• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji korelasi spearman untuk hubungan pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan

keikutsertaan PUS dalam KB

Variabel 1 Variabel 2 Koefisien Korelasi Spearman P Value Pengetahuan PUS tentang KB Keikutsertaan PUS dalam KB 0,038 0,355 5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)

Dalam penelitian ini, pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) meliputi pengertian KB, tujuan KB, manfaat KB, sasaran KB, dan jenis-jenis metode kontrasepsi yang digunakan dalam KB. Hasil penelitian pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan menunjukkan bahwa 64% pasangan memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, 27% memiliki pengetahuan yang cukup, dan 9% lainnya memiliki pengetahuan yang baik tentang Keluarga Berencana (KB). Dari data yang didapatkan juga diketahui bahwa pengetahuan PUS tentang KB sebagian besar masih mencakup hal umum tentang KB, sementara dalam hal yang lebih spesifik berupa metode kontrasepsi dalam KB pengetahuan PUS masih rendah, yakni rata-rata 39% dijawab benar.

Pengetahuan setiap Pasangan Usia Subur (PUS) bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik, yaitu tingkat pendidikan, keyakinan, media massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman (Notoatmodjo, 2012).

Dari data demografi diketahui bahwa 59% suami dan 55% istri memiliki riwayat pendidikan terakhir SMA sederajat. Sebagian besar suami (46%) dan 34% istri bekerja sebagai petani dan 51% istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Informasi lengkap mengenai Keluarga Berencana (KB) pernah diterima oleh 32% suami dan 51% istri. Berdasarkan data-data ini, peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan PUS yang sebagian besar berada dalam kategori kurang ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir, status soisial ekonomi, dan pernah tidaknya PUS menerima informasi lengkap tentang KB.

Hal ini sejalan dengan hasil analisa lanjut SDKI 2007, dimana diperoleh data yang menunjukkan bahwa pengetahuan PUS tentang KB bisa dipengaruhi oleh usia, wilayah tempat tinggal, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan, status ekonomi, akses dengan penyedia layanan, dan peran pemegang keputusan dalam keluarga.

Hasil yang sama juga diperoleh Prasetyo (2013) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PUS mengikuti KB. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan termasuk faktor yang mempengaruhi PUS untuk ikut serta dalam KB. Lebih lanjut, tingkat pengetahuan PUS memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pendidikan dan adanya sumber informasi.

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dipengaruhi oleh beberapa faktor utama sekali tingkat pendidikan, kemudahan akses informasi, tersedianya tempat pelayanan KB, status ekonomi, dan peran pemegang keputusan dalam keluarga.

5.2.3 Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Keluarga Berencana (KB)

Keikutsertaan PUS dalam KB adalah terdaftarnya PUS sebagai akseptor dalam KB. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data yang menunjukkan bahwa 37% PUS terdaftar sebagi akseptor KB dan sebagian besarnya (63%) tidak terdaftar sebagai akseptor KB.

Peneliti berasumsi bahwa keikutsertaan PUS dalam KB yang rendah ini dipengaruhi oleh agama (kepercayaan), suku, tingkat pengetahuan, status ekonomi, dan juga usia menikah suami dan istri yang muda, rata-rata masing-masing adalah 24 tahun dan 23 tahun. Dari data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa 21% PUS memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi alami dan tidak ikut serta menggunakan metode kontrasepsi yang dianjurkan dalam KB.

Menurut BKKBN (2010), keputusan PUS untuk ikut serta menjadi akseptor dalam KB dipengaruhi oleh faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya. Selain faktor-faktor tersebut, pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan juga dipengaruhi oleh kebutuhan pasangan.

Faktor lain yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor dalam KB adalah agama (kepercayaan), dimana seluruh PUS yang menjadi responden dalam penelitian ini beragama Islam.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2008), dimana didapatkan data bahwa sebagian besar penganut agama Islam berkeyakinan bahwa jumlah anak yang banyak akan sebanding dengan banyaknya rezeki yang akan diterima, sehingga cenderung memandang bahwa jumlah anak tidak perlu dibatasi. Bahkan sebagian berpendapat bahwa memperbanyak anak selaras dengan ajaran agama dan perintah Nabi.

Suku juga termasuk hal yang mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam KB. Dalam penelitian ini, sebagian besar PUS (63,5%) bersuku batak. Dalam suku Batak juga ditemukan adanya pemahaman bahwa lahirnya anak membawa rezeki masing-masing sehingga kecenderungan untuk menambah jumlah anak juga kerap ditemukan (Rahmadani, 2008).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Simbolon (2010) menunjukkan bahwa faktor paritas (kehamilan), penyakit kehamilan, riwayat keguguran, dan usia muda menjadi faktor yang mempengaruhi PUS untuk mengambil keputusan ikut serta dalam KB.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andini (2012) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur (PUS) menjadi akseptor dalam KB, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, paritas (jumlah kelahiran anak),

budaya, dan kepercayaan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor KB.

Lubis (2008) juga melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program KB. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah anak, sikap, dan keterjangkauan fasilitas pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam KB.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan juga penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa keikutseraan PUS dalam KB dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, ketersediaan fasilitas pelayanan KB, status ekonomi, agama, budaya, suku, serta juga sikap PUS terhadap kehamilan dan jumlah anak.

5.2.4 Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Keikutsertaan PUS dalam KB

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari analisa hasil penelitian, nilai signifikansi (p) yang didapatkan adalah 0,355. Nilai ini lebih besar dari nilai α (0,05), ini bermakna bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Jadi, tidak ada hubungan signifikan antara Pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB (Dahlan, 2004).

Korelasi yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang KB tidak mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB. Hal ini terlihat dari tidak sejalannya antara tingkat pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB, dimana semakin tingginya pengetahuan PUS tentang KB tidak membuat keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB meningkat.

Hal ini berlawanan dengan konsep yang dikemukakan oleh BKKBN (2010) dan hasil penelitian Andini (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berkorelasi positif terhadap keikutsertaan PUS dalam KB.

Menurut uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan PUS tentang KB tidak selalu berkorelasi positif dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor lain yang lebih dominan menentukan keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor dalam KB.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 100 Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi responden di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan menggambarkan bahwa lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan responden dalam penelitian memiliki pengetahuan yang rendah atau kurang tentang KB. Sebagian besar Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi responden juga tidak terdaftar sebagai akseptor dalam KB. Berdasarkan analisa statistik Spearman’s rho diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB.

6.1 Rekomendasi

6.1.1 Pendidikan Keperawatan

Institusi pendidikan keperawatan diharapkan memberikan pemahaman bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam KB. Di antara faktor-faktor tersebut, ada faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan PUS dalam KB sesuai dengan karakteristik masyarakat.

6.1.2 Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan diharapkan tidak berfokus untuk meningkatkan pengetahuan PUS tentang KB untuk meningkatkan keikutsertaan PUS dalam KB, tetapi juga menggali faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh di tengah-tengah masyarakat untuk meningkatkan keikutsertaan PUS dalam KB, seperti agama (kepercayaan), suku, status ekonomi, fasilitas pelayanan KB, dan kemudahan mendapatkan informasi.

6.1.3 Penelitian Keperawatan

Pada penelitian ini belum diteliti faktor dominan yang mempengaruhi keputusan PUS untuk terdaftar sebagai akseptor dalam KB, maka peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih jauh tentang faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB.

Dokumen terkait