• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG,

PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA

SELATAN

OLEH EKY PERDANA

A24052775

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

 

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG,

PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA

SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh Eky Perdana

A24052775

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(3)

 

RINGKASAN

EKY PERDANA. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas

Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI).

Magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis lapangan dan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata. Pada kegiatan magang ini, penulis

mengambil aspek pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengelolaan gulma. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 12 Februari hingga 12 Juni 2009 bertempat di Kebun Bukit Pinang (Bukit Pinang Estate, BPE) milik PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Metode magang dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian, pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Data dan informasi pendukung didapatkan melalui kegiatan lapangan dan arsip kebun.

Pengendalian gulma di BPE merupakan kegiatan pemeliharaan utama karena keberhasilan pengendalian mempengaruhi kualitas operasional dan pekerjaan lainnya, seperti keefektifan aplikasi pemupukan, panen dan

pengawasan. Pengendalian gulma di BPE dilakukan pada piringan dan gawangan. Teknis pengendalian gulma di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara manual yaitu gawangan manual meliputi : babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel anak kayu (DAK), dan piringan manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara kimia yaitu gawangan kimia, piringan kimia, dan semprot lalang.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma di BPE adalah faktor iklim, kondisi lapangan, kesiapan dan ketepatan alat dan bahan, dan tenaga semprot yang terampil. Pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan terhadap gawangan, piringan, jalan rintis, dan TPH akan menekan kehilangan hasil serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

(4)

 

Judul : PENGENDALIAAN GULMA KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Nama Mahasiswa : Eky Perdana

NRP : A24052775

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc NIP. 19610218 198403 1 002

(5)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1987 di Bandung, Jawa Barat, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rokhani dengan Ibu Yuhani.

Pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di

SD Negeri No. 334/I Kecamatan Mestong, Kabupaten Batang Hari, Propinsi

Jambi. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SLPTN 12 Muaro Jambi

Kecamatan Mestong,Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi dan lulus pada

tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan SMA Titian Teras Jambi, Pijoan, Kota Jambi, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada program sarjana melalui SPMB. Pada satu tahun berikutnya, tepatnya bulan Agustus 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa : Tahun 2005/2006 sebagai anggota DKM Al-huriyyah IPB dan BEM TPB-42 IPB, Tahun 2006/2007 sebagai anggota Div. PSDM Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB dan FKRD_A, Tahun 2007/2008 sebagai Ketua Biro Aplikasi Pertanian BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Faperta IPB dan Bindes (Bina Desa) BEM KM (Keluarga Mahasiswa) IPB. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus, seperti Himaja (Himpunan Mahasiswa Jambi) dan IATT (Ikatan Alumni Titian Teras).

(6)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan :

1. Ayahanda Rokhani, Ibunda Yuhani, Adinda Cevy Alvian dan Feliska

Ratmalia yang memberikan dukungan dan biaya selama pendidikan.

2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan Ir. Adolf

Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini.

3. Dwi Guntoro, SP, MSi dan Dr. Herdhata Agusta selaku dosen penguji yang

memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Direksi Minamas Plantation yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan kegiatan magang, Prianto Simanjuntak selaku pembimbing lapangan yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis selama kegiatan magang, serta seluruh staf dan karyawan PT Bina Sains Cemerlang yang memberikan arahan teknis lapangan.

5. Windaku tersayang yang telah memberikan atas dukungan, perhatian, do’a,

kesabaran, dan pengorbanan, teman seperjuangan (Mery, Rina “Imbaz”, dan Malya), Tim Magang Minamas IPB’09 (Gerry, Hulman, Anton, Esther, dan Riza) serta AGH’42, Budak Wisma Andalas (Eko, Deddy, Irzal “Ozy”, Hery “Esbe”, Wardi, Redoyan, Januar, dan Aziz) atas kenangan yang tak terlupakan, dan Hendrawan Syafrie, S.Pi atas semangat dan dukungannya.

(7)

 

(8)

  DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 METODE MAGANG 3

Waktu dan Tempat 3

Metode Pelaksanaan 3

Pengamatan dan Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 6

Letak Geografis dan Administratif 6

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 39

Kondisi dan Jenis Gulma 39

Aplikasi Herbisida 42

Rotasi dan Prestasi Kerja 45

Organisasi Penyemprotan 45

Teknik Pengendalian Gulma 47

Semprot VOPs 48

(9)

 

Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian Gulma... 54

KESIMPULAN DAN SARAN 55

Kesimpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

(10)

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perlakuan, Bahan Aktif, Waktu, dan Aplikasi Semprot VOPs 5

2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bukit Pinang Estate 8

3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate 9

4. Rencana (Budget) dan Realisasi (Actual) Produksi TBS di Bukit

Pinang Estate (Januari - Mei 2009) 9

5. Jenis dan Dosis Pemupukan Sesuai Rekomendasi Riset... 21

6. Kriteria Kematangan Buah 27

7. Deskripsi Alat-alat Panen 28

8. Ketentuan Siap Borong dan Premi Panen di Bukit Pinang Estate 29

9. Penentuan Sanksi dan Denda Pemanen 29

10. Informasi Warna Peta Keadaan Jalan 34

11. Batas Toleransi Kriteria Grading di PT Bina Sains Cemerlang 37

12. Nilai Kerapatan, Berat Kering, dan Frekuensi Gulma pada

Blok F33 (Divisi III BPE) 40

13. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) pada Blok F33 (Divisi III BPE) 41

14. Hasil Pengamatan Waktu Timbul Gejala Kerusakan/Toksisitas 49

15. Hasil Pengamatan Gejala Kerusakan pada 2 MSA 50

(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu (BTP) 13

2. Alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer) 15

3. Skema Pengamatan Sensus Hama 17

4. Beneficial Plant di Bukit Pinang Estate 19

5. Untilan Pupuk Urea 20

6. Alat Berat di Bukit Pinang Estate 24

7. Konservasi Tanah dan Air di Bukit Pinang Estate 25

8. Pengangkutan TBS Sistem Pok dan Brondolan 30

9. Tim Semprot Bukit Pinang Estate 46

10. Sistem Pengancakan Penyemprotan 46

(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian 58

2. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor 60

3. Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten Divisi 61

4. Peta Posisi Kebun di Propinsi Sumatera Selatan 62

5. Peta HGU PT Bina Sains Cemerlang 63

6. Peta Bukit Pinang Estate 64

7. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi

Sumatera Selatan(1999-2008) 65

8. Asal Bibit Tanaman 66

9. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bukit Pinang Estate 67

10. Panduan Penyusunan Budget Pengendalian Gulma di Perkebunan

Minamas Plantation 68

11. Peta Kondisi Kerapatan Gulma pada Gawangan BPE 69

12. Rekapitulasi Luasan dan Biaya Pengendalian Gulma Bukit Pinang

Estate Bulan Januari – Mei 2009 70

(13)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105 808 ha dengan produksi 167 669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).

Minyak nabati adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh tanaman ini dengan kandungan rendah kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm

Kernel Oil (PKO). CPO ini memiliki ciri minyak yang berwarna kuning, sedangkan PKO

mempunyai karakteristik minyak yang tidak berwarna. Tanaman kelapa sawit ini memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat digunakan pada industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, dan kosmetik. Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui. Masalah guma pada perkebunan tanaman tahunan berbeda dengan perkebunan tanaman semusim. Hal ini disebabkan oleh faktor waktu yang terbatas, tenaga kerja, dan biaya untuk pengendaliannya.

Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya Hakim (2007) menambahkan, kelapa sawit mempunyai masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah jarak tanam tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh

(14)

 

kanopi lambat membuat cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi gulma.

Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu.

Kegiatan pemeliharaan berperan penting dalam upaya peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Oleh karena itu, aspek ini menjadi topik minat penulis sebagai bahan kajian tugas akhir dalam bentuk kegiatan magang Program Sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah :

1. meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan melaksanakan kegiatan sesuai tahapan yang ada di lokasi magang,

2. meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

1. meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengelolaan gulma perkebunan kelapa sawit,

2. mempelajari permasalahan dan upaya pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit,

3. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit.

(15)

 

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 12 Februari hingga 12 Juni 2009 bertempat di Kebun Bukit Pinang (Bukit Pinang Estate, BPE), PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, tepatnya di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan.

Metode Pelaksanaan

Magang dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan. Selama magang, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis lapangan atas izin asisten divisi sebagai pembimbing lapang, serta wawancara dan diskusi mengenai aspek pengelolaan kebun, khususnya aspek budidaya tanaman kelapa sawit. Metode lainnya yang dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta izin kepada manajer kebun.

Penulis selama magang mempelajari keterampilan teknis dan manajemen. Pada pelaksanaan kegiatan magang, penulis melakukan kegiatan teknis yang dilakukan karyawan harian selama dua bulan yaitu bekerja di lapang bersama-sama dengan tenaga kerja harian sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan yang ada. Satu bulan berikutnya, penulis sebagai pendamping mandor/mandor I yaitu mengawasi karyawan/mandor dan administrasi tingkat mandor dan sebagai pendamping asisten divisi selama satu bulan terakhir dengan melakukan fungsi manajemen tingkat afdeling. Perincian kegiatan magang dicatat dalam Jurnal Harian Magang (Lampiran 1, 2, dan 3). Metode pelaksanaan magang yang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan teknis di lapangan

Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program kebun yang ada, meliputi kegiatan pemeliharaan (perawatan) dan produksi pada tahap tanaman menghasilkan. Kegiatan tersebut meliputi : pengendalian gulma,

(16)

 

pengendalian hama, pemupukan, thinning out, rawat jalan, konservasi dan

pengawetan tanah , penunasan, potong buah (panen) dan transportasi TBS.

2. Pengambilan data primer

Aspek-aspek yang diamati adalah aspek pemeliharaan tanaman menghasilkan dengan pengamatan lebih khusus pada pengendalian gulma (secara kimia dan

manual) meliputi : bahan dan alat yang digunakan, safety health, dosis,

konsentrasi dan kalibrasi bahan kimia (herbisida), rotasi perkerjaan pengendalian gulma, teknis pengendalian gulma, pengelolaan bahan kimia/herbisida (mulai penentuan herbisida berdasarkan gulma dominan di lapangan, lalu menghitung kebutuhan berdasarkan intensitas tingkat serangan serta luasan semprot dan dosis, kemudian pembuatan bon permintaan barang,), efikasi yang ditimbulkan, serta norma kerja (standar kerja) yang berlaku di BPE.

3. Pengambilan data sekunder

Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma baku kerja (standar kerja) di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun.

Penentuan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi) dilakukan dengan metode analisis yang paling sederhana dan sering digunakan yaitu metode kuadrat. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan yang dianalisis vegetasi gulmanya yaitu pada blok F33. Petak contoh tersebut diambil secara acak dengan cara melempar kuadrat (50 cm x 50 cm). Petak contoh diambil pada blok F33 baris ke-2 dan ke-3 sebanyak 5 petak contoh yang diharapkan dapat mewakili populasi gulma yang ada di blok F33. Selanjutnya dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada petak contoh. Hal ini digunakan untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang dipanen yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies. Kerapatan ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak contoh. Frekunsi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat spesies tersebut. penentuan berat kering biomassa gulma

(17)

 

dilakukan penulis dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dikeringanginkan selama 3 hari.

Semprot VOPs dilakukan pada blok F33 dan G33, dengan rincian kegiatan yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan, Bahan Aktif, Waktu, dan Aplikasi Semprot VOPs

Perlakuan Bahan Aktif UL Tempat Waktu Konsentrasi (%)

A

Triklopir 1 Blok F33, baris ke-4 25-Apr-09 0.2* Triklopir 2 Blok F33, baris ke-5 25-Apr-09 0.2* B

Triklopir + Perekat 1 Blok F33, baris ke-6 25-Apr-09 0.2 + 0.47* Triklopir + Perekat 2 Blok F33, baris ke-7 25-Apr-09 0.2 + 0.47* C

Triklopir + Metil Metsulfuron 1 Blok F33, baris ke-8 25-Apr-09 0.13 + 0.33* Triklopir + Metil Metsulfuron 2 Blok F33, baris ke-9 25-Apr-09 0.13 + 0.33* D

Triklopir + Garam 1 Blok F33, baris ke-10 05-Mei-09 0.27 + 0.4* Triklopir + Garam 2 Blok F33, baris ke-11 05-Mei-09 0.27 + 0.4* E

Triklopir + Glifosat 1 Blok G33, baris ke-5 06-Mei-09 0.47 + 1.33* Triklopir + Glifosat 2 Blok G33, baris ke-6 06-Mei-09 0.47 + 1.33* F

Glifosat 1 Blok G33, baris ke-8 30-Mei-09 5** Glifosat 2 Blok G33, baris ke-9 30-Mei-09 5**

Keterangan : *) = Aplikasi 15 liter dengan knapsack sprayer **) = Aplikasi 2 liter dengan knapsack sprayer

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari inventarirasi gulma pada blok F33 (Divisi III BPE) dengan mengambil 5 petak contoh dan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma, sedangkan semprot VOPs (kentosan) dilakukan dengan pengamatan terhadap gejala kerusakan yang ditimbulkan. Jumlah kentosan yang diamati sebanyak 20 contoh per ulangan perlakuan, kemudian diamati gejala kerusakan contoh pada 1 – 4 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Data lain diperoleh dengan mengikuti kegiatan langsung serta melakukan diskusi dan wawancara dengan pembimbing lapang. Data sekunder diperoleh

(18)

 

dari data yang dimiliki perusahaan serta informasi lainnya yang diambil dari beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan data pengamatan petak contoh menggunakan analisis vegetasi gulma metode kuadrat untuk NJD (Nisbah Jumlah Dominansi), sedangkan analisis deskriptif hasil pengamatan untuk semprot VOPs (kentosan). Informasi didapatkan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun, serta studi pustaka.

(19)

 

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Pinang Estate (SPE), Bukit Pinang Estate (BPE) dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing unit melaksanakan kegiatan operasional dengan manajemen yang terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan yaitu PT Minamas Plantation.

Pada awalnya PT Bina Sains Cemerlang memiliki nama PT Bina Sains Corporation yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari Kumpulan Guthrie Berhard (KGB) yang merupakan perusahaan perkebunan swasta Malaysia. Pada saat perpindahan manajemen masih terdiri dua unit usaha, kebun dan pabrik. Pada tahun 2003, manajemen PT Minamas Plantation membagi dua unit usaha kebun, yaitu Sungai SPE dan BPE. Selanjutnya KGB menjadi anggota Kumpulan Pengusaha Malaysia yang bernama Sime Darby pada akhir tahun 2007 hingga kini.

Letak Geografis dan Administratif

BPE merupakan salah satu kebun dari tiga unit usaha yang dimiliki oleh PT Bina Sains Cemerlang. PT Bina Sains Cemerlang merupakan anak perusahaan Minamas Plantation di daerah Sumatera Selatan. Secara administratif, BPE terletak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas terletak pada posisi 2o20’00”-3º38’00”LS dan 102o07’00” -103º40’10” BT. Batas-batas areal BPE adalah sebelah utara berbatasan Desa Air Baluy, sebelah selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP V, sebelah barat berbatasan dengan SPE, dan sebelah timur berbatasan dengan PT Pinago Utama.

Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang, BPE bisa dilalui jalur darat dan udara. Jalur darat menuju tujuan pemberhentian bis terdekat di Lubuk Linggau dengan lama perjalanan ± 25 jam dari Bogor. Selanjutnya, menggunakan angkutan umum (nama angkutan daerah bernama “Taksi”) menuju kebun sekitar 2 jam. Jalur udara

(20)

 

menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (Sumatera Selatan), dilanjutkan menggunakan travel/bis menuju kebun dengan lama perjalanan 6-7 jam. Sebelum memasuki kebun harus melalui angkutan transpotasi air yaitu ponton (sejenis rakit bertenaga diesel). Waktu yang diperlukan 1 jam dari ponton menuju kebun. Peta lokasi tempat magang dapat dilihat pada peta posisi kebun di Peta Propinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Lampiran 4, Peta HGU PT Bina Sains Cemerlang pada Lampiran 5, dan Peta Bukit Pinang Estate pada Lampiran 6.

Keadaan Iklim dan Tanah

BPE memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87% dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61.9 %. Temperatur maksimum 32.9 0C dan temperatur minimum 19.6 0C. Curah hujan cukup tinggi, yaitu 2 615.3 mm dan 150.9 hari hujan per tahun. Menurut klasifikasi Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A. Hal ini terperinci pada Lampiran 7.

Secara umum tofografi BPE adalah tanah miring sampai sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7 %), agak miring 581 ha (18 %), tanah miring 1 486 ha (47 %), dan sangat miring 889 ha (28 %). Tipe tanah adalah tanah mineral Podsolik.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

BPE memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) total 3 354 ha. Rincian luasan areal yang ditanami kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 3 176 ha, tanpa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), lahan yang belum dikerjakan 95 ha untuk TB (Tanaman Baru) dan areal prasarana pendukung seluas 83 ha. TM yang berada di tiga divisi, yaitu Divisi I seluas 1 017 ha, Divisi II seluas 1 086 ha dan Divisi III seluas 1 073 ha. Luas areal dan tata guna lahan BPE dapat dilihat pada Tabel 2.

(21)

 

Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bukit Pinang Estate

Uraian Luas (ha)

I. Areal yang diusahakan

A. Areal yang ditanam

1. Tanaman Menghasilkan (TM) - Tahun Tanam 1992 244 - Tahun Tanam 1993 1 214 - Tahun Tanam 1996 487 - Tahun Tanam 1997 276 - Tahun Tanam 1998 686 - Tahun Tanam 2000 269 Sub Total TM 3 176 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 0 Sub Total TBM 0 3. Tanaman Baru (TB) -

Total areal yang ditanam 3 176 B. Pembukaan Lahan (LC)

- Sedang dikerjakan -

- Belum dikerjakan 95

Total LC + TB 95 Total areal yang ditanam + LC 3 271

C. Pembibitan -

D. Pabrik -

E. Areal prasarana

(22)

 

2. Jalan dan jembatan 71 3. Lain-lain -

Total areal prasarana 83

F. Lembah/sungai/parit (kuburan) - II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan

E. Cadangan -

F. Okupasi -

Total Areal II 0

Grand Total 3 354

Sumber : Kantor Besar BPE (Mei,2009)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Sumber bibit tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh BPE berasal dari produsen benih yang berkualitas, seperti : Pusat Penelitian Kelapa Sawit /Marihat (pada tahun tanam (TT) 1993 dan 2000), Socfindo (pada TT 1992, 1996, 1997, 1998), Lonsum (pada TT 1993 dan 1998) dan GPI (pada TT 2000). Asal bibit tersebut lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh BPE telah mencapai tahap TM karena umur tanaman yang paling muda adalah TT 2000 dan populasi kelapa sawit per tahun tanam di BPE disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate

Tahun Tanam

Div. I Div. II Div. III

Total Luas (ha) Luas (ha) Jmh pkk/ha Luas (ha) Jmh pkk/ha Luas (ha) Jmh pkk/ha 1992 64 134 180 130 0 0 244 1993 203 119 601 133 410 133 1 214

(23)

  1996 337 123 0 0 150 133 487 1997 0 0 0 0 276 128 276 1998 269 133 196 136 221 129 686 2000 144 137 109 137 16 121 269 Total 1 017 1 086 1 073 3 176

Sumber : Kantor Besar BPE (Mei, 2009)

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari bulan Januari hingga Maret 2009 lebih tinggi daripada budget (rencana/target) yang harus dihasilkan sesuai hasil sensus buah pada semester sebelumnya. Namun, mulai bulan April dan Mei 2009 tampak penurunan dalam pencapaian budget hingga produksi TBS sekitar 91%. Hal ini disebabkan oleh persen kematangan buah rendah pada saat itu atau sering dikenal sebagai “masa trek”.

Rencana (budget) dan realisasi (actual) produksi TBS dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rencana (Budget) dan Realisasi (Actual) Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari - Mei 2009)

Bulan Budget Actual Pencapaian Budget

…………(kg).…...…. ……(%)…… Januari 3 455 240 6 193 317 179.3 Febuari 2 535 540 4 335 322 170.9 Maret 2 988 460 4 335 322 161.2 April 3 668 490 3 353 322 91.4 Mei 4 752 490 4 335 321 91.2

Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) tahunan BPE menunjukkan hasil yang baik dan meningkat setiap tahunnya. Produksi TBS di BPE secara berturut-turut : 46 650 ton/tahun (2003/2004), 51 775 ton/tahun (2004/2005), 50 028 ton/tahun (2005/2006), 49 602 ton/tahun (2006/2007), dan 61 929 ton/tahun (2007/2008). Pada periode 2006/2007

(24)

 

terjadi masa trek di beberapa bulan, sehingga produksi menurun, tetapi hal ini tertutupi oleh ledakan produksi TBS pada periode berikutnya.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pimpinan tertinggi di BPE adalah Estate Manager (EM). Dalam melaksanakan tugas sebagai EM BPE dibantu oleh seorang senior asisten (asisten kepala), tiga asisten divisi dan seorang Kepala Administrasi (Kasie). EM memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengkoordinir kebun yang berada di bawah pengawasannya serta mengambil keputusan dalam kegiatan operasional.

Senior asisten disebut juga dengan asisten kepala (Askep). Saat ini BPE tidak memiliki senior asisten. Senior asisten bertugas untuk mengelola traksi (bersama Asisten Divisi I), klinik (bersama Asisten Divisi II dan III), pamswakarsa, dan gudang (bersama Kasie) dan mengkoordinir para asisten divisi/afdeling. Maka dengan kekosongan ini, peran Askep saat ini dipegang langsung oleh EM.

Asisten divisi/afdeling adalah orang yang bertanggungjawab atas semua kegiatan di divisi/afdeling yang dipimpinnya. Asisten divisi bertanggungjawab langsung kepada EM. Asisten divisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor dan kerani.

Kepala administrasi (Kasie) adalah orang yang bertanggungjawab mengelola segala kegiatan administrasi di kebun. Kasie juga bertugas mengelola gudang bersama EM. Kasie membawahi para karyawan kantor besar.

Tenaga kerja di BPE dibagi menjadi dua, yaitu: karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Karyawan non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) di bagi dua berdasarkan sistem pengupahan karyawan yaitu : Bulanan (SKU-B) dan Harian (SKU-H). Struktur organisasi dan ketenagakerjaan BPE ditampilkan pada Lampiran 9.

Sistem pengupahan karyawan di BPE tergantung pada status dan golongannya. Karyawan tetap (SKU) mendapatkan gaji selama satu bulan sebanyak dua kali, yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan sebesar Rp 50 000 sebagai pinjaman ditambah dengan premi selama setengah bulan gajian, dan gaji besar yaitu pembagian gaji pokok yang telah dipotong pinjaman. Bagi Buruh Harian Lepas (BHL) hanya sekali mendapat gajian pada akhir bulan sesuai hasil yang didapatkannya. BPE menggunakan tenaga kerja

(25)

 

BHL untuk jenis pekerjaan pengutipan brondolan (pembrondol) dan BTP (babat tanaman pengganggu).

(26)

 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penulis terdiri dari dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian yang melakukan kegiatan teknis di lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis sebagai tenaga supervisi/mandor dalam mempelajari manajerial dan administrasi kebun. Penulis dalam melakukan kegiatan di kebun, dibimbing oleh asisten divisi, mandor I, dan mandor.

Aspek Teknis

Pada aspek teknis, penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian. Karyawan mulai bergerak menuju lapangan roll pagi pada pukul 06.00 WIB untuk menerima arahan kerja dari mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian bersangkutan. Asisten divisi memimpin roll pagi dimulai dari pukul 05.45-06.00 WIB dan memberikan arahan kerja pada hari itu kepada mandor-mandor dan supervisor (kerani buah dan kerani kantor) untuk disampaikan ke karyawan atau berupa evaluasi pekerjaan kemarin dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Pada pukul 06.15-06.30 WIB, mandor-mandor melakukan roll pagi terhadap karyawan bawahannya sesuai dengan instruksi asisten divisi. Kemudian pukul 06.30-07.00 WIB dilakukan mobilisasi karyawan ke blok-blok target dengan menggunakan dump truck atau tractor. Jenis pekerjaan penulis yang dilakukan pada aspek teknis meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama, thinning out, pemupukan, rawat jalan, konservasi dan konservasi tanah , penunasan, potong buah (panen), dan transportasi TBS.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan yang utama di BPE. Hal ini dikarenakan pengendalian gulma memperlancar kegiatan operasional kebun lainnya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Pengendalian gulma di BPE diarahkan pada areal TM.

(27)

 

Secara umum, pengendalian gulma di BPE dilakukan pada piringan dan gawangan, sedangkan teknis pengendalian gulma dilakukan secara manual (gawangan manual dan piringan manual) dan kimia (gawangan kimia, piringan kimia dan semprot lalang). Pelaksanaan seluruh kegiatan pengendalian gulma di BPE sesuai dengan panduan penyusunan budget pengendalian gulma di Perkebunan Minamas Plantation pada Lampiran 10.

Gawangan adalah tempat/jalur di antara dua barisan tanaman kelapa sawit. Gawangan terdiri dari gawangan “pasar pikul” dan gawangan mati. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah mengurangi kompetisi unsur hara dan air, memudahkan kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya, dan menekan tanaman inang hama. Pemeliharaan gawangan di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Rotasi pemeliharaan gawangan dalam satu tahun pada TM adalah satu kali secara manual dan tiga kali secara kimia. Pemeliharaan gawangan dibagi dalam dua jenis pekerjaan, yaitu gawangan manual dan kimia.

Gawangan manual adalah kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma berkayu. Gawangan manual meliputi babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel anak kayu (DAK). Gawangan manual memerlukan cados, parang, dan batu asah. Teknis pelaksanaan gawangan manual dengan cara membabat gulma berkayu. Sasaran gulma berkayu adalah Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (haredong), kentosan (anakan sawit liar), Lantana camara (tahi ayam) dan Melastoma malabathricum

(senduduk). Standar kerja gawangan manual di BPE adalah 0.5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 0.47 ha/HK selama dua hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 0.53 ha/HK. Kegiatan babat tanaman pengganggu (BTP) disajikan pada Gambar 1.

(28)

 

Gambar 1. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu (BTP)

Gawangan kimia merupakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida) terhadap gulma yang berada di gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput-rumput dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi, seperti pakis kinta (Nephrolepis biserrata) di gawangan TM masih ditoleransi. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang merugikan. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer bermerek “Solo” bernozel kuning atau merah sesuai keadaan gulma. Herbisida yang digunakan adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan konsentrasi 0.016 % dan dicampur dengan Gramoxonedengan bahan aktif Diklorida Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 2.33 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 2.53 ha/HK.

Teknis pelaksanaan menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran, mudah dibawa, dan tepat dosis. Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk pada gawangan kimia yaitu terlebih dahulu memasukkan Metafuron 20 WP sebanyak 250 gram ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 2.5 liter air, kemudian ditambahkan Gramoxone sebanyak 3 liter dan larutkan dengan air sebanyak 3.7 liter. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap dengan alat semprot knapsack sprayer bervolume 15 liter.

Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan beberapa sarana yang penting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan. Jalan rintis berfungsi sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktifitas operasional lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Sarana tersebut memerlukan pemeliharaan berkesinambungan agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Kondisi piringan, pasar rintis, dan TPH yang tidak terawat (ditumbuhi gulma) menjadi salah satu penyebab penurunan output (hasil panen) dan sumber kontaminasi. Kondisi tersebut juga menyebabkan permasalahan lainnya seperti kehilangan hasil

(losses) yang tinggi dan kualitas buah menjadi rendah akibat aspek kebersihan tidak

(29)

 

jalan rintis, dan TPH di BPE terdiri dari dua metode pemeliharaan, yaitu manual dan kimia.

Pengendalian gulma dengan piringan manual merupakan pembebasan secara menyeluruh dan bersih terhadap gulma yang berada pada piringan. Piringan manual ini menggunakan garuk yang terbuat dari besi, tetapi cados, parang dan batu asah tetap dibawa demi kemudahan pekerjaan. Teknis pelaksanaan piringan manual dengan babat merah atau digaruk dengan lebar jari-jari 2 meter (lebar jari-jari piringan TM). Standar kerja piringan manual di BPE adalah 0.2 ha/HK.

Pemeliharaan piringan, jalan rintis, dan TPH menggunakan alat semprot MHS

(micron herbi sprayer), bervolume 5 liter, dan bernozel orange (lihat Gambar 2). Tujuan

pengendalian rumput di piringan adalah mengurangi kompetisi unsur hara, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok, untuk memudahkan kontrol pemupukan dan memudahkan pengutipan brondolan. Piringan kimia menggunakan herbisida Prima Up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 4 % dan dicampur herbisida Starane 200 EC dengan bahan aktifFloroksipir dengan konsentrasi 1 %. Standar kerja di BPE adalah 5 ha/HK untuk piringan kimia. Prestasi kerja penulis rata-rata 3.15 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 3.35 ha/HK.

(30)

 

Gambar 2. Alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer)

Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu masukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 4 liter ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 8 liter air dan 500 ml Starane 200 EC. Lalu, tambahkan air hingga volume jerigen penuh ( 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk piringan kimia sebanyak 250 ml/kap.

Semprot lalang (Imperata cylindrica) merupakan metode pengendalian lalang di BPE dengan cara kimia. Pengendalian lalang menggunakan alat semprot knapsack

sprayer bermerek “Solo” dan herbisida Prima Up 480 ASberbahan aktif Isopropilamina

Glifosat dengan konsentrasi 0.5 % dan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif Floroksipir dengan konsentrasi 0.33 %.

Pengendalian lalang yang sporadis (terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot spraying, dan jika kondisi lalang telah menjadi sheet

(hamparan) yaitu dengan penyemprotan herbisida secara menyeluruh (blanket spraying). Pada kondisi populasi lalang yang sudah sangat sedikit diberantas dengan cara wiping

(diusap dengan kain yang dibalutkan di jari tangan). Pekerja menggunakan sarung tangan untuk keselamatan kerja dan safety health. Teknik wiping lalang dilakukan dengan menggunakan kain katun yang berukuran 3 x 12 cm dibalutkan pada tiga jari tangan. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 4 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 4.2 ha/HK.

Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu dimasukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 750 ml ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan air sebanyak 250 ml, kemudian dicampurkan Starane 200 EC sebanyak 500 ml dan larutkan dengan air sebanyak 500 ml. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap.

Pengendalian Hama

Sensus hama. Sensus hama dilakukan dengan latar belakang bahwa kejadian ledakan hama ulat api/kantong tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal akan terbatas. Pada umumnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama

(31)

 

yang mempunyai prilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya. Gambar 3 merupakan skema pengamatan pada sensus hama.

Gambar 3. Skema Pengamatan Sensus Hama

Keterangan :

= Pokok Kelapa Sawit = Pokok Sensus

= Titik Sensus Pertama

= Alur Pengamatan Sensus Hama

TS TS TS  PS  TS  TS TS PS  TS 

(32)

 

Teknis pelaksanaan sensus hama yaitu (a) Tentukan jenis hama yang dominan pada kawasan yang akan diamati. (b) Jika hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea

asigna, Susica sp. maka hama tersebut ditemui pada pelepah sample ke-9 sampai dengan

ke-24. (c) Jika hama yang dominan adalah Darma trima, Thosea bisura, Thosea vetusta,

Ploneta diducta dan golongan ulat kantung,maka hama tersebut ditemui pada pelepah

sample ke-25 sampai dengan ke-40. (d) Gantol dan potong satu pelepah dari PS pada masing-masing TS yang ditaksir paling banyak ulatnya. (e) Tentukan jenis hamanya dan hitung jumlah ulat tau larva kemudian catat pada formulir sensus. (d) Jika jumlah ulat/pelepah diperkirakan 50 ekor maka perhitungan langsung dilakukan satu pelepah. (f) Jika diperkirakan > 50 ekor sampai 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja. (g) Jika > 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada anak daunnya/lidi dengan selang 10 anak daun dan hasil rata-rata setiap anak daun dikalikan 10. (h) Hasil sensus dianalisis (dibandingkan dengan batas kritis masing-masing jenis hama), kemudian dilakukan tindakan sesuai hasil analisis tersebut. Sensus hama dilakukan oleh satu tim sensus yang terdiri 2 orang dengan prestasi kerja yaitu 1 blok/HK.

Pengendalian kimiawi. Pengendalian hama ulat api secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida Decis 2.5 EC berbahan aktif Deltametrin 25 g/l. Deltametrin merupakan jenis insektisida lambung dan kontak dan Agristick yang merupakan bahan perata dan perekat yang mengandung bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400 ml/l. Konsentrasi decis dan agristick masing-masing yang digunakan adalah 100 ml untuk membuat sebanyak 10 liter larutan, kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot puls fog.

Pengendalian biologi. BPE lebih memprioritaskan pengendalian secara biologis daripada secara kimia. Hal yang dilakukan dengan penanaman beneficial plant untuk mengendalikan hama ulat dan pemasangan nest box/sarang burung hantu (Tyto alba) untuk mengendalikan hama tikus.

Penanaman benefecial plant. Beneficial plant adalah jenis tanaman yang menghasilkan nektar sebagai daya tarik dan sumber makanan bagi serangga parasitoid dan predator yang merupakan musuh alami bagi hama tanaman kelapa sawit. Penanaman

beneficial plant merupakan salah satu cara pengendalian hama terpadu (PHT) yang

dilakukan oleh BPE. Hal ini diambil pihak kebun karena cara perbanyakannya yang mudah dan murah dibandingkan dengan melakukan introduksi musuh alami dari hama tanaman kelapa sawit. Selain itu, penanaman beneficial plant ini bertujuan untuk menyeimbangkan keseimbangan alami dan keragaman hayati antara hama dan musuh

(33)

 

alaminya. Penanaman beneficial plant ini didahulukan pada blok-blok yang dianggap paling rawan terserang hama. Jenis beneficial plant yang dikembangkan di BPE yaitu

Turnera subulata, Cassia cobanensis dan Antigonon leptopus (dapat dilihat pada Gambar

4).

Gambar 4. Beneficial Plant : (A) Turnera subulata,(B) Cassia cobanensis, dan

(C) Antigonon leptopus

Turnera subulata merupakan tanaman herba berkayu (semak) dapat

dikembangkan dengan stek (biji tanaman ini sangat sulit diperoleh). Tanaman ini sering disebut tanaman bunga pukul delapan karena selalu mekar pada pukul delapan pagi. Stek ditanam pada media tanah dalam babybag dengan satu ruas buku tertanam di dalam tanah. Dalam setiap babybag ditanam 1-2 potong stek. Pembibitan stek dilakukan pada tempat yang teduh agar bibit tidak stress akibat terkena sinar matahari langsung. Bibit stek disiram setiap hari agar pertumbuhan tidak terhambat. Penanaman dengan biji dilakukan dengan menanam 2-3 biji pada media tanah dalam babybag, dan diperlakukan seperti pembibitan dengan stek. Bibit dapat dipindahkan dan ditanam ke lapangan setelah berumur 2-3 bulan atau dapat lebih cepat apabila pertumbuhan lebih baik dan dianggap sudah cukup kuat. Berdasarkan pengalaman stek Turnera subulata dengan bunga pada bagian pucuknya akan memiliki keberhasilan hidup yang lebih tinggi.

Cassia cobanensis merupakan tanaman herba berkayu (semak), dapat

dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini tidak menghasilkan bunga sepanjang tahun, tetapi tetap menghasilkan nectar melalui organ khusus berwarna kuning kehijauan yang terdapat pada ketiak daunnya. Perbanyakan tanaman Cassia cobanensis

dapat dilakukan seperti pada tanaman Turnera subulata.

A

(34)

 

Antigonon leptopus merupakan tanaman herba berkayu (semak) yang tumbuh

merambat, dapat dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Penanaman tanaman ini di lapangan memerlukan lanjaran untuk merambat. Perbanyakan tanaman Antigonon leptopus pada dasarnya sama dengan Cassia

cobanensis, tapi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Oleh karena itu, dalam

satu babybag perlu ditanam 2-3 stek. Mengingat jenis tanaman ini tumbuh merambat, maka pada setiap babybag perlu di pasang tiang untuk rambat yang terbuat dari bambu/kayu setinggi 50 cm dan bibit harus sudah dipindahkan sebelum saling melilit.

Pemupukan

Secara teknis, sistematika proses pemupukan di BPE dimulai dari roll pagi, berupa intruksi asisten divisi untuk rencana teknis pemupukan, pengambilan pupuk di gudang sentral, pembagian pupuk ke dalam untilan pupuk, untilan pupuk dinaikkan ke atas transport (truk atau traktor), mobilisasi ke blok target, diberikan ke suplai kecil, sebar pupuk oleh regu pemupuk (tim rayon), pengumpulan karung (jumlah karung harus sama dengan jumlah karung pupuk keluar gudang). Gambar 5 merupakan tumpukan pupuk urea yang telah diuntil.

Gambar 5. Untilan Pupuk Urea

Tujuan penguntilan yaitu menjamin setiap pokok mendapat dosis yang tepat, mengurangi dan mencegah adanya penggumpalan pupuk, tonase pupuk yang dibawa ke lapangan lebih tepat, lebih mudah dalam pengangkutan (memasukkan ke kendaraan dan

(35)

 

membawa dari gudang ke lapangan serta menurunkan dari kendaraan). pembukaan benang karung goni lebih baik dibanding di lapangan, dan tenaga laki-laki untuk mengecer di lapangan tidak diperlukan lagi sehingga tenaga pelangsir dan pengecer adalah tenaga wanita. Bobot untilan tergantung pada jenis pupuk dan dosis yang digunakan. Contoh, pupuk dolomit dengan dosis 2.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 10 kg digunakan untuk 4 tanaman. Pupuk urea dengan dosis 1.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 12 kg digunakan untuk 8 tanaman. Norma kerja yang berlaku di Bukit Pinang Estate adalah 1 500 kg/HK untuk jenis pekerjaan until pupuk, 3 ton/HK untuk pengeceran pupuk ke blok target, dan masing-masing 500 kg/HK untuk pelangsir ke pasar tengah dan penabur pupuk.

Jenis dan dosis pupuk. Jenis pupuk yang direkomendasikan di PT Bina Sains Cemerlang dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Jenis pupuk organik : solid basah, janjangan kosong, serta POME (palm oil mill effluent), sedangkan pupuk anorganik : Nitrogen (Urea), P2O4 (TSP), Kalium (MOP), Magnesium (Kieserit dan Dolomit), serta Boron (HGBF).

Dari segi penggunaan jenis pupuk, BPE berbeda dengan SPE dari segi penggunaan pupuk organik. Hal ini tampak pada penggunaan pupuk organik yang sangat kurang karena hasil sekunder PKS (pabrik kelapa sawit) sedangkan jarak yang jauh dari areal pertanaman kelapa sawit di divisi (> 6 km). Hal tersebut menimbulkan ketidakefektifan aplikasi pupuk organik dari segi biaya transportasi (ekonomis) dan waktu. Pemanfaatan limbah organik seperti janjangan kosong dan decanter solid, diaplikasikan blok penanaman Turnera subulata dan Acasia cubanensis (beneficial plant) di jalan-jalan akses produksi.

Jenis dan dosis pupuk direkomendasikan oleh Departemen Riset Minamas di Riau berdasarkan hasil analisis kimia daun, status hara, kondisi tanah, tingkat produksi yang dicapai, dan analisis tanah (Tabel 5).

Tabel 5. Jenis dan Dosis Pemupukan Sesuai Rekomendasi Riset

Tahun Tanam

Jenis Pupuk

Total Urea RP KCl Dolomite HGFB Kieserit

(36)

  1992 2.52 0 3.12 1.67 0 0 7.31 1993 2.67 0.28 3.07 0.36 0 0 6.37 1996 2.55 0 3.01 1.75 0 0 7.31 1997 2.52 0 3 0.31 0 0 5.83 1998 2.26 0.21 2.74 0.79 0.04 0.07 6.1 2000 2.26 0.54 2.7 1.14 0.04 0 6.68

Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)

Sebagai contoh pada tanggal 12 Febuari 2009, Divisi III BPE akan melakukan pemupukan Urea di blok F34 (tahun tanam 1998) dengan luas 20 ha, jumlah pokok adalah 2720 pokok (berdasarkan rekomendasi), jumlah pokok terakhir adalah 2711, dosis pemupukan 1.5 kg/pokok.

Contoh Perhitungan :

Kebutuhan Pupuk Urea untuk Blok F34 = 2711 x 1.5 kg = 4066.5 kg

Untuk per-sak karung pupuk 50 kg = 4066.5 kg : 50 kg/sak = 81.33 sak 82 sak Diasumsikan, per-baris = 32 pokok

Jadi 32 pokok x ½ pasar rintis = 16 pokok 16 pokok x 1.5 kg/pokok = 24 kg

Maka dalam penguntilan dibagi 2 until @ 12 kg/until pupuk urea Sehingga kebutuhan until pupuk = 4066.5 kg : 12 kg/until

=338.875 until 339 until

Waktu pemupukan. Pengaplikasian pupuk dilakukan per semester (6 bulan sekali). Pada TBM yaitu setelah hari hujan, sebab kanopi belum menutupi semua permukaan tanah, sedangkan TM pada setiap semester. Waktu pemupukan kapur pertanian (kaptan), dolomit dan abu janjang harus mempunyai selang minimal dua bulan setelah pemupukan urea agar tidak terjadi reaksi yang merugikan.

(37)

 

Teknis pelaksanan. Pelaksanaan di lapangan harus dihindari kekeliruan dalam aplikasi pupuk, maka tiap divisi setiap harinya hanya dibenarkan aplikasi satu jenis pupuk. Kebutuhan jumlah tenaga kerja harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Takaran yang dibawa oleh penabur pupuk harus sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Oleh karena itu, asisten harus mengecek kembali kebenaran takaran yang akan digunakan. Penaburan pupuk pada masing-masing pokok harus dimulai dari jalan pengumpul (CR = collection road) menuju batas/rintis tengah blok (batas alam) sesuai arah barisan tanaman. Cara penempatan penaburan pupuk di gawangan mati. Norma prestasi penabur adalah 2 - 3.5 ha/HK atau 400 - 500 kg/HK tergantung dari dosis pupuk per pokok, topografi tanah, dan keterampilan penabur.

Thinning Out

Thinning out (TO) adalah penjarangan terhadap populasi pokok kelapa sawit

dengan cara mematikan pokok secara mekanis (manual) atau kimia (peracunan) terhadap tanaman yang tidak dikehendaki atau tumbuh rapat dimana tanaman tersebut tidak dapat berproduksi optimal. Perlakuan thinning out bertujuan menghemat biaya perawatan tanaman secara umum, mengurangi tingkat persaingan antar pokok mendapatkan sinar matahari, unsur hara dan air dari dalam tanah, meningkatkan serapan sinar matahari pada indeks luasan daun kelapa sawit, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi TBS kelapa sawit. Sasaran thinning out meliputi pokok non valuer

(pokok tidak berguna), pokok ganda/kembar, dan pokok close planting (pokok jarak tanam rapat < 7 m).

Rawat Jalan

Kelapa sawit termasuk kelompok heavy duty crop, karena produksi buahnya pertahun sangat tinggi (22 – 35 ton/ha/th). Hal ini sangat perlu pendukung jalan dan jembatan yang baik. Pembuatan dan perawatan jalan harus ditujukan atau diarahkan untuk mengendalikan dan mengelola lima faktor penyebab kerusakan jalan, yaitu air, bahan organik, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), bahan induk tanah dan beban (tonase) angkutan. Jalan yang jelek/kurang baik akan berpengaruh

(38)

 

terhadap mutu produksi dan biaya perawatan jalan/alat pengangkutan mahal (kendaraan cepat rusak akibat kondisi jalan).

Teknis perawatan jalan meliputi pengaliran air dengan mendalamkan parit jalan (cuci parit) dengan memperhatikan keadaan lapisan permukaan dan kemiringannya. Parit harus dipelihara untuk menjamin pengeringan air permukaan, aliran ke samping, sedangkan penimbunan harus dengan jenis tanah tanah yang cocok (biasanya dicampur dengan pasir dan kerikil), tanah humus/bahan organik (daun, pelepah sawit, ranting-ranting busuk) tidak boleh

dipakai untuk menimbun dan operasi road greader, bulldozer dan compactor

harus diorganisir oleh manajer kebun, agar dipakai pada tempat yang paling memerlukan (sesuai dengan data kondisi jalan).

Pemeliharaan jalan secara manual dengan cara semua rumput-rumputan di permukaan jalan harus dibabat mepet, lalu bekas babatan harus dibuang ke gawangan, memotong cabang pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu lintas kendaraan (tunas pasar). Bentuk jalan harus dipertahankan dengan kemiringan 2.5%, reparasi dan konsolidasi jalan pada musim hujan, pembuatan tali air untuk membuang genangan air dan penyusunan batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lubang pada badan jalan dan penimbunan lubang jalan menggunakan tanah laterit, krokos, atau sirtu (pasir dan batu), sebaiknya dilakukan pada musim kering. Gambar 6 adalah beberapa jenis alat berat yang digunakan : exavator, TLB (tracktor

(39)

 

Gambar 6. Alat Berat : (A) Exavator, (B) Road Grader, (C) TLB, dan (D) Compactor.

Konservasi Tanah dan Air

Pengewatan tanah dan air di perkebunan kelapa sawit sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Pembangunan konservasi tanah dan air akan menekan kehilangan masa dan hara oleh aliran permukaan, meningkatkan efektivitas pemupukan, dan membantu kelancaran panen serta aktivitas pekerjaan lainnya. Pada prinsipnya konservasi tanah dan air terdiri dari tiga bentuk, yaitu mekanik, biologi dan kimia.

Upaya yang dilakukan oleh BPE dalam Konservasi tanah dan air adalah pembuatan Siltpit, menghindari clean weeding, pelaksanaan stecking pelepah memotong kemiringan, pembuatan mainhole (rorak) dan penanaman Vetiveria zizanioides (akar wangi). Prestasi kerja yang berlaku di BPE adalah 100 bibit/HK untuk penanaman

Vetiveria zizanioides dan 1.5 lubang/HK untuk Siltpit.

A

(40)

 

Gambar 7. Konservasi Tanah dan Air : (A) Penanaman Vetiveria zizanioides, dan (B) Silt Pit

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan pembuangan daun-daun tanaman (pelepah) kelapa sawit yang tidak bermanfaat seperti pelepah tua, sengkleh dan sakit. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit. Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun (Fauzi et al., 2005).

Kegiatan yang dilakukan di BPE adalah penunasan progresif dan penunasan rutin. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan potong buah yang dilakukan oleh tenaga pemanen. Penunasan rutin yaitu penunasan yang dilakukan sesuai dengan rotasi penunasan (biasanya 1 kali dalam satu tahun). Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir/sanitasi dapat mempermudah pemupukan, semprot piringan, dan pengutipan brondolan. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum maka harus dihindari terjadinya over prunning.

Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan

yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan tanaman mengalami stres, terlihat melalui peningkatan keguguran bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata-rata). Kondisi optimal dicapai jika penunasan dibatasi sampai dua lingkar daun di bawah tandan matang atau yang disebut ”songgo

(41)

 

dua”. Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat. Prestasi kerja karyawan yang berlaku di BPE adalah 75 tanaman /HK atau 4 ha/HK.

Potong buah (panen)

Potong buah adalah aktivitas memotong buah oleh karyawan sampai diantrikan TPH. Sedangkan panen adalah kegiatan yang meliputi persiapan panen, peralatan panen, rotasi panen, organisasi potong buah, administrasi potong buah, kriteria matang dan kualitas buah, sistem basis (siap borong) dan premi, dan sanksi dan denda. Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama perkebuanan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan CPO dan PKO.

Persiapan panen. Persiapan panen harus dilaksanakan oleh tim panen agar target produksi tercapai dengan biaya panen minimum. Persiapan panen meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi panen, dan persiapan alat panen. Persiapan panen di BPE meliputi perbaikan jalan dan jembatan di main road dan

collection road, pembersihan kondisi piringan hingga W0 (piringan tanpa gulma) agar

mudah pengawasan dan pengutipan brondolan, pemasangan titi panen yang terbuat dari kayu atau beton untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan brondolan menuju TPH di daerah rawa/aliran sungai/drainase, dan pembersihan TPH dengan ukuran 6 m x 4 m per 2 jalan rintis.

Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terkahir dengan panen berikutnya dalam areal panen atau ancak yang sama. Sistem rotasi di BPE adalah 6/7, yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu panen dalam satu seksi 7 hari, namun pada pelaksanaan di lapangan sering terkendala kondisi blok yang sulit khususnya daerah rendahan dan ketersediaan tenaga potong buah. Jumlah seksi buah disusun menjadi 6 seksi (A, B, C, D, E dan F), seksi panen sedemikian rupa sehingga satu seksi selesai dalam satu hari, mempermudah perpindahan ancak dari satu ke blok lain, mempermudah kontrol asisten divisi, mandor I, mandor panen, mandor transport TBS lebih efesien, serta meningkatkan output pemanen.

Organisasi panen. BPE menerapkan organisasi potong buah yang disebut dengan Block Harvesting Sistem (BHS). BHS merupakan sistem organisasi potong buah yang pekerjaannya terkonsentrasi dan pergerakannya teratur secara sistematis dengan

(42)

 

target penyelesaian satu seksi panen dalam satu hari kerja. Oleh karena itu, BPE membentuk KKP (Kelompok Kecil Pemanen). Satu KKP terdiri dari 4 pemanen yang prinsip kerjanya mendapatkan hanca panen masing-masing sebagai tanggungjawab keempat pemanen dalam KKP tersebut. BHL menjadi tenaga pengutipan berondolan dilakukan oleh tenaga borongan yang pengangkutan ke PKS terpisah dengan TBS menggunakan mobil pick up.

Kriteria dan kualitas buah. Kriteria matang buah di BPE berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Tabel 6menunjukkan kriteria kematangan buah.

Tabel 6. Kriteria Kematangan Buah

Jumlah brondolan/priringan(biji) Kriteria Kematangan Buah

0-4 Mentah

5-9 Kurang matang

> 10 Matang

Sumber : QA Minamas, 2008

Kriteria kualitas buah yang berlaku berupa long/cut stalk (potongan Gagang), kontaminasi : tercampur tanah, batu dan pasir , serta kesegaran TBS dan brondolan terkirim ke PKS < 24 jam setelah panen.

Peralatan panen. Alat-alat kerja potong buah yang digunakan di BPE disesuaikan dengan kebutuhan, seperti alat potong buah disesuaikan dengan tinggi tanaman. Tabel 7 merupakan deskripsi alat-alat panen yang dipakai di BPE.

Tabel 7. Deskripsi Alat-alat Panen

Nama Alat Kegunaan Keterangan

Dodos Untuk memotong TBS umur 3-8 tahun

Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14 cm dan panjang mata 8-12 cm.

(43)

 

dengan panjang 6-12 meter Pisau egrek Alat untuk memotong TBS Berbentuk seperti pisau arit

dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 1350

Angkong Alat untuk mengangkut TBS dari pokok ke TPH

Kereta sorong beroda satu yang terbuat dari besi bermerek artco Karung pupuk Wadah untuk mengumpulkan

brondolan sebelum diangkut ke PKS

Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS

Gancu Alat untuk mengantrikan TBS dari pokok ke pasar rintis

Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 0.5 meter

Kapak Alat untuk memotong gagang panjang dari TBS

Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan Ember Alat untuk menampung

brondolan sebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam karung

Umumnya berukuran sedang berwarna hitam

Tojok Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS

Pipa galvanis/besi dengan ujung besi beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar 1 – 1.5 meter

Sumber : Kantor Divisi III BPE

Sistem basis (siap borong) dan premi panen. Sistem basis (siap borong) adalah jumlah janjang yang harus dipanen sebagai dasar menghitung kelebihan janjang sebagai premi lebih borong. Siap borong berdasarkan tahun tanam dan 7 jam/hari kerja. Premi siap borong adalah premi yang diterima pemanen saat jumlah janjang panen sama dengan jumlah siap borong. Premi lebih borong adalah premi yang diterima pemanen jika jumlah janjang telah melebihi jumlah janjang siap borong. Tabel 8 menunjukkan ketentuan siap borong dan premi panen di BPE.

(44)

  Tahun Tanam Basis 1 X Basis 2 X Basis Borong (tandan) Siap Borong (Rp) Lebih Borong (Rp/tandan) Basis Borong (tandan) Siap Borong (Rp) Lebih Borong (Rp/tandan) 1992 85 10 000 500 170 21 750 500 1993 90 10 000 500 180 21 750 500 1997 130 10 000 350 260 21 750 350 1998 135 10 000 350 270 21 750 350 2000 155 10 000 350 310 21 750 350

Sumber : Kantor Besar BPE

Premi panen juga diberikan pada tenaga supervisi (pengawas). Perhitungan premi supervisi panen sebagai berikut :

Mandor Panen = x 150 %

Mandor I = x 150 %

Kerani Buah = x 100 %

Sanksi dan denda. Sanksi dan denda diberikan oleh mandor panen, mandor I, atau asisten divisi berdasarkan pemeriksaan ancak panen. Tabel 9 menunjukkan penentuan sanksi dan denda pemanen.

Tabel 9. Penentuan Sanksi dan Denda Pemanen

Jenis Kesalahan Denda (Rp/tandan)

Potong buah mentah (A) 5 000

Buah masak tidak dipanen atau tinggal di pokok 5 000 Buah dipotong dan tidak diangkut ke TPH 5 000 Buah tidak diantrikan di TPH yang telah ditentukan 1 000

(45)

 

Buah peraman di TPH diakui sebagai pendapatan 3 000 Tangkai buah tidak dipotong rapat 500 Pelepah tidak disusun di gawangan mati 2 000

Pelepah dibuang ke parit 2 000

Pelepah sengkleh 2 000

Brondolan di ketiak pelepah tidak dikutip 2 000 Buah busuk eks restan diantrikan di TPH 3 000

Buah matahari 3 000

Sumber : Kantor Besar BPE

Transportasi TBS

Transportasi TBS yang tidak cukup, tidak efesien, terlambat dan tidak teratur berakibat buah restan di lapangan. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu CPO (FFA akan naik), disiplin pemanen rusak karena tidak teraturnya pengaturan transport sehingga mutu buah tidak dapat diperiksa dengan baik karena sudah lebih dahulu diangkut sebelum diperiksa, BJR akan turun, sebab tidak semua brondolan di TPH terangkut semua (berhubungan dengan disiplin sopir dan kenek), output potong rendah karena rotasi panen terlambat, kemungkinan terjadinya manipulasi atas buah restan dan seksi potong buah kacau. Transportasi TBS dan brondolan harus sudah terkirim ke PKS < 24 jam untuk menjaga mutu TBS dan brondolan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan oleh mandor transport untuk alokasi pembagian tenaga angkut TBS dan brondolan (kenek), alat angkut (traktor, truk bak mati dan dump truck) beserta operatornya.

BPE menggunakan traktor untuk pengambilan TBS yang berada di collection road dan jalan bantu/kontur dalam blok yang sulit diambil oleh dump truck kemudian di “pok” di satu tempat (loading lahan), sedangkan untuk dump truck dan truk bak mati difokuskan untuk pengambilan TBS di “pok” dan collection road yang bisa dilalui. Pemilihan alat angkut dump truck dan truk bak mati untuk transportasi TBS ke PKS karena alat angkut ini memiliki mobilisasi yang lebih cepat dibanding traktor. Tranportasi brondolan menggunakan alat angkut yaitu mobil pick up. Peralatan yang digunakan untuk transpotasi TBS adalah “tojok” (sejenis tombak) dan gancu, sedangkan untuk brondolan digunakan garuk dan karung pupuk. Prestasi kerja kenek TBS adalah 4 ton/HK, kenek

(46)

 

brondolan adalah 2 ton/HK, operator (supir) adalah 8 ton/HK. Gambar 8 adalah sistem transportasi TBS dan brondolan di BPE.

Gambar 8. Sistem Pengangkutan : (A) TBS Sistem Pok, dan (B) Brondolan Aspek Manajerial

Penulis bekerja sebagai pendamping mandor, pendamping mandor I, TQEM dan pendamping asisten divisi dalam melakukan aspek manejerial di BPE. Pada aspek ini, penulis melaksanakan kegiatan manajerial dan administrasi meliputi pengawasan, menentukan jumlah karyawan dan meghitung biaya operasional dari setiap kegiatan, menentukan dosis, konsentrasi dan jumlah bahan kimia yang diperlukan, melakukan diskusi dengan mandor, asisten divisi serta melakukan administrasi.

Pendamping Mandor

Mandor adalah orang yang bertugas untuk mengawasi karyawan harian dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain itu, mandor juga membimbing, memotivasi, mengatur serta bertanggung jawab langsung terhadap jenis pekerjaan yang dimandorinya. Mandor biasanya diangkat dari karyawan harian yang memenuhi kriteria sebagai mandor berdasarkan penilaian asisten divisi dan mandor I.

BPE membagi pekerjaan dalam dua pekerjaan besar, yaitu perawatan dan produksi, sehingga mandornya pun dibagi menjadi dua, yaitu mandor perawatan dan mandor produksi. Berbeda dengan mandor, supervisi adalah tenaga kerja ini melakukan kegiatan secara administrai dengan cara mencatat.

(47)

 

Mandor juga melakukan kegiatan manajerial dan administrasi dalam membuat rencana kerja dan dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM). Penulis selama satu bulan menjadi pendamping mandor. Jenis pekerjaan penulis yang dilakukan pada aspek manajerial meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama, pemupukan, rawat jalan, potong buah (panen) dan transportasi TBS.

Mandor pengendalian gulma. Mandor pekerjaan ini melaksanakan pengorganisasian dan persiapan alat kerja secara rayon (satu tim semprot untuk ranah kerja di tiga divisi). Selain itu, alat-alat kerja tersentralisasi di satu tempat agar mudah dalam pengawasan. Pekerjaan semprot tidak menyebar di beberapa divisi sehingga manajer kebun, askep dan asisten divisi dapat mengontrol lebih baik. Resiko pencurian herbisida diminimumkan karena pencampuran langsung dilakukan di gudang disaksikan oleh asisten/askep setiap paginya.

BPE melakukan pemetaan terhadap kondisi kerapatan gulma di gawangan. Informasi kondisi gulma dijelaskan melalui warna (Lampiran 11). Warna tersebut menunjukkan tingkat kerapatan gulma yang ada di suatu blok atau daerah tertentu. Kerapatan gulma merupakan nilai penutupan suatu luasan tertentu oleh gulma. Rendah dengan kisaran penutupan daerah gulma sebesar, 0 – 10 % (lahan bersih), 11 – 45 % (rendah), 46 – 75 % (sedang), dan > 75 % (tinggi). Warna hijau menunjukkan kerapatan gulma rendah, warna kuning menunjukkan kerapatan gulma sedang, dan warna merah menunjukkan kerapatan gulma tinggi.

Bila hari hujan, pekerja dapat segera dialihkan ke pekerjaan lain yang tidak terpengaruh hujan seperti gawangan manual/BTP (babat tanaman pengganggu) karena adanya alat kerja (parang) yang selalu dibawa dalam kendaraan. Mobilisasi karyawan ke blok pekerjaan BTP tersebut juga dapat dilakukan dengan cepat. Mobilisasi yang tinggi akan meningkatkan output semprot. Prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 3.5 ha/HK selama penulis mengawasi pengawasan ini.

Mandor pengendalian hama. Konsep pengendalian hama dan penyakit dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama harus dipahami oleh mandor. Pengendalian terhadap penyakit di BPE sangat jarang dilakukan karena sangat jarang ditemukan penyakit tanaman yang ditemukan namun pihak kebun terus memonitor gejala serangan penyakit. Mandor yang bertanggung jawab atas jenis pekerjaan dan memonitor keberadaan hama di BPE disebut Mantri HPT (Hama dan Penyakit Tanaman). Pengendalian yang efektif adalah saat titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk

Gambar

Tabel 1. Perlakuan, Bahan Aktif, Waktu, dan Aplikasi Semprot VOPs
Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bukit Pinang Estate
Tabel 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate
Tabel 4. Rencana (Budget) dan Realisasi (Actual) Produksi TBS di Bukit Pinang  Estate (Januari - Mei 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian mengenai proses komunikasi antara Sparkle Organizer dengan Klien adalah dari pihak SO harus memposisikan tugas dan fungsi dari setiap devisi dalam

[r]

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa struktur kalimat tanya bahasa Mandailing terdiri atas: (a) 22 struktur yang berbeda pada kalimat tanya dengan kata tanya, (b) 8 struktur

Pipa Polyethelene adalah Pipa 0DPE atau juga biasa disebut Pipa 0itam sudah menjadi standart Perpipaan dalam setiap Proyek PDA$ di INDNESIA# Tunggu apalagiL epat order ke ?ami

Hasil simulasi menunjukkan penurunan performansi terbesar jaringan dengan protokol AOMDV untuk nilai packet delivery ratio dan throughput terjadi saat terkena

Keluaran Terpenuhinya Perbaikan Peralatan Kerja 1 Tahun Hasil Meningkatnya layanan Administrasi Perkantoran 0,77%. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah