• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Lokasi PT Aspex Kumbong

PT Aspex Kumbong merupakan perusahaan patungan antara panwell industrial Ltd. Perusahaan Korea yang beroperasi di Hongkong dengan PT Aspex Paper Indonesia. PT Aspex Kumbong merupakan perusahaan di bawah Holding Company Korindo Group. PT Aspex Kumbong berdiri pada tahun 1983 dengan izin akta notaris no. 299 tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983 dan surat izin tetap (SPT) BKPM No. 40/I/PMA/1983 tanggal 31 Desember 1983, diresmikan oleh Presiden Soeharto di Leces pada tanggal 28 Desember 1983. Awal tahun 2000, berdasarkan persetujuan (marger) Kepala BKPM No. 1560/III/PMA/1999 tanggal 29 November 1999 dan Akta Notaris A. Partomuan Mohan, SH.,LLM No.

27 tanggal 25 Februari 2000, nama “PT Aspex Kumbong” telah disahkan oleh

Menteri Hukum dan Perundang-undangan No.C-7631HT.01.04.TH2000 pada tanggal 31 Maret 2000.

PT Aspex Kumbong mengawali produksinya pada tahun 1995 menggunakan satu buah mesin kertas (Paper Machine-1) dengan kapistas produksi mencapai 90.000/tahun. Paper Machine ini menggunakan panel kontrol sistem semi digital dengan penambahan alat dan beberapa modifikasi. Tahun 1996, mulai memproduksi dengan penambahan mesin ketiga yang menggunakan sistem difital DCS (Distributed Control System).

13 PT Aspex Kumbong berada di kawasan Cileungsi Industrial Park, tepatnya berada di jalan Narogong km. 26 Desa Dayeuh, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT Aspex Kumbong memiliki luas lahan 900000 m², digunakan 163176.84 m² untuk luas bangunan. Letak geografis PT Aspex Kumbong dibatasi oleh sungai Cileungsi di sebelah barat, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk serta terletak diantara ruas jalan Jonggol-Bekasi. Pemilihan Lokasi perusahaan berdasarkan peraturan pemerintah pada lokalisasi industri di Bogor, serta lokasi yang strategis memberikan kemudahan bagi PT Aspex Kumbong untuk memperoleh sumberdaya yang mendukung kegiatan produksi.

Struktur Organisasi

Organisasi PT Aspex Kumbong terbagi menjadi beberapa sub-organisasi: 1. Presiden Direktur dan wakilnya membawahi 6 Direktur Pelaksana

2. Presiden Komisaris dan Komisaris Pelaksana sebagai pengawas kegiatan organisasi

3. Sub organisasi lain, yaitu: Manajer (keuangan, logistik, HRD dan GA, produksi, enginering, laboratorium), tenaga administrasi, keamanan, dan buruh umum.

Posisi pada no 1 dan 2 diisi oleh orang Korea sementara posisi no. 3 diisi oleh orang Indonesia.

Fasilitas Pekerja/buruh

PT Aspex Kumbong mengupayakan untuk dapat memenuhi kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas yang disediakan oleh PT Aspex diantaranya: mushola; kantin; kamar mandi; tempat istirahat; lapangan olahraga; fasilitas kesehatan (poliknik dan jamsostek); fasilitas keselamatan kerja (sepatu boot, sarung tangan kulit, alat-alat yang safety, masker, helmet, mobil pemadam kebakaran); organisasi SP-KEP (serikat pekerja yang mewakili semua anggotanya yang bekera di PT Aspex Kumbong); koperasi yang melayani berbagai keperluan pekerja/buruh, berdiri pada tahun 1990.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dengan instrumen kuesioner dinayatakan valid nilai korelasi r hitung lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0.361 pada taraf margin error 5%hasil dari perhitungan uji validitas terhadap semua instrumen kuesioner menunjukkan nilai r hitung > r tabel (0,361). Sehingga instrumen dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut (valid).

Uji reliabilitas dengan instrumen kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai alpha cronbach lebih besar dari 0.60. Hasil akhir dari perhitungan uji reliabilitas untuk semua instrumen kuesioner menunjukkan kuesioner reliabel, diperlihatkan dengan nilai alpha cronbach di atas 0.60. Nilai alpha cronbach dapat dilihat pada tebl 4.1

14

Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha

Upah minimum Kebutuhan hidup layak

0.982 0.981

Sumber: data diolah (2014)

Pada tabel 4.1 dapat terlihat bahwa kedua variabel memiliki nilai alpha cronbach lebih dari 0.60, sehingga kedua variabel bersifat reliabel artinya pertanyaan tersebut dapat diandalkan ketika kuesioner kembali disebar kepada responden yang berbeda, maka hasil yang didapat akan konsisten.

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sample dalam penelitian ini berjumlah 90 orang, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin. Penjabaran karakteristik responden dilakukan untuk mengetahui tipe responden yang menjadi sample. Karakteristik responden penting untuk dikemukakan karena diasumsikan bahwa perbedaan tanggapan setiap responden terhadap item-item pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan perbedaan latar belakang masing-masing responden. Jenis Kelamin

Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.2 berdasarkan jenis kelamin. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pekerja/buruh yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebanyak 76.67%, sementara pekerja perempuan yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong hanya 23.33% dari total responden.

Tabel 4.2 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 69 76.67

Perempuan 21 23.33

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 4.2, terdapat perbedaan signifikan. Perbedaan signifikan tersebut terjadi karena jenis pekerjaan di lapangan lebih banyak membutuhkan pekerja laki-laki dibandingkan perempuan.

Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dikelompokan menjadi lulusan SMP, SMA, Diploma dan lulusan S1. Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.4 berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.3 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Usia Frekuensi Persentase

SMP/sederajat 2 2.22

SMA/sederajat 55 61.11

Diploma 16 17.78

S1 17 18.89

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik pendidikan responden di PT Aspex Kumbong didominasi oleh lulusan SMA/sederajat sebanyak 61.11%. Hal tersebut

15 dikarenakan, PT Aspex Kumbong lebih banyak membutuhkan pekerja teknisi khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan jurusan teknik.

Lama Bekerja

Berikut ini disajikan data responden pada Tabel 4.5 berdasarkan pada lama bekerja di PT Aspex Kumbong. Data pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa responden sebagian besar telah bekerja di PT Aspex kumbong lebih dari 15 tahun dengan persentase sebesar 40%.

Tabel 4.4 Persentase Karakteristik Reponden berdasarkan Lama Bekerja

Usia Frekuensi Persentase

< 2 tahun 7 7.78 2-5 tahun 7 7.78 6-10 tahun 17 18.89 11-15 tahun 23 25.56 >15 tahun 36 40 Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Masa kerja yang cukup lama (>15 tahun) dapat diasumsikan bahwa pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong yang menjadi responden memiliki loyalitas yang yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pekerja di PT Aspex Kumbong telah diangkat sebagai pekerja tetap dan mereka merasa nyaman bekerja di PT Aspex Kumbong.

Usia

Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.3 berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian, usia pekerja/buruh yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong didominasi oleh responden yang memiliki usia rentang 31-40 tahun dengan persentase sebanyak 45.56%.

Tabel 4.5 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

<20 tahun 1 1,11 20-30 tahun 20 22.22 31-40 tahun 41 45.56 41-50 tahun 27 30 >50 tahun 1 1.11 Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5, pekerja/buruh yang bekerja di PT Aspex merupakan pekerja/buruh yang tergolong ke dalam usia produktif7 yaitu usia yang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Rentang usia yang mendominasi dipengaruhi oleh loyalitas mereka yang sebagian besar telah bekerja lebih dari 15 tahun.

7 Usia produktif menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ialah rentang usia 15-64 tahun.

16

Status Pernikahan

Berikut ini, disajikan data responden pada Tabel 4.6 berdasarkan pada status pernikahan. Berdasarkan data yang diperoleh, pekerja di PT Aspex Kumbong sebagaian besar berstatus menikah dengan presentase sebesar 86.67%. Tabel 4.6 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan

Usia Frekuensi Persentase

Menikah 78 86.67

Belum menikah 12 13.33

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Hasil yang terdapat pada tabel 4.6 menunjukan para pekerja PT Aspex Kumbong sebagian besar telah berkeluarga. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah tanggungan keluarga menjadi bertambah terlebih jika pekerja sudah memiliki anak.

Sistem Pengupahan di PT Aspex Kumbong Upah di PT Aspex Kumbong

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan besaran upah yang diberikan di PT Aspex Kumbong. Upah terkecil yang diberikan berkisar 500.000-1.000.000 sedangkan upah terbesar yang diberikan lebih dari 5.000.000.

Tabel 4.7 Upah di PT Apex Kumbong

Usia Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

500.000-1.000.00 1 1.11 1.11 >1.000.000-2.000.000 3 3.33 4.44 >2.000.000-3.000.000 22 24.44 28.88 >3.000.000-4.000.000 32 35.56 64.44 >4.000.000-5.000.000 20 22.22 86.66 >5.000.000 12 13.33 100 Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Pada Tabel, dapat terlihat bahwa sistem pengupahan PT Aspex Kumbong telah sesuai peraturan pemerintah karena sebanyak 95.56% mendapatkan upah di atas upah minimum kabupaten Bogor tahun 2013 (2.242.2408).

Hubungan Upah dan Lama Bekerja

Tabel 4.8 menunjukan hasil tabulasi silang antara upah dan lama bekerja pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong. Dapat dilihat pada Tabel, bahwa tabulasi silang antar baris dan kolom cukup beragam. Hasil tabulasi silang menunjukan bahwa ada beberapa pekerja/buruh yang sudah bekerja dalam rentang waktu yang sama tetapi upah yang diterima berbeda. Selain itu, ada beberapa pekerja/buruh yang menerima upah yang lebih besar tetapi mereka bekerja tidak cukup lama dibandingkan dengan yang lainnya.

8 Sumber: http://www.kotabogor.go.id

17 Tabel 4.8 Crosstabulation Lama Bekerja dan Upah

upah dalam ribuan Lama Bekerja Upah Total 500-1000 >1000-2000 >2000-3000 >3000-4000 >4000-5000 >5000 < 2tahun 0 1 2 5 0 0 8 2-5 tahun 0 0 2 2 2 1 7 6-10 tahun 0 0 6 3 5 3 17 11-15 tahun 0 1 4 9 4 5 23 >15 tahun 1 1 8 13 9 3 35 Total 1 3 22 32 20 12 90

Sumber: data diolah (2014)

Keberagaman hasil tabulasi islang tersebut menggambarkan bahwa sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong tidak didasarkan pada lamanya bekerja seoarang pekerja/buruh, melainkan sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong didasarkan pada jumlah jam kerja pekerja/buruh PT Aspex Kumbong.

Analisis Hubungan Upah dengan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pekerja/Buruh di PT Aspex Kumbong

Analisis upah dengan pemenuhan kebutuhan hidup layak pekerja/buruh menggunakan alat anslisis chi-square yang dapat diukur dengan melihat besaran yaitu kendall’s tau-tab, Kendallas tau-c, gamma, Spearman Correlation. Setelah data diolah, keempat besaran tersebut cukup jauh dibawah 1, yaitu 0,254; 0,310; 0,409; 0,279. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dikatakan korelasi antara tingkat upah dengan pemenuhan kebutuhan cukup lemah. Selain itu, untuk mengetehui adanya hubungan antara upah dan tingkat pemenuhan kebutuhan pekerja/buruh dapat dilihat berdasarkan angka signifikansi. Angka signifikansi yang diperoleh sebesar 0.008 berada di bawah nilai kepercayaan yang digunakan sebesar 0.05. Sehingga, upah yang diterima dapat memprediksi tingkat pemenuhan kebutuhan hidup layak karayawan PT Aspex Kumbong.

Tabel 4.9 Crosstabulation Upah dan Pemenuhan Kebutuhan

upah dalam ribuan

Upah Total 500-1.000 1.001-2.000 2.001-3.000 3.001-4.000 4.001-5.000 >5.000 Pemenuhan Kebutuhan Terpenuhi 1 0 9 15 14 9 48 Tidak terpenuhi 0 3 13 17 6 3 42 Total 1 3 22 32 20 12 90

Sumber: data diolah (2014)

Upah minimum yang berlaku di kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebesar 2.242.240. Pada Tabel 4.9 responden yang mendapatkan upah lebih dari upah minimum kabupaten masih merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, (berjumlah 39 orang). Sementara responden yang menerima upah dalam jumlah yang sama merasa kebutuhan hidup layaknya terpenuhi (47 orang). Berdasarkan data tersebut, jumlah nominal upah minimum yang ditetapkan di kabupaten Bogor telah dapat memenuhi kebutuhan hidup layak sebagian besar pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong. Sementara, bagi pekerja/buruh yang masih merasa belum

18

tercukupi kebutuhannya dengan upah yang diterima sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan setiap individu berbeda termasuk tingkat kebutuhan para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Rossana (2013) menyebutkan adanya 4 faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia yaitu penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap perkembangan.

Analisis Kelayakan Komponen Kebutuhan Hidup Layak Pekerja/Buruh Analisis kelayakan komponen kebutuhan hidup layak dilihat dari persentase kemampuan upah yang diterima pekerja/buruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup layak yang terbagi menjadi tujuh komponen yaitu: makanan dan minuman, sandang, kesehatan, rumah dan perlengkapannya, pendidikan, rekreasi dan tabungan serta transportasi.

Analisis kelayakan komponen makanan dan minuman

Kebutuhan makanan dan minuman dalam penelitian ini terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein, sumber serat dan susu. Analisis ini didasarkan pada hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Berikut disajikan interpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Makanan dan Minuman

Keterangan T TT Modus Persentase

Sumber karbohidrat (nasi/jagung/ubi/roti) 62 28 62 68.9 Sumber protein

(daging/ayam/telur/tempe/tahu)

59 31 59 65.6

Sumber serat (buah/sayuran) 60 30 60 66.7

Susu 56 34 56 62.2

Sumber data: diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagian besar telah dapat memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen makanan dan minuman layak dijadikan sebagai komponen-komponen kehidupan layak (KHL). Namun, kacang-kacangan (tempe dan tahu) sebaiknya digabungkan ke dalam kelompok protein, karena menurut Baliwati dan Madanijah (2013) kacang-kacangan termasuk olahannya termasuk ke dalam kelompok protein. Selain itu, sebaiknya pengkelompokan karbohidrat bukan hanya nasi dan kerbohidrat lainnya setara tepung terigu, tetapi dibagi kedalam sumber karbohidrat pokok dan sampingan. Maksud sumber karbohidrat pokok ialah sumber karbohidrat yang digunakan sebagai makanan pokok atau paling sering dikonsumsi oleh pekerja/buruh. Sedangkan sumber karbohidrat sampingan ialah makanan yang digunakan sebagai pengganjal atau camilan yang hanya menambah sedikit jumlah energi. Pada Tabel 4.10 jumlah komponen yang termasuk kedalam kelompok makanan dan minuman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah komponen makanan dan minuman berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

19 dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 (terdapat pada lampiran), hal tersebut dikarenakan lebih mengacu pada penggolongan sumber pangan.

Analisis kelayakan komponen sandang

Kebutuhan sandang dalam penelitian ini terdiri dari pakaian bekerja dan bersantai, peralatan ibadah, alas kaki, perlengkapan semir sepatu. Analisis ini didasarkan pada hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan sandang pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Sandang

Keterangan T TT Modus Persentase

Pakaian bekerja dan bersantai 53 37 53 58.9

Peralatan ibadah (mukena/sejadah/sarung) 57 33 57 63.3 Alas kaki (sepatu/sandal/kaos kaki) 54 36 54 60

Perlengkapan semir sepatu 50 40 50 55.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan sandang. Hal ini, mengindikasikan bahwa komponen-komponen sandang layak dijadikan sebagai komponen kehidupan layak (KHL). Dapat terlihat bahwa persentase pemenuhan kebutuhan peralatan ibadah (56,8%) lebih besar dibandingkan pemenuhan kebutuhan pakaian. Jumlah komponen pada tabel 4.11 lebih sedikit dibandingkan dengan komponen yang terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012. Penggolongan kebutuhan sandang ke dalam kelompok pakaian formal dan santai, peralatan ibadah, alas kaki serta perlengkapan semir sepatu. Pada Tabel, komponen sandang yang sesuai dengan Permenaketrans tidak dijelaskan jenis pakaian yang termasuk pakaian formal (untuk bekerja) dengan pakaian santai (di luar jam kerja).

Analisis kelayakan komponen kesehatan

Kebutuhan kesehatan dalam penelitian ini terdiri dari perlengkapan obat pribadi, alat dan perlengkapan mandi, perlengkapan cukur dan potong rambut di salon, dan perlengkapan memerindah diri. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan

Keterangan T TT Modus Persentase

Perlengkapan obat pribadi 44 46 46 51.1

Alat dan perlengkapan mandi (handuk/sabun/pasta gigi/sikat gigi/shampo/lainnya)

60 30 60 66.7

Perlengkapan cukur dan potong rambut di salon

46 44 46 51.1

Perlengkapan memperindah diri

(deodorant/minyak wangi/pelembab/dll)

47 43 47 52.2

20

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan kesehatan. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen sandang layak dijadikan sebagai komponen kebutuhan kehidupan layak (KHL). Dapat terlihat bahwa persentase pemenuhan kebutuhan peralatan dan perlengkapan mandi lebih mendominasi (66.7%) dibandingkan pemenuhan komponen kebutuhan lainnya. Persentase pemenuhan komponen obat pribadi paling kecil (51.1%) diantara komponen lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa komponen lain lebih diprioritaskan dibandingkan dengan kebutuhan obat pribadi. Hal itu karena di PT aspex Kumbong diberikan fasilitas klinik dan asuransi kesehatan dari Jamsostek.

Analisis kelayakan komponen perumahan

Kebutuhan perumahan dalam penelitian ini terdiri dari perlengkapan biaya sewa kamar/rumah, perlengkapan rumah, perlengkapan dapur, biaya listrik/ pajak/ kebersihan. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Perumahan

Keterangan T TT Modus Persentase

Biaya sewa kamar/rumah 52 38 52 57.8

Perlengkapan rumah (lemari/kasur/tv/lainnya)

47 43 47 52.2

Perlengkapan dan peralatan dapur (kompor/rice cooker/gas/alat masak lainya)

43 47 47 52.2

Biaya listrik/pajak/ kebersihan 54 36 54 60

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.13, upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan rumah beserta perlengkapannya. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen rumah dan perlengkapannya layak dijadikan sebagai komponen kebutuhan hidup layak (KHL). Namun persentase untuk perlengkapan dapur seperti kompor, rice cooker, gas, dan alat masak lainnya mendapatkan persentase lebih kecil dibandingkan dengan komponen lain. Pada Tabel 4.13 terdapat biaya kebersihan, sedangkan dalam Tabel komponen perumahan kebutuhan hidup layak berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 tidak dicantumkan, sementara persentase tingkat pemenuhana pekerja/buruh terhadap kebutuhan tersebut mencapai 60%. Data tersebut menujukan bahwa biaya kebersihan merupakan salah satu kebutuhan para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong.

Analisis kelayakan komponen rekreasi dan tabungan

Kebutuhan rekreasi dan tabungan dalam penelitian ini terdiri dari tabungan jangka panjang, tabungan pendidikan anak, rekreasi di dalam kota/kab. Bogor, rekreasi di luar kota/kab. Bogor. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan rekreasi dan tabungan pada Tabel 4.14.

21 Tabel 4.14 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi dan Tabungan

Keterangan T TT Modus Persentase

Tabungan jangka panjang 38 52 52 57.8

Tabungan pendidikan anak 49 41 49 54.4

Rekreasi di dalam kota/kab. Bogor 35 55 55 61.1

Rekreasi di luar kota/kab. Bogor 31 59 59 65.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong masih belum mencukupi seluruh komponen kebutuhan rekreasi dan tabungan. Namun, jika dilihat dari tingkat pemenuhannya, para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong lebih memperioritaskan upahnya untuk disimpan sebagai tabungan pendidikan anak (54,4%). Hal ini mengindikasikan bahwa tabungan pendidikan anak merupakan salah satu kebutuhan para pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong karena berdaraskan karakteristik, pekerja PT Aspex Kumbong sebagian besar telah berkeluarga. Analisis kelayakan komponen pendidikan

Kebutuhan pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari koran, buku bacaan, alat tulis, kursus/pelatihan. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Frekuensi Kebutuhan Pendidikan

Keterangan T TT Modus Persentase

Koran 31 59 59 65.6

Buku bacaan 36 54 54 60

Alat tulis 40 50 50 55.6

Kursus/pelatihan 31 59 59 65.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel dapat terlihat, bahwa seluruh item kebutuhan pada komponen pendidikan sebagian besar masih belum terpenuhi. Hal ini mengindikasikan perlunya diadakan kajian ulang terkait item kebutuhan komponen oleh serikat kerja PT Aspex Kumbong untuk diaspirasikan kepada kesatuan serikat pekerja Indonesia (KSPI), sehingga ke depannya akan didapatkan item kebutuhan yang benar-benar diperlukan oleh para pekerja/buruh.

Analisis kelayakan komponen transportasi

Kebutuhan transportasi dalam penelitian ini terdiri dari biaya transportasi, kendaraan pribadi, bahan bakar kendaraan, perawatan kendaraan. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan transportasi pada Tabel 4.16.

22

Tabel 4.16 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Transportasi

Keterangan T TT Modus Persentase

Biaya transportasi (ongkos pergi-pulang) 46 44 46 51.1 Kendaraan pribadi (sepeda/sepeda

motor)

37 53 53 58.9

Bahan bakar kendaraan 44 46 46 51.1

Perawatan kendaraan (sepeda/sepeda motor) 37 53 53 58.9

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.16, upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong baru bisa memenuhi item kebutuhan biaya transportasi (ongkos pergi-pulang) dengan persentase sebesar 51.1%. Hal tersebut mengindikasikan lebih banyak responden yang menggunakan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Jumlah item kebutuhan komponen transportasi pada tabel 4.16 lebih banyak dibandingkan dengan item kebutuhan komponen transportasi yang terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012. Komponen transportasi hanya dicantumkan biaya ongkos angkutan umum pulang-pergi, tetapi tidak dirincikan juga mengenai jarak tempuhnya.

Analisis Kecukupan 60 Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Pada penelitian ini dibuat pertanyaan terbuka yang menganalisis kecukupan 60 komponen kebutuhan hidup layak. Tujuan dibuat pertanyaan terbuka untuk menjaring aspirasi para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terkait jenis kebutuhan yang sebenarnya mereka perlukan dan diharapkan dapat menjadi acuan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Berikut disajikan pada Tabel 4.17 persepsi karyawan terkait kelayakan 60 komponen kebutuhan hidup layak. Tabel 4.17 Persepsi Karyawan tentang Kelayakan 60 Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Keterangan Frekuensi Persentase

Tercukupi 23 25.6

Tidak tercukupi 50 55.6

Tidak menjawab 17 18.9

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada tabel 4.20, sebagian besar para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong merasa tidak cukup akan 60 komponen kebutuhan hidup layak yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 (persentase sebesar 55.6%). ada beberapa aspirasi yang terhimpun dari responden, diantaranya: jumlah kebutuhan hidup layak menjadi 80 item sesuai yang diajukan oleh kesatuan serikat pekerja Indonesia (KSPI); adanya perbedaan antara jumlah kebutuhan hidup layak lajang dengan yang sudah menikah; ditambahkannya komponen tabungan pendidikan anak; ditambahkannya tabungan untuk membeli kendaraan pribadi; tabungan untuk membeli rumah; alat-alat kecantikan; alat-alat komunikasi beserta pulsa; serta biaya pajak, listrik; biaya bahan bakar kendaaraan dan perawataan kendaraan.

23 Berdasarkan keseluruhan analisis deskriptif terkait enam puluh komponen Kebutuhan Hidup Layak, melalui perbandingan jumlah komponen yang terpenuhi dengan jumlah keseluruhan komponen, diperoleh hasil perhitungan sebesar 85.71%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa item yang ada di komponen Kebutuhan Hidup Layak merupakan kebutuhan yang dipenuhi oleh pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong.

Implikasi Manajerial

PT Aspex telah menetapkan upah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun untuk menunjang kinerja yang lebih baik, PT Aspex Kumbong dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Upah yang diberikan kepada para pekerja/buruh sebagian besar telah melebihi

Dokumen terkait