• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam famili Aracaceae dan subkelas Monocotyledoneae. Tanaman ini merupakan tanaman monokotil, memiliki batang tumbuh lurus, berakar serabut serta memiliki bunga jantan dan bunga betina pada satu tanaman dengan tandan terpisah. Kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budidaya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 – 75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Batang kelapa sawit mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; serta dapat juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2010).

Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Pertumbuhan ke bawah dibatasi oleh permukaan air tanah, ke samping hampir sejajar dengan permukaan tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas. Akar kuartener (feed root) umumnya terkonsentrasi pada bagian tanah dimana kandungan bahan organik tinggi dan lengas tanah optimal. Lubis (1992) menyatakan bahwa, akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang panjangnya mencapai 15 cm.

Daun kelapa sawit adalah daun majemuk, terdiri atas pelepah dengan panjang antara 7 - 9 m. Kelapa sawit yang tumbuh normal jumlah pelepahnya bervariasi antara 40 - 60 buah. Pelepah tersusun menurut spiral dimana pelepah satu dengan lainnya terdapat susunan yang teratur yang dinamakan phylotaxis. Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Pada tanah yang subur, kuncup

cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat fotosintesis.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Meskipun dalam satu tanaman terdapat bunga betina dan bunga jantan namun muncul dan mekarnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit melaksanakan penyerbukan secara silang (cross polinated). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam inflorensen yang berbentuk spiral (Pahan, 2010).

Secara botani buah kelapa sawit terdiri dari exocarp (kulit), mesocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 kernel. Inti memiliki testa, endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2010). Buah terkumpul di dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1 600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 – 14 tandan per tahun dan berat setiap tandan sekitar 25 – 35 kg.

Ekofisiologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara – Selatan 120 pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air serta hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992). Pahan (2010) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakuan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial (Lubis, 1992).

Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yaitu 24 - 28 0C, terendah 18 0C dan tertinggi 32 0C. Kelembaban optimal yaitu 80 % dan penyinaran matahari 5 – 7 jam. Penyinaran matahari yang kurang dari 5 jam dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, gagalnya pembakaran dan rusaknya jalan karena lambat kering. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan yang

optimal adalah 0 - 400 m. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit, angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa sawit juga menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Jenis Potensi per ton

TBS (%) Manfaat

Janjang kosong 23.0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan

partikel, energi

Wet Decanter Solid 4.0 Pupuk, kompos, makanan ternak

Cangkang 6.5 Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut (fiber) 13.0 Energi, pulp kertas, papan partikel

Limbah cair 50.0 Pupuk, air irigasi

Air kondensat Air umpan boiler

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah Padat

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah padat seperti janjang kosong (JJK) atau disebut juga tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat (serabut) dan lain-lain yang pada umumnya lebih mudah untuk dikendalikan bahkan dapat dimanfaatkan (Lubis, 1992). Janjang kosong dapat dimanfaatkan untuk pupuk, karena limbah ini mempunyai fungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Persentase janjang kosong terhadap tandan buah segar (TBS) sekitar 20 % dan setiap ton

janjang kosong mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg Kieserite (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau proses mineralisai, unsur hara yang didapati pada JJK kembali ke dalam tanah. Potensi dan pemanfaatan JJK sebagai hara dalam suatu luasan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan

Kapasitas Pabrik

(ton/jam)* JJK (ton/tahun)**

Luasan yang dapat Diaplikasi JJK (ha/tahun) ***

30 31 200 780

45 46 800 1 170

60 62 800 1 560

Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari ** = 20 % TBS merupakan JJK

*** = dosis 40 ton JJK/ha

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Aplikasi janjang kosong sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum akan meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah. Peningkatan hara tanah ini diikuti dengan peningkatan tandan buah segar (TBS). Winarna et al. (2003) menambahkan bahwa secara ekonomis aplikasi JJK sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit dengan dosis 40 ton/ha/tahun yang dikombinasi dengan pemberian 60 % dari dosis pupuk N dan P standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS hingga 34 %. Janjang kosong akan hancur dan menyatu dengan tanah dalam jangka waktu 7 - 10 bulan. Selain dimanfaatkan sebagai mulsa, janjang kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan melalui pengomposan dan pupuk organik (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Salah satu kendala aplikasi JJK secara langsung adalah biaya transportasi per unit hara yang cukup tinggi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).

Limbah Cair

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang cukup merugikan bagi lingkungan. Proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan tiga macam limbah

cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon (hydrocyclone) 0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.67 ton (Lubis, 1992). Poeloengan dan Tobing (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air kondensat antara 15 – 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara 70 – 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 – 10 %. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal ± 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006).

Menurut Lubis (1992) pedoman atau parameter yang dipakai dalam pengolahan LCPKS adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxigen Demand (COD), Suspended Solid (SS), Total Solid (TS) dan Kemasaman (pH). BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik (mikroba) untuk merombak atau mengoksidasikan bahan organik secara biologis pada kondisi (suhu dan waktu) tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/l artinya jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik maupun anorgaik secara kimia. SS adalah bahan padatan (bahan organik) yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi rendahnya BOD dan COD. TS adalah total bahan padatan yang merupakan indikator daya serap air limbah terhadap udara (oksigen). pH adalah keasaman air atau limbah cair yang menentukan tingkat gangguan atau kehidupan dalam air.

Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik dan mineral cukup tinggi dengan Biological Oxygen Demand (BOD) sekitar 25 000 mg/l dan apabila dibuang langsung ke sungai atau perairan lainnya dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air dan tanah tempat pembuangannya dan selanjutnya akan menimbulkan pencemaran(Poeloengan dan Tobing, 2000).

Nilai Biological Oxigen Demand (BOD) yang masih tinggi menunjukkan bahwa dalam kolam penampungan limbah belum terjadi proses penguraian oleh mikroorganisme dan belum mengalami proses pengolahan limbah dalam suatu

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses pengolahan limbah tersebut dengan cara pemberian bakteri anaerob yang berfungsi untuk mereduksi BOD dan menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Kandungan BOD limbah dalam kolam outlet yang boleh dimanfaatkan untuk aplikasi lahan perkebunan kelapa sawit maksimum 5 000 mg/l. Nilai BOD yang terlalu rendah menyebabkan kandungan nutrisi limbah juga akan rendah, sehingga limbah yang dialirkan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja (Budianta, 2005).

Kualifikasi limbah cair yang digunakan dalam aplikasi adalah limbah dengan BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l. Limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit dengan tingkat BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Berbagai metode aplikasi limbah cair yang digunakan antara lain sistem sprinkle, flat bed atau teknik parit, long bed (teknik parit atau alur) dan traktor tangki. Teknik aplikasi limbah secara flat bed umum digunakan yaitu dengan mengalirkan limbah tersebut dari kolam limbah flat bed melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan parit sekunder (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Baku mutu limbah cair yang dapat diaplikasikan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair

No. Uraian Batasan Kepekatan

1 BOD (mg/l) < 3 500

2 Minyak dan lemak (mg/l) < 3 000

3 pH 6.0

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui land application dalam rangka meningkatkan kualitas lahan pertanian. Selain itu, limbah cair juga masih mengandung bahan organik (c-organik) yang sangat baik sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) (Banuwa, 2007).

Kandungan hara yang dimilki oleh limbah cair kelapa sawit merupakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu N, P, K, Ca dan Mg sehingga limbah cair tersebut mempunyai potensi sebagai sumber hara untuk tanaman yang dapat menggantikan fungsi pupuk konvensional yang telah biasa diberikan. Sutarta et al.

(2003) menjelaskan bahwa aplikasi limbah cair sebagai pupuk dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 16 – 60 % dibandingkan tanaman yang tidak diaplikasikan pupuk cair tersebut.

Limbah cair pabrik kelapa sawit mempunyai beberapa manfaat seperti yang dinyatakan oleh Widhiastuti et al. (2006) yaitu: dapat dijadikan pupuk karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran gulma penting pada perkebunan kelapa sawit, meningkatkan biodiversitas makrofauna dan mesofauna tanah dan meningkatkan total bakteri tanah namun menurunkan bakteri Enterobacteriaceae yang sering merupakan kelompok bakteri penyebab penyakit.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau mulai dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis dan manajerial baik di kebun maupun di kantor. Pada aspek teknis penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu dan bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di kebun. Pekerjaan yang diikuti selama menjadi KHL yaitu kegiatan penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan kegiatan pengelolaan limbah yaitu aplikasi JJK dan POME.

Kegiatan yang dilakukan pada aspek manajerial yaitu penulis diposisikan atau bekerja sebagai pendamping supervisi selama tiga minggu dan supervisi yang diikuti diantaranya mandor 1, mandor pupuk, mandor semprot, mandor aplikasi limbah cair, mandor aplikasi JJK, mandor perawatan, mandor panen, kerani cek sawit, kerani keliling dan kerani divisi. Selain menjadi pendamping supervisi pada kegiatan aspek manajerial penulis juga diposisikan sebagai pendamping asisten selama enam minggu.

Kegiatan aspek teknis dan manajerial yang diikuti disesuaikan dengan jadwal kebutuhan yang ada di kebun serta disetujui oleh pihak kebun. Selain melakukan kegiatan aspek manajerial yang ada, penulis juga melakukan kegiatan pengamatan terhadap aspek khusus di lapangan serta pengumpulan data. Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang ini yaitu pengelolaan limbah kelapa sawit hasil dari pengolahan TBS kelapa sawit yang dilakukan perusahaan. Kegiatan yang dipelajari yaitu seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit. Rincian kegiatan magang dicatat dalam jurnal harian magang yang disajikan pada yang Lampiran 1, 2 dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan diperoleh melalui hasil diskusi atau wawancara dengan pegawai, mandor dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester, serta tahunan), data perusahaan dan arsip perusahaan.

Data sekunder terdiri dari pengambilan data jumlah/bobot janjang kosong yang dihasilkan setiap bulan, kapasitas limbah yang dihasilkan pabrik, organisasi pengelolaan limbah, kualitas limbah cair (kandungan BOD, COD, TSS, kandungan minyak dan lemak, nitrogen total, pH), data perolehan produksi tanaman pada blok yang diaplikasikan limbah dan blok kontrol selama empat tahun terakhir, data hasil analisis status hara daun tanaman kelapa sawit pada blok aplikasi limbah dan blok kontrol dan data hasil analisis kualitas air sumur pantau yang berada di sekitar lahan aplikasi limbah serta kualitas air sungai hulu dan hilir sungai yang ada di dekat pabrik. Data pendukung lainnya yaitu sejarah dan perkembangan kebun, letak geografis, keadaan iklim, keadaan tanah, luas areal dan tata guna lahan, data curah hujan, data kondisi pertanaman, serta struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan limbah yaitu:

Pengamatan limbah padat kelapa sawit (Janjang Kosong) 1. Jumlah dan distribusi limbah janjang kosong di lahan

Mengamati secara langsung jumlah serta alur distribusi limbah janjang kosong yang dihasilkan sampai diaplikasikan ke lahan.

2. Dosis dan cara aplikasi janjang kosong di lahan

Mengamati secara langsung dosis dan cara aplikasi janjang kosong yang dipakai untuk setiap satuan tanaman kelapa sawit maupun untuk luasan dalam hektar (ha).

3. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan janjang kosong di lahan

Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan janjang kosong di lahan. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

Pengamatan limbah cair kelapa sawit 1. Jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik

Pengamatan secara langsung jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan limbah cair kelapa sawit.

2. Jumlah dan kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair

Pengamatan terhadap jumlah kolam penampungan yang digunakan serta kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair yang ada di pabrik.

3. Jumlah dan distribusi limbah cair yang diaplikasikan di lahan

Mengamati dan mencatat secara langsung di kebun yaitu jumlah serta alur distribusi limbah cair yang dihasilkan serta proses pengolahannya sampai diaplikasikan ke lahan.

4. Dosis dan cara aplikasi limbah cair di lahan

Mengamati dan mencatat secara langsung dosis dan cara aplikasi limbah yang dipakai untuk luasan dalam hektar (ha).

5. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah cair di lahan

Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan limbah cair di lahan kelapa sawit. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah dan kontrol dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis t-student. Jumlah blok sebagai ulangan diambil masing-masing tiga blok (tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan kontrol). Rumus uji hipotesis t-student (Walpole, 1993):

= ( x -x ) s ² n + s ² n2 Keterangan :

x = rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi) x = rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol pengamatan 1 & 2 s = standart deviasi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

s = standart deviasi kelompok kontrol n = jumlah pengamatan (ulangan)

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel pada taraf 5 % dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel pada taraf 5 %. Data dan informasi lainnya akan dianalisis dengan penggunaan rata-rata, persentase dan dianalisis secara deskriptif.

KEADAAN UMUM

Sejarah dan Perkembangan Kebun

Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh PT Aneka Intipersada (PT AIP) di bawah PT Minamas Plantation dan merupakan bagian dari Sime Darby Group. PT Aneka Intipersada merupakan suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989 dengan tujuan utama untuk usaha di bidang pertanian dan pekebunan. PT Aneka Intipersada membangun suatu perkebunan kelapa sawit sebagai konversi dari hutan sekunder dengan luas kurang lebih 12 000 ha di atas cadangan lahan seluas 15 000 ha. PT AIP terdiri dari tiga kebun yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang Estate (PSE). Penanaman kelapa sawit pada areal tersebut dimulai sejak tahun 1989. PT Aneka Intipersada dilengkapi dengan satu unit pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang dibangun pada tahun 1999 dan beroperasi tahun 2000 serta kapasitas olah 45 ton/jam.

Letak Wilayah Administratif

Teluk Siak Estate berada di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Secara geografis wilayah perkebunan Teluk Siak terletak antara 1052’30” LS – 204’25” LS dan 103019’45” LU - 103027’57” LU dengan batas wilayah: sebelah barat berbatasan dengan PT SIR Surya Dumay Grup, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib, sebelah selatan berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate PT Aneka Intipersada dan sebelah timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate PT Aneka Intipersada. Peta areal Teluk Siak Estate disajikan pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di Teluk Siak Estate curah hujan tahunan berdasarkan periode 2007/2008 – 2011/2012 terendah 2 048 mm dan tertinggi 2 743 mm, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 420.4 mm. Total hari hujan selama periode 2007/2008 – 2011/2012 berkisar antara 143 - 168 hari/tahun dan rata-ratanya

153.8 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 20 – 35 0C, kelembaban udara rata-rata 80 % dan lama penyinaran 12 - 13 jam/hari. Data hari hujan dan curah hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau, periode 2007/2008-2011/2012 disajikan pada Lampiran 5.

TSE mempunyai dua jenis yaitu tanah mineral dan gambut yang tersebar di seluruh divisi. Jenis tanah pada areal TSE adalah tanah ultisol yang berasal dari bahan induk tanah alluvial dengan tekstur tanah liat berpasir atau disebut juga sandy clay. Ketinggian tanah yaitu 10 - 100 m dpl dan mempunyai tiga jenis topografi tanah yaitu datar (level) kemiringan 0 – 4 % atau 0 – 20, bergelombang (undulating) kemiringan 4 – 12 % atau 2 – 60 dan berbukit (rolling) kemiringan 12 – 24 % atau 6 – 120.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal pekebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate memiliki luas total berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 3 321.20 ha dengan luas lahan yang diusahakan yaitu sebesar 3 116.98 ha dan luas lahan yang mungkin bisa ditanam sebesar 204.22 ha. Teluk Siak Estate memiliki tiga divisi yang terdiri dari Divisi I dengan luas luas 1 063.16 ha, Divisi II dengan luas 1 116.68 ha dan Divisi III dengan 1 141.36 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate adalah varietas Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Guthrie, Lonsum dan Rispa. Tanaman yang ada di TSE terdiri dari 12 tahun tanam yaitu tahun 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2008 dan 2011. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 tanaman (pokok).

Berdasarkan kondisi di lapangan populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 136 pokok. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur dan sebagainya.

Produksi, produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Lima Tahun Terakhir

Tahun Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas (ton/ha) BJR (kg/tandan) Jumlah TBS (tandan) Bobot TBS (ton) 2006/2007 2 698 4 133 699 47 774 280 17.71 11.58 2007/2008 2 725 4 099 015 53 120 400 19.49 12.96 2008/2009 2 725 3 489 552 48 977 990 17.97 14.04 2009/2010 2 725 3 184 489 47 210 270 17.32 14.83 2010/2011 2 822 3 425 446 53 577 460 18.98 15.64

Sumber : Kantor Besar TSE (2012)

Dokumen terkait