• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA,

MINAMAS PLANTATION, RIAU

SUSILAWATI

A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU

Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantaion, Riau

Susilawati1 dan Supijatno2 1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24080100)

2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The internship was conducted at oil palm plantation of Teluk Siak Estate,

PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau for three months starting from

February 13th 2012 to May 13 th 2012. The main purpose of this internship is to

increase knowledge, skill, experience, waste product management of oil palm

plantation, and to analyze waste product of palm oil as an organic fertilizer. The

analysis results showed that application of empty fruit bunches(EFB) as organic

fertilizer has not been able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf

and increase of palm oil production. Application of palm oil mill effluent (POME)

are able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf palm oil especially

nitrogen and phosphate and a positive impact to increase production of oil palm

plantations especially on the productivity (ton/ha).

Kery word : By Product, Oil Palm Plantation, Empty Fruit Bunch (EFB), Palm

(3)

RINGKASAN

SUSILAWATI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau mulai pada bulan Februari hingga Mei 2012. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini untuk mempelajari pengelolaan limbah kelapa sawit dan mempelajari pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik

yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta mengetahui dampak aplikasinya terhadap tanaman dan dampak aplikasi limbah cair terhadap kualitas air. Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial di kebun maupun di kantor kebun, melakukan pengamatan mengenai pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik di lapangan, serta kegiatan pengumpulan data dan informasi.

PT Aneka Intipersada mempunyai satu pabrik kelapa sawit yang kapasitas olahnya 45 ton/jam. Limbah yang dihasilkan Teluk Siak Factory adalah janjang kosong (JJK), palm oil mill effluent (POME), fiber (serabut) dan cangkang. Produk sampingan (by product) hasil pengolahan TBS di pabrik dalam bentuk cangkang dan fiber dimanfaatkan di pabrik sebagai umpan boiler sedangkan JJK dan POME dimanfaatkan oleh kebun untuk dijadikan pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar.

Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu titik ada 1 ton JJK. Jumlah JJK yang diterima TSE sebanyak 17 667.42 ton/tahun

sehingga luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 % dari luas total TSE (dosis 34 ton/ha dengan satu kali rotasi setahun). Luas lahan aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan yang seharusnya dapat

(4)

Aplikasi JJK di lahan belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan unsur hara dalam daun dan peningkatan perolehan produktivitas secara konsisten. Aplikasi JJK lebih mengarah untuk peningkatan kesuburan tanah sehingga kemampuan tanah dalam menahan air dan unsur hara menjadi lebih baik, selain itu aplikasi JJK belum berperan sebagai substitusi penggunaan pupuk anorganik.

Limbah cair diaplikasikan ke lahan dengan sistem flat bed yang sebelumnya limbah cair tersebut diolah dengan sistem kolam pada kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung pada limbah, sehingga parameter bahan pencemar limbah cair yang akan diaplikasikan ke lahan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Luas lahan aplikasi limbah cair di Teluk Siak Estate yaitu 120 ha dengan jumlah flat bed sebanyak 15 694 buah. Aplikasi limbah cair ke lahan

memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketersediaan unsur hara N dan P, serta memberikan dampak positif bagi perolehan produksi terutama bagi perolehan produktivitas tanaman (ton/ha).

Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan menyebabkan air sumur

(5)

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA,

MINAMAS PLANTATION, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SUSILAWATI A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

: PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis

Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA

INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU

Nama

: SUSILAWATI

NIM

: A24080100

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Supijatno, MSi. NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Susilawati, dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 7 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Karsim dan Ibu Casih.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 2 Taraju, tahun 2005 penulis

menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Garawangi dan lulus dari SMA Negeri 3 Kuningan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah, ibu, kakak dan adik penulis, atas doa, kasih sayang, perhatian,

pengertian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Supijatno, MSi. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. dan Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran.

4. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

5. Bapak H. Syahril A.S (Manajer Kebun), Bapak Teddy Lesmana (Asisten Divisi II), Bapak Rusnanto (Asisten Divisi I) dan Bapak R.E. Ginting (KTU), selaku pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing penulis selama menjalani magang.

6. Seluruh karyawan Divisi II dan keluarga besar Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Riau serta seluruh staf PT Aneka Intipersada.

7. Tama dan Rene teman seperjuangan saat magang, Miftah dan M. Ismail teman satu bimbingan skripsi, Cucun, Izza, Ami, Mia, Rista dan Bunga yang telah banyak membantu. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 45 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Agustus 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Ekofisiologi Kelapa Sawit... 4

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ... 5

Limbah Padat ... 5

Limbah Cair... 6

METODE MAGANG ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Metode Pelaksanaan ... 10

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi ... 11

Analis Data dan Informasi ... 12

KEADAAN UMUM ... 14

Sejarah dan Perkembangan Kebun ... 14

Letak Wilayah Administratif ... 14

Keadaan Iklim dan Tanah ... 14

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 15

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 15

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 16

PELAKSANAAN MAGANG... 18

Aspek Teknis ... 18

Penunasan ... 18

Leaf Sampling Unit (LSU) ... 19

Pemupukan ... 21

Pengendalian Gulma ... 23

Pengendalian Hama ... 26

Pemanenan ... 28

Pengolahan TBS ... 33

Pengelolaan Limbah ... 36

Aspek Manajerial ... 41

Pendamping Mandor ... 41

Pendamping Asisten ... 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

(10)

Halaman

Janjang Kosong (JJK) ... 46

Limbah Cair (POME)... 48

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman ... 52

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Status Hara pada Daun ... 53

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Perolehan Produksi ... 56

Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air... 58

Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) ... 59

Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir (Air Permukaan) ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

Kesimpulan... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 5

2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan ... 6

3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair ... 8

4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate ... 16

5. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Etate ... 17

6. Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif ... 19

7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate ... 31

8. Komposisi Jenis Limbah yang Dihasilkan Teluk Siak Factory ... 45

9. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan Effluent Treatment PT AIP ... 49

10. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL Teluk Siak Factory ... 50

11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed PT AIP ... 51

12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol ... 53

13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) ... 54

14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi, Optimum dan Berlebih untuk Tanaman Tua > 6 Tahun ... 55

15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol ... 56

16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) ... 57

17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah Sumur Pantau (SP I, SP II dan SP III) di Blok Aplikasi dan Sumur Penduduk ... 60

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengambilan Lembaran Daun pada Saat LSU ... 21

2. Pengendalian Gulma Secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam

Sprayer (Kiri), Penyemprotan Piringan (Kanan)... 25

3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B) Parang Babat

dan (C) Kegiatan BTP ... 25

4. Beneficial Plant. (A) Turnera subulata, (B) Casia cobanensis

dan (C) Antigonon leptosus ... 27

5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road, (B) Kegiatan Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik

Mulching ... 37

6. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah ... 38

7. Sumur Pantau ... 39

8. Alplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate

PT Aneka Intipersada ... 67

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada ... 68

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada ... 69

4. Peta Areal Teluk Siak Estate ... 72

5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Riau, Periode 2007/2008-2011/2012 ... 73

6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate ... 74

7. Lay Out Effluent Treatment Teluk Siak Factory ... 75

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan produk olahan yang mempunyai banyak manfaat (Lubis, 1992). Produk minyak kelapa sawit tersebut digunakan untuk industri penghasil minyak goreng, minyak industri, bahan bakar, industri kosmetik dan farmasi.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 4 520 600 ha dan terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 menjadi 8 430 027 ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Luas perkebunan kelapa sawit yang besar akan diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut dikarenakan permintaan dunia akan minyak sawit terus meningkat sehingga pasaran ekspornya selalu terbuka lebar dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Volume ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar 11 745 954 ton mencapai nilai US$ 4 139 286 000 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 615 958 ton atau senilai US$ 12 626 595 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi pertambahan jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang

dihasilkan semakin banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah dan bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya alam, kualitas

sumber daya alam, maupun lingkungan hidup.

Dampak negatif limbah yang dihasilkan dari suatu industri menuntut pabrik agar dapat mengolah limbah dengan cara terpadu. Pemanfaatan limbah menjadi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi tinggi dilakukan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.

(15)

tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS memungkinkan dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa sawit untuk menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi kebutuhan pupuk.

Limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit berupa janjang kosong

(JJK) yang jumlahnya sekitar 20 % dari tandan buah segar (TBS) yang diolah dan merupakan bahan organik yang kaya akan unsur hara (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Aplikasi JJK berpotensi tinggi sebagai bahan pembenah tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan produksi

kelapa sawit (Darmosarkoro et al., 2003).

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi, sehingga LCPKS harus diolah atau dimanfaatkan untuk pupuk. Limbah cair pabrik kelapa sawit memilki sejumlah kandungan hara yang dibutuhkan tanaman, yaitu N, P, K, Ca dan Mg yang berpotensi sebagai sumber hara untuk tanaman (Budianta, 2005).

Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang dilakukan perusahaan. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit perlu dilakukan dengan benar sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Tujuan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam famili Aracaceae dan subkelas Monocotyledoneae. Tanaman ini merupakan tanaman monokotil, memiliki batang tumbuh lurus, berakar serabut serta memiliki bunga jantan dan bunga betina pada satu tanaman dengan tandan terpisah. Kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budidaya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 – 75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Batang kelapa sawit mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; serta dapat juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2010).

Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Pertumbuhan ke bawah dibatasi oleh permukaan air tanah, ke samping hampir sejajar dengan permukaan tanah,

bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas. Akar kuartener (feed root) umumnya terkonsentrasi pada bagian tanah dimana kandungan bahan organik tinggi dan lengas tanah optimal. Lubis (1992) menyatakan bahwa, akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang

panjangnya mencapai 15 cm.

(17)

cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat fotosintesis.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Meskipun dalam satu tanaman terdapat

bunga betina dan bunga jantan namun muncul dan mekarnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit melaksanakan penyerbukan secara silang (cross polinated). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam inflorensen yang berbentuk spiral (Pahan,

2010).

Secara botani buah kelapa sawit terdiri dari exocarp (kulit), mesocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 kernel. Inti memiliki testa, endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2010). Buah terkumpul di dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1 600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 – 14 tandan per tahun dan berat setiap tandan sekitar 25 – 35 kg.

Ekofisiologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara – Selatan 120 pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air serta hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992). Pahan

(2010) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakuan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial (Lubis, 1992).

(18)

optimal adalah 0 - 400 m. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit, angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa sawit juga menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Jenis Potensi per ton

TBS (%) Manfaat

Janjang kosong 23.0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan

partikel, energi

Wet Decanter Solid 4.0 Pupuk, kompos, makanan ternak

Cangkang 6.5 Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut (fiber) 13.0 Energi, pulp kertas, papan partikel

Limbah cair 50.0 Pupuk, air irigasi

Air kondensat Air umpan boiler

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah Padat

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah

(19)

janjang kosong mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg Kieserite (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau proses mineralisai, unsur hara yang didapati pada JJK kembali ke dalam tanah.

Potensi dan pemanfaatan JJK sebagai hara dalam suatu luasan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan

Kapasitas Pabrik

(ton/jam)* JJK (ton/tahun)**

Luasan yang dapat Diaplikasi JJK (ha/tahun) ***

30 31 200 780

45 46 800 1 170

60 62 800 1 560

Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari ** = 20 % TBS merupakan JJK

*** = dosis 40 ton JJK/ha

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Aplikasi janjang kosong sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum akan meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah. Peningkatan hara tanah ini diikuti dengan peningkatan tandan buah segar (TBS). Winarna et al. (2003) menambahkan bahwa secara ekonomis aplikasi JJK sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit dengan dosis 40 ton/ha/tahun yang dikombinasi dengan pemberian 60 % dari dosis pupuk N dan P standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS hingga 34 %. Janjang kosong akan hancur dan menyatu dengan tanah dalam jangka waktu 7 - 10 bulan. Selain dimanfaatkan sebagai mulsa, janjang kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan melalui

pengomposan dan pupuk organik (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Salah satu kendala aplikasi JJK secara langsung adalah biaya transportasi per unit hara yang cukup tinggi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).

Limbah Cair

(20)

cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon (hydrocyclone) 0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.67 ton (Lubis, 1992). Poeloengan dan Tobing (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume limbah

cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air kondensat antara 15 – 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara 70 – 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 – 10 %. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan

maksimal ± 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006).

Menurut Lubis (1992) pedoman atau parameter yang dipakai dalam pengolahan LCPKS adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxigen

Demand (COD), Suspended Solid (SS), Total Solid (TS) dan Kemasaman (pH). BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik (mikroba) untuk merombak atau mengoksidasikan bahan organik secara biologis pada kondisi (suhu dan waktu) tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/l artinya jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik maupun anorgaik secara kimia. SS adalah bahan padatan (bahan organik) yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi rendahnya BOD dan COD. TS adalah total bahan padatan yang merupakan indikator daya serap air limbah terhadap udara (oksigen). pH adalah keasaman air atau limbah cair yang menentukan tingkat gangguan atau kehidupan dalam air.

Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit mengandung bahan

organik dan mineral cukup tinggi dengan Biological Oxygen Demand (BOD) sekitar 25 000 mg/l dan apabila dibuang langsung ke sungai atau perairan lainnya dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air dan tanah tempat pembuangannya dan selanjutnya akan menimbulkan pencemaran(Poeloengan dan

Tobing, 2000).

(21)

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses pengolahan limbah tersebut dengan cara pemberian bakteri anaerob yang berfungsi untuk mereduksi BOD dan menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Kandungan BOD limbah dalam kolam outlet yang boleh dimanfaatkan untuk aplikasi lahan

perkebunan kelapa sawit maksimum 5 000 mg/l. Nilai BOD yang terlalu rendah menyebabkan kandungan nutrisi limbah juga akan rendah, sehingga limbah yang dialirkan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja (Budianta, 2005).

Kualifikasi limbah cair yang digunakan dalam aplikasi adalah limbah

dengan BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l. Limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit dengan tingkat BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Berbagai metode aplikasi limbah cair yang digunakan antara lain sistem sprinkle, flat bed atau teknik parit, long bed (teknik parit atau alur) dan traktor tangki. Teknik aplikasi limbah secara flat bed umum digunakan yaitu dengan mengalirkan limbah tersebut dari kolam limbah flat bed melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan parit sekunder (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Baku mutu limbah cair yang dapat diaplikasikan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair

No. Uraian Batasan Kepekatan

1 BOD (mg/l) < 3 500

2 Minyak dan lemak (mg/l) < 3 000

3 pH 6.0

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui land application dalam rangka meningkatkan kualitas lahan pertanian. Selain itu, limbah cair juga masih mengandung bahan organik (c-organik) yang sangat baik sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) (Banuwa, 2007).

(22)

(2003) menjelaskan bahwa aplikasi limbah cair sebagai pupuk dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 16 – 60 % dibandingkan tanaman yang tidak diaplikasikan pupuk cair tersebut.

Limbah cair pabrik kelapa sawit mempunyai beberapa manfaat seperti

yang dinyatakan oleh Widhiastuti et al. (2006) yaitu: dapat dijadikan pupuk karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran

(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau mulai dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis dan manajerial baik di kebun maupun di kantor. Pada aspek teknis penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu dan bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di kebun. Pekerjaan yang diikuti selama menjadi KHL yaitu kegiatan penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan kegiatan pengelolaan limbah yaitu aplikasi JJK dan POME.

Kegiatan yang dilakukan pada aspek manajerial yaitu penulis diposisikan atau bekerja sebagai pendamping supervisi selama tiga minggu dan supervisi yang diikuti diantaranya mandor 1, mandor pupuk, mandor semprot, mandor aplikasi limbah cair, mandor aplikasi JJK, mandor perawatan, mandor panen, kerani cek sawit, kerani keliling dan kerani divisi. Selain menjadi pendamping supervisi pada kegiatan aspek manajerial penulis juga diposisikan sebagai pendamping asisten selama enam minggu.

Kegiatan aspek teknis dan manajerial yang diikuti disesuaikan dengan

jadwal kebutuhan yang ada di kebun serta disetujui oleh pihak kebun. Selain melakukan kegiatan aspek manajerial yang ada, penulis juga melakukan kegiatan pengamatan terhadap aspek khusus di lapangan serta pengumpulan data. Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang ini yaitu pengelolaan limbah

(24)

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan diperoleh melalui hasil diskusi atau wawancara dengan pegawai, mandor dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester, serta tahunan), data perusahaan dan arsip perusahaan.

Data sekunder terdiri dari pengambilan data jumlah/bobot janjang kosong yang dihasilkan setiap bulan, kapasitas limbah yang dihasilkan pabrik, organisasi pengelolaan limbah, kualitas limbah cair (kandungan BOD, COD, TSS, kandungan minyak dan lemak, nitrogen total, pH), data perolehan produksi tanaman pada blok yang diaplikasikan limbah dan blok kontrol selama empat tahun terakhir, data hasil analisis status hara daun tanaman kelapa sawit pada blok aplikasi limbah dan blok kontrol dan data hasil analisis kualitas air sumur pantau yang berada di sekitar lahan aplikasi limbah serta kualitas air sungai hulu dan hilir sungai yang ada di dekat pabrik. Data pendukung lainnya yaitu sejarah dan perkembangan kebun, letak geografis, keadaan iklim, keadaan tanah, luas areal dan tata guna lahan, data curah hujan, data kondisi pertanaman, serta struktur

organisasi dan ketenagakerjaan.

Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan limbah yaitu:

Pengamatan limbah padat kelapa sawit (Janjang Kosong) 1. Jumlah dan distribusi limbah janjang kosong di lahan

Mengamati secara langsung jumlah serta alur distribusi limbah janjang kosong yang dihasilkan sampai diaplikasikan ke lahan.

2. Dosis dan cara aplikasi janjang kosong di lahan

Mengamati secara langsung dosis dan cara aplikasi janjang kosong yang dipakai untuk setiap satuan tanaman kelapa sawit maupun untuk luasan dalam hektar (ha).

3. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan janjang kosong di lahan

(25)

Pengamatan limbah cair kelapa sawit 1. Jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik

Pengamatan secara langsung jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan limbah cair kelapa sawit.

2. Jumlah dan kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair

Pengamatan terhadap jumlah kolam penampungan yang digunakan serta kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair yang ada di pabrik.

3. Jumlah dan distribusi limbah cair yang diaplikasikan di lahan

Mengamati dan mencatat secara langsung di kebun yaitu jumlah serta alur distribusi limbah cair yang dihasilkan serta proses pengolahannya sampai diaplikasikan ke lahan.

4. Dosis dan cara aplikasi limbah cair di lahan

Mengamati dan mencatat secara langsung dosis dan cara aplikasi limbah yang dipakai untuk luasan dalam hektar (ha).

5. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah cair di lahan

Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan limbah cair di lahan kelapa sawit. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah dan kontrol dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis t-student. Jumlah blok sebagai ulangan diambil masing-masing tiga blok (tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan kontrol). Rumus uji hipotesis t-student (Walpole, 1993):

− = ( x -x )

s ² n +

s ²

n2 Keterangan :

x = rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

x = rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol pengamatan 1 & 2

(26)

s = standart deviasi kelompok kontrol n = jumlah pengamatan (ulangan)

(27)

KEADAAN UMUM

Sejarah dan Perkembangan Kebun

Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh PT Aneka Intipersada (PT AIP) di bawah PT Minamas Plantation dan merupakan bagian dari Sime Darby Group. PT Aneka Intipersada merupakan suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989 dengan tujuan utama untuk usaha di bidang pertanian dan pekebunan. PT Aneka Intipersada membangun suatu perkebunan kelapa sawit sebagai konversi dari hutan sekunder dengan luas kurang lebih 12 000 ha di atas cadangan lahan seluas 15 000 ha. PT AIP terdiri dari tiga kebun yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang Estate (PSE). Penanaman kelapa sawit pada areal tersebut dimulai sejak tahun 1989. PT Aneka Intipersada dilengkapi dengan satu unit pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang dibangun pada tahun 1999 dan beroperasi tahun 2000 serta kapasitas olah 45 ton/jam.

Letak Wilayah Administratif

Teluk Siak Estate berada di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Secara geografis wilayah perkebunan Teluk Siak terletak antara 1052’30” LS – 204’25” LS dan 103019’45” LU - 103027’57” LU dengan batas wilayah: sebelah barat berbatasan dengan PT SIR Surya Dumay Grup, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib, sebelah selatan berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate PT Aneka Intipersada dan sebelah timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate PT Aneka Intipersada. Peta areal Teluk Siak Estate disajikan pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di Teluk Siak Estate curah hujan tahunan berdasarkan periode 2007/2008 – 2011/2012 terendah 2 048 mm dan tertinggi 2 743 mm, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 420.4 mm. Total hari hujan selama periode

(28)

153.8 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 20 – 35 0C, kelembaban udara rata-rata 80 % dan lama penyinaran 12 - 13 jam/hari. Data hari hujan dan curah hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau, periode 2007/2008-2011/2012 disajikan pada Lampiran 5.

TSE mempunyai dua jenis yaitu tanah mineral dan gambut yang tersebar di seluruh divisi. Jenis tanah pada areal TSE adalah tanah ultisol yang berasal dari bahan induk tanah alluvial dengan tekstur tanah liat berpasir atau disebut juga

sandy clay. Ketinggian tanah yaitu 10 - 100 m dpl dan mempunyai tiga jenis topografi tanah yaitu datar (level) kemiringan 0 – 4 % atau 0 – 20, bergelombang (undulating) kemiringan 4 – 12 % atau 2 – 60 dan berbukit (rolling) kemiringan 12 – 24 % atau 6 – 120.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal pekebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate memiliki luas total berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 3 321.20 ha dengan luas lahan yang diusahakan yaitu sebesar 3 116.98 ha dan luas lahan yang mungkin bisa ditanam sebesar 204.22 ha. Teluk Siak Estate memiliki tiga divisi yang terdiri dari Divisi I dengan luas luas 1 063.16 ha, Divisi II dengan luas 1 116.68 ha dan Divisi III dengan 1 141.36 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate adalah varietas Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Guthrie, Lonsum dan Rispa. Tanaman yang ada di TSE terdiri dari 12 tahun tanam yaitu tahun 1994, 1995, 1996, 1997,

1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2008 dan 2011. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 tanaman (pokok).

(29)

Produksi, produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Lima Tahun Terakhir

Tahun

Luas Areal (ha)

Produksi

Produktivitas (ton/ha)

BJR (kg/tandan) Jumlah TBS

(tandan)

Bobot TBS (ton)

2006/2007 2 698 4 133 699 47 774 280 17.71 11.58

2007/2008 2 725 4 099 015 53 120 400 19.49 12.96

2008/2009 2 725 3 489 552 48 977 990 17.97 14.04

2009/2010 2 725 3 184 489 47 210 270 17.32 14.83

2010/2011 2 822 3 425 446 53 577 460 18.98 15.64

Sumber : Kantor Besar TSE (2012)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. PTAneka Intipersada dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi dan membawahi beberapa Manajer Kebun (Estate Manager). TSE dipimpin oleh satu orang

Manajer Kebun yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (askep) yang merangkap sebagai asisten divisi II, satu orang asisten divisi I, asisten divisi III pada saat kegiatan magang digantikan oleh asisten OJT (On Job Training) dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat dilihat dalam Lampiran 6.

(30)

tanggung jawab divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) bertugas dan bertanggungjawab dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun.

Tenaga kerja di Teluk Siak Estate terdiri dari karyawan staf dan non--staf. Tenaga kerja staf terdiri dari manajer kebun, Asisten Divisi dan KTU. Karyawan non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga kerja Buruh Harian Lepas (BHL) yang bekerja di TSE berjumlah sekitar 10 orang yang hanya digunakan untuk tenaga kerja aplikasi pemupukan apabila jumlah karyawan tidak mencukupi. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate sampai dengan bulan Maret 2012 yaitu 491 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 486 orang karyawan non-staf. Indeks tenaga kerja di TSE sebesar 0.16 HK/ha dan hal tersebut bisa dikatakan baik karena norma ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK/ha (Pahan, 2010). Komposisi jumlah tenaga kerja di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Estate

Jenis Tenaga Kerja Tingkatan Karyawan Jumlah (orang)

Karyawan Staf Manajer Kebun 1

PJS Asisten Kepala 1

Asisten Divisi 2

KTU 1

Karyawan non-staf SKU Bulanan Kantor 13

SKU Bulanan Traksi 24

SKU Bulanan Divisi 42

SKU Bulanan Keamanan 10

SKU Harian 401

Total 491

Indeks Tenaga Kerja 0.16

Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Organisasi pengelolaan limbah cair yang ada di Divisi II TSE terdiri dari asisten divisi yang membawahi satu orang mandor dengan tiga orang karyawan aplikasi limbah. Tenaga kerja aplikasi limbah dibagi dua shift yaitu satu orang

untuk shift pagi sampai siang dan dua orang untuk shift siang sampai malam. Karyawan pengolahan limbah cair di pabrik terdiri dari dua orang yang bertanggungjawab langsung terhadap asisten proses di pabrik dan bertugas untuk mengelola pengolahan limbah serta menjaga kolam-kolam penampungan limbah

(31)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Teluk Siak Estate mencakup kegiatan perawatan tanaman dan produksi. Kegiatan teknis yang dilakukan meliputi penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan pengelolaan limbah (aplikasi JJK dan limbah cair). Sebelum melaksanakan kegiatan di lapangan selalu diawali dengan kegiatan antrian pagi antara asisten dan mandor setelah itu dilaksanakan lingkaran pagi antara mandor dan karyawan.

Penunasan

Tunas pokok (pruning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan

cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak (CPO), dimana proses fotosintesis sangat

menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Salah satu tugas utama dalam melaksanakan tunas pokok adalah menjaga agar tidak terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over pruning) dan atau pemeliharaan pelepah yang terlambat (pokok gondrong).

Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi dan melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.

(32)

tunas pokok sesuai umur tanaman. Pemanen diwajibkan melaksanakan kegiatan penunasan pelepah pada pokok-pokok yang tidak menjadi pokok panen pada hari itu dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip tunas pokok sesuai umur tanaman.

Pelaksanaan tunas pelepah secara progresif apabila memungkinkan dapat dilakukan secara langsung pada saat panen dan apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan melakukan hanca panen atau pada hari libur. Penunasan dengan sistem progresive pruning dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp 900/pokok dan sistem pembayaran dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Uraian standar pelaksanaan tunas progresif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif

No Uraian Standar pelaksanaan

1 Standar pekerjaan teknis Tanaman umur 0 - 8 tahun songgo 3

Tanaman umur 8 – 14 tahun tahun songgo 2 Tanaman umur > 14 tahun songgo 1

2 Waktu pelaksanaan Ditunas sesuai kebutuhan pada saat panen

3 Rotasi Sesuai kebutuhan individu pokok/sesuai kebutuhan

jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan

4 Tenaga kerja Pemanen dan mandor panen

5 Keuntungan Biaya lebih rendah, penghematan tenaga kerja dan

mandor serta pokok tidak stres

Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation 2004

Penyusunan pelepah setelah penunasan yaitu cabang/pelepah daun disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara pokok sehingga membentuk huruf U (u shape) serta cabang/pelepah daun tidak perlu dipotong-potong melainkan langsung disusun saling tindih menindih dan diusahakan agar semua pangkal cabang letaknya tidak berdekatan dengan piringan (circle).

Leaf Sampling Unit (LSU)

(33)

Pengambilan sampel daun didasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan kesatuan sampel daun atau leaf sampling unit. Pengambilan contoh daun ini dilakukan satu kali dalam satu tahun dan digunakan untuk rekomendasi pemupukan satu tahun berikutnya setelah dilakukan pengambilan contoh daun. Kegiatan LSU ini dilakukan antara puku 07.00 - 11.00 waktu setempat dan tidak boleh dilakukan pada watu hujan atau hujan di malam hari. Interval pengambilan sampel daun dengan kegiatan pemupukan sebelumnya minimal 2 - 3 bulan.

Alat dan bahan yang digunakan yaitu egrek, gunting, kuas, alat tulis, cat warna biru, plastik, blankgkoo LSU, label data LSU dan foto defisiensi hara. Petugas LSU terdisri dari satu tim yang beranggotakan dua orang. Selain mengambil sampel daun, pada kegiatan LSU dilakukan juga pengamatan status hara daun pada pokok tanaman sampel dan pokok tanaman yang berada pada barisan yang sama dengan tanaman sampel. Status hara yang diamati yaitu

defisiensi N, P, K, Mg dan B.

Titik sampel (TS) merupakan pokok yang diambil daunnya sebagai sampel. Pokok TS pertama terletak pada baris ketiga dan pokok ketiga blok pada posisi Barat-Selatan. Pokok yang akan diambil sebagai sampel harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut: pokok tidak dekat dengan jalan, sungai, bangunan dan parit, bukan pokok sisipan, pohon normal dan tidak terkena penyakit. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut, maka TS harus digeser sebagai berikut: pokok yang berada di pinggir jalan bergeser dua pokok ke dalam, pokok dekat parit dan bangunan bergeser satu pokok, pokok yang bersebelahan dengan pokok mati/kosong bergeser dua pokok, pokok steril atau terserang penyakit bergeser satu pokok dan pokok yang tumbuh abnormal bergeser satu pokok.

(34)

atau kiri. Pelepah ke-17 terletak dua spiral di bawah pelepah pertama agak ke sebelah kiri pada spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral kiri.

Pelepah ke-17 diturunkan dengan menggunakan egrek, kemudian diambil anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak diantara pelepah yang datar dan tajam serta ditandai dengan jarum/tonjolan. Jumlah anak daun yang diambil adalah terdiri atas 3 lembar daun sebelah kanan pelepah dan 3 lembar daun sebelah kiri pelepah (Gambar 1). Helaian daun diambil bagian tengahnya sepanjang 20 cm dengan menggunakan gunting dan memisahkan lembar daun dengan lidinya kemudian memasukkan lembar daun ke dalam kantong plastik, lembaran daun bagian kanan lidi ke kantong plastik putih dan lembaran daun bagian kiri lidi ke kantong hitam. Lembaran daun dipotong menggunakan gunting dengan ukuran 2 cm. Setelah satu blok selesai diambil seluruh sampelnya dan daun sudah dipotong-potong dengan ukuran 2 cm daun-daun tersebut dimasukkan

ke dalam plastik yang sudah ditentukan dan setelah itu di kirim ke Minamas Research Centre (MRC) untuk dianalisis kandungan haranya sehingga dapat digunakan untuk dosis rekomendasi pemupukan.

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan

akhir dari bisnis perkebunan. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting karena biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60 % dari

(35)

total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.

Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor yaitu jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi dan tempat diaplikasikan. Pupuk yang digunakan di kebun TSE adalah pupuk organik yaitu aplikasi janjang kosong dan pupuk anorganik yang terdiri dari rock

phosphate (RP), urea, MOP, kieserite, HGFB dan dolomit. Sistem pemupukan di TSE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System/BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 - 2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan meliputi tukang angkut pupuk dari gudang sampai pengenceran pupuk di

collection road dan tukang tabur pupuk.

Pengenceran pupuk. Pengenceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang dan menyusunnya ke dalam truk serta mendistribusikannya ke lokasi pemupukan. Pengeceran dilakukan di collection road pada TPP (Tempat Penumpukan Pupuk) yang telah ditentukan jumlahnya sesuai dengan dosis pupuk. Losses pupuk sering terjadi pada saat pengangkutan pupuk menggunakan dump truck, saat menurunkan pupuk di TPP sering kali goni terbuka sehingga pupuk terbuang di jalan. Pengenceran pupuk dari atas kendaraan harus ditangani oleh petugas yang terlatih dan diletakkan pada tempat pengenceran yang sudah ditentukan.

Pelaksanaan Aplikasi. Pelaksanaan pemupukan dikerjakan blok per blok dengan tujuan agar mutu aplikasi lebih baik, produktivitas lebih tinggi dan kegiatan supervisi lebih terkonsentrasi. Aplikasi penaburan pupuk dilakukan di batas terluar piringan (bibir piringan) dan pupuk ditabur secara merata di bawah rumpukan pelepah (yang ditumpuk secara u-shape) atau apabila di lahan terdapat aplikasi janjang kosong maka pupuk dapat ditaburkan di atas janjang kosong. Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat tabur yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis pupuk yang digunakan.

(36)

sebesar 450 kg, sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 150 kg/HK. Alat pelindung Diri (APD) yang dgunakan yaitu baju lengan panjang, apron (baju keselamatan), sarung tangan, masker, pelidung kepala (topi) dan sepatu boots.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang dapat merugikan tanaman budidaya, gulma dapat mengakibatkan kerugian-kerugian diantaranya persaingan antara tanaman

utama sehingga mengurangi kemampuan produksi dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang tumbuh. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan.

Pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat yaitu piringan (circle) dan gawangan (interrow). Gulma yang dikendalikan seperti Clidemia hirta (bulu babi), Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium osculentum (pakis gajah),

Melastoma malabatrichum (senduduk), Peperomia pelucida, Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata, Chromolaena odorata, Ageratum conyzoides (babadotan), Brachiaria mutica, Setaria aplicata dan Eleusine indica. Pengendalian gulma yang dilakukan ada dua yaitu pengendalian gulma secara kimia dan pengendalian gulma manual.

Pengendalian gulma secara kimia. Gulma-gulma yang dikendalikan didominasi oleh gulma-gulma berdaun lebar seperti Clidemia hirta, Dicranopteris

linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium osculentum (pakis gajah), Melastoma malabatrichum, Peperomia pelucida, Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata, Chromolaena odorata, Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica, dan gulma-gulma lain yang tumbuh di piringan dan gawangan.

Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate dikenal dengan

(37)

yang berbeda karena jenis herbisida yang digunakan berbeda. Keuntungan menggunakan sistem BSS yaitu penghematan tenaga supervisi, kontrol lebih baik, mobilitas unit semprot sangat tinggi, kualitas pencampuran racun lebih baik dan pengorganisasian lebih mudah.

Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan dan gawangan yaitu herbisida sistemik. Semprot piringan menggunakan campuran herbisida dengan merk dagang Prima Up 480 SL yang mengandung bahan aktif Isopropilamina glyphosate 480 g/l dan Trap 20 WP dengan bahan aktif Metsulfuron methyl 20 %. Semprot gawangan menggunakan campuran herbisida dengan merk dagang Kenlon 480 EC yang mengandung bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 (g/l) dan Trap 20 WP. Konsentrasi Prima Up yang digunakan yaitu 0.8 % atau 96 ml/12 l air dan konsentrasi Trap yaitu 0.067 % atau 8 g/12 l air.

Alat semprot yang digunakan yaitu sprayer dengan merk dagang Inter 12 Green yang berkapasitas 12 l. Semprot piringan menggunakan nozel kuning yang lubang semprotnya ada di tepi nozel, nozel kuning mempunyai tekanan yang kecil karena jangkauan penyemprotan gulma di piringan lebih mudah. Nozel yang

digunakan untuk penyemprotan gawangan yaitu nozel hitam yang lubang semprotnya ada di ujung nozel serta tekanan nozel lebih besar dibandingkan nozel kuning sehingga semprotan airnya lebih jauh.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyemprot 34 - 35 pokok atau 1 sprayer herbisida yaitu 20 - 25 menit. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan pekerja diantaranya yaitu kerapatan dan jenis gulma serta topografi lahan. Semakin rapat pertumbuhan gulma serta semakin banyak gulma jenis daun lebar maka racun yang diberikan semakin banyak, sedangkan apabila keadaan topografi lahan yang akan disemprot semakin curam maka waktu yang digunakan untuk menyemprot semakin lama.

(38)

boots, sarung tangan dan masker. APD tersebut dipakai pekerja di rumah BSS dan setelah dipakai maka dikembalikan dan dicuci di rumah BSS kembali. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia ditunjukkan pada Gambar 2.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma manual di Teluk Siak Estate salah satunya yaitu dikenal dengan nama Bongkar Tumbuhan Pengganggu (BTP) yang merupakan kegiatan membongkar tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit yang berada di piringan

maupun gawangan. Gulma yang dibongkar yaitu gulma berkayu (anak kayu), pisang liar, keladi liar, paku-pakuan dan gulma-gulma lainnya. Alat yang digunakan untuk kegiatan BTP yaitu cados (cangkul kecil dengan lebar ± 14 cm) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya dan menggunakan parang

[image:38.595.113.454.155.275.2]

untuk babat layang. Prestasi kerja dari kegiatan BTP yaitu 0.5 ha/HK atau satu pasar pikul. Kegiatan BTP ditunjukkan pada Gambar 3.

[image:38.595.106.484.544.679.2]

Gambar 2. Pengendalian Gulma secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam Sprayer (Kiri) dan Penyemprotan Piringan (Kanan)

Gambar 3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B). Parang Babat dan (C) Kegiatan BTP

(39)

Pengendalian Hama

Monitoring hama. Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan dapat diduga dengan sistem pengamatan yang baik.

Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan sistem pengambilan contoh yang terdistribusi secara merata.

Kegiatan sensus ulat meliputi deteksi dan perhitungan hama pada titik sensus yang sudah ditentukan. Penentuan titik sensus adalah dimulai pada baris

pertama pokok pertama, baris pertama pokok ke-11, begitu selanjutnya sampai satu baris habis. Setelah itu pindah baris ke-11 pokok 1, baris ke-11 pokok ke-11 dan begitupun selanjutnya. Interval perpindahan baris dan pokok untuk sensus ulat api yaitu 10 pokok. Pengambilan contoh pelepah yang akan diamati yaitu pelepah yang paling parah terkena serangan ulat api, setelah itu dihitung jumlah dan jenis ulat yang ada pada pelepah tersebut dari kedua bagiannya yaitu bawah dan atas. Jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna dan Darna trima.

Selain melakukan sensus ulat api, monitoring hama dilakukan terhadap hama lain yaitu tikus. Pengamatan terhadap serangan tikus dilihat pada buah kelapa sawit yaitu dari bekas gigitan pada buah/brondolan, kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh mantri tanaman pada saat melakukan field check. Tikus hanya memakan daging buah (mesokarp) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah matang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp ± 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi mencapai ± 5 % dari produksi normal.

Pengendalian hama. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai

pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian hama secara biologi dilakukan apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat serangan,

(40)

yang tersedia untuk pengendalian. Pengendalian ulat api dengan menanam

beneficial plant, tanaman yang digunakan untuk beneficial plant yaitu tanaman yang mengandung madu (nectariferous) sebagai makanan bagi musuh alami serta tempat hidup bagi predator (Sycanus croceoviattus). Jenis yang beneficial plant ditanam di TSE adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata dan Antigonon

leptopus. Penanaman tanaman Cassia cobanensis dan Turnera subulata dilakukan di sepanjang main road ataupun collection road, sedangkan tanaman Antigonon

leptopus biasanya ditanam di pinggir (pojok) main road. Jenis-jenis beneficial plant yang ada di TSE dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup dan aktivitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga fajar pagi hari. Burung hantu ditempatkan pada nest box yang telah dibuat dan disediakan oleh kebun dan ditempatkan di blok yang sesuai. Monitoring nest box dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan burung hantu pada nest box yang dipasang di kawasan tersebut. Selain dilakukan pengamatan harus dilakukan juga pemeliharaan nest box seperti dari gangguan serangga atau kotoran dari burung-burung liar lainnya.

Gambar 4. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Casia cobanensis dan (C) Antigonon leptopus

(41)

Pemanenan

Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip buah rontok (brondolan) yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan hasil (TPH). Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua tandan (janjang) masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen

sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen yang tepat waktu, jumlah pemanen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang

efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap (peralatan panen, pasar rintis, piringan, titi panen, TPH), sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik.

Rotasi panen. Rotasi panen (umur pusingan/interval panen) merupakan faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan seluruh kegiatan panen dan merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya. Rotasi panen harus dijaga agar tidak telambat (umur pusingan > 9 hari) atau terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari). Rotasi panen yang telambat dapat mengakibatkan buah menjadi empty bunch (janjang kosong) sehingga jumlah brondolan (persen brondolan) sangat tinggi yang mengakibatkan penyelesaian hanca terlambat, basis borong sulit tercapai, prestasi kerja (kg/ha) turun dan biaya panen (Rp/kg) meningkat, peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip bersih) tinggi, serta kualitas minyak rendah. Rotasi panen terlambat mengakibatkan penyelesaian hanca pada seksi panen hari itu menjadi tertunda.

Rotasi panen yang terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak mentah)

dan buah unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja. Peningkatan jumlah buah under ripe dan unripe dapat mengakibatkan persentase OER (Oil Extraktion Rate) rendah. Peningkatan biaya pengolahan (Rp/kg TBS diolah) karena pengolahan TBS di PKS tidak optimal akibat tingginya persentase buah mogol sehingga

(42)

Kriteria matang panen. Kriteria panen yang digunakan di Teluk Siak Estate yaitu pemotongan tandan buah segar (TBS) dilakukan jika sedikitnya 5 (lima) brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami serta buah berwarna kemerahan. Buah matang (ripe) adalah buah dengan sedikitnya 10 brondolan yang lepas secara alami sampai di TPH serta buah berwarna kemerahan. Buah dikategorikan kurang matang (under ripe) apabila hanya ada 5 - 9 brondolan yang terlepas secara alami sampai di TPH, sedangkan buah di kategorikan mentah (unripe) apabila jumlah brondolan yang terlepas secara alami kurang dari 5 (lima) butir dan buah berwarna hitam. Empty bunch yaitu buah yang brondolan lepas alami > 95 % dan belum ada tanda-tanda busuk pada permukaan potong buah. Buah yang dikategorikan mempunyai gagang panjang (long stalk) jika hasil potongan gagang panjang lebih dari 5 cm yang diukur dari permukaan buah samapi sisi permukaan buah yang miring. Old crop

merupakan buah yang tidak terangkut > 2 hari.

Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen yang efektif dan efisien yang diterapkan di TSE di kenal dengan BHS (Block Harvesting System). BHS adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi

pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS mempunya ciri-ciri yaitu, setiap divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen, terdapat satu kelompok panen per divisi atau per kebun dalam setiap hari kerja, setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen, pemanen mendapatkan hanca panen tetap, kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS dan kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. Sistem BHS yang diterapkan di TSE yaitu BHS Non DOL (Non Division of Labour) yang dalam sistem ini satu orang tenaga bekerja sebagai cutter, carrier dan picker.

(43)

Persiapan panen. Persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan panen yaitu persiapan kondisi areal, penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan mandoran, serta penyediaan peralatan kerja. Pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal sebelum TBM menjadi TM yaitu perbaikan jalan di main road maupun di collection road, perbaikan pasar rintis dan titi panen, pembersihan piringan, serta pembuatan TPH pada setiap tiga pasar rintis atau enam baris tanaman. Pada setiap TPH berisi keterangan tentang nomor TPH dan blok tempat TPH berada.

Penetapan seksi panen mempunyai fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen disusun sedemikian rupa sehingga dalam satu seksi diselesaikan dalam satu hari, mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten, mandor I dan mandor panen, transportasi TBS lebih efisien dan output

pemanen lebih tinggi.

Penetapan luas hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam proses supervisi, sehingga diharapkan timbulnya rasa tanggung jawab atas pemeliharaan mutu hanca dan siklus buah dalam jangka

panjang serta membangun budaya kompetisi yang sehat antar mandor panen. Penentuan luas hanca permandoran tergantung jumlah pemanen yang ada dan keseragaman waktu penyelesaian hanca dengan mandoran lain. Luas hanca tiap pemanen ditentukan berdasarkan output yang akan dicapai, hectare coverage yang dapat diselesaikan pemanen dan keadaan topografi. Setiap pemanen mendapatkan luas hanca untuk satu hari adalah 3 ha atau 6 pasar rintis per pemanen.

(44)
[image:44.595.104.509.311.717.2]

gagang panjang dipotong 5 cm dari potongan buah. Buah yang telah dipotong lalu diangkut ke TPH dan disusun di TPH secara teratur (kelipatan lima ke belakang) kemudian di stempel sesuai dengan stempel yang telah diberikan. Isi dari stempel untuk TBS yaitu kode nama kebun, divisi, nomor pemanen dan mandor. Brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam goni yang sudah disediakan dan diletakkan di TPH. Kerani cek sawit menghitung dan mencatat TBS dan brondolan sedangkan mador panen memeriksa mutu hanca setiap pemanen. Peralatan panen yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi alat potong buah dan alat angkut buah ke TPH. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa peralatan panen disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Dodos kecil Berbentuk tembikar dengan lebar

mata 8 cm

Potong buah tanaman umur 3 - 4 tahun atau TM 1 dan TM 2

2 Dodos besar Berbentuk tembikar dengan lebar

mata 14 cm

Potong buah tanaman umur 5-8 tahun atau TM 3-TM 6

3 Pisau egrek Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20

cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135

Potong buah tanaman umur > 9 tahun

4 Harvesting pole Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Galah pisau egrek

5 Goni bekas

pupuk

Ukuran tergantung jenis pupuk Wadah brondolan (alas brondolan) di TPH atau wadah memindahkan brondolan ke transport

6 Angkong Kereta sorong dengan satu roda Alat (wadah) untuk

transport TBS ke TPH

7 Ganco Besi beton 3/8 inch dengan

panjang sesuai kebiasaan setempat

Memuat TBS ke angkong

8 Tojok Besi berbentuk seperti tombak Memuat TBS ke alat

transport 9 Alat Pelindung

Diri (APD)

Helm, sarung tangan, sarung dodos/egrek

Melindungi diri dari bahaya keselamatan kerja

Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

(45)

yang rendah. Unit transportasi yang disediakan untuk transportasi TBS yaitu sebanyak tiga angkutan untuk satu divisi. Alat transportasi yang digunakan yaitu DT Colt diesel dengan kapasitas angkut 7 ton/unit dan jenis DT Colt Diesel HINO kapasitas angkut yaitu 10 ton/unit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pengangkutan (trip) TBS membutuhkan waktu 2 jam dan setiap unit mampu mengangkut sebanyak 3 - 4 kali dalam satu hari.

Sistem premi dan denda. Tujuan dari penentuan premi panen yaitu memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang ditentukan (basis), merangsang pekerja untuk berupaya mencapai output di atas standar, mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah dan memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya.

Jenis premi yang ada pada kegiatan panen yatiu premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong yaitu premi yang diberikan kepada

pemanen apabila tonase janjang yang diperoleh pemanen sama dengan atau melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Basis yang ditentukan di TSE yaitu sebesar 1 300 kg tetapi untuk hari jumat yaitu 930 kg, pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 13 500.00 apabila mendapatkan hasil

panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang ditentukan. Premi lebih borong yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila jumlah tonase janjang panen yang diperoleh pemanen melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Premi untuk supervisi dihitung berdasarkan persentase terhadap total premi karyawannya. Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1. Perhitungannya sebagai berikut:

1. Mandor panen = jumlah premi pemanen

jumlah pemanen x 150% 2. Kerani cek sawit = jumlah premi pemanen

jumlah pemanen x 125%

3. Mandor 1 = jumlah premi mandor panen

jumlah mandor panen x 150%

(46)

disiplin panen agar munculnya budaya tertib kerja dan menerapkan asas keadilan dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan.

Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen wajib dilakukan secara up todate dan akurat dengan tujuan data-data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai bahan analisis dalam proses evaluasi kerja

Gambar

Tabel 4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate PT
Gambar 2. Pengendalian Gulma secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam
Tabel 7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate
Gambar 5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di  Collection Road, (B) Kegiatan Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik Mulching
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunukan bahwa (1) Pengungkapan CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (2) Profitabilitas sebagai variabel moderating mampu

siswa , Apersepsi : “ Siapa yang pernah mengikuti upacara bendera 17.. Agustus? Pernahkan tidak kalian mendengarkan teks proklamasi yang dibacakan oleh pembina

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas

Karya Pop-up pada lembar halaman 4 ini terfokus pada tengah halaman yakni tampilan bentuk Pop-up tiga dimensi rumah Mbok Rondo yang telah di kepung oleh prajurit Raja

Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan