• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Hasil Kuesioner Sampel

Tabel 7 : Hasil kuesioner pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi di RSUP HAM

ASPEK YANG DITANYA PASIEN

( N = 18 )

PASIEN

( N = 49 ) TOTAL Apakah yang dirasakan pada

rongga mulut saat ini ? a. Mulut kering b. Sulit menelan

c. Gangguan pengecapan d. Mulut terasa panas

18 6 4 9 49 12 9 28 67 (100%) 18 (27%) 13 (19%) 37 (55%) Apakah air ludah terasa sedikit?

a. Ya b. Tidak 18 0 42 7 60 (90%) 7 (10%) Apakah membutuhkan air

sewaktu makan? a. Ya b. Tidak 7 11 10 39 17 (25%) 50 (75%) Apakah memakai gigitiruan?

a. Ya b. Tidak 1 17 3 46 4 (6%) 63 (94%) Apakah memakai obat-obatan?

a. Ya b. Tidak 0 18 3 46 3 (4%) 64 (96%) Penyakit lain yang diderita?

a. DM b. Ginjal c. Demam d. Hipertensi e. Jantung f .Leukemi / Anemi Tidak ada 0 0 2 1 0 4 0 0 2 (3%) 1 (1%) 0 4 (6%)

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 7 memperlihatkan hasil kuesioner dari pasien kanker yang mendapat kemoterapi di RSUP HAM. Secara umum, keseluruhan sampel mengalami mulut kering dan air ludah terasa sedikit setelah mendapat perawatan kemoterapi. Keluhan utama dari pasien adalah mulut kering dengan persentase terbesar yaitu 100%. Keadaan mulut terasa panas adalah 55% yaitu dialami oleh 28 orang pasien perempuan dan 9 orang pasien laki-laki. Kebanyakan sampel tidak memakai gigi tiruan dan tidak menggunakan obat-obatan lain selain obat kemoterapi. Hanya sedikit pasien yang menderita penyakit sistemik lain antaranya demam 3%, hipertensi 1% dan anemia 6%. Kesimpulan dari hasil kuesioner, didapati majoritas pasien mengalami keadaan mukosa kering dan saliva terasa berkurang diikuti mulut terasa panas sehingga membutuhkan air sewaktu makan.

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, pasien kanker yang datang ke RSUP HAM Medan untuk mendapat perawatan kemoterapi paling banyak adalah perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena insidensi kanker payudara di RSUP HAM tinggi dan pasien yang mendapat kemoterapi paling banyak adalah perempuan yang menderita kanker payudara. Menurut Laporan Profil Kesehatan Indonesia 2005, jumlah pasien kanker payudara di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2005 paling tinggi dibandingkan dengan kanker lain.3 Secara keseluruhan, pasien kanker yang datang ke RSUP HAM

untuk mendapat perawatan kemoterapi dalam waktu sebulan lebih dari 70 orang dan kebanyakan adalah pasien perempuan dengan kanker payudara.

Menurut mahasiswa Universiti Sains Malaysia (USM) yang melakukan penelitian di bagian onkologi USM, perkiraan prevalensi terjadinya mukositis oral adalah 46.7%, mulut kering adalah 90.0% dan kandidiasis 10.0%.10 Pada penelitian

ini, prevalensi mukositis oral adalah 63%. Hasil yang didapat lebih tinggi dari hasil yang tersebut di atas karena disebabkan oleh penjagaan oral higiene yang kurang baik di kalangan penderita kanker di RSUP HAM. Mukositis oral dapat terjadi dengan adanya interaksi kompleks dari kerusakan jaringan lokal, lingkungan lokal mulut,

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

level myelosupresi dan predisposisi intrinsik pasien sehingga efek obat kemoterapi terhadap membran mukosa terjadi melalui mekanisme biologis dari mukositis oral.6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker yang mendapat kemoterapi paling banyak mengalami xerostomia yaitu sebanyak 93%, sedikit lebih tinggi daripada penelitian tersebut di atas. Kemoterapi dapat menyebabkan xerostomia karena kombinasi obat kemoterapi yang diterima pasien kanker selama perawatan antaranya obat antisedatif, opiat, antidepresan, antihistamin dan antidiuretik yang dapat menghambat saraf simpatetis dan terjadi toksisitas kelenjar ludah sehingga mempengaruhi laju aliran saliva.16

Pada penelitian ini, kandidiasis dijumpai paling banyak pada pasien kanker 60 tahun ke atas. Menurut literatur, 40% infeksi akibat kemoterapi disebabkan oleh jamur Candida albicans, biasanya terjadi pada pasien golongan tua karena sistem imun yang rendah dan terjadi kelainan darah.1 Xerostomia paling banyak dijumpai

pada pasien 48 – 53 tahun dan 60 tahun keatas. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor usia, hormonal dan menopause.

Selain daripada itu, terdapat pasien yang mengalami perdarahan berupa ekimosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh trombositopenia akibat perawatan kemoterapi sebelumnya. Trombositopenia terjadi karena obat kemoterapi yang digunakan mempengaruhi pembentukan sel darah di dalam sum-sum tulang (mielosupresi) dan terjadi penurunan proliferasi sel darah menyebabkan trombositopenia dan neutropenia.1

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Pada penelitian ini, dijumpai mukositis oral paling banyak terjadi setelah siklus ke-5. Sedangkan pada siklus ke-4 jarang dijumpai mukositis oral. Menurut Dr. Nugroho Prayogo, Sp. PD., Untuk mencegah kerusakan permanen dari sel sehat, obat kanker tidak diberikan sekaligus pada siklus 4-8 untuk memulihkan sel sehat. Hal ini mungkin menyebabkan jarang terjadi mukositis pada siklus ke-4 tetapi laporan sepenuhnya tentang bagaimana pengaruh siklus terhadap mukositis belum dijumpai.

Pasien kanker yang mendapat kemoterapi paling banyak mengalami kombinasi antara 2 lesi oral. Xerostomia merupakan lesi oral yang sering menjadi kombinasi dengan lesi oral yang lain. Menurut Sonis ST dkk, xerotomia adalah salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan mukositis oral dan komplikasi oral lain. Komplikasi ini terjadi karena xerostomia menyebabkan mukosa oral kering dan terjadi peningkatan flora normal rongga mulut akibat fungsi saliva yang terganggu.5

Menurut Sook Bin Woo dkk, insidensi mukositis oral tinggi pada pasien kanker payudara dan kanker usus yang mendapat perawatan kemoterapi induksi dan kanker nasofaring dengan perawatan kemoterapi adjuvan. Pasien yang lebih muda sering mengalami mukositis oral dibandingkan dengan pasien tua.6 Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa mukositis oral lebih sering dialami oleh pasien terutama dengan kanker payudara. Komplikasi oral sering terjadi pada usia 48 – 53 tahun. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa mukositis oral sering terjadi pada pasien kanker payudara dan nasofaring tetapi tidak dapat membuktikan bahwa mukositis sering terjadi pada usia muda karena pada masa penelitian ini dilakukan, tidak ada pasien kanker dengan usia muda yang mendapat kemoterapi.

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Pada penelitian ini, dijumpai obat kemoterapi yang paling sering menyebabkan mukositis oral pada pasien kemoterapi kanker adalah dari golongan

alkylating agent yaitu cisplatin dan cyclophosphamide. Menurut Tunc Ilgenli dkk,

prevalensi terjadinya mukositis oral pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi adalah 75% dengan obat golongan antimetabolites yaitu 5-fluorouracil.16 Hasil yang

didapat berbeda dari literatur mungkin karena pasien yang diteliti di RSUP HAM paling banyak mendapat perawatan kemoterapi dengan golongan obat alkylating

agent daripada golongan antimetabolites. Obat golongan alkylating agent

menimbulkan efek sitotoksik terhadap sel dengan cara mengikat DNA inti sel dengan grup alkyl sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi untuk pembentukan sel baru.13

Nor Azee Azwa Binti Kamarudin : Prevalensi Komplikasi Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 6

Dokumen terkait