• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4 Hasil Observasi dan Wawancara Mendalam

Berikut ini merupakan identitas dari para informan berikut hasil observasi dan wawancara dengan tiap informan.

Informan 1 Wahyu Andicha

Bripda Wahyu Andicha adalah informan pertama dalam penelitian ini.

Informan tercatat sebagai anggota aktif Polda Sumut yang bertugas di Dit Sabhara Kota Medan. Dalam kesehariannya, informan bertugas melakukan

pengamanan di objek vital nasional seperti bank dan kantor pemerintah daerah. Ketika terjadi aksi demonstrasi dan aksi kerusuhan, Bripda Wahyu juga turut diterjunkan untuk menjaga dan mengamankan situasi di lokasi kejadian.

Dalam hal pemenuhan kriteria informan, Bripda Wahyu telah memenuhi kriteria dengan menggunakan jenis ponsel cerdas iPhone 5. Informan telah menonton film James Bond: Spectre sebanyak 2 kali, yakni sekali di bioskop dan sekali di rumah dengan pemutar DVD (Digital Video Disc). Informan juga telah menggunakan iPhone 5 miliknya selama kurun waktu 1 tahun, semenjak bulan Januari 2015.

B. Hasil Observasi

Observasi untuk informan pertama tidak dapat dilakukan di lingkungan kerja informan, yaitu di lingkungan Unit Sabhara Polda Sumut dengan alasan keamanan dan menjaga sterilisasi lingkungan. Untuk itu obeservasi hanya dapat dilakukan setelah informan selesai bekerja.

Pelaksanaan observasi pada informan pertama dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 di kediaman informan di Jl. Garu 1 No. 29 Kota Medan. Peneliti telah meminta izin kepada informan untuk menginap selama 1 malam guna melaksanakan kegiatan observasi terhadap kegiatan informan. Observasi dilaksanakan mulai pukul 17.00 WIB dan selesai di pukul 07.00 WIB keesokan harinya.

WIB. Setelah menunggu selama 20 menit, informan tiba dirumah setelah selesai bekerja. Peneliti lalu menjelaskan tentang prosedur dari observasi dimana peneliti akan melihat, mengamati, dan menuliskan apa yang dilakukan oleh informan. Informan tidak perlu untuk menghiraukan peneliti, dan dapat mengabaikan keberadaan peneliti di sebelahnya.

Ketika memulai observasi, hal pertama yang informan lakukan adalah memeriksa ponsel cerdasnya dan mulai mengetik layar ponsel cerdasnya. Peneliti memperhatikan bahwa informan sedang memberi kabar kepada pacarnya kalau dirinya telah tiba dirumah. Informan larut dalam kesibukan chatting nya selama kurang lebih 15 menit.

Setelah 15 menit saling chatting dengan pacarnya, informan bergegas untuk mandi. Informan turut serta membawa ponsel cerdas miliknya ke dalam kamar mandi setelah dipasang pelindung anti-basah yang sudah banyak dijual di pasaran. Ketika peneliti bertanya kenapa membawa ponsel cerdasnya ke dalam kamar mandi, informan menjawab untuk mendengarkan lagu sambil browsing internet.

Setelah informan memasuki kamar mandi, terdengar sayup-sayup suara lagu yang diputar oleh informan dari dalam kamar mandi. Informan juga ikut bernyanyi didalam kamar mandi mengikuti lirik lagu yang sedang diputar. Peneliti mencatat, kegiatan mandi – bernyanyi ini menghabiskan waktu 25 menit sampai akhirnya informan keluar dari dalam kamar mandi.

Setelah kembali ke dalam kamar tidur, informan melakukan salah satu hobinya yaitu bernyanyi atau karaoke. Informan menjelaskan di zaman sekarang ketika hendak ingin berkaraoke tidak perlu pergi ke tempat karaoke dan membayar mahal. Cukup dengan menggunakan aplikasi ponsel cerdas dan perangkat headset. Aplikasi ponsel cerdas yang bernama „Smule‟ kini sudah mendukung penggunanya untuk berkaraoke mandiri atau duet dengan banyak orang diseluruh dunia, bahkan dengan artis dan penyanyi luar negeri.

Bernyanyi atau berkaraoke dengan ponsel cerdas ini merupakan kegiatan rutin dari informan. Dari pantauan peneliti, informan memang memiliki suara

yang bagus. Informan terlihat sangat menikmati kegiatan bernyanyi dengan aplikasi ponsel cerdasnya. Di sela-sela kegiatan bernyanyinya, informan berkata bahwa inilah pengusir rasa penat dan lelahnya sehabis bekerja di kantor.

Setelah solat maghrib, informan kembali menelpon pacarnya selama kurang lebih 3 jam dan selesai pukul 22.00 WIB. Setelah selesai menelpon pacarnya, informan menutup telponnya untuk makan malam. Informan diketahui menjalin hubungan jarak jauh (long distance relationship) dengan pacarnya.

Peneliti mencatat bahwa disela-sela menelpon pacarnya, informan juga menggunakan ponsel cerdasnya. Sambil menelpon pacarnya, informan membuka media sosial miliknya, seperti Instagram dan Path. Informan juga memeriksa grup percakapan (group chat) sesama anggota Polda Sumut tentang informasi keamanan dan rencana kegiatan untuk besok hari.

Selesai makan, informan kembali menggunakan aplikasi Smule untuk berkaraoke. Informan menjelaskan bahwa dirinya tergabung dengan kelompok pecinta karaoke di aplikasi tersebut yang anggotanya terdiri dari pengguna seluruh Indonesia. Informan menjelaskan bahwa hobi bernyanyi membuatnya mendapatkan teman-teman dan lingkungan pergaulan yang baru.

Peneliti tidak pernah meminta informan untuk menjelaskan atau mengajak peneliti berbincang-bincang. Informan sendiri yang terkadang mengajak peneliti berbincang atau menjelaskan dengan sendirinya tentang kegiatan apa yang dilakukannya saat itu. Informan beralasan bahwa dirinya merasa risih dan tidak enak hati jika mengabaikan peneliti.

Informan bernyanyi selama 1 jam dimulai dari jam 22.30-23.30. Setelah bernyanyi dengan aplikasi ponsel cerdasnya, peneliti kembali mengecek aktifitas media sosial dan group chat miliknya. Setelah informan merasa tidak ada berita atau kejadian yang baru, informan mengisi daya ponsel cerdasnya lalu meminta izin untuk tidur karena besok akan diadakan apel pagi dikantornya.

Keesokan harinya, informan bangun jam 05.45 WIB. Informan langsung mandi, kali ini tanpa membawa ponsel cerdasnya. Durasi mandi pagi informan

sangat cepat, hanya 5 menit, sangat berbanding terbalik dengan durasi mandi sorenya yang mencapai 25 menit. Selesai berpakaian, informan menghidupkan ponsel cerdasnya lalu memeriksa sekilas aplikasi chatting Whatsapp dan Line. Selesai dengan memeriksa aplikasi chatting, informan menghidupkan musik lewat perangkat headset lalu pergi menuju kantornya sambil bernyanyi mengikuti lirik lagu yang diputarnya.

Observasi peneliti selesai di informan pertama.

C. Hasil Wawancara Mendalam

Bagian 1: Ponsel Cerdas dan Kebutuhan Sosial

Pelaksanaan wawancara mendalam untuk informan pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2016 di rumah informan di Jl. Garu 1 No. 29 Kota Medan. Peneliti telah melakukan janji sebelumnya dengan informan. Tempat pertemuan disetujui oleh kedua pihak baik peneliti dan informan. Wawancara mendalam dilaksanakan mulai pukul 19.00 WIB-selesai.

Peneliti mulai mengajukan pertanyaan yang sudah disiapkan dalam panduan wawancara penelitian. Panduan penelitian tidak dimaksudkan untuk mengatur bagaimana jalannya wawancara melainkan berfungsi sebagai acuan untuk pewawancara atau peneliti tentang pertanyaan apa yang akan diajukan kepada informan.

Untuk pertanyaan pertama, peneliti bertanya kembali tentang ponsel cerdas yang dimiliki informan. Informan menjawab memiliki 1 (satu) unit iPhone 5 yang dibelinya pada bulan Januari 2015.

Pertanyaan selanjutnya peneliti bertanya tentang intensitas dan lama penggunaan ponsel cerdas. Informan menjawab cukup sering, bila dikalkulasikan mungkin mencapai 4-5 jam sehari.

Ketika ditanya kenapa memilih ponsel cerdas dengan merek iPhone 5, informan menjawab alasannya adalah adanya gengsi dengan teman-teman di dunia kerja. Informan menjelaskan adanya tingkat gengsi dan status sosial ketika

dirinya menggunakan produk pabrikan Apple seperti iPhone. Hal itu juga diakui oleh teman informan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan akhirnya informan memilih menggunakan iPhone sebagai ponsel cerdasnya.

Untuk fitur yang terdapat di ponsel cerdasnya, informan mengakui tidak terlalu mengetahui atau paham secara menyeluruh. Informan menjelaskan bahwa pemilihan iPhone 5 bukan karena fitur atau teknologi yang dimiliki, namun adanya gengsi dengan teman-temannya. Seiring waktu, informan mulai mengetahui sedikit demi sedikit tentang fitur yang tertanam di dalam ponsel cerdas miliknya itu. Ketika ditanya fitur apa yang paling disukai, informan menjawab bahwa fitur kamera depan dari iPhone 5 miliknya yang paling disukai.

Peneliti kemudian bertanya tentang tujuan dan kegunaan ponsel cerdas bagi informan. Informan menjawab bahwa ponsel cerdas adalah penghilang rasa penat dan penghibur disaat informan sedang bosan bekerja. Informan mengaku tugasnya sebagai petugas kepolisian dan abdi negara menyita banyak pikiran dan tenaga. Untuk menghilangkan penat dan rasa bosan, ponsel cerdas adalah solusi paling mudah, karena banyak aplikasi ponsel cerdas yang menghibur, mulai dari game, aplikasi bernyanyi, media sosial, dan lain-lain

Informan menjelaskan secara detail bagaimana ponsel cerdasnya dapat menjadi fungsi penghibur (entertainer) bagi dirinya, mulai dari media sosial. Fungsi media sosial menurut informan bukanlah untuk ajang eksistensi diri, melainkan untuk memudahkan mendapatkan informasi terbaru dan fungsi menghibur. Informan menjelaskan bahwa dirinya banyak mengikuti (following) akun-akun lucu dan informatif di Instagram, Facebook, dan Twitter. Kembali lagi ke tujuan informan, yaitu untuk sarana informasi dan hiburan.

Setelah aplikasi media sosial seperti Instagram, informan menjelaskan tentang aplikasi ponsel cerdasnya yang bernama Smule. Informan mengaku sangat hobi bernanyi. Informan menjelaskan bahwa aplikasi inilah yang menyalurkan hobinya selama ini. Aplikasi Smule sendiri seperti yang sudah dijelaskan dibagian observasi adalah aplikasi karaoke di ponsel cerdas. Informan mengaku dapat menghabiskan waktu 4 jam non-stop jika ada waktu luang untuk bernyanyi di

aplikasi Smule ini. Informan sampai mengatakan bahwa baginya “tiada hari tanpa karaoke”.

Untuk fungsi ponsel cerdas yang lainnya adalah mempermudah komunikasi dengan teman-temannya via aplikasi percakapan (chatting). Informan menggunakan aplikasi Whatsapp dan Line. Informan menggunakan fitur group chatting di kedua aplikasi chatting ini. Informan mengaku sangat dipermudah dengan adanya aplikasi percakapan online, karena banyak teman-teman informan yang sudah tidak berdomisili di Medan dapat terhubung dengan dirinya. Teman-teman yang dimaksud informan misalnya Teman-teman seangkatan informan saat pendidikan di Sekolah Polisi Negara dan teman-teman seangkatan saat di Sekolah Menengah Atas (SMA) serta komunitas penggemar karaoke via aplikasi Smule yang tersebar di seluruh tanah air.

Sebagai media pemenuhan kebutuhan sosial, informan menjawab dengan ponsel cerdasnya informan dapat menjawab semua kebutuhannya. Informan dapat menemukan informasi tentang berita dan kabar terbaru seputar sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan nasional hanya dengan mengetik layar ponsel cerdasnya.

Selain berita nasional, informan juga meluangkan waktunya untuk mengikuti perkembangan seputar dunia balap MotoGP. Secara rutin informan mencari informasi terbaru tentang perkembangan dan berita Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, pebalap MotoGP idola informan. Dengan adanya ponsel cerdas, informan selalu mendapatkan informasi terbaru yang terkadang belum ditampilkan di stasiun televisi nasional.

Untuk ruang lingkup lingkungan sosial, informan menjawab bahwa dirinya tergabung dalam komunitas penggemar karaoke melalui aplikasi Smule. Informan juga tergabung dengan komunitas alumni SMA Negeri 1 Tebing Tinggi yang sering mengadakan pertemuan di Kota Medan. Selain itu, informan juga memiliki lingkungan sosial tersendiri dengan sesama petugas kepolisian, khususnya Dit Sabhara Kota Medan.

lingkup sosialnya adalah sebagai media komunikasi dan jaringan komunikasi antara anggota organisasi dan teman-temannya. Misalkan saja dengan sesama anggota komunitas penggemar karaoke online. Mereka mengatur jadwal untuk kegiatan bernyanyi atau saling bertukar pendapat melalui aplikasi chatting Line. Untuk sesama anggota Dit Sabhara Polda Sumut, informan menggunakan aplikasi Whatsapp untuk memudahkan komunikasi dengan para petugas kepolisian Polda Sumut.

Dalam hubungan dengan anggota keluarga, informan menjelaskan bahwa hanya informan dan kedua abang-kakaknya saja yang menggunakan ponsel cerdas beserta aplikasi chatting Line. Karena hanya informan dan kedua saudaranya saja yang menggunakan aplikasi chatting di ponsel cerdas, maka hanya mereka bertiga sajalah yang dapat bertukar informasi seputar kehidupan sosial melalui ponsel cerdas.

Ketika ditanya lebih memilih pulsa atau kuota internet, informan sedikit bingung untuk menjawab. Pada akhirnya setelah lama berpikir, informan menjawab lebih memilih pulsa daripada kuota paket internet. Informan menjelaskan bahwa dengan dirinya yang sudah bekerja, terlebih sebagai abdi negara, setiap anggota diwajibkan memiliki pulsa telepon sehingga jika sewaktu-waktu terjadi situasi atau kondisi darurat dapat menghubungi anggota dan teman-temannya yang lain.

Bagian 2: Pemaknaan Subjektif Penempatan Merek di Film

Informan menjelaskan bahwa mengetahui tentang produk-produk yang beriklan di dalam film atau sinetron di televisi, namun tidak mengetahui apa dan bagaimana proses iklan itu terjadi. Peneliti kemudian mencoba menjelaskan bahwa proses tersebut dinamakan penempatan merek dan sudah sangat lumrah terjadi didunia perfilman dunia maupun nasional.

Untuk penempatan merek di film Spectre, informan tidak ingat jelas bagian mana dari film yang memuat pesan penempatan merek. Peneliti akhirnya kembali mengingatkan informan bahwa pesan penempatan merek terjadi di

adegan di menit sekian dan kejadiannya seperti apa. Akhirnya informan ingat dan dapat menjelaskan pandangannya terhadap penempatan merek di Spectre.

Informan mengaku bahwa mengetahui ada sebuah ponsel cerdas yang beberapa kali menjadi sorotan di tengah-tengah adegan film, namun informan tidak mengetahui apa tipe dari ponsel tersebut. Informan juga menjelaskan bahwa porsi adegan dan pengambilan gambar yang memuat ponsel cerdas tersebut juga cukup banyak (informan mulai menjelaskan adegan-adegan saat Sony Xperia Z5 digunakan oleh para aktor, dan kesemuanya benar).

Informan mengaku bahwa sempat melihat label atau merek dari “SONY” terpampang di layar, namun dirinya tidak mengetahui varian dari ponsel Sony yang mana yang menjadi ponsel bagi James Bond dan kawan-kawan. Informan akhirnya mengetahui apa tipe dari ponsel cerdas yang ditampilkan dalam film yaitu Sony Xperia Z5 setelah peneliti memberi tahu tipe ponsel cerdas tersebut.

Informan menjelaskan tidak ada persepsi khusus terhadap produk ponsel cerdas Sony yang dilihatnya setelah menonton film Spectre. Pada awalnya informan tidak percaya dengan fitur ponsel cerdas Sony yang ditampilkan di Spectre, karena banyak dari film-film dipasaran yang menggunakan efek komputer untuk menambah kesan canggih di produknya.

Persepsi informan terhadap ponsel cerdas miliknya yaitu iPhone 5 ketika sudah selesai menonton film Spectre adalah tetap lebih memilih produk keluaran pabrikan Apple daripada produk berbasis Android seperti Samsung atau Sony. Bagi informan, setelah dua kali menonton Spectre, iPhone 5 miliknya masih dapat dikatakan „menang‟ daripada Sony Xperia Z5.

Ketika ditanya terhadap persepsi informan terhadap merek ponsel cerdas lain setelah menonton film Spectre, informan menjawab bahwa persepsinya tidak banyak berubah. Informan berpendapat tiap merek ponsel cerdas memiliki fitur dan keunggulan masing-masing. Informan menambahkan tidak mungkin persepsinya terhadap merek ponsel cerdas merek lain berubah hanya karena melihat pabrikan ponsel cerdas tertentu beriklan dengan metode penempatan merek di film terkenal, seperti film James Bond.

Untuk pertanyaan apakah ada motivasi dari informan untuk mengetahui lebih jauh tentang produk ponsel cerdas yang diiklankan, informan menjawab bahwa dirinya tidak merasa perlu untuk mencari lebih jauh tentang ponsel cerdas yang bersangkutan. Informan menjelaskan bahwa tanpa dicari lebih jauh, berita tentang ponsel cerdas yang bagus akan datang dengan sendirinya, baik dari mulut ke mulut atau melalui berita di media.

Ketika ditanya tentang pengaruh karakter James Bond yang menggunakan produk Sony Xperia Z5 informan menjawab bahwa tidak terlalu berpengaruh kepada dirinya. Informan menjelaskan bahwa memang sudah dari lama film-film James Bond lekat dengan gawai dan perangkat yang canggih. Jadi tidak ada persepsi baru ketika melihat kecanggihan suatu produk saat digunakan oleh seorang James Bond.

Informan menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat memastikan ketika sebuah produsen mengiklankan produknya di film melalui penempatan merek, maka produk tersebut akan merubah persepsi yang signifikan di pasaran, apalagi menjadi produk yang laku keras. Informan menambahkan berkaitan dengan ponsel cerdas, konsumen masih memiliki beberapa stigma dan pandangan yang belum sepenuhnya hilang, seperti memakai barang dari Apple akan meningkatkan gengsi dan status sosial.

Hal seperti ini masih banyak dijumpai, tidak hanya dikalangan masyarakat menengah kebawah dengan tingkat pendidikan yang rendah, melainkan juga masih dijumpai di masyarakat menengah keatas yang notabene sudah mengenyam pendidikan yang tinggi pula. Informan memberikan kesimpulan seperti itu karena melihat sendiri bagaimana masyarakat pengguna ponsel cerdas yang sudah mengenyam pendidikan tinggi pun masih berstigma bahwa ponsel dari Apple masih memiliki kualitas lebih baik daripada ponsel berbasis Android. Informan menyatakan masyarakat seperti ini banyak dijumpainya di lingkungan informan bekerja.

Informan 2 Syahbana Aidil

Syahbana Aidil dipilih menjadi informan kedua dalam penelitian ini. Informan adalah mahasiswa stambuk 2012 Fakultas Hukum USU dengan konsentrasi pendidikan Hukum Internasional. Saat ini infoman fokus dalam penyelesaian praktik klinis peradilan dan penyusunan skripsi guna menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum USU.

Dalam hal pemenuhan kriteria informan, saudara Aidil telah memenuhi kriteria dengan menggunakan jenis ponsel cerdas Sony Xperia Z1 Compact. Informan telah menonton film James Bond: Spectre sebanyak 2 kali, yakni sekali di bioskop dan sekali di rumah dengan memutarnya di laptop pribadi. Informan juga telah menggunakan Sony Xperia Z1 Compact miliknya selama kurun waktu kurang lebih 1 tahun 8 bulan, semenjak bulan Juli 2014.

B. Hasil Observasi

Pelaksanaan observasi untuk informan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2016 di kawasan kampus Fakultas Hukum USU dan di kediaman informan di Jl. Airlangga No. 25 Medan. Peneliti telah meminta izin kepada informan untuk menginap selama 1 malam guna melaksanakan kegiatan observasi terhadap kegiatan informan. Observasi dilaksanakan mulai pukul 13.00 WIB selesai di pukul 08.00 WIB keesokan harinya.

Observasi dimulai saat peneliti datang ke lingkungan kampus Fakultas Hukum USU tempat informan berkuliah pada pukul 13.00 WIB. Pada saat itu informan baru saja selesai melaksanakan Klinis Sidang di Peradilan Semu Fakultas Hukum. Peneliti menemani informan di saat-saat istirahatnya di sekitaran kampus bersama dengan beberapa orang teman-teman informan.

Peneliti mengamati infoman saat bercengkerama dengan teman-temannya sesama mahasiswa Fakultas Hukum USU. Informasi pertama yang peneliti lihat adalah tingkat intensitas penggunaan ponsel cerdas oleh informan yang cukup tinggi. Informan tidak pernah melepaskan pandangannya dari ponsel cerdas, walaupun informan sedang melakukan percakapan dengan teman-temannya.

Informan terlihat sangat asyik dengan kegiatannya di ponsel cerdas, namun tetap menghiraukan keberadaan teman-teman disekelilingnya.

Intensitas yang cukup tinggi ini berlangsung hingga akhir percakapan informan dengan teman-temannya. Jika dihitung setiap 5 menit sekali informan selalu melihat ponsel cerdasnya. Peneliti tidak mengetahui apa yang diperiksa atau dilihat oleh informan, karena peneliti sebisa mungkin tidak menginterupsi apa yang dilakukan informan saat proses observasi berlangsung. Setelah wawancara mendalam di kemudian hari barulah peneliti mengetahui bahwa ternyata selama ini informan melakukan pengecekan media sosial dan aplikasi percakapan online (chatting) di ponsel cerdasnya.

Selain mengamati informan, peneliti juga mengamati teman-teman informan lainnya yang sedang berkumpul. Terdapat kurang lebih 5 orang yang kesemuanya adalah teman-teman satu kelompok dari informan. Dari penjelasan informan, diketahui bahwa mereka ini adalah teman-teman terdekat informan ketika berada dikampus. Peneliti menyimpulkan bahwa kelima orang teman informan ini termasuk dalam primary group (kelompok primer) informan.

Teman-teman informan yang sedang bercengkerama dengan informan memiliki kebiasaan yang tidak jauh beda dengan informan. Peneliti mencatat bahwa kesemua teman-teman informan ini menggunakan ponsel cerdas dengan berbagai merek dan tipe, yang kebanyakan adalah merek menengah keatas. Peneliti juga mencatat bahwa sekurang-kurangnya setiap 10 menit sekali teman-teman informan juga memeriksa ponsel cerdasnya dan sesekali mengetik di ponsel cerdasnya. Di kesempatan selanjutnya saat wawancara mendalam, peneliti mengetahui bahwa teman-teman informan juga mengecek media sosial dan membalas chat dari teman-teman dunia maya mereka.

Setelah melakukan observasi di lingkungan kampus informan, peneliti mengikuti informan menuju pulang kerumahnya. Peneliti dan informan tiba dirumah informan sekitar pukul 15.00 WIB. Rumah informan sendiri terletak di kawasan Kampung Kubur, Kampung Madras Medan.

mengisi daya ponsel cerdasnya. Setelah setengah jam, informan lalu bersiap untuk mandi. Peneliti memperhatikan bahwa informan membawa serta ponsel cerdasnya kedalam kamar mandi. Informan memberitahu kepada peneliti bahwa dirinya terbiasa untuk mendengarkan lagu sambil mandi di kamar mandi. Fitur tahan air dari ponsel cerdasnya membuat informan tidak khawatir ponsel cerdasnya akan rusak terkena air di dalam kamar mandi.

Selesai mandi, informan menghidupkan televisi sambil makan siang. Kali ini informan melihat berita tentang sepakbola di seluruh liga dunia. Sambil makan, informan menggeser-geser layar ponsel cerdasnya dan mengamati dengan serius informasi yang dilihatnya. Peneliti cukup takjub ketika melihat pemandangan ini, dimana informan dapat membagi tugas kedua tangannya, satu untuk menyuap nasi, dan satu lagi untuk menggeser-geser layar ponsel cerdas, sambil menonton televisi pula.

Peneliti mencatat bahwa informan mempunyai pengetahuan yang sangat luas tentang informasi sepakbola dunia. Peneliti mengamati penjelasan informan tentang berbagai informasi sepakbola, baik dari pemain, tim, dan klasemen tiap liga. Ketika ditanya dari mana mengetahui informasi sebanyak itu, informan menjawab bahwa dia selalu mengikuti perkembangan informasi dari media sosial

Dokumen terkait