Penilaian pre-market terhadap keamanan dan mutu pangan olahan melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) selama tahun 2014 diterbitkan 1.899 persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 2.645 permohonan, dengan rincian 966 persetujuan untuk produk dalam negeri (MD) dan 933 produk luar negeri (ML). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah berkas yang masuk melalui loket pendaftaran ini mengalami penurunan sebanyak 1.152 berkas.
Hasil penilaian pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebanyak
9.015 persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 17.048 permohonan pendaftaran, dengan rincian 4.849 persetujuan untuk produk dalam negeri (MD) dan 4.166 produk luar
*Data Sementara Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* 27 negeri (ML). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebanyak 3.434 berkas.
Penyelesaian penilaian pendaftaran pangan olahan yang tepat waktu untuk pendaftaran melalui pelayanan manual dan e-registration adalah 72,90%.
Pengajuan variasi (perubahan data) melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) yang disetujui sebanyak 2.609 produk dari 2.898 permohonan variasi termasuk jumlah notifikasi variasi (perubahan data) minor manual yang disetujui sebanyak 618 keputusan. Pengajuan variasi melalui aplikasi e-registration sebanyak 1.873 produk dari 2.383 permohonan variasi termasuk persetujuan notifikasi variasi (perubahan data) minor elektronik sebanyak 697 keputusan.
Jumlah penolakan pendaftaran pangan olahan secara manual sebanyak 13 produk dalam dan luar negeri.
Gambar 16. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Pangan (pelayanan secara manual dan e-registration) Tahun 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* *Data Sementara 28
Pengawasan paska pemasaran (post-market) melalui sampling dan pengujian
laboratorium terhadap 22.978 sampel pangan yang beredar dengan hasil 3.373 (14,68%)
sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan. Untuk produk MD dan ML ditindaklanjuti oleh Badan POM, sedangkan untuk produk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan setempat. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan sampel pangan yang TMS sebesar 0,86% dari 24.906 sampel yang diuji.
Gambar 17. Profil Sampling dan Pengujian Pangan Tahun 2014
Rencana Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman,
Bermutu dan Bergizi. Pengawasan PJAS dilakukan melalui sampling dan pengujian
laboratorium terhadap adanya penggunaan bahan berbahaya misalnya rhodamin B, borax, formalin, methanyl yellow dan adanya cemaran mikroba. Sampling PJAS di tahun 2014 dilakukan pada para penjaja PJAS di 1.448 Sekolah Dasar/Madarsah Ibtidaiyah
*Data Sementara Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* 29 yang tersebar di 30 kota di Indonesia. Jumlah sampal yang diambil adalah 10.429 sampel dengan rincian: 7.945 (76,18%) sampel memenuhi syarat dan 2.484 (23,82%) sampel tidak memenuhi syarat. Penyebab sampel tidak memenuhi syarat antara lain karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran mikroba melebihi batas maksimal dan mengandung cemaran bakteri patogen.
Hasil pengawasan garam beryodium. Selama tahun 2014 telah dilakukan sampling dan
pengujian terhadap 1.696 sampel garam dengan hasil 1.307 (77,06%) sampel Memenuhi Syarat (MS) dan 389 (22,94%) sampel Tidak Memenuhi Syarat (TMS).
Hasil pengawasan tepung terigu. Selama tahun 2014, dari 317 sampel tepung terigu,
sebanyak 272 (85,80%) sampel Memenuhi Syarat (MS) dan 45 (14,20%) sampel Tidak Memenuhi Syarat (TMS).
Pemeriksaan terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
dilakukan terhadap 4.251 sarana produksi yang terdiri dari 1.422 industri makanan MD dengan hasil 598 (46,43%) sarana produksi MD tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan 2.829 industri rumah tangga (IRT) dengan hasil 769 (27,18%) IRTP TMK. Untuk sarana MD yang Tidak Aktif sebanyak 134 sarana dan sarana PIRT sebanyak 134 sarana. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan industri makanan MD yang TMK sebesar 15,54%, sedangkan IRT yang TMK mengalami penurunan sebesar 0,79%.
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* *Data Sementara 30
Gambar 18. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi MD Tahun 2014
*Data Sementara Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* 31
Gambar 20. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan Tahun 2014
Pemeriksaan terhadap 9.681 sarana distribusi makanan dengan hasil 3.508 (36,24%)
sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK) dengan rincian temuan produk TIE dari 346 sarana, produk rusak dari 267 sarana, produk kadaluarsa dari 718 sarana, dan TMK label dari 158 sarana. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, maka terjadi peningkatan sarana distribusi makanan yang TMK sebesar 2,30%.
Badan POM telah mengeluarkan 25.126 surat keterangan impor (SKI) untuk 70.025 item produk dan 8.212 surat keterangan ekspor (SKE) untuk 16.003 jenis produk. Apabila dibandingan dengan periode yang sama tahun 2013, terjadi penurunan jumlah SKI dan SKE yang dikeluarkan sebesar 6.362 berkas untuk SKI dan 697 berkas untuk SKE. Badan POM telah menerbitkan surat persetujuan pencantuman logo/tulisan HALAL pada
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* *Data Sementara 32
kepada produsen yang telah memiliki Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia dan telah menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik. Apabila dibandingan dengan data tahun 2013, terjadi penurunan sebesar 100 permohonan untuk perusahaan dan peningkatan 471 persetujuan untuk produk.
Dari pengawasan terhadap 980 label khusus produk pangan halal, terdapat 312 (31,83%) label Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Apabila dibandingkan dengan data tahun 2013, terjadi penurunan TMK sebesar 19,18%.
Untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan, Badan POM melakukan pengawasan terhadap label produk pangan yang beredar serta pengawasan iklan pangan baik di media cetak, elektronik maupun luar ruang. Selama tahun 2014* telah dilakukan pengawasan terhadap 2.730 label produk pangan, dengan hasil 417 (15,27%) label produk pangan yang TMK. Pengawasan terhadap 2.009 iklan dengan hasil 828 (41,21%) iklan pangan Tidak Memenuhi Ketentuan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan label TMK sebesar 10,28% dan penurunan iklan TMK sebesar 6,92%.
Dalam Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan di tahun
2014 telah dilakukan beberapa hal antara lain terkait implementasi Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 43 Tahun 2013 dan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan telah diterbitkan Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penyalahgunaan Bahan Berbahaya Dalam Pangan pada bulan Juli 2014. Pedoman tersebut telah didesiminasikan ke seluruh Balai Besar/ Balai POM dan Tim Pengawas Terpadu Pusat yang dapat digunakan sebagai
tools pengawasan terpadu bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Sebagai upaya proaktif Badan POM dalam rangka memperkuat kewenangan petugas
Badan POM untuk menindaklanjuti temuan penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan hingga ke sarana bahan berbahaya telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No.75/M-DAG/PER/10/2014 yang merupakan revisi kedua dari Peraturan Menteri Perdagangan No.44/M-DAG/PER/10/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Dalam salah satu pasal peraturan tersebut secara eksplisit dicantumkan nama Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai salah satu pelaksana pengawasan bahan berbahaya, baik dilakukan secara mandiri maupun bersama dengan lintas sektor terkait, sehingga peraturan tersebut dapat menjadi payung
*Data Sementara Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014* 33 hukum bagi petugas Badan POM baik di pusat maupun di seluruh Balai Besar/ Balai POM dalam hal pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Koordinasi Tim Pengawas Terpadu Pusat menghasilkan Rencana Aksi tahun 2015 yang
merupakan sinergisme pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh Tim Pengawas Terpadu Pusat seperti updating data pengawasan, sosialisasi dan advokasi peraturan serta pengawasan terpadu. Tim Pengawas Terpadu Pusat juga telah melakukan pengawasan terpadu pada 3 (tiga) provinsi yang menghasilkan rekomendasi antara lain agar Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan menindaklanjuti temuan pelanggaran di sarana yang melakukan importasi sekaligus memproduksi/mengemas ulang pewarna yang sering disalahgunakan dalam pangan tanpa izin.
Pengawasan Kemasan Pangan yang dilakukan Badan POM mencakup kemasan untuk
mengemas pangan terdaftar dan kemasan yang berfungsi sebagai wadah pangan, seperti peralatan makan-minum dengan target utama peralatan makan-minum melamin yang telah wajib SNI. Selama tahun 2014*, dari 233 sampel yang disampling sejumlah 34 (14,6%) sampel tidak memenuhi syarat kesehatan. Data ini seperti temuan di tahun 2013 sehingga telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian selaku instansi pembina industri untuk melakukan pengawasan bersama langsung ke industri kemasan. Di samping itu, juga telah diinisiasi uji kolaborasi antara laboratorium Badan POM dan laboratorium dari LS Pro yang ditunjuk untuk mengawal penerbitan SNI Wajib, sehingga tindak lanjut hasil pengawasan dapat dilakukan secara komprehensif dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat, namun tetap mendukung produktivitas produk dalam negeri.
VIII. Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat dan