• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pelaksanaan

Dalam dokumen ORIENTASI DAN IDENTIFIKASI HAK HAK PIHAK (Halaman 24-39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pelaksanaan

Hasil pelaksanaan kegiatan orientasi lapangan dan identifikasi hak – hak pihak ketiga pada kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu terdiri dari data primer berupa titik koordinat pengamatan, hasil uji petik lapangan serta data sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

Selain itu dilakukan pengamatan visual untuk melakukan pengelompokan/klasifikasi jenis penutupan lahan, tipe perkampungan, jenis bangunan rumah, fasilitas jalan, tipe tambak, dan lain-lain.

Untuk melengkapi data koordinat dan penutupan lahan, dilakukan pula wawancara singkat dengan pihak masyarakat dan pengumpulan data-data penunjang lainnya. Wawancara singkat dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah desa/pemukiman, aktivitas masyarakat terhadap penggunaan lahan, bukti kepemilikan tanah, serta tingkat pendapat dan partisipasi masyarakat terhadap rencana penataan batas kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, serta data sosial budaya dan ekonomi masyarakat lainnya.

Titik koordinat pengamatan dilakukan pada beberapa muara sungai yang berada di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu. Adapun beberapa sungai dimaksud adalah sungai Kiu Empat, S. Kiu Tiga, S. Kiu Dua, S. Kiu Satu, S. Sarang Burung, S. Nilam, S. Sarang Burung Kolam, S. Pampang, S. Sarang Burung Kuala. Selain itu pengambilan titik koordinat dilaksanakan pada beberapa sarana prasarana seperti menara pembangkit listrik tenaga air, pintu air, tambak, saluran tambak, perkampungan, jembatan, jalan aspal, jalan semen dan lain-lain.

Tabel 5. Data Titik Koordinat Pengamatan Lapangan pada Kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. X Y 1 Akhir Jl n Semen 284999 155410 2 Aspal 283408 162667 3 Bt s 282748 158701 4 Bt s Budidaya 283198 153514 5 Bt s Hut an 282164 163427 6 Bt s Tambak 282493 155214 7 Camp Tambak 282496 158417 8 Gar is Kampung 281724 162050 9 Jmbt n 2 282034 161902 10 Jmbt n 3 282374 162093 11 Jl n 3 283113 164361 12 Jl n No.2 283048 163645 13 Jmbt n 4 285597 165943 14 Kades SB Kual a 286732 153988 15 Kades Usrat 286223 155147 16 Kbn Kel apa 283835 155248 17 Kel apa 283377 155387 18 Kmpg Nelayan 282038 161902 19 Laj ur 282353 163473 20 Muar a S. Nilam 281812 157826 21 Muar a S. Pampang 281953 155013 22 Muar a 2 282003 163408 23 Muar a 3 282141 164076 24 Pndok 282620 158591 25 Pnngr 2 281752 162132 26 Pnngr Pant ai 281781 162257 27 Air 283023 163690 28 Rmh Kades Kolam 286367 156908 29 Rmh1 283407 158862 30 Sal ur an 282568 164266 31 Sal ur an1 282894 158756 32 Simp3 284464 159026 33 Smpg1 285314 163250 34 Smpg Kual a 285890 153789 35 Sudut Uj ung 283417 165261 36 Tmbak Pampang 283276 155373 37 Tower Angin 281945 161933

Vegetasi yang ditemukan adalah pohon-pohon penyusun vegetasi mangrove (Bakau, Api-Api, Cemara Laut, Nyirih), kebun kelapa, kebun campuran (buah-buahan), tanaman palawija, serta semak belukar. Kondisi vegetasi yang ada bervariatif, dari tingkat semai hingga tingkat tiang. Kondisi vegetasi kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu yang ada di wilayah Desa Sarang Burung Kolam dan Desa Sungai Nilam, relatif baik dan mengalami penambahan luas bidang dasar vegetasi. Sedangkan vegetasi yang ada di Desa Simpang Empat, Sarang Burung Danau serta Sarang Burung Usrat mengalami pengurangan luasan, karena dialihfungsikan menjadi tambak tradisional dan tambak intensif.

Selain vegetasi, penutupan lahan pada Kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu terdiri dari perkampungan yaitu Dusun Kuala Baru, tambak, serta sarana jalan.

Sarana dan prasarana yang ada antara lain bangunan rumah penduduk yang bersifat permanen dan semi permanen, bangunan peribadahan berupa masjid dan musholla, fasilitas jalan berupa jalan aspal, jalan semen, jalan tanah serta jalan setapak, bangunan pintu air, saluran kanal pembuangan dan

kuantitas. Berdasarkan informasi dari pihak aparat desa, jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Kuala Baru sebanyak 60 KK (data tahun 2008).

Tambak yang ada di lokasi dikelompokkan ke dalam tambak intensif dan tambak tradisional. Untuk tambak tradisional yang diusahakan masyarakat, pada umumnya masih berjalan hingga saat ini, sedangkan tambak intensif mengalami kevakuman. Berdasarkan informasi yang didapat dari pemuka masyarakat dan masyarakat umum, pada pertengahan tahun 2010 akan dilakukan perbaikan dan pengaktifan kembali tambak intensif tersebut dengan dukungan dana dan teknologi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (provinsi dan kabupaten) serta Dinas Pekerjaan Umum.

Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan oleh pelaksana dengan pihak aparat desa dan masyarakat umum, tidak ada bukti kepemilikan tanah berupa sertifikat dan Surat Keterangan Tanah (SKT) serta dokumen perijinan atas kegiatan tambak yang ada di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu yang dikeluarkan oleh aparat setempat. Permasalahan ini harus ditelusuri secara seksama dan melakukan klarifikasi data dengan pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Sambas.

Aktivitas kegiatan budidaya tanaman kelapa yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, telah dilakukan sejak jaman Belanda. Hal itu dapat kita lihat dengan siklus regenerasi tanaman kelapa yang telah memasuki siklus ketiga. Selain budidaya tanaman kelapa,

masyarakat mengusahakan pula tanaman buah-buahan dengan sistem agroforestry.

Dari hasil wawancara, pelaksana mendapatkan gambaran awal pendapat masyarakat mengenai rencana penataan batas kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu. Pendapat masyarakat mengenai perencanaan penataan batas tersebut terbagi dalam tiga kelompok, yaitu yang setuju, yang kurang setuju dan tidak mempunyai pendapat.

Untuk kelompok yang setuju dengan pelaksanaan penataan batas, dilandasi dengan alasan bahwa keberadaan Tanjung Baharu memberikan manfaat secara langsung terhadap mata pencaharian, perlindungan dari air asin / abrasi serta pemanfaatan tradisional untuk keperluan kayu bakar, cerucuk. Manfaat terhadap mata pencaharian terkait dengan keberadaan jenis-jenis kerang, dimana apabila habitat kerang tersebut tidak mengalami gangguan dan perubahan, maka jumlah kerang-kerang tersebut akan mengalami peningkatan yang bagus.

Untuk kelompok yang kurang / tidak setuju, mereka berasumsi bahwa dengan perubahan bentang lahan menjadi tambak, maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di sekitar kegiatan tambak. Namun

diperoleh, apabila kelak Tanjung Baharu ditunjuk dan ditetapkan fungsinya sebagai kawasan Hutan Lindung.

5.2. Pembahasan

Titik koordinat pengamatan menggunakan GPS dilakukan pada beberapa muara sungai, sarana prasarana seperti menara pembangkit listrik tenaga air, pintu air, tambak, saluran tambak, perkampungan, jembatan, jalan aspal, jalan semen dan lain-lain. Dari hasil pengamatan tersebut diketahui adanya perbedaan antara peta rencana trayek batas dengan kondisi faktual di lapangan. Perbedaan tersebut seperti perubahan bentuk garis pantai, perubahan bentuk alur dan lebar sungai, serta kondisi penutupan lahan. Perubahan tersebut disebabkan adanya fenomena alam yang terjadi di areal Tanjung Baharu.

Perubahan bentuk garis pantai disebabkan adanya pengaruh gerak semu matahari dan pengaruh tiupan angin laut. Pengaruh tiupan angin terutama angin musim barat dan angin musim timur menyebabkan adanya perubahan penumpukan pasir yang menyebabkan perluasan daratan pada sisi selatan dan utara pantai dari kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu.

Sedangkan perubahan bentuk alur dan lebar sungai yang ada di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu disebabkan oleh aktivitas manusia yang melakukan pengerukan dengan tujuan untuk kepentingan kegiatan

pengairan lahan budidaya pertanian/perkebunan masyarakat, menahan pasang surut air laut serta memudahkan aksesibilitas menuju kelaut sehingga dapat dilalui oleh kapal-kapal ikan nelayan yang berukuran besar.

Vegetasi sebagai penyusun utama penutupan lahan di kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, mengalami perubahan dan penambahan luas berbanding lurus dengan aktivitas pembukaan/perubahan lahan yang dilakukan oleh masyarakat. Pada daerah-daerah yang tidak dibangun tambak, kondisi penutupan lahan mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Namun pada daerah yang melakukan pembukaan lahan untuk tambak, kondisi vegetasi mengalami penyusutan yang drastis, selain itu luas daratan pada daerah tersebut mengalami pengurangan lebih dari 50 meter.

Khusus masyarakat di desa Sarang Burung Kolam dan Sungai Nilam, memiliki kegiatan pemanfaatan tradisional terhadap keberadaan vegetasi. Kondisi vegetasi yang baik merupakan habitat yang ideal bagi perkembangan dan tempat tinggal kerang. Hal tersebut menunjang kegiatan mencari kerang oleh masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian mereka. Selain itu mereka juga memanfaatkan pohon-pohon yang telah mati sebagai kayu bakar serta

masyarakat, pemanfaatan ini dilakukan untuk keperluan pribadi mereka, sehingga tidak termasuk kegiatan yang bersifat ekonomis.

Posisi pemukiman Dusun Kuala Baru berada tepat di pinggir muara Sungai Kui Satu pada Laut Cina Selatan. Hal ini menyebabkan hilangnya vegetasi penyusun penutupan lahan akibat aktivitas masyarakat untuk bangunan rumah, sarana dan prasarana, dan lain-lainnya. Kondisi bangunan rumah penduduk yang pada umumnya bersifat permanen, menyebabkan lokasi pemukiman tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan relokasi

(resettlement). Selain itu pantai yang berada di dekat Dusun Kuala Baru, telah

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lokasi wisata pantai. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas masyarakat yang memberikan tekanan terhadap kondisi penutupan lahan dan bentuk bentang alam.

Aktivitas pembangunan tambak telah dilakukan oleh masyarakat sejak 7 (tujuh) tahun yang lalu. Namun sempat mengalami kevakuman pada saat krisis moneter tahun 2008. Posisi tambak yang ada di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu memiliki jarak yang bervariatif dari garis pantai, yaitu antara 20 Meter – 200 Meter. Untuk tambak yang berjarak 20 meter dari garis pantai, berpotensi menyebabkan sisa vegetasi yang ada akan terkikis dari sisi laut dan sisi daratan. Sedangkan untuk tambak yang berjarak diatas 100 meter dari pinggir pantai, berpotensi untuk mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, karena terpenuhinya bentang minimal dari daratan sebagai tempat tumbuh vegetasi melakukan daur pertumbuhan.

Rencana pemerintah kabupaten untuk mengaktifkan kembali tambak-tambak intensif yang ada di dalam kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, perlu dilakukan pengkajian kembali secara komprehensif. Pembangunan tambak di sepanjang pantai Tanjung Baharu hendaknya kaji dari sisi ekologis, sosial budaya serta ekonomis. Apabila mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 259/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat seluas 9.178.760 Hektar, maka kawasan Tanjung Baharu memiliki fungsi Hutan Lindung, dengan demikian tidak boleh dilakukan perubahan bentang alam. Selain itu perlu juga dipertimbangkan Keppres No. 32 Tahun 1990 mengenai Kawasan Lindung, dimana daerah pinggir pantai merupakan salah satu kawasan lindung yang tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang berorientasi ekonomis murni. Namun demikian perlu dilakukan koordinasi dan konsolidasi dalam rangka mengakomodir kepentingan lintas sektoral dengan tujuan untuk kemakmuran masyarakat secara berkelanjutan.

Terkait dengan pendapat dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap rencana penataan batas kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu yang terbagi dalam 3 kelompok pendapat, hendaknya dilakukan penelusuran dan pendalaman

Pada dasarnya, budidaya tambak merupakan suatu pengetahuan terapan yang didapatkan oleh masyarakat setempat dari masyarakat pendatang yang memahami teknologi budidaya tambak. Hal tersebut bertolak belakang dengan kearifan lokal masyarakat mengenai pemanfaatan dan pengelolaan daerah sempadan pantai dalam aktivitas sehari – hari mereka.

Masyarakat yang masih menerapkan kearifan lokal dalam pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sempadan pantai, merasakan manfaat dari kawasan dimaksud baik dari sisi ekologis, sosial budaya dan ekonomis yang berkelanjutan. Sedangkan masyarakat yang menerapkan budidaya tambak lebih menekankan pada perkembangan pemahaman mengenai teknologi dan sisi ekonomisnya.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Simpulan

Secara geografis Kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu terletak diantara 109 00’ - 109 05’ Bujur Timur dan 01 20’ - 01 35’ Lintang Utara. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, lokasi kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu termasuk dalam wilayah Desa Sarang Burung Usrat, Sarang Burung Kolam, Sui Nilam, Sarang Burung Danau, Kecamatan Jawai dan Desa Simpang Empat, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan berdasarkan pengelolaan hutan, merupakan tanggungjawab Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sambas, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat.

Penutupan lahan kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu terdiri dari vegetasi berupa Bakau, Api-Api, Nyirih, Cemara Laut, kebun kelapa, perkebunan campuran, tambak, pemukiman penduduk serta sarana dan prasarana jalan, dan lain-lain.

Tanjung Baharu diperkirakan seluas ± 500 hektar yang terdiri dari tambak intensif dan tambak tradisional. Berdasarkan pemanfaatan tambak terbagi menjadi tambak produktif dan non produktif. Posisi tambak dari garis pantai bervariasi dari jarak 20 meter – 200 meter.

Pemanfaatan masyarakat terhadap kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu adalah untuk pengumpulan kerang, budidaya pertanian / perkebunan (kelapa, campuran, palawija, dan lain-lain), pemukiman, budidaya perikanan (tambak), sarana prasarana (jalan, pintu air), kayu baker dan cerucuk untuk keperluan pribadi serta obyek wisata alam.

Terkait dengan rencana penataan batas kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu, pendapat masyarakat terbagi ke dalam kelompok yang setuju dan kurang setuju serta tanpa pendapat.

Pada areal yang tidak dimanfaatkan sebagai areal tambak, pemukiman, serta budidaya pertanian dan perkebunan, terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dari vegetasi. Hal tersebut berbanding terbalik dengan areal yang dimanfaatkan terjadi penurunan kualitas lingkungan, pengurangan kualitas dan kuantitas vegetasi serta intrupsi air laut ke daratan.

Secara ekologis, pada beberapa tempat (spot) kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu layak untuk dijadikan sebagai kawasan hutan lindung. Hal tersebut disadari oleh kelompok masyarakat yang jenis mata pencaharian mereka mengumpulkan kerang.

6.2. Saran

Untuk menjamin proses suksesi dari vegetasi secara maksimal, perlu dikondisikan kualitas tempat tumbuh dan iklim yang baik. Hal tersebut dapat tercapai dengan menetapkan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan Tanjung Baharu dengan mengedepankan aspek ekologis.

Perlunya koordinasi dan konsolidasi terkait rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan Tanjung Baharu oleh seluruh pihak terkait, berdasarkan peraturan yang berlaku dan menjamin aspek ekologis, sosial budaya serta ekonomis yang berkelanjutan. Pemanfaatan kawasan Hutan Tanjung Baharu lebih ditekankan dengan sistem pemanfaatan yang tidak merubah bentang alam secara signifikan. Sehingga fungsi utama sebagai kawasan lindung sempadan pantai dapat terjamin secara berkelanjutan.

Pemanfaatan masyarakat terhadap kawasan Hutan Tanjung Baharu perlu dilakukan bimbingan dan pengawasan oleh pihak pengelola, dengan mengedepankan kearifan lokal yang telah dijalankan oleh masyarakat sejak dulu. Sosialisasi mengenai manfaat kawasan lindung sempadan pantai serta

Terhadap adanya perbedaan persepsi dan dukungan masyarakat terhadap rencana penataan batas daerah Tanjung Baharu sebagai kawasan Hutan Lindung, perlu dilakukan sosialisasi, pendalaman pemahaman dan keinginan masyarakat serta kronologis kondisi faktual daerah Tanjung Baharu baik dari sisi pemanfaatan maupun fungsinya. Dengan demikian, keinginan kelompok masyarakat yang menginginkan ditetapkan sebagai kawasan lindung dan keinginan kelompok masyarakat untuk memanfaatkan secara luas (tambak, dan lain-lain) dapat berjalan seiring.

Dengan mempertimbangkan kelayakan aspek ekologis daerah Tanjung Baharu pada beberapa tempat untuk dijadikan sebagai kawasan hutan lindung, perlu kiranya dilakukan penataan batas berdasarkan kondisi penutupan lahan (vegetasi), perkiraan perkembangan dampak/tekanan aktivitas masyarakat serta tingkat dukungan masyarakat terhadap rencana tersebut.

Dalam dokumen ORIENTASI DAN IDENTIFIKASI HAK HAK PIHAK (Halaman 24-39)

Dokumen terkait