia untuk ditanam sebagai tanaman perkebunan, karena Indonesia memiliki iklim tropis yang sesuai sebagai sarana tumbuh bagi tanaman ini. Induk dari kelapa sawit yang dibawa ke Indonesia hingga saat ini terdapat di Kebun Raya Bogor dan telah mencapai umur ratusan tahun (Lubis 1992).

(15)

3 dari swasta ke PTP/PNP. Pada tahun 2000-2004 merupakan masa-masa pembangunan perkebunan dan merupakan awal pelaksanaan Undang Undang Perkebunan No.18 tahun 2004. Hingga sekarang Indonesia masih tercatat sebagai negara produsen kelapa sawit atau minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah luas areal lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit terluas di dunia.

Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq.) termasuk anggota famili Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati. Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq. (Corley 1976). Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).

Morfologi kelapa sawit terdiri dari kondisi batang, akar, tajuk, daun, bunga, serta buahnya. Kondisi batang kelapa sawit berbentuk bulat memanjang tanpa cabang, batang ini akan terus bertambah panjang sepanjang umur hidupnya. Diameter batang antara 25-75 cm sedangkan tinggi dapat mencapai 10-11 m. Perakaran tanaman serabut terdiri dari akar primer, akar sekunder, akar tertier, dan akar kuarter. Tajuk tanaman kelapa sawit berbentuk membulat memiliki filotaksi 3/8 yang artinya tiga lingkaran dengan delapan daun. Daun berbentuk memanjang dengan panjang dapat mencapai 5-7 m. Kelapa sawit merupakan tanaman

monoecious atau berumah satu, infloresens, terdiri dari bunga jantan dan betina dalam satu pohon. Buah kelapa sawit merupakan buah batu yang sessile terdiri atas tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1 500-4 000 mm,

temperatur optimal 24 oC-28 oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m di atas permukaan laut (dpl). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80%-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al. 2008).

(16)

4

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat berarti. Menurut Lubis (2008) sampai tahun 1963 pembibitan masih menggunakan bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien. Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu dan pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran memperoleh bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan dengan kantong plastik hitam (black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem pembibitan kelapa sawit yakni sistem langsung atau sistem pembibitan langsung di lapangan dan sistem tidak langsung, pre nursery dan main nursery

(Mangoensoekarjo dan Semangun 2008).

Tahapan pre nursery dilaksanakan pada saat awal tanam benih hingga masa tumbuh benih umur 4 bulan. Kegiatan yang dilakukan pada saat tahapan ini adalah persiapan plot, pengisian babybag, pemberian pupuk awal, penanaman kecambah, penyiraman, perawatan, pemupukan tambahan, pengendalian OPT. setelah empat bulan di prenursery bibit siap dipindah tanamkan ke main nursery

hinga mencapai umur bibit 12 bulan. Tahapannya adalah pengisian polybag,

pembuatan lubang tanam, transplanting, pemupukan, penyiraman, pengendalian OPT, sensus, seleksi, pemberikan pupuk tambahan, konsolidasi bibit.

Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit

Angka standar pertumbuhan bibit sangat diperlukan sebagai pelaksana pembibitan guna melihat perkembangan pertumbuhan bibitnya. Menurut Lubis (2008) bibit dapat hidup sendiri setelah umur tiga bulan dimana akar primer dan sekunder telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah dimulai. Daun berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan kemudian berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesis dimulai pada umur satu bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai tergantikan.

Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan, tindakan kultur teknis, media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit, dan penyiraman (Lubis 2008). Beberapa standar pertumbuhan bibit dilihat dari beberapa komponen: (1) tinggi tanaman yang diukur dari pangkal atau dasar batang sampai keujung daun termuda yang telah kembang. Terlebih dahulu daun ditegakkan keatas lalu diukur, (2) batang yang diukur dengan menggunakan kaliper sehingga diameternya diperoleh atau dengan melilitkan tali pengukur sehingga dapat diketahui lingkarannya, dan (3) jumlah daun yang dihitung dari banyaknya daun yang sudah berkembang.

(17)

5 organisme pengganggu tanaman (OPT). Fase main nursery memiliki standar

pertumbuhan bibit yang baik sebagai berikut umur bibit 10-12 bulan, tinggi bibit 101.9-126.0 cm, jumlah daun 15.5-18.5 pelepah, diameter batang 5.5-6.0 cm,

warna daun dan pelepah hijau tua, serta bebas dari OPT.

Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit

Tidak semua bibit yang disemaikan di pre nursery dan dipelihara di pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari jumlah benih yang akan disemaikan akan diafkir dari pembibitan karena tumbuh abnormal (Darmosarkoro et al. 2008). Keberadaan tanaman abnormal di lapangan sangat merugikan. Hal ini dikarenakan pohon tersebut tidak dapat berproduksi, dan bila berproduksi hanya 25-50% dari produksi tanaman normal. Jika di lapangan dijumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan mencapai lebih dari 4.42% (Lubis 2008). Pengamatan di Marihat pada tanaman 1958 dan di Bah Jambi tanaman 1968 menunjukkan bahwa produksi tanaman abnormal hanya 61% dan 65% saja dari tanaman normal bahkan ada yang sama sekali tidak berproduksi (Fauzy et al. 1999).

Salah satu cara untuk mengantisipasi abnormalitas bibit melalui pelaksanaan seleksi yang ketat pada pembibitan sebelum dipindahtanamkan. Menurut Lubis (2008) tindakan tegas sewaktu di pembibitan perlu dilakukan seperti segera memusnahkan bibit yang dicurigai abnormal, memperketat pengawasan terutama seleksi akhir dan memperkecil kerusakan sewaktu pembongkaran, pengangkutan dan penanaman. Selain itu dianjurkan untuk melakukan tindakan pembongkaran sejak dini terhadap pohon-pohon yang diketahui abnormal di lapangan (Fauzy et al. 1999).

Timbulnya pohon abnormal dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis bersifat menetap dan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor lingkungan bersifat sementara (Fauzy et al. 1999). Pada tanaman kelapa sawit, abnormalitas dapat terjadi pada bagian vegetatif dan generatif keadaan ini dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan, sifat genetis tanaman atau keduanya. Abnormalitas yang disebabkan oleh keadaan lingkungan pada umumnya dapat diperbaiki atau dicegah melalui tindakan kultur teknis, seperti pemupukan sedangkan abnormalitas yang disebabkan oleh sifat genetis sulit untuk diperbaiki (Fauzy et al. 1999).

Abnormalitas yang disebabkan secara genetis dapat terjadi karena beberapa hal, salah satu diantaranya adalah proses inbreeding. Gejala abnormalitas ini dapat dilihat pada tanaman dengan ciri-ciri kaku, merunduk, terputar, memiliki rachis pendek atau panjang, dan kerdil. Ciri-ciri itu umumnya ditemui ditahap pembibitan gejalanya yakni bergaris putih (chimere), memiliki anakan (vivipary), steril, dan bercak oranye (orange spotting) (Fauzy et al. 1999).

(18)

6

lain kesalahan pemupukan, kesalahan penanaman, dan drainase yang buruk. Faktor lingkungan yang menyebabkan abnormalitas antara lain banjir, angin keras, kebakaran, naungan, dan gangguan hama dan penyakit (Fauzy et al. 1999). Menurut Lubis (2008) abnormalitas juga dapat terjadi karena: (1) salah tanam seperti terbalik, terlalu dalam atau dangkal, (2) tanah terlalu padat hingga akar sulit terbentuk, (3) tanah bercampur batu, kayu, dan lain-lain karena tidak disaring, (4) kurang pelindung terbakar karena kekeringan, (5) kurang siram atau tergenang atau akar busuk karena ada kantong air pada kantongan, (6) tanah terlalu penuh hingga akar terbongkar, pupuk hanyut, dan air tidak terserap tanah, (7) gangguan hama dan penyakit, (8) salah pupuk, terkena serangan hama, dan keracunan pestisida, (9) jarak tanam terlalu rapat, (10) tanahnya kurang sesuai terlalu asam (peat=gambut), dan (11) air penyiraman kurang baik (asin dan mengandung racun).

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan di Minamas Research Center (MRC) PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Februari 2013 dan berakhir pada bulan Juni 2013.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara aktif di Departemen Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE) sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten selama dua bulan, (2) melakukan wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten serta manajer, dan (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif.

Kegiatan sebagai KHL meliputi persiapan areal pre nursery, penanaman kecambah, persiapan areal main nursery, transplanting bibit dari pre nursery ke

main nursery, pengendalian gulma, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Data yang didapatkan adalah prestasi kerja selama melaksanakan kegiatan magang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang didukung dengan hasil studi pustaka serta wawancara dan diskusi langsung dengan berbagai sumber.

(19)

7 Kegiatan sebagai pendamping asisten meliputi pengawasan kegiatan karyawan di kebun induk MRC dan pembibitan PSE, membantu pengolahan data hasil pengamatan di lapangan maupun laboratorium, mendampingi asisten dalam memimpin lingkaran pagi, dan mempelajari administrasi tingkat divisi. Kegiatan khusus pada saat menjadi pendamping asisten adalah pengukuran data primer di pembibitan sebagai bahan analisis untuk mencapai tujuan khusus kegiatan magang ini.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan pada saat umur bibit berkisar 10-12 bulan, hal ini dilaksanakan karena pada umur tersebut kondisi bibit telah mencapai bentuk sempurna, sehingga perhitungan akan lebih cermat dan tepat. Jumlah tanaman sampel yang diamati adalah 60 tanaman yang berasal dari tiga blok yang berbeda, masing-masing blok terdiri dari 20 tanaman sampel. Variabel yang diukur adalah tinggi bibit (cm) yang dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun yang dikuncupkan dan lebar tajuk bibit (cm) yang dihitung berdasarkan lebar antar daun terluar bibit. Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis vigor bibit melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh (VKTbibit) dan stamina bibit.

Analisis vigor melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh dihitung menggunakan rumus VKTbibit yang kemudian dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit. Rumus VKTbibit menurut Sadjad (1993) adalah sebagai berikut:

VKTbibit =

umlah i it kuat

Total i it x 100%

sedangkan analisis vigor bibit dengan pendekatan stamina bibit dihitung menggunakan rumus bangun ruang volume bola yang memiliki dua jari-jari (r) yang berbeda yaitu jari-jari mayor dan jari-jari minor. Jari-jari mayor merupakan hasil pengamatan setengah tinggi bibit sedangkan jari-jari minor merupakan setengah lebar tajuk bibit. Rumus volume bola adalah :

Volume bola = ¾ x π x (r minor)2 x r mayor

sehingga rumus stamina bibit dalam kegiatan khusus magang ini yang telah disesuaikan dengan metode pengamatan yang dilakukan adalah:

Stamina bibit = ¾ x 22/7 x (Lebar tajuk bibit)2 x Tinggi bibit Ilustrasi untuk stamina bibit dapat dilihat pada Gambar 1.

(20)

8

Analisis Data dan Informasi

Analisis data yang digunakan pada kegiatan khusus tersebut dilakukan menggunakan uji t-student untuk membandingkan tinggi bibit di pembibitan dengan standar pertumbuhan bibit juga untuk membandingkan hasil analisis kualitatif (seleksi) dengan kuantitatif (VKTbibit dan stamina bibit). Uji korelasi digunakan untuk mengkorelasikan tinggi bibit dengan hasil stamina bibit.

Data sekunder didapatkan dari laporan manajerial harian, bulanan maupun tahunan yang berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan iklim dan tanah, populasi dasar, organisasi, dan kondisi pertanaman.

KEADAAN UMUM

Tentang Minamas Research Center (MRC)

Minamas Research Center (MRC) adalah pusat penelitian kelapa sawit dibawah naungan PT. Anugerah Sumber Makmur, PT. Minamas Gemilang. Dahulu pusat riset ini merupakan unit yang dimiliki oleh PT. Salim Indo Plantation. Namun setelah terjadinya take over pemindahan kepemilikan baik itu hak guna usaha (HGU) kebun-kebun dari PT. Salim ke PT. Minamas pada tahun 1997-1998 serta sarana penunjang lainnya, maka pusat riset pun ikut serta berpindah tangan ke PT. Minamas Gemilang dan diberi nama “Minamas Research Center”. Pada tahun 2005 terjadi perombakan kepengurusan manajemen maupun staf-staf yang bekerja didalamnya. Staf-staf dari kebun minamas sendiri yang memiliki kemampuan lebih dalam hal riset direkrut untuk melanjutkan tongkat estafet perjalanan riset ini, selain itu beberapa jajaran manajer pun direkrut dari pihak eksternal minamas untuk mempertajam kemampuan riset staf serta karyawan yang berada didalamnya.

Aktifitas di MRC bergerak dalam bidang riset maupun jasa dan terbagi kedalam tujuh aktivitas utama yaitu penelitian kelapa sawit (oil palm research), penelitian perlindungan tanaman (crop protection research), penelitian pembiakan tanaman (plant breeding research), jasa penelitian dan pengembangan (R&D services), statistik dan pengolahan data (stats & data processing), laboratorium jasa (laboratory services), dan pelatihan teknis (technical training). Tujuh aktifitas utama itu dilaksanakan oleh sekitar 20 orang staf dengan lebih dari 60 personil pendukung.

Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan

(21)

9 menyediakan keahlian teknis yang strategis untuk tingkatkan hasil dan keuntungan.

Tujuan riset terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bidang penelitiannya. Tujuan bidang penelitian kelapa sawit melakukan penelitian untuk mengurangi masalah agronomi untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang penelitian perlindungan tanaman melakukan penelitian untuk mengurangi kerugian hasil tanaman dari serangan hama dan penyakit. Tujuan bidang penelitian pembiakan tanaman melakukan penelitian untuk menyediakan bibit kelapa sawit yang menghasilkan produksi tinggi. Tujuan bidang jasa penelitian dan pengembangan menyediakan jasa konsultsi teknis untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang statistik dan pengolahan data menyediakan data manajemen, analisa, dan pengolahan data. Tujuan bidang laboratorium jasa menyediakan dukungan analitis untuk penelitian dan rekomendasi teknis. Tujuan bidang pelatihan teknis menyediakan pelatihan untuk meningkatkan mutu kemampuan teknis di tingkat staf internal dan eksternal.

Letak Geografis dan Administratif

Minamas Research Center (MRC) berada di Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Terletak dekat dengan ibukota provinsi Pekanbaru sekitar ± 40 km. Terdapat tiga estate yang berdampingan dengan MRC dibawah naungan PT. Aneka Inti Persada yakni Aneka Persada Estate, Teluk Siak Estate,

serta Pinang Sebatang Estate. Letak geografis MRC berada dikoordinat 0° 32' 25"-0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30"-101° 39' 21" LU. Ketinggian tempat

sekitar ± 52 m dpl dengan suhu berkisar antara 28 °C-32 °C. Peta kebun induk MRC dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Minamas Research Center (MRC) memiliki kebun induk yang terletak pada dua estate yang berbeda yaitu Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang Estate (PSE). Kebun induk yang terletak di TSE secara umum memiliki curah hujan tahunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Tercatat pada periode 2007-2011 curah hujan tahunan berkisar antara 2 048-2 743 mm, curah hujan rata-rata tahunannya adalah 2 454 mm. Hari hujan rata-rata tahunannya adalah 154 hari. Suhu udara harian di TSE antara 20 ºC-35 ºC. Kelembaban udara rata-rata mencapai 80%. Lama penyinaran matahari di kebun maksimal 12 jam/hari. Terletak pada 10-100 m dpl. Bentuk topogafi adalah datar (flat) kemiringan 0-4%, bergelombang (undulating) kemiringan 4-12%, dan berbukit (hilly) kemiringan 12-38%. Jenis tanah TSE adalah ultisol yang berasal dari bahan induk alluvial dengan tekstur liat berpasir (sandy clay).

Kebun induk yang berada di PSE memiliki curah hujan rata-rata dari tahun 2002 sampai 2011 sebesar 2 128 mm/tahun. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232 mm/bulan (Lampiran 2). Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang Sebatang Estate

(22)

10

rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) 1 bulan maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada ketetapan Schmidth-Ferguson adalah 0.5%-14.3%. Jenis tanah di PSE memiliki jenis yang sama dengan di TSE yaitu tanah ultisol.

Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk

Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun induk MRC merupakan tanaman yang diperuntukkan sebagai bahan penelitian pembiakan dan pemuliaan kelapa sawit guna mencari pokok induk yang unggul baik dari segi produktivitas, kualitas minyak, keragaaan tanaman yang mampu tahan terhadap cekaman lingkungan maupun hama dan penyakit. Kebun induk berada di dua lokasi yaitu di kebun Pinang Sebatang Estate yang merupakan tanaman tahun tanam 1997 dan 2010 serta di kebun Teluk Siak Estate yang ditanam tahun tanam 2010. Pada tanaman yang ditanam tahun 1997 tetua betina merupakan jenis Deli Dura sedangkan tetua jantannya merupakan Psifera AVROS. Tanaman tahun tanam 2010 memiliki tetua betina berasal dari Kamerun yang berjenis Dura sedangkan tetua jantannya merupakan Psifera berasal dari Angola. Semua tanaman yang telah berproduksi hasilnya dipanen oleh estate tempat kebun induk berada dikarenakan hasil belum dimanfaatkan untuk dijadikan benih.

HASIL KEGIATAN MAGANG

Departemen Breeding di Minamas Research Center (MRC) merupakan salah satu departemen riset yang berada dibawah naungan PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation. Departemen ini mengelola riset untuk bagian pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman ini adalah untuk mendapatkan pokok tanaman unggul baik dalam hal produksi maupun kualitas minyak yang akan dijadikan tanaman induk penghasil bahan tanam. Selain itu pemuliaan tanaman kelapa sawit ditujukan untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki beberapa sifat unggul tanaman seperti petumbuhan yang homogen, toleran terhadap berbagai macam penyakit dan kekeringan. Seluruh kegiatan magang terangkum dalam jurnal kegiatan magang yang terdapat pada Lampiran 3,4, dan 5.

Populasi Dasar

(23)

11 Tabel 1 Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)

No progeny No blok No famili Tipe Pedigree No pokok

1 C1 IM87 DXP Deli Dura X AVROS 36

2 C2 IM88 DXP Deli Dura X AVROS 36

3 C3 IM89 DXP Deli Dura X AVROS 36

4 C4 IM90 DXP Deli Dura X AVROS 36

5 C5 IM91 DXP Deli Dura X AVROS 36

6 C6 IM92 DXP Deli Dura X AVROS 36

7 C7 IM93 DXP Deli Dura X AVROS 36

8 C8 IM94 DXP Deli Dura X AVROS 36

9 C9 IM95 DXP Deli Dura X AVROS 36

10 C10 IM96 DXP Deli Dura X AVROS 36

11 C15 IM97 DXP Deli Dura X AVROS 36

12 C16 IM98 DXP Deli Dura X AVROS 36

13 C17 IM99 DXP Deli Dura X AVROS 36

14 C18 IM100 DXP Deli Dura X AVROS 36

15 C19 IM101 DXP Deli Dura X AVROS 36

16 C20 IM102 DXP Deli Dura X AVROS 36

17 C21 IM103 DXP Deli Dura X AVROS 36

18 C22 IM104 DXP Deli Dura X AVROS 36

19 C23 IM105 DXP Deli Dura X AVROS 36

20 C24 IM106 DXP Deli Dura X AVROS 36

21 C25 IM107 DXP Deli Dura X AVROS 36

22 C26 IM108 DXP Deli Dura X AVROS 36

23 C28 IM109 DXP Deli Dura X AVROS 36

24 C29 IM110 DXP Deli Dura X AVROS 36

25 C30 IM111 DXP Deli Dura X AVROS 36

26 C31 IM112 DXP Deli Dura X AVROS 36

Sumber: Departemen Breeding MRC (2009)

Kegiatan Kebun Induk

(24)

12

ke lapangan untuk melihat dan mengamati secara langsung setelah dua bulan melaksanakan kegiatan di pembibitan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di kebun induk Departemen Breeding adalah sebagai berikut:

Kastrasi dan Sanitasi

Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga betina yang telah dibuahi namun belum merupakan buah yang layak untuk dipanen, karena kualitas minyak masih kurang baik dan belum termasuk didalam kriteria panen. Kastrasi

dilaksanakan pada tahun-tahun pertama kelapa sawit ditanam (Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)) atau biasa disebut dengan pembuangan

buah pasir. Bunga yang difokuskan untuk dikastrasi hanya bunga betina. Tujuan utama kastrasi adalah untuk memusatkan hasil fotosintesis pada pertumbuhan vegetatif. Pada fase awal pertumbuhan tanaman, fase pertumbuhan vegetatif merupakan fase yang sangat penting bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh kokoh dan memiliki keragaan tumbuh yang baik sehingga memiliki ketahanan terhadap iklim dan cuaca yang ekstrim.

Kegiatan kastrasi di kebun induk dilaksanakan oleh karyawan harian dan diawasi oleh mandor. Setiap karyawan mengerjakan tugas kastrasi sesuai dengan basis (target kerja) kastrasi per hari kerja (HK). Basis HK-1 karyawan adalah 130 bunga tandan-1 pada hari Senin- um’at, sedangkan pada hari Sa tu karyawan dibebani basis 100 bunga tandan-1.

Sanitasi merupakan kegiatan pembersihan pokok kelapa sawit dan sekitarnya dari buah busuk serta brondolan tinggal hasil kastrasi yang tertinggal di piringan. Tujuan pelaksanaan sanitasi adalah agar mempermudah dalam pemeliharaan serta pengendalian gulma di lapangan. Kegiatan sanitasi wajib dilakukan untuk menghindari tertinggalnya brondolan buah sawit yang apabila tidak dibersihkan akan memunculkan bibit-bibit liar di sekitar pokok sawit utama dan tentu saja akan mengganggu pertumbuhan pokok utama. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kastrasi untuk tujuan efektivitas jam kerja karyawan.

(25)

13

(A) (B)

Gambar 2 Kegiatan kastrasi dan sanitasi. (A) karyawan memanen buah pasir pada salah satu pokok induk, dan (B) kegiatan sanitasi di kebun induk MRC

Taksasi

Taksasi adalah kegiatan sensus jenis bunga pada pokok induk. Sensus tersebut dilaksanakan untuk mencatat jumlah bunga jantan, bunga betina, serta bunga hermafrodit. Kegiatan yang dicatat setiap minggunya ini dilakukan untuk mengamati pertumbuhan generatif pokok induk sehingga dapat memperkirakan produktifitas pokok induk tersebut. Pada kebun induk kegiatan taksasi dapat digunakan untuk mempersiapkan bunga jantan dan bunga betina yang akan digunakan untuk bahan persilangan antar pokok induk dengan pokok lainnya sebagai kegiatan pemuliaan kelapa sawit.

Pembuatan Piringan

Pohon induk harus bersih dari berbagai gangguan gulma agar pertumbuhannya dapat optimal. Piringan merupakan kawasan bersih gulma, 1 hari 24 jam 1 tahun 365 hari piringan harus selalu bersih. Hal tersebut bertujuan agar beberapa kegiatan baik itu perawatan, panen, pemupukan tidak terganggu dengan gulma. Areal piringan disebut juga W0 atau 0% gulma tumbuh di areal tersebut. Apabila areal piringan ditumbuhi gulma maka akan sulit bagi tenaga pemupuk untuk menebar pupuk selain itu pada saat kegiatan pemanenan, brondolan yang tertinggal akan tersangkut gulma sehingga akan menyebabkan tumbuhnya bibit-bibit liar di sekitar pokok.

Pada kebun induk pembuatan piringan baru dibuat karena tanaman induk baru tumbuh pada fase TBM 2. Piringan dibuat menggunakan metode manual dengan menggunakan cangkul untuk membuat areal piringan tersebut. Jarak antara batas terluar piringan dengan pokok berkisar 1-1.5 m dibuat melingkari pokok tersebut. Areal piringan benar-benar dipastikan bersih dari gulma sehingga pada tahap selanjutnya ketika gulma sudah kembali tumbuh hanya akan dilakukan

(26)

14

(A) (B)

Gambar 3 Hasil kegiatan pembuatan piringan. (A) pokok yang belum dibuat piringan sekelilingnya, dan (B) pokok setelah dilakukan pembuatan piringan di sekelilingnya

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan pada perkebunan kelapa sawit. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman memiliki keterbatasan untuk menyediakan unsur hara secara kontinyu bagi tanaman. Perlunya penambahan unsur hara bagi tanaman dilakukan dengan kegiatan pemupukan. Menurut Pahan (2006) pemupukan memiliki banyak manfaat bagi tanaman salah satunya adalah meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.

Perkebunan-perkebunan besar di Indonesia banyak menghabiskan sebagian besar anggarannya (± 60%) untuk kegiatan pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan dengan memperhatikan lima tepat (5T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat mutu. Hal tersebut dilakukan guna tercapainya efektivitas pemupukan di lapangan. Pemupukan di kebun induk MRC dilakukan dua kali dalam setahun mengikuti jadwal pemupukan di kebun produksi (estate) serta dilaksanakan oleh karyawan estate, karena lokasi kebun induk yang berdekatan dengan kebun produksi.

Metode pemupukan yang dilaksanakan di kebun induk menyesuaikan dengan metode estate kebun induk berada. Kebun induk yang berada di Teluk Siak Estate (TSE) menggunakan metode pemupukan tanpa until artinya pemupukan dilaksanakan dengan melangsir pupuk pada dua collection road yang mengapit blok, lalu pupuk ditabur pada pokok dalam blok tersebut. Kebun induk yang berada di Pinang Sebatang Estate (PSE) menggunakan metode until artinya pupuk akan dibagi menjadi bagian kecil sesuai dengan dosis tiap pokok sebelum dilaksanakan pemupukan. Metode penaburan pupuk pada pokok menggunakan sistem membentuk huruf U atau U shape pada pokok yang berada ditengah, membentuk huruf L/J pada pokok yang berada di tepi jalan, serta membentuk angka 11 atau baris berganda pada pokok di tepian parit.

(27)

15 yang digunakan 1 kg/pokok dengan pupuk ccm 25 serta ccm 44. Pada saat kegiatan magang berlangsung penulis tidak melaksanakan kegiatan pemupukan di kebun induk dikarenakan kebijakan perusahaan yang meniadakan kegiatan ini mulai bulan Januari hingga bulan April.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit merupakan faktor pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengakibatkan kematian pada tanaman. Hal ini sangat merugikan bagi perkebunan kelapa sawit. Oleh karenanya hama dan penyakit tanaman haruslah dikendalikan agar tidak sampai pada ambang batas ekonomi sehingga tidak merugikan bagi perusahaan. Sebelum dilaksanakan pengendalian hal yang harus dilakukan adalah mengadakan sensus terhadap populasi hama, apabila jumlah hama tersebut tidak mencapai ambang batas ekonomi maka pengendalian dilakukan dengan penanaman

beneficial plant yaitu turnera subulata, andropogon sp., dan casia cobanensis

sebagai inang predator hama, dan apabila telah mencapai ambang batas ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida.

Hama yang banyak menyerang pokok kelapa sawit di kebun induk adalah kumbang tanduk (Orictes rhinnoceros) dan ulat api (Setora nitens). Pengendalian kumbang tanduk menggunakan insektisida dengan bahan aktif sipermetrin dengan konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %, sedangkan pengendalian ulat api menggunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif lamda sihalotrin dengan konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %. Aplikasi lamda sihalotrin untuk mengendalikan ulat api menggunakan alat mist blower sprayer. Alat tersebut mengubah cairan insektisida menjadi asap yang lalu diaplikasikan kepada pokok yang terserang ulat api. Aplikasi dilakukan malam hari guna menjaga keamanan dan kesehatan kerja, sebab di malam hari arah angin cenderung stabil. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

(A) (B)

Gambar 4 Kegiatan penyemprotan hama ulat api di kebun induk. (A) penyemprotan pokok dengan mist blower sprayer, dan (B) ulat api setelah disemprot

Pengendalian Gulma

(28)

16

oleh anggota Divisi Breeding. Pengendalian gulma berdaun lebar dan sempit digunakan herbisida yang memiliki kandungan bahan aktif glifosat dengan konsentrasi 100 ml/10 l air. Untuk gulma yang berkayu digunakan herbisisda dengan bahan aktif triklopir (butoksi etil ester) dengan konsentrasi 100 ml/10 l air. Herbisida lain yang digunakan untuk pengedalian gulma memiliki bahan aktif

amonium glufosinat.

Target pengendalian gulma di kebun induk adalah pasar pikul yang dilaksanakan untuk memudahkan kegiatan-kegiatan di kebun induk seperti pemanenan dan sanitasi. Gulma yang menjadi target adalah gulma berdaun lebar dan berdaun sempit serta anak kayu. Pengendalian dilakukan dengan metode semprot yaitu menggunakan sprayer sebagai alatnya dan dilakukan secara selektif. Pengendalian gulma pada daerah piringan dilakukan dengan membuat piringan secara manual menggunakan cangkul.

Bunch Analysis

Bunch Analysis atau analisis tandan merupakan salah satu kegiatan di Departemen Breeding yang bertujuan untuk menganalisis kadar minyak buah dari pokok induk yang berada di kebun induk (Gambar 5). Bunch Analysis dimulai pada saat tanaman berumur tiga tahun, untuk mendapatkan hasil minimal dilakukan tiga kali ulangan tetapi untuk hasil terbaik dilakukan sebanyak tujuh kali ulangan.

(A) (B) (C)

Gambar 5 Pengambilan sampel di kebun induk untuk analisis tandan. (A) pemanenan tandan, (B) pemberian nomor pada tandan yang telah dipanen sesuai dengan nomor pokok asal, dan (C) pengukuran bobot tandan

Tahapan kegiatan analisis tandan yaitu (1) pengambilan sampeldari kebun induk sebanyak 15-20 tandan atau sesuai kondisi pekerja, (2) setelah pengambilan sampel tandan, tandan ditimbang, lalu dicatat, (3) setelah selesai dilakukan penimbangan, tiap nomor sampel diambil 5 kg, (4) brondol tersebut dipisahkan dari tangkainya, tangkai (sampah) ditimbang, (5) buah yang sudah dipisahkan dari tangkai diseleksi atau dipilih antara buah normal dan abnormal, (6) buah normal yang telah masuk kriteria matang panen, berwarna orange atau jingga atau hitam sedangkan abnormal adalah buah yang masih putih, (7) buah normal lalu dimasukkan ke dalam fruit separator lalu diambil 300 g, setelah itu sampel dibawa ke laboratorium, (8) sampel 300 g tersebut lalu diiris dipisahkan antara

(29)

17 dalam loyang, loyang yang sudah berisi mesocarp dimasukkan ke dalam oven selama 16 jam, (10) hasil dari oven ditimbang, lalu diblender, setelah diblender ambil 15 g kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 3.5 jam, (11) selama pengovenan disiapkan benang dan tisu lalu benang dan tisu ditimbang, (12) hasil oven 15 g, diambil 5 g kemudian dibungkus dan diikat dengan tisu yang tadi telah ditimbang, (13) dimasukan ke dalam sokhlet untuk didestilasi ± 2 hari, atau sampai air destilasi menjadi bening, (14) lalu masukan kembali ke oven selama ½ jam. Setelah dioven dimasukkan ke dalam desikator selama ½ jam, lalu ditimbang, dan (15) sementara kernel dikeringkan selama dua minggu, dipecahkan, dipisahkan antara cangkang dan kernel, lalu timbang keduanya secara terpisah.

Hasil analisis janjang berguna bagi breeder untuk mengetahui pokok mana yang memiliki kadar minyak yang paling baik (Tabel 2). Hasil analisis juga berguna untuk menentukan pokok unggul dalam hal kadar minyak yang akan dijadikan mother plant untuk melakukan persilangan antar pokok yang akan menghasilkan bahan tanam unggul. Variabel yang dipilih dalam analisis janjang untuk menentukan pokok sebagai mother plant adalah % minyak/janjang dan % kernel/janjang. Persen minyak/janjang dan kernel/janjang merupakan variabel yang digunakan apabila breeder ingin menghasilkan bahan tanam yang unggul pada kadar minyak yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO).

Tabel 2 Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315

Blok Ulangan

(30)

18

tanaman belum menghasilkan (TBM). Pencatatan dilakukan dalam satu bulan 2-4 kali tergantung kondisi buah yang ada di kebun induk.

Parameter yang diamati dalam yield recording adalah total banyaknya janjang/pokok/tahun, total berat janjang/pokok/tahun, berat janjang rata-rata (BJR)/tahun. Ketiga parameter tersebut akan menjadi acuan untuk menentukan pokok yang mempunyai berat janjang tertinggi, banyaknya janjang tertinggi serta BJR tertinggi dalam satu tahun pengamatan yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pokok tersebut sebagai mother plant atau tetua pada pemuliaan tanaman berikutnya. Kebun induk MRC telah melaksanakan kegiatan

yield recording sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 sedangkan untuk tahun 2013 sedang berjalan. Hasil pencatatan tersebut tertera pada Tabel 3, 4, dan 5.

Tabel 3 Hasil kegiatan yield recording tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun)

Nomor

Tabel 4 Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun)

(31)

19 Tabel 5 Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun)

Nomor kondisi produksi pokok tanaman yang diindikasikan oleh total berat janjang/tahun, jumlah tandan buah/tahun, dan berat janjang rata-rata (BJR)/tahun. Hasil pencatatan ini dapat menjadi acuan bagi breeder untuk memilih pokok unggul sebagai mother plant dalam hal keunggulan pada produksi.

Tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun) pokok nomor 628 memiliki Rekapitulasi diatas dapat menjadi pertimbangan bagi breeder untuk memilih pokok tersebut sebagai calon pokok mother plant. Namun data yield recording

belum selesai dalam tiga tahun tersebut melainkan terdapat beberapa data dalam 1-2 tahun kedepan yang akan diambil, sehingga akan didaptkan rata-rata untuk pokok unggul dalam produksi kelapa sawit.

Vegetatif Census

Vegetatif census adalah pengamatan di lapangan terhadap parameter-parameter bagian vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, panjang

(32)

20

(A) (B) (C)

Gambar 6 Kegiatan sensus vegetatif pada pokok induk. (A) pengukuran panjang pelepah, (B) pengukuran lebar daun, dan (C) pengukuran panjang daun Pada kegiatan pengamatan vegetatif penulis tidak melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, melainkan hanya mengawasi kegiatan pekerja di lapangan. Prestasi kerja yang dihasilkan para pekerja dalam mengamati pertumbuhan vegetatif tanaman adalah 50 pokok/hari kerja (HK). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil pengamatan sensus vegetatif di kebun induk MRC

No anak daun dengan lebar anak daun serta jumlah anak daun dalam pokok sampel. Setelah pencatatan sensus vegetatif data direkap di kantor MRC, kemudian dilakukan olah data terhadap hasil pengamatan vegetatif di kebun induk. Olah data yang dilakukan adalah korelasi antara relative leaf area (RLA) terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan. Nilai pearson correlation sebesar 0.217 menunjukkan bahwa relative leaf area (RLA) berkorelasi positif terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan tetapi korelasinya tidak kuat sehingga dengan p-value sebesar 0.679 menunjukkan luas relatif daun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan buah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan produksi buah pada pokok tanaman kelapa sawit tidak hanya dipengaruhi oleh luas daun yang menampung sinar matahari untuk melakukan fotosintesis melainkan banyak faktor. Menurut Mangoensoekarjo et al. (2008) produksi per satuan luas sangat tergantung pada jenis tanah, iklim, curah hujan drainasi, defisit air, topografi, bahan tanam yang digunakan, kualitas, dan mutu panen. Ilustrasi korelasi antara

(33)

21

Gambar 7 Grafik korelasi hasil relative leaf area (RLA) dan jumlah tandan buah

Fruit Typing

Fruit typing merupakan kegiatan pengamatan jenis buah dari pokok induk di kebun induk. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan jenis dari pokok induk tersebut, apakah termasuk kedalam pokok dura, psifera, atau tenera sehingga

breeder dapat mengetahui identitas pokok induk yang dimilikinya. Kegiatan fruit typing dilakukan hanya satu kali selama pertumbuhan tanaman yaitu pada saat tahun ketiga setelah pindah tanam ke lapangan. Tahapannya adalah (1) memanen tandan pada pokok yang akan diamati, (2) setelah dipanen kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil, (3) buah dibrondol dan diambil beberapa sampel, (4) buah dibelah dua pada bagian tengah sehingga menampakkan bagian kernelnya, dan (5) setelah dibelah dicatat jenis dan nomor pokok serta nomor replicate

(ulangan) kemudian difoto sebagai dokumentasi perusahaan. Hasil pengamatan

fruit typing tersedia pada Gambar 8.

(A) (B) (C)

Gambar 8 Fruit typing. (A) buah jenis tenera pokok nomor 51 replicate 1, (B) buah jenis psifera pokok nomor 51 replicate 2, dan (C) buah jenis tenera pokok 51 replicate 3

Penyerbukan Buatan (Artificial Polination)

Penyerbukan buatan merupakan kegiatan menyilangkan pohon tetua jantan dan betina yang mempunyai sifat unggul dengan memanipulasi penyerbukan alami tanaman. Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman berumur tujuh tahun atau setelah pengamatan atau analisis seperti bunch analysis, yield recording, vegetatif

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00

(34)

22

census, dan fruit typing telah selesai dilaksanakan dan telah diketahui hasilnya, sehingga breeder telah mengetahui pokok induk mana yang meimliki sifat unggul untuk selanjutnya disilangkan. Tahapannya adalah (1) pembungkusan bunga jantan, (2) pembungkusan bunga betina, (3) penyerbukan, dan (4) pengambilan hasil penyerbukan (tandan hasil persilangan). Penulis tidak melakukan pekerjaan ini dikarenakan pekerjaan penyerbukan tidak dilakukan oleh Departemen

Breeding pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang. Hasil kegiatan penyerbukan buatan tersaji dalam Gambar 9.

(A) (B)

Gambar 9 Hasil kegiatan penyerbukan buatan. (A) bunga jantan yang telah dibungkus untuk diambil polennya, dan (B) pokok yang dipersiapkan untuk penyerbukan buatan

Produksi Benih di Minamas Research Center (MRC)

Minamas Research Center (MRC) sebagai salah satu unit usaha dari perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Minamas Gemilang sedang melakukan tahap untuk menghasilkan bahan tanam ini sendiri. Departemen Breeding sebagai bagian yang bertanggung jawab untuk menghasilkan benih melakukan serangkaian penelitian sebagai syarat untuk dapat mengeluarkan varietas baru. Sebenarnya MRC telah mengeluarkan benih hasil produksi sendiri, namun tandan buah yang akan dijadikan benih bukan bersumber dari kebun induk MRC sendiri melainkan berasal dari kebun induk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Tandan buah segar hasil produksi pohon induk PPKS dikirim ke MRC untuk diolah lebih lanjut ke tahap produksi benih, sehingga nama benih yang dikeluarkan adalah benih MRC-PPKS.

Pembibitan

(35)

23 diadakannya pembibitan adalah memperpendek waktu antara persiapan lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan lahan siap tanam bibit sudah siap untuk ditanam.

Pembibitan di Minamas Research Center (MRC) Departemen Breeding

merupakan pembibitan yang dipersiapkan untuk penanaman pohon induk serta progeninya. Pembibitan ini prosesnya sudah terlaksana 2-3 tahun yang lalu, namun masih terdapat sisa bibit yang belum ditanam dikarenakan keterbatasan lahan untuk penanaman pohon induk. Sisa bibit tersebut masih dirawat dengan cara melakukan penjarangan antar bibit agar bibit mendapatkan sinar matahari yang cukup, selain itu perawatan juga dilakukan dengan tetap memberikan pupuk sebagai asupan hara serta pemangkasan daun dan pelepah. Penggunaan bibit lewat umur sebenarnya haruslah dihindarkan. Menurut Darlan et al. (2005) karakteristik bibit tua yang dianggap kurang menguntungkan antara lain karena sekumpulan akar telah menggulung di polybag sehingga pada saat transplanting akar terlambat berkembang, peka terhadap cekaman kekeringan, akan terjadi kesulitan dalam pengangkutan bibit ke lapang dan penanaman karena kondisi tanaman telah tinggi dan bonggolnya sudah besar, seleksi bibit yang rusak dan terkena penyakit sulit untuk dilakukan.

Bibit sisa tersebut terdiri dari dua asal bibit yaitu bibit asal angola dan

cameroon. Bibit angola disini merupakan jenis bibit tenera yang telah berumur dua tahun serta psifiera yang telah berumur tiga tahun, sedangkan bibit cameroon

merupakan bibit jenis dura yang telah berumur dua tahun (Gambar 10). Bibit tersebut akan ditanam setelah terdapat lahan yang akan dijadikan sebagai kebun induk.

(A) (B) (C)

Gambar 10 Kondisi bibit lewat umur pada pembibitan MRC. (A) bibit angola

tenera umur tiga tahun, (B) bibit angola psifera umur dua tahun, dan (C) bibit cameroon dura umur dua tahun

Keterbatasan pada pembibitan yang ada di Departemen Breeding

(36)

24

Pembibitan di Pinang Sebatang Estate telah berjalan sekitar satu tahun dari mulai dibukanya areal pembibitan dan akan terus berjalan hingga program

replanting kebun-kebun PT. Aneka Inti Persada selesai dengan estimasi waktu hingga 15-20 tahun mendatang. Pembibitan menggunakan sistem double stage

atau adanya fase pre nursery dan main nursery. Bibit yang ditanam berasal dari tiga sumber yaitu bibit socfindo (PT. Socfindo), bibit PPKS (PPKS atau Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat) serta bibit MRC-PPKS (Minamas Research Center kerja sama dengan PPKS Marihat). Lokasi pembibitan terdapat di areal divisi II Pinang Sebatang Estate blok B-003 dengan luas areal pembibitan 23.86 ha.

Pembibitan PSE merupakan pembibitan yang diadakan untuk memasok kebutuhan bibit untuk tiga kebun yang ada dibawah naungan PT. AIP yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE), dan Pinang Sebatang Estate (PSE) itu sendiri. Pembibitan ini terpusat permanen disatu tempat yang berguna agar kualitas bibit lebih baik dan lebih terkontrol sehingga tidak menunjukan perbedaan kualitas antar satu kebun dengan kebun lainnya. Selain itu, penghematan biaya persatuan bibit adalah alasan lain pesentralisasian pembibitan. Untuk mencapai kualitas yang baik maka pembibitan di PSE melaksanakan beberapa kegiatan yang penting dilakukan. Kegiatan tersebut secara garis besar dapat disimpulkan kedalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pre nursery, dan tahap main nursery.

Tahap Persiapan

Persiapan Lahan (Site Preparation). Syarat utama untuk mempersiapkan areal pembibitan adalah topografi datar, dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup banyak, drainase baik, dekat dengan lokasi tempat tinggal, areal harus mudah dijangkau, dan mempunyai sanitasi yang baik untuk menghindari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Pahan 2006). Syarat tersebut harus dipenuhi guna mencapai hasil pembibitan yang berkualitas. Pembibitan di PSE cukup memenuhi syarat-syarat tersebut diatas. Persiapan lahan untuk pembibitan di PSE dimulai dengan menentukan tempat akan dibukanya areal pembibitan, dan ditetapkan pada blok B-003 Pinang Sebatang Estate. Alasan digunakannya blok B-003 adalah karena lokasi dekat dengan pondok karyawan, sumber air yang cukup serta topografi cukup datar walaupun ada beberapa daerah yang berbukit.

Setelah penetapan tempat maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan pembukaan areal dengan penumbangan pokok sawit yaitu dengan cara tumbang cincang menggunakan alat berat eksavator. Daerah seluas 23.86 ha yang telah dibuka lalu diratakan pada beberapa bagian yang belum rata guna menciptakan topografi datar sebagai salah satu syarat pembibitan yang baik.

(37)

25 dari seluruh luasan areal pembibitan. Pemagaran menggunakan kawat berduri yang ditopang dengan patok besi pada beberapa titik sehingga kawat tersebut dapat membentang mengelilingi areal pembibitan.

Tahap Pre Nursery

Persiapan Areal Pre Nursery. Pekerjaan pertama yang harus dilakukan di areal pre nursery adalah persiapan lahan untuk penanaman kecambah. Areal

pre nursery berupa plot-plot atau bedengan. Plot tersebut nantinya akan ditempati oleh polybag-polybag kecil (babybag) untuk penanaman kecambah. Ukuran plot yang ada di pembibitan PSE yaitu panjang plot sekitar 12-14 m dan lebar plot 1.2 m serta tinggi plot 15-17 cm. Terdapat 32 plot pada areal pre nursery dimana jarak antar plot sebesar 1 m.

Pada areal pre nursery terdapat jalan kontrol dengan lebar 1 m yang berfungsi sebagai jalan untuk mengontrol kondisi bibit dan melakukan perawatan seperti pembersihan gulma, konsolidasi bibit, pemupukan serta penyiraman manual pada bibit muda. Setiap plot bedengan rata-rata dapat memuat 2002-2072

babybag. Areal pre nursery dinaungi oleh paranet hitam yang berguna untuk melindungi bibit muda agar tidak terkena terik matahari langsung.

Pengisian Babybag (Babybag Filling). Setelah perisapan areal selesai maka kegiatan selanjutnya yang harus dikerjakan adalah melakukan pengisian

babybag. Pengisian babybag dilakukan seminggu sebelum kedatangan kecambah dan jumlah babybag yang disiapkan harus sesuai dengan jumlah kecambah yang akan didatangkan. Pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan agar waktu penyelesaian pengisian babybag dapat lebih cepat sehingga target penyelesaiannya dapat tepat waktu. Pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja borongan harus selalu diawasi agar hasil pekerjaannya memiliki kualitas yang baik. Pengisian babybag dilakukan di areal pre nursery agar setelah pengisian dapat dengan mudah dilangsir dan disusun langsung ke dalam plot yang telah disiapkan.

Bahan yang harus disiapkan dalam kegiatan ini yaitu tanah top soil dan pupuk rock phospate sedangkan alat yang harus disiapkan adalah cangkul, pengayak tanah, angkong (kereta dorong), serta babybag ukuran 14 cm x 23 cm. Tahapan pengisian tanah di babybag adalah (1) pengayakan tanah top soil yang telah disiapkan dengan menggunakan ayakan yang memiliki lubang ± 2 cm, tujuannya adalah agar mendapatkan tanah yang halus dan memisahkannya dari sisa akar tanaman serta kerikil yang terbawa dari sumber pengambilan top soil, (2) setelah diayak tanah dicampur pupuk rock phospate dengan cara ditaburkan dengan dosis 15 g babybag-1, (3) setelah dicampurkan dengan pupuk maka tanah langsung dimasukkan ke dalam babybag, dan (4) setelah selesai maka babybag

tersebut dilangsir dan disusun kedalam plot-plot yang telah disediakan, jumlah

babybag yang dimasukkan kedalam plot harus sesuai dengan kapasitas plot tersebut.

(38)

26

Penanaman Kecambah di Pre Nursery (Planting). Setelah plot dan

babybag selesai dikerjakan dan siap digunakan maka pekerjaan selanjutnya adalah penanaman kecambah. Kecambah yang telah dipesan dari perusahaan sumber benih biasanya memerlukan waktu beberapa minggu untuk datang ketempat pemesan. Oleh karenanya waktu tersebut digunakan untuk melakukan persiapan areal dan pengisian babybag. Penanaman kecambah harus dilakukan dengan cermat, sebab apabila salah penanganan maka kerugian yang diakibatkan akan besar. Langkah pertama setelah kecambah datang adalah melakukan briefing

terhadap karyawan yang ditugaskan untuk melakukan penanaman kecambah. Setelah briefing selesai tim penanam kecambah tersebut dibagi menjadi beberapa grup yaitu grup penyortir, grup penyalur, dan grup penanam.

Grup penyortir bertugas untuk melakukan dokumentasi terhadap kecambah yang datang, dokumentasi berupa pencatatan terhadap kardus pengiriman (label depan, label atas, dan label dinas perkebunan), peti kecambah (nomor segel, nomor peti, jenis kecambah, dan jumlah kecambah dalam satu peti), palstik kecambah (nomor unit, kelompok, nomor penyerbukan, jumlah kecambah dalam satu plastik, dan tanggal pengiriman). Setelah dilakukan pencatatan maka grup penyortir melakukan seleksi kecambah normal dan abnormal serta kecambah

single tone dan double tone setelah itu dicatat dan dipisahkan. Kecambah normal ditandai dengan kondisi kecambah berwarna putih susu dan tidak ada cacat pada fisik kecambah sedangkan kecambah abnormal ditandai dengan kondisi kecambah berwarnah kuning agak kecoklatan dan fisik kecambah terdapat cacat seperti patah pada bagian radikula atau plumulanya.

Grup penyalur bertugas menyalurkan atau membawa baki kecambah hasil sortiran kepada grup penanam kecambah. Grup penanam kecambah bertugas menanam kecambah pada babybag di plot-plot yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penanaman kecambah harus baik dan benar dengan ketentuan bagian kecambah radikula atau bakal akar ditanam menghadap kedalam tanah, sedangkan plumula atau bakal daun menghadap keatas. Penanaman kecambah tidak boleh terlalu dalam untuk menghindari kecambah sulit berkembang. Selain itu, grup penanam juga harus memisahkan plot single tone dan double tone. Tujuan pemisahan plot adalah untuk memudahkan pemisahan bibit pada saat berumur dua bulan setelah tanam. Pemisahan bibit double tone harus dilakukan dengan baik agar persentase keberhasilan pemisahan bibit besar. Langkah-langkahnya adalah memotong babybag yang berisi bibit double tone pada bagian tengan jangan sampai akarnya terpisah dari tanah di babybag, setelah itu tanam kembali bibit asli dan bibit duplicatenya pada dua polybag berbeda, kemudian susun kembali pada plot yang telah disiapkan, cek dan catat jumlah keberhasilan pemisahan pada beberapa hari kemudian.

Prestasi kerja (PK) penulis dalam kegiatan penanaman kecambah di

Gambar

Tabel 1  Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)
Tabel 2  Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315
Tabel 4  Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun)
Tabel 5  Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mandor melaporkan permasalahan yang ada saat pekerjaan kemarin baik dari pekerjaan pengendalian gulma air (sanitasi KCB/KCB baru dan KUT), pekerjaan muat buah maupun

Prestasi semprot TBM sampai TM berkisar antara 2 – 5 ha/HK dan dipengaruhi oleh : jenis alat semprot yang digunakan, umur tanaman, topografi, prasarana yang ada dalam blok

Data sekunder terdiri dari pengambilan data jumlah/bobot janjang kosong yang dihasilkan setiap bulan, kapasitas limbah yang dihasilkan pabrik, organisasi pengelolaan limbah,

saat umur 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan dan sesaat bibit akan ditransplanting ke lapangan. Pada saat magang, penulis mengikuti seleksi pada tanaman berumur 8 bulan dan pada saat

Perlakuan kombinasi sludge dosis 125 g/tanaman dan urine sapi 5 %/tanaman sejalan dengan pertambahan tinggi bibit, jumlah pelepah daun, lilit bonggol, dan rasio tajuk akar

Kegiatan pembibitan pada dasarnya berperan dalam penyiapan bahan tanaman (bibit) untuk keperluan penanaman di lapangan, sehingga kegiatan pembibitan harus dikelola

Jenis pekerjaan preventif dalam pengendalian hama yang sering dilakukan adalah sensus hama secara berkala dan penanaman beneficial plant, sedangkan untuk pengendalian secara

Berdasarkan data pada Tabel 7, produksi pada Blok J20A berbeda nyata dengan blok J24A yang memiliki persentase jumlah pelepah yang dipertahankan sesuai SOP lebih tinggi dibanding J20A..