• Tidak ada hasil yang ditemukan

aAnalisis Kelayakan Komponen Kebutuhan Hidup Layak dalam Menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Pkerja/Buruh di PT Aspex Kumbong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "aAnalisis Kelayakan Komponen Kebutuhan Hidup Layak dalam Menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Pkerja/Buruh di PT Aspex Kumbong"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP

LAYAK DALAM MENGGAMBARKAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN HIDUP PEKERJA/BURUH DI PT ASPEX

KUMBONG

AI SA’

ADAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

AI SA’ADAH. Analisis Kelayakan Komponen Kebutuhan Hidup Layak dalam Menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Pekerja/Buruh di PT Aspex Kumbong. Di bawah bimbingan ABDUL BASITH dan ERLIN TRISYULIANTI.

Industri pulp dan kertas memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. PT Aspex Kumbong merupakan salah satu perusahaan yang berada pada industri ini. Dalam mendukung hal tersebut, PT Aspex Kumbong sedang mengkaji berbagai permasalahan yang dikeluhkan, salah satunya mengenai kompensasi, khususnya komponen kebutuhan hidup layak. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong, (2) menganalisis kelayakan upah yang diterima dalam memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong, dan (3) menganalisis kelayakan komponen pembentuk upah minimum dalam menggambarkan standar kehidupan layak pekerja/buruh di PT Aspek Kumbong. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebar kepada 90 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan tabulasi silang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan tabulasi silang, sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong didasarkan pada jumlah jam kerja pekerja, serta 52.2% responden yang mendapatkan upah lebih dari upah nominal kabupaten Bogor telah tercukupi kebutuhannya. Namun jumlah enam puluh komponen kebutuhan hidup layak hanya menggambarkan 85.71% dari jumlah kebutuhan yang dikonsumsi oleh para pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong. Kata kunci: upah, kebutuhan hidup layak, analisis deskriptif

ABSTRACT

AI SA’ADAH. Feasibility Analysis of Components in The Living Needs Labour Describes Life Fulfillment Labour of PT Aspex Kumbong. Supervised by ABDUL BASITH dan ERLIN TRISYULIANTI.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KELAYAKAN KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP

LAYAK DALAM MENGGAMBARKAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN HIDUP PEKERJA/BURUH DI PT ASPEX

KUMBONG

AI SA’ADAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Analisis Hubungan Upah Minimum Regional terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak Pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong.

Pertama, ucapan terima kasih penulis haturkan teruntuk Ibunda dan Ayahanda tercinta Ibu Yoyoh Nurhayati dan Bapak Arom Mahrom atas jasa dan kasih sayangnya yang tulus. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Basith MS dan Ibu Erlin Trisyulianti STP, M.Si selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Basoni, Bapak Komarinda, Bapak Didin Cahyadi serta pekerja/buruh PT Aspex Kumbong yang telah mengarahkan dan membantu selama proses pengambilan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mira,Opih, Anwar, Tasya, Hasna, Eva, Yani, Yeni serta teman-teman yang selama ini menudukung dan turut serta berperan dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 9

Kerangka Pemikiran 9

Metode Pengumpulan Data 10

Metode Pengolahan Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Profil Perusahaan 12

Sejarah dan Lokasi PT Aspex Kumbong 12

Struktur Organisasi 13

Fasilitas Pekerja/Buruh 13

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 13

Karakteristik Responden 14

Sistem Pengupahan di PT Aspex Kumbong 16 Analisis Hubungan Upah dengan Pemenuhan Kebutuhan Pekerja/Buruh di PT

Aspex Kumbong 17

Analisis Kelayakan Komponen Kebuthan Hidup Layak Pekerja/Buruh 18

Implikasi Manajerial 23

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 26

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan komponen KHL pekerja/buruh 2006 dan 2012 2 2. Hasil uji reliabilitas 14 3. Persentase karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 15 4. Persentase karakteristik responden berdasarkan usia 15 5. Persentase karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 16 6. Persentase karakteristik responden berdasarkan lama bekerja 16 7. Persentase karakteristik responden berdasarkan status pernikahan 16

8. Upah di PT Aspex Kumbong 17

9. Crosstabulation upah dan lama bekerja 17

10. Crostabulation upah dan pemenuhan kebutuhan 18 11. Frekuensi pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman 19

12. Frekuensi pemenuhan kebutuhan sandang 19

13. Frekuensi pemenuhan kebutuhan kesehatan 20

14. Frekuensi pemenuhan kebutuhan rumah dan perlengkapannya 20 15. Frekuensi pemenuhan kebutuhan rekreasi dan tabungan 21 16. Frekuensi pemenuhan kebutuhan pendidikan 21 17. Frekuensi pemenuhan kebutuhan transportasi 22 18. Persepsi pekerja/buruh tentang kelayakan 60 komponen KHL 22

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran konseptual 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner 25

2. Komponen kebutuhan hidup layak menurut Permenakertrans no. 13 tahun

2012 29

3.Komponen kebutuhan hidup layak menurut Permenaker Per-17/

Men/2005 33

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pulp dan kertas memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Artikel bisnis.com menyebutkan bahwa nilai ekspor produk pulp dan kertas Indonesia sepanjang kuartal I/2013 mencapai US$561.97 juta. Nilai tersebut mengalami kenaikan sebesar 2.02% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun harga kertas dunia mengalami fluktuasi akibat krisis ekonomi di Eropa. Selanjutnya, pada akhir tahun 20131 volume ekspor pulp mencapai 3.1 juta ton

dan kertas sebanyak 4,2 juta ton. Adanya peningkatan volume ekspor, dikarenakan kebutuhan terhadap pulp dan kertas mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,1% pertahun dengan rincian 4,1% untuk kebutuhan negara berkembang dan 0,5% kebutuhan negara maju. Asosiasi Pulp dan Kertas (APKI) menambahkan bahwa diperkirakan kebutuhan kertas pada tahun 2020 akan mencapai 490 juta ton (naik 24,3%) dibandingkan kebutuhan pada tahun 2013 yakni sebesar 394 juta ton. Hal tersebut tentunya akan menguntungkan bagi para pelaku yang bergerak di industri pulp dan kertas, terlebih saat ini hanya negara Indonesia2 dan beberapa negara Amerika Latin yang mampu memproduksi pulp

dan kertas.

Selaras dengan data tersebut, terlebih dahulu Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 tentang kebijakan Industri Nasional menyebutkan bahwa industri pulp dan kertas termasuk ke dalam industri andalan masa depan3 untuk visi bangun

industri nasional” tahun 2025. Dalam mewujudkan visi dan peluang tersebut, maka perlu ditunjang oleh kinerja yang baik dari para pekerja/buruhnya.

PT Aspex Kumbong sudah lebih dari 30 tahun berada dalam industri pulp dan kertas. PT Aspex Kumbong memproduksi newsprint dengan bahan baku berasal dari limbah kertas. PT Aspex Kumbong merupakan perusahaan patungan antara perusahaan korea dan PT aspex Paper Indonesia di bawah naungan grup Korindo. Namun, dari sistem manajerial, PT Aspex Kumbong lebih mengacu kepada perusahaan Korea, termasuk sistem kompensasi. Perusahaan Aspex Kumbong sendiri lebih mengukur kinerja pekerja berdasarkan hasil, maksudnya hasil yang memuaskan akan diberi imbalan gaji yang tinggi. Tetapi tim manajerial kurang memperhatikan serta aturan yang dibuat tidak terlalu jelas dan terdapat aturan tersendiri di lapangan. Kondisi tersebut menimbulkan banyak keluhan dari para pekerja yang diadukan kepada serikat kerja bukan kepada tim manajerial. Hal tersebut dilakukan oleh para pekerja karena perusahaan Aspex dalam menyelesaikan persoalannya tidak sesuai dengan regulasi undang-undang.

Banyaknya keluhan yang diadukan menjadikan serikat kerja memiliki bairgaining position yang kuat di PT Aspex Kumbong, sehingga timbullah tindakan-tindakan pelanggaran sebagai aksi protes dari para pekerja karena tuntutannya tidak terpenuhi. Namun saat ini, PT Aspex Kumbong sedang melakukan perbaikan dari sistem manajerial salah satunya dalam penyampaian

1 kontan.co.id “Kapasitas Produksi Meningkat di Tahun 2017 edisi Kamis 23 Januari 2014 2www.kemendagri.go.id/pojokmedia/19 april 2013

3 Industri pulp dan kertas termasuk ke dalam indutri agro yang dijadikan salah satu industri andalan masa

(12)

2

kaluhan dari para pekerja. Tim manajerial mengharapkan penyampaian keluhan langsung disampaikan kepada atasan atau sesuai mekanisme yang telah diatur dalam undang-undang, sedangkan serikat kerja berfungsi sebagai mediator. Oleh karena itu, manajerial PT Aspex Kumbong melakukan kajian terhadap permasalahan-permasalahan yang dikeluhkan oleh para pekerja. Salah satunya permasalahan terkait perubahan jumlah komponen kebutuhan hidup layak (KHL) yang terdapat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 perbandingan komponen KHL 2006 dan 2012

Komponen Kebutuhan Hidup Layak Pekerja/buruh Tahun 2006 (Permenaker

No. 17/Men/2005)

Komponen Kebutuhan Hidup Layak Pekerja/buruh Tahun 2012 (Permenakertrans No. 13 tahun 2012)

Makanan dan minuman ( 11) Makanan dan minuman (11)

Sandang (9) Sandang (13)

Perumahan (19) Perumahan (26)

Pendidikan (1) Pendidikan (2)

Kesehatan (3) Kesehatan (5)

Transportasi (1) Transportasi (1)

Rekreasi dan tabungan (2) Rekreasi dan tabungan (2)

Sumber: Permenaker no. 17/ Men/2005 dan Permenakertrans no. 13 tahun 2012 Pada Tabel 1.1 dapat terlihat bahwa perubahan dari tahun 2005 ke tahun 2012 ada 14 komponen yang ditambahkan. Perhitungan nilai dari komponen-komponen tersebut dijadikan acuan untuk besarnya nilai upah minimum. Upah minimum itu sendiri dijadikan acuan sebagai penentu besarnya upah yang akan diberikan oleh PT Aspex Kumbong.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong?

2. Sejauh mana upah yang diterima dapat mencukupi kebutuhan hidup pekerja/buruh PT Aspex Kumbong?

3. Sejauh mana komponen pembentuk upah minimum dapat menggambarkan standar kehidupan layak pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong;

2. Menganalisis kelayakan upah yang diterima dalam memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh PT Aspex Kumbong;

3. Menganalisis kelayakan komponen pembentuk upah minimum dalam menggambarkan standar kehidupan layak karywan di PT Aspex Kumbong.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

(13)

3 menggambarkan terpenuhinya kesejahteraan pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong;

2. Menjadi bahan pertimbagan bagi perusahaan dan pemerintah dalam menetapkan kebijakan upah minimum;

3. Memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan terhadap analisis kelayakan komponen kebutuhan hidup layak sebagai gambaran tingkat pemenuhan kebutuhan pekerja/buruh, serta menganalisis kelayakan komponen tersebut yang dijadikan acuan dalam menetapkan upah minimum. Penelitian dilakukan di PT Aspex Kumbong. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya upah yang diberikan dan variabel tingkat kebutuhan pekerja/buruh yang tercermin dalam komponen kebutuhan hidup layak.

TINJAUAN PUSTAKA

Upah Minimum

Pekerja/buruh yang bekerja di sebuah perusahaan tidak secara sukarela ingin bekerja di suatu perusahaan. Tentunya mereka akan memiliki motivasi mengapa mereka memilih bekerja di perusahaann tertentu. Namun, salah satu motivasi utamanya adalah mendapatkan upah yang tinggi. Besarnya upah, didasarkan pada besarnya upah di suatu wilayah atau sering disebut sebagai upah minimum. Berikut ini dipaparkan mengenai upah minimum.

Regulasi pengupahan

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada para pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Pengertian tersebut sesuai pada pasal l ayat 30 UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

(14)

4

1. Nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang diperoleh dan ditetapkan berdasarkan hasil survei;

2. Produktivitas makro yang merupakan hasil perbandingan antara jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja pada periode yang sama;

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);

4. Kondisi pasar kerja merupakan perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang sama;

5. Kondisi usaha yang paling tidak mampu (marjinal) yang ditunjukkan oleh perkembangan keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu pada periode tertentu.

Regulasi terkait mekanisme penetapan upah diatur dalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dengan sistematika sebagai berikut:

1. Penetapan upah minimum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota (pasal 88) 2. Penetapan upah melalui kesepakatan/ perundingan kolektif (pasal 91) 3. Penetapan struktur dan skala upah (pasal 92 ayat 1)

4. Peninjauan upah secara berkala (pasal 92 ayat 2)

Pembahasan lebih merincikan mekanisme penetapan upah pada poin pertama, yaitu penetapan upah dengan sistematika penetapan upah minimum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Peraturan pelaksanaan terkait upah minimum diatur dalam Pemenaker no. 01 tahun 1999 tentang upah minimum, Kepmenaketrans no. 226/ MEN/2000 tentang perubahan beberapa pasal dalam Permenaketrans no. 01 tahun 1999. Dalam peraturan ini, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, pada pasal 13 ayat 2 Kepmenaketrans no. 226/MEN/2000 menyebutkan bahwa hal tersebut berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

Sekalipun sudah lama diterapkan, secara normatif kebijakan upah minimum resmi berlaku sejak keluarnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per-05/Men/1989 tentang upah minimum. Pasal 1 menyebutkan upah minimum adalah upah pokok terendah belum termasuk tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada pekerja. Pasal 2 dan pasal 3 menjelaskan tentang peninjauan atas besaran upah minimum yang harus diadakan paling lambat dalam waktu dua tahun. Penetapan upah minimum didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisik minimum 2. Indek harga konsumen 3. Perluasn kesempatan kerja

4. Upah pada umumny yag berlaku secara regional 5. Kelangsungan dan perkembangan perusahaan

6. Tingkat perkembangan dan perekonomian regional atau nasional.

Ketentuan upah minimum ini kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per-01/Men/1990. Peraturan tersebut menerangkan bahwa upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjangan tetap dengan ketentuan upah pokok serendah-rendahnya 75% dari upah minimum.

(15)

5 komponen Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 81 tahun 1995. Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut, komponen KHM terdiri dari:

1. Makanan dan minimum 2. Perumahan dan fasilitas 3. Sandang

4. Aneka kebutuhan.

Perubahan komponen menjadi KHM diselaraskan dengan munculnya ketentuan upah minimum Permenaker no. 03 tahun 1997 tentang upah minimum regional yang hanya berlaku selama dua tahun dan diganti dengan Permenaker no.01 tahun 1999 tentang upah minimum. Dalam peraturan ini, upah minimum adalah upah bulanan terendah termasuk tunjangan tetap. Upah minimum terdiri dari UMR tingkat I, UMR tingkat II, UMSR tingkat I, UMSR tingkat II. UMR tingkat I dan UMR tingkat II ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan; Indeks Harga Konsumen (IHK); kemampuan perkembangan dan kelangsungan perusahaan; upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah; tingkat perkembagan perekonomian dan pendaatan per kapita. Sedangkan UMSR tngkat I dan UMSR tingkat II ditetapkan berdasarkan faktor pertimbangan sebelumnya ditambah dengan kemampuan perusahaan secara sektoral.

Peraturan menteri ini kemudian diperbaiki melalui Kepmakentrans no. Kep-226/Men/2000 tentang perubahan pasal peraturan-peraturan Menteri Tenaga Kerja Per-01/Men/1999 tentang upah minimum, diantaranya tentang perubahan beberapa istilah, yaitu:

1. Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR tk. I) diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP)

2. Upah Minimum Regional tingkat II (UMR tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

3. Upah Minimum Sektoral Regional tingkat I (UMR tk.I) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMP Provinsi)

4. Upah Minimum Sektoral Regional tingkat II (UMR tk.II) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMS Kabupaten/Kota).

UMP dan UMK ditetepkan oleh Gubernur berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (Dewan Pengupahan Provinsi atau Kab/Kota) dengan mempertimbangkan kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja, serta usulan besaran upah yang disampaikan (hasil survey kebutuhan hidup seorang pekerja lajang). Gubernur juga dapat menentukan besarnya Upah Minimum Sektoral (UMS) yang didasarkan4 pada kesepakatan antara organisasi perusahaan dengan serikat pekerja/serikat buruh (pasal 8 ayat 1 dan pasal 4 ayat 3 Kepmenaketrans No. 226/MEN/2000).

Pengkajian kesesuaian peraturan dengan kebutuhan pekerja/buruh dan perusahaan tetap dilakukan. Sejak tahun 2006 penetapan upah minimum didasarkan pada kebutuhan hidup layak (KHL) seorang pekerja lajang. Komponen kebutuhan layak tersebut diatur dalam Permenaker no. Per-17/Men/2005 tentang komponen dan tingkatan kebutuhan hidup layak. Komponen kebutuhan hidup

4

(16)

6

layak terdiri dari 7 kelompok kebutuhan, yaitu: makanan dan minuman (11 item); sandang (9 item); perumahan (19 item); pendidikan (1 item); kesehatan (3 item); transportasi (1 item); rekreasi dan tabungan (2 item).

Dinamisasi terus dilaksanakan untuk memperbaiki upah minimum, maka dikeluarkan peraturan baru yaitu Permenaketrans no. 13 tahun 2012 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak yang menambahkan komponen kebutuhan hidup layak menjadi 60 item5.

Teori tentang Kebutuhan

Manusia sebagai individu perlu memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya agar dapat mempertahankan diri dan melakukan berbagai aktivitas. Berbagai jenis kebutuhan perlu dipenuhi oleh manusia, banyak teori yang mengemukakan tentang jenis-jenis kebutuhan, diantaranya teori yang dikemukan oleh Abraham Malsow. Pada tahun 40an Maslow mengemukakan teori yang sekarang dikenal sebagai “hierarki kebutuhan” yang terdiri dari:

1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar (pokok) berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Siagian (2004) menyebutkan bahwa meningkatnya kemampuan seseorang untuk memuaskan kebutuhan cenderung menggeserkan pendekatan pemuasan yang sifatnya kuantitaif menjadi kualitatif.

2. Kebutuhan keamanan yaitu kebutuhan merasa aman baik secara fisik maupun piskologis seperti perlakuan adil dalam pekerjaaan.

3. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi manusia sebagai makhluk sosial seperti pengakuan dan penghargaan dari kelompok masyarakat atau lingkungannya.

4. Kebutuhan esteem yaitu kebutuhan untuk diakui atas status dan identitas yang dimiliki oleh orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilki oleh individu.

Maslow menyusun kelima kebutuhan tersebut menjadi tingkatan kebutuhan yang terurut. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-oredr needs); kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut sesuai dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara eksternal (hal-hal seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa jabatan) (Nugroho, Hasanudin dan Nurdin Brasit 2013). Siagian (2004) menyebutkan persentase pemenuhan kebutuhan Maslow ialah sebagai berikut: fisiologis 85%; keamanan 70%; dicintai dan mencitai 50%; self esteem 40%; aktualisasi Diri 10%.

Berbeda dengan teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012, Pemerintah menetapkan standar kebutuhan hidup layak bagi pekerja/buruh. Jenis-jenis kebutuhan tersebut didasarkan pada beberapa komponen, yaitu:makanan dan minuman (11 item); sandang (13 item); perumahan (26 item); pendidikan (2 item);

5 rincian komponen kebutuhan hidup layak menurut Permenakertrans no. 13 tahun 2012 terdapat pada

(17)

7 kesehatan (5 item); trasnportasi (1 item); rekreasi dan tabungan (2 item). Jika dikaitkan dengan teori Malsow tersebut, komponen kebutuhan hidup layak pekerja/buruh yang ditetapkan dalam PeraturanMenteri Tenaga Kerja no. 13 tahun 2012 hanya menenuhi kebutuhan yang bersifat fisiologis. Hal itu karena komponen komponen tersebut menjadi dasar dalam menetapkan besaran upah minimum.

Penelitian Terdahulu

Yuniarti (1999), dalam penelitiannya yang berjudul “hubungan kebijakan upah minimum regional dengan tingkat kebutuhan dasar pekerja dan produktivitas

perusahaan: sebuah kasus perusahaan sepatu bata” mendeskripsikan dua asumsi

yang menyatakan bahwa dampak kebijakan UMR tersebut mengurangi margin laba perusahaan Bata. Pihak perusahaan menanggapi kebijakan UMR secara positif, dalam arti bahwa UMR dijadikan pedoman untuk menetapkan besarnya upah yang diberikan juga disesuaikan dengan kebijakan perusahaan sehingga dapat memicu produktivitas kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Dampak kebijakan upah minimum regional terhadap tingkat kebutuhan dasar ekerja dan produktivitas perusahaan mempunyai dampak yang membangun (positif). Dalam arti bahwa implementasi kebijakan upah minimum regional di perusahaan Sepatu Bata dapat memacu semangat kerja dari para pekerjanya sehingga dapat mewujudkan sinergi kerja yang baik. Pernyataan tersebut didukung berdasarkan data persepsi kebutuuhan pekerja akan sandang, pangan ternyata cukup baik (57%). Kemudian dari situasi kerja banyak yang menyatakan cukup menyenangkan (70%) dan dilihat dari kesejahteraan pekerja ternyata cukup baik (80%).

(18)

8

menduga, selama evaluasi pekerja mencapai upah nol, maka upah minimum aktual akan meningkat 10% yang dihasilkan pada keniakan 2.6% saat upah dibayarkan. Bagaimanapun, keuntungan-keuntugan ini tidak terdistribusi secara seragam terhadap populasi. Para pekerja yang berada pada level softskill menengah ke atas merasakan paling banyak manfaat dari kenaikan upah minuimum. Faktanya, kenaikan upah minimum tidak merata pada level distrbusi menengah dan estimasi yang belum selesai pada cakupan upah minimum terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Thailand.

(19)

9

METODE

Kerangka Pemikiran

Upah minimum merupakan upah pokok terendah yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerja/buruhnya sesuai dengan kebutuhan hidup layak (Pernaker Per-No. 17/MEN/2005). UU no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menetapakan kebutuhan hidup layak (KHL) dalam penentuan besarnya Upah Minimum. Selanjutnya, lebih mendalam diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Kebutuhan Hidup Layak pekerja/buruh. Setelah dianalisis melalui dua variabel tersebut (upah minimum dan kebutuhan hidup layak), maka akan diketahui sejauh mana komponen kebutuhan hidup layak dapat mendeskripsikan jenis kebutuhan yang dikonsumsi dan layak diperhitungkan dalam menentukan besarnya upah minimum (lihat pada gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Upah Minimum Kabupaten Bogor Kompensasi (Upah)

Kesejahteraan Pekerja/buruh PT ASPEX KUMBONG

Rekomendasi dan upaya antisipasi

Kebutuhan Hidup Layak menurut Permenaketrans no. 13 tahun 2012

1. Makanan dan Minuman 2. Sandang

3. Rumah dan perlengkapannya 4. Pendidikan

5. Kesehatan 6. Transportasi

7. Rekreasi dan Tabungan

(20)

10

Berdasarkan gambar 1, setelah mendapatkan hasil dari analisis deskriptif komponen-komponen kebutuhan hidup layak, maka hasil tersebut akan menjadi masukan untuk PT Aspex Kumbong agar perusahaan menjadi lebih baik.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Aspex Kumbong yang berlokasi di Jalan Narogong km.26 Desa Dayeuh Kec. Cileungsi Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan 2011). Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner (angket) kepada pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong. Angket6yang telah dibuat dan disusun dalam bentuk pertanyaan dan pelaksanaan observasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi angket terbuka, yaitu angket yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, serta angket tertutup, yaitu angket yang berisi pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawaban. Data sekunder yang digunakan berupa literatur-literatur ataupun sumber informasi lain yang dapat menunjang seperti data perusahaan, data statistik yang diperlukan dalam penelitian.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah populasi pekerja/buruh yang memiliki jabatan di bawah mandor. Penentuan jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai responden dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut

... (1) Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e= Margin of error yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Pada penelitian ini tingkat error yang digunakan adalah 10%.

Jumlah pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong 975 orang, dengan nilai alpha 10%, maka didapat jumlah responden sebanyak 90 orang.

Metode Pengolahan Data

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini digunakan software SPSS 16 for Windows untuk melakukan pengolahan dan analisis data secara keseluruhan.

6

(21)

11 Uji Validitas

Validitas suatu penelitian akan bergantung pada validitas dari instrumen alat penelitiannya. Suatu instrumen dapat dinyatakan valid apabila instrumen mampu mengukur yang seharusnya diukur. Pengertian valid pun dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, konten dari instrumen yang diajukan dapat mengukur yang seharusnya diukur (logical validity). Kedua, validitas yang telah diukur dapat dibandingkan dengan hasil penelitian yang lain (empirical logical). Teknik pengujian uji validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson. Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing- masing skor item dengan skor total. Skor total yang dimaksud adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Rumus korelasi item total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

...

(2) Keterangan :

rix = Koefisien korelasi item – total (bivariate pearson)

i = Skor item x = Skor total

n = Banyaknya Subjek

Pertanyaan akan dinyatakan valid apabila r hitung r Tabel pada selang 95%

dengan nilai 0.361 dan menggunakan taraf signifikansi 0.05. Jika r hitung ≥ r

Tabel (sig 0.05) maka instrumen atau item –item pertanyaan berkorelasi signifikan

terhadap skor total dinyatakan valid. Begitu pula sebaliknya jika r hitung ≤ r Tabel

(sig 0.05) maka instrumen atau item – item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan tidak valid (Suwarno 2009).

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan alat pengukur yang digunakan dapat dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang kepada responden yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode Alpha (Cronbach’s). Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha (Cronbachs) dapat dirumuskan sebagai berikut:

... (3) Keterangan:

r11= Reliabilitas instrumen

k= Banyaknya butir pertanyaan = Jumlah variasi butir = Variasi total

(22)

12

Analisis Deskriptif

Menurut Santoso (2003), analisis deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Dalam analisis deskriptif, secara spesifik akan digunakan analisis frekuensi, crostabulation, analisis chi-square. Software menggunakan SPSS for windows versi 16.0.

1. Analisis Frekuensi

Analisis frekuensi membahas beberapa penjabaran ukuran statistik deskriptif seperti, frekuensi, mean, median, quartil, persentil, standar deviasi dan lainnya. Analisis frekuensi digunakan untuk mengkelompokan responden berdasarkan beberapa karakteristik serta mengetahui secara mendetail persentase persepsi responden.

2. Analisis Crosstab ( Chi-Square)

Santoso (2003) menyebutkan crosstab adalah sebuah Tabel silang yang terdiri atas satu basris atau lebih dan satu kolom atau lebih. Fasilitas crosstab pada SPSS hanya menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, hingga menampilkan hubungan antara kedua variabel tersebut. Penggunaan crosstab untuk menganalisis data yang bersifat non-parametik (skala ordinal dan nominal). Alat statistik yang digunakan dalam pada crosstab ialah chi-square yang digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom pada crosstab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah dan Lokasi PT Aspex Kumbong

PT Aspex Kumbong merupakan perusahaan patungan antara panwell industrial Ltd. Perusahaan Korea yang beroperasi di Hongkong dengan PT Aspex Paper Indonesia. PT Aspex Kumbong merupakan perusahaan di bawah Holding Company Korindo Group. PT Aspex Kumbong berdiri pada tahun 1983 dengan izin akta notaris no. 299 tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983 dan surat izin tetap (SPT) BKPM No. 40/I/PMA/1983 tanggal 31 Desember 1983, diresmikan oleh Presiden Soeharto di Leces pada tanggal 28 Desember 1983. Awal tahun 2000, berdasarkan persetujuan (marger) Kepala BKPM No. 1560/III/PMA/1999 tanggal 29 November 1999 dan Akta Notaris A. Partomuan Mohan, SH.,LLM No.

27 tanggal 25 Februari 2000, nama “PT Aspex Kumbong” telah disahkan oleh

Menteri Hukum dan Perundang-undangan No.C-7631HT.01.04.TH2000 pada tanggal 31 Maret 2000.

(23)

13 PT Aspex Kumbong berada di kawasan Cileungsi Industrial Park, tepatnya berada di jalan Narogong km. 26 Desa Dayeuh, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT Aspex Kumbong memiliki luas lahan 900000 m², digunakan 163176.84 m² untuk luas bangunan. Letak geografis PT Aspex Kumbong dibatasi oleh sungai Cileungsi di sebelah barat, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk serta terletak diantara ruas jalan Jonggol-Bekasi. Pemilihan Lokasi perusahaan berdasarkan peraturan pemerintah pada lokalisasi industri di Bogor, serta lokasi yang strategis memberikan kemudahan bagi PT Aspex Kumbong untuk memperoleh sumberdaya yang mendukung kegiatan produksi.

Struktur Organisasi

Organisasi PT Aspex Kumbong terbagi menjadi beberapa sub-organisasi: 1. Presiden Direktur dan wakilnya membawahi 6 Direktur Pelaksana

2. Presiden Komisaris dan Komisaris Pelaksana sebagai pengawas kegiatan organisasi

3. Sub organisasi lain, yaitu: Manajer (keuangan, logistik, HRD dan GA, produksi, enginering, laboratorium), tenaga administrasi, keamanan, dan buruh umum.

Posisi pada no 1 dan 2 diisi oleh orang Korea sementara posisi no. 3 diisi oleh orang Indonesia.

Fasilitas Pekerja/buruh

PT Aspex Kumbong mengupayakan untuk dapat memenuhi kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas yang disediakan oleh PT Aspex diantaranya: mushola; kantin; kamar mandi; tempat istirahat; lapangan olahraga; fasilitas kesehatan (poliknik dan jamsostek); fasilitas keselamatan kerja (sepatu boot, sarung tangan kulit, alat-alat yang safety, masker, helmet, mobil pemadam kebakaran); organisasi SP-KEP (serikat pekerja yang mewakili semua anggotanya yang bekera di PT Aspex Kumbong); koperasi yang melayani berbagai keperluan pekerja/buruh, berdiri pada tahun 1990.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dengan instrumen kuesioner dinayatakan valid nilai korelasi r hitung lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0.361 pada taraf margin error 5%hasil dari perhitungan uji validitas terhadap semua instrumen kuesioner menunjukkan nilai r hitung > r tabel (0,361). Sehingga instrumen dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut (valid).

(24)

14

Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha

Upah minimum cronbach lebih dari 0.60, sehingga kedua variabel bersifat reliabel artinya pertanyaan tersebut dapat diandalkan ketika kuesioner kembali disebar kepada responden yang berbeda, maka hasil yang didapat akan konsisten.

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sample dalam penelitian ini berjumlah 90 orang, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin. Penjabaran karakteristik responden dilakukan untuk mengetahui tipe responden yang menjadi sample. Karakteristik responden penting untuk dikemukakan karena diasumsikan bahwa perbedaan tanggapan setiap responden terhadap item-item pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan perbedaan latar belakang masing-masing responden. Jenis Kelamin

Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.2 berdasarkan jenis kelamin. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pekerja/buruh yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebanyak 76.67%, sementara pekerja perempuan yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong hanya 23.33% dari total responden.

Tabel 4.2 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 69 76.67

Perempuan 21 23.33

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 4.2, terdapat perbedaan signifikan. Perbedaan signifikan tersebut terjadi karena jenis pekerjaan di lapangan lebih banyak membutuhkan pekerja laki-laki dibandingkan perempuan.

Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dikelompokan menjadi lulusan SMP, SMA, Diploma dan lulusan S1. Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.4 berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.3 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Usia Frekuensi Persentase

SMP/sederajat 2 2.22

(25)

15 dikarenakan, PT Aspex Kumbong lebih banyak membutuhkan pekerja teknisi khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan jurusan teknik.

Lama Bekerja

Berikut ini disajikan data responden pada Tabel 4.5 berdasarkan pada lama bekerja di PT Aspex Kumbong. Data pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa responden sebagian besar telah bekerja di PT Aspex kumbong lebih dari 15 tahun dengan persentase sebesar 40%.

Tabel 4.4 Persentase Karakteristik Reponden berdasarkan Lama Bekerja

Usia Frekuensi Persentase

< 2 tahun 7 7.78

2-5 tahun 7 7.78

6-10 tahun 17 18.89

11-15 tahun 23 25.56

>15 tahun 36 40

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Masa kerja yang cukup lama (>15 tahun) dapat diasumsikan bahwa pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong yang menjadi responden memiliki loyalitas yang yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pekerja di PT Aspex Kumbong telah diangkat sebagai pekerja tetap dan mereka merasa nyaman bekerja di PT Aspex Kumbong.

Usia

Berikut disajikan data responden pada Tabel 4.3 berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian, usia pekerja/buruh yang menjadi responden di PT Aspex Kumbong didominasi oleh responden yang memiliki usia rentang 31-40 tahun dengan persentase sebanyak 45.56%.

Tabel 4.5 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

<20 tahun 1 1,11

20-30 tahun 20 22.22

31-40 tahun 41 45.56

41-50 tahun 27 30

>50 tahun 1 1.11

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5, pekerja/buruh yang bekerja di PT Aspex merupakan pekerja/buruh yang tergolong ke dalam usia produktif7 yaitu usia yang

masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Rentang usia yang mendominasi dipengaruhi oleh loyalitas mereka yang sebagian besar telah bekerja lebih dari 15 tahun.

7 Usia produktif menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ialah rentang

(26)

16

Status Pernikahan

Berikut ini, disajikan data responden pada Tabel 4.6 berdasarkan pada status pernikahan. Berdasarkan data yang diperoleh, pekerja di PT Aspex Kumbong sebagaian besar berstatus menikah dengan presentase sebesar 86.67%. Tabel 4.6 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan

Usia Frekuensi Persentase

Menikah 78 86.67

Belum menikah 12 13.33

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Hasil yang terdapat pada tabel 4.6 menunjukan para pekerja PT Aspex Kumbong sebagian besar telah berkeluarga. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah tanggungan keluarga menjadi bertambah terlebih jika pekerja sudah memiliki anak.

Sistem Pengupahan di PT Aspex Kumbong

Upah di PT Aspex Kumbong

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan besaran upah yang diberikan di PT Aspex Kumbong. Upah terkecil yang diberikan berkisar 500.000-1.000.000 sedangkan upah terbesar yang diberikan lebih dari 5.000.000.

Tabel 4.7 Upah di PT Apex Kumbong

Usia Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

500.000-1.000.00 1 1.11 1.11

>1.000.000-2.000.000 3 3.33 4.44

>2.000.000-3.000.000 22 24.44 28.88

>3.000.000-4.000.000 32 35.56 64.44

>4.000.000-5.000.000 20 22.22 86.66

>5.000.000 12 13.33 100

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

Pada Tabel, dapat terlihat bahwa sistem pengupahan PT Aspex Kumbong telah sesuai peraturan pemerintah karena sebanyak 95.56% mendapatkan upah di atas upah minimum kabupaten Bogor tahun 2013 (2.242.2408).

Hubungan Upah dan Lama Bekerja

Tabel 4.8 menunjukan hasil tabulasi silang antara upah dan lama bekerja pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong. Dapat dilihat pada Tabel, bahwa tabulasi silang antar baris dan kolom cukup beragam. Hasil tabulasi silang menunjukan bahwa ada beberapa pekerja/buruh yang sudah bekerja dalam rentang waktu yang sama tetapi upah yang diterima berbeda. Selain itu, ada beberapa pekerja/buruh yang menerima upah yang lebih besar tetapi mereka bekerja tidak cukup lama dibandingkan dengan yang lainnya.

(27)

17 Tabel 4.8 Crosstabulation Lama Bekerja dan Upah

upah dalam ribuan

Sumber: data diolah (2014)

Keberagaman hasil tabulasi islang tersebut menggambarkan bahwa sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong tidak didasarkan pada lamanya bekerja seoarang pekerja/buruh, melainkan sistem pengupahan di PT Aspex Kumbong didasarkan pada jumlah jam kerja pekerja/buruh PT Aspex Kumbong.

Analisis Hubungan Upah dengan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pekerja/Buruh di PT Aspex Kumbong

Analisis upah dengan pemenuhan kebutuhan hidup layak pekerja/buruh menggunakan alat anslisis chi-square yang dapat diukur dengan melihat besaran yaitu kendall’s tau-tab, Kendallas tau-c, gamma, Spearman Correlation. Setelah data diolah, keempat besaran tersebut cukup jauh dibawah 1, yaitu 0,254; 0,310; 0,409; 0,279. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dikatakan korelasi antara tingkat upah dengan pemenuhan kebutuhan cukup lemah. Selain itu, untuk mengetehui adanya hubungan antara upah dan tingkat pemenuhan kebutuhan pekerja/buruh dapat dilihat berdasarkan angka signifikansi. Angka signifikansi yang diperoleh sebesar 0.008 berada di bawah nilai kepercayaan yang digunakan sebesar 0.05. Sehingga, upah yang diterima dapat memprediksi tingkat pemenuhan kebutuhan hidup layak karayawan PT Aspex Kumbong.

Tabel 4.9 Crosstabulation Upah dan Pemenuhan Kebutuhan

upah dalam ribuan

(28)

18

tercukupi kebutuhannya dengan upah yang diterima sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan setiap individu berbeda termasuk tingkat kebutuhan para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Rossana (2013) menyebutkan adanya 4 faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia yaitu penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap perkembangan.

Analisis Kelayakan Komponen Kebutuhan Hidup Layak Pekerja/Buruh

Analisis kelayakan komponen kebutuhan hidup layak dilihat dari persentase kemampuan upah yang diterima pekerja/buruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup layak yang terbagi menjadi tujuh komponen yaitu: makanan dan minuman, sandang, kesehatan, rumah dan perlengkapannya, pendidikan, rekreasi dan tabungan serta transportasi.

Analisis kelayakan komponen makanan dan minuman

Kebutuhan makanan dan minuman dalam penelitian ini terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein, sumber serat dan susu. Analisis ini didasarkan pada hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Berikut disajikan interpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Makanan dan Minuman

Keterangan T TT Modus Persentase

Sumber karbohidrat (nasi/jagung/ubi/roti) 62 28 62 68.9

Sumber protein

(daging/ayam/telur/tempe/tahu)

59 31 59 65.6

Sumber serat (buah/sayuran) 60 30 60 66.7

Susu 56 34 56 62.2

Sumber data: diolah (2014)

(29)

19 dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 (terdapat pada lampiran), hal tersebut dikarenakan lebih mengacu pada penggolongan sumber pangan.

Analisis kelayakan komponen sandang

Kebutuhan sandang dalam penelitian ini terdiri dari pakaian bekerja dan bersantai, peralatan ibadah, alas kaki, perlengkapan semir sepatu. Analisis ini didasarkan pada hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan sandang pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Sandang

Keterangan T TT Modus Persentase

Pakaian bekerja dan bersantai 53 37 53 58.9

Peralatan ibadah (mukena/sejadah/sarung) 57 33 57 63.3 Alas kaki (sepatu/sandal/kaos kaki) 54 36 54 60

Perlengkapan semir sepatu 50 40 50 55.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan sandang. Hal ini, mengindikasikan bahwa komponen-komponen sandang layak dijadikan sebagai komponen kehidupan layak (KHL). Dapat terlihat bahwa persentase pemenuhan kebutuhan peralatan ibadah (56,8%) lebih besar dibandingkan pemenuhan kebutuhan pakaian. Jumlah komponen pada tabel 4.11 lebih sedikit dibandingkan dengan komponen yang terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012. Penggolongan kebutuhan sandang ke dalam kelompok pakaian formal dan santai, peralatan ibadah, alas kaki serta perlengkapan semir sepatu. Pada Tabel, komponen sandang yang sesuai dengan Permenaketrans tidak dijelaskan jenis pakaian yang termasuk pakaian formal (untuk bekerja) dengan pakaian santai (di luar jam kerja).

Analisis kelayakan komponen kesehatan

Kebutuhan kesehatan dalam penelitian ini terdiri dari perlengkapan obat pribadi, alat dan perlengkapan mandi, perlengkapan cukur dan potong rambut di salon, dan perlengkapan memerindah diri. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/ buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan

(30)

20

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan kesehatan. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen sandang layak dijadikan sebagai komponen kebutuhan kehidupan layak (KHL). Dapat terlihat bahwa persentase pemenuhan kebutuhan peralatan dan perlengkapan mandi lebih mendominasi (66.7%) dibandingkan pemenuhan komponen kebutuhan lainnya. Persentase pemenuhan komponen obat pribadi paling kecil (51.1%) diantara komponen lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa komponen lain lebih diprioritaskan dibandingkan dengan kebutuhan obat pribadi. Hal itu karena di PT aspex Kumbong diberikan fasilitas klinik dan asuransi kesehatan dari Jamsostek.

Analisis kelayakan komponen perumahan

Kebutuhan perumahan dalam penelitian ini terdiri dari perlengkapan biaya sewa kamar/rumah, perlengkapan rumah, perlengkapan dapur, biaya listrik/ pajak/ kebersihan. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Perumahan

Keterangan T TT Modus Persentase

Biaya sewa kamar/rumah 52 38 52 57.8

Perlengkapan rumah (lemari/kasur/tv/lainnya)

47 43 47 52.2

Perlengkapan dan peralatan dapur (kompor/rice cooker/gas/alat masak lainya)

43 47 47 52.2

Biaya listrik/pajak/ kebersihan 54 36 54 60

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.13, upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong sebagaian besar telah dapat memenuhi kebutuhan rumah beserta perlengkapannya. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen rumah dan perlengkapannya layak dijadikan sebagai komponen kebutuhan hidup layak (KHL). Namun persentase untuk perlengkapan dapur seperti kompor, rice cooker, gas, dan alat masak lainnya mendapatkan persentase lebih kecil dibandingkan dengan komponen lain. Pada Tabel 4.13 terdapat biaya kebersihan, sedangkan dalam Tabel komponen perumahan kebutuhan hidup layak berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 tidak dicantumkan, sementara persentase tingkat pemenuhana pekerja/buruh terhadap kebutuhan tersebut mencapai 60%. Data tersebut menujukan bahwa biaya kebersihan merupakan salah satu kebutuhan para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong.

Analisis kelayakan komponen rekreasi dan tabungan

(31)

21 Tabel 4.14 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi dan Tabungan

Keterangan T TT Modus Persentase

Tabungan jangka panjang 38 52 52 57.8

Tabungan pendidikan anak 49 41 49 54.4

Rekreasi di dalam kota/kab. Bogor 35 55 55 61.1

Rekreasi di luar kota/kab. Bogor 31 59 59 65.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel, dapat terlihat bahwa upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong masih belum mencukupi seluruh komponen kebutuhan rekreasi dan tabungan. Namun, jika dilihat dari tingkat pemenuhannya, para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong lebih memperioritaskan upahnya untuk disimpan sebagai tabungan pendidikan anak (54,4%). Hal ini mengindikasikan bahwa tabungan pendidikan anak merupakan salah satu kebutuhan para pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong karena berdaraskan karakteristik, pekerja PT Aspex Kumbong sebagian besar telah berkeluarga. Analisis kelayakan komponen pendidikan

Kebutuhan pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari koran, buku bacaan, alat tulis, kursus/pelatihan. Berikut disajikan ineterpretasi pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Frekuensi Kebutuhan Pendidikan

Keterangan T TT Modus Persentase

Koran 31 59 59 65.6

Buku bacaan 36 54 54 60

Alat tulis 40 50 50 55.6

Kursus/pelatihan 31 59 59 65.6

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel dapat terlihat, bahwa seluruh item kebutuhan pada komponen pendidikan sebagian besar masih belum terpenuhi. Hal ini mengindikasikan perlunya diadakan kajian ulang terkait item kebutuhan komponen oleh serikat kerja PT Aspex Kumbong untuk diaspirasikan kepada kesatuan serikat pekerja Indonesia (KSPI), sehingga ke depannya akan didapatkan item kebutuhan yang benar-benar diperlukan oleh para pekerja/buruh.

Analisis kelayakan komponen transportasi

(32)

22

Tabel 4.16 Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Transportasi

Keterangan T TT Modus Persentase

Biaya transportasi (ongkos pergi-pulang) 46 44 46 51.1 Kendaraan pribadi (sepeda/sepeda

motor)

37 53 53 58.9

Bahan bakar kendaraan 44 46 46 51.1

Perawatan kendaraan (sepeda/sepeda motor) 37 53 53 58.9

Sumber: data diolah (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 4.16, upah yang diterima oleh para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong baru bisa memenuhi item kebutuhan biaya transportasi (ongkos pergi-pulang) dengan persentase sebesar 51.1%. Hal tersebut mengindikasikan lebih banyak responden yang menggunakan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Jumlah item kebutuhan komponen transportasi pada tabel 4.16 lebih banyak dibandingkan dengan item kebutuhan komponen transportasi yang terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012. Komponen transportasi hanya dicantumkan biaya ongkos angkutan umum pulang-pergi, tetapi tidak dirincikan juga mengenai jarak tempuhnya.

Analisis Kecukupan 60 Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Pada penelitian ini dibuat pertanyaan terbuka yang menganalisis kecukupan 60 komponen kebutuhan hidup layak. Tujuan dibuat pertanyaan terbuka untuk menjaring aspirasi para pekerja/buruh PT Aspex Kumbong terkait jenis kebutuhan yang sebenarnya mereka perlukan dan diharapkan dapat menjadi acuan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Berikut disajikan pada Tabel 4.17 persepsi karyawan terkait kelayakan 60 komponen kebutuhan hidup layak. Tabel 4.17 Persepsi Karyawan tentang Kelayakan 60 Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Keterangan Frekuensi Persentase

Tercukupi 23 25.6

Tidak tercukupi 50 55.6

Tidak menjawab 17 18.9

Total 90 100

Sumber: data diolah (2014)

(33)

23 Berdasarkan keseluruhan analisis deskriptif terkait enam puluh komponen Kebutuhan Hidup Layak, melalui perbandingan jumlah komponen yang terpenuhi dengan jumlah keseluruhan komponen, diperoleh hasil perhitungan sebesar 85.71%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa item yang ada di komponen Kebutuhan Hidup Layak merupakan kebutuhan yang dipenuhi oleh pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong.

Implikasi Manajerial

PT Aspex telah menetapkan upah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun untuk menunjang kinerja yang lebih baik, PT Aspex Kumbong dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Upah yang diberikan kepada para pekerja/buruh sebagian besar telah melebihi nilai upah minimum kabupaten, sehingga PT Aspex Kumbong harus tetap mempertahankan sistem upah yang mengikuti peraturan pemerintah (UU no. 13 tahun 2003).

2. Komponen-komponen kebutuhan hidup layak pekerja/buruh sesuai PeraturanMenteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 layak digunakan untuk menentukan upah minimum, jika didasarkan pada distribusi upah yang diterima PT Aspex Kumbong terhadap pemenuhan komponen komponen kebutuhan tersebut. Namun, serikat kerja PT Aspex Kumbong perlu melakukan pengkajian ulang terhadap komponen-komponen tersebut untuk menentukan kebutuhan yang menjadi prioritas benar- benar dikonsumsi oleh para pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong sehingga bisa dijadikan gambaran atau diajukan kepada kesatuan serikat pekerja indonesia.

3. Serikat pekerja beserta pihak manejemen PT Aspex Kumbong hendaknya memberikan informasi kepada para pekerja/buruh terkait komponen kehidupan layak pekerja/buruh, sehingga ketika ada keluhan terkait hal tersebut, mereka memiliki landasannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sistem pengupahan tidak didasarkan atas lama bekerja pekerja/buruh melainkan didasarkan pada jumlah jam kerja pekerja/buruh PT Aspex Kumbong.

Upah yang diberikan di PTAspex Kumbong sebagian besar telah melebihi nominal upah minimum yang berlaku di Kabupaten Bogor tahun 2013 (2.242.420). Jumlah upah tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar pekerja/buruh.

(34)

24

Transmigrasi no. 13 tahun 2012 dirasa belum cukup menggambarkan jumlah kebutuhan yang dikonsumsi oleh para pekerja/buruh di PT Aspex Kumbong.

Saran

PT Aspex Kumbong telah memberikan upah di atas upah minimum yang berlaku di Kabupaten Bogor tahun 2013 (2.242.420). Upah yang diberikan di bawah upah minimum belum menunjukan kecukupan dalam memenuhi kebutuhan hidup layak pekerja/buruh. Oleh karena itu, serikat kerja di PT Aspex Kumbong dapat proaktif terlibat dalam penetapan upah minimum. Selain itu, koordinasi yang baik dengan pihak manajemen PT Aspex Kumbong pun perlu dilakukan untuk membangun hubungan yang baik serta memberikan keuntungan untuk keduabelah pihak.

Penelitian selanjutnya yang menggunakan topik yang sama diharapkan dapat mengambil responden dari cakupan yang lebih besar seperti kabupaten atau kota dengan metode probability sampling. Hal tersebut untuk menghimpun aspirasi dari pekerja/buruh yang terkumpul dalam satu kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar MI. 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta

Baliwati YF, Madanijah S. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Ekologi Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat

Carpio XD, Messiono J, Galdeano ASD.2014. Minimum Wage, Does it improve walfare in Thailand [Internet]. Barcelona (ES):IZA. Discussion paper no. 9711; [diunduh 2014 Maret 13]. Tersedia pada:

ftp://ftp.iza.org/RePEc/Discussionpaper/dp7911.pdf

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LkiS Kebijakan Upah Minimum Indonesia [internet]. [diacu 2013 September 19].

Tersedia pada: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/-- actrav/documents/meetingdocument/wcms_210427.pdf

Muller KU, Steiner V.2013. Distributional Effects of a Minimum Wage in a Walfare State The Case of Germany [Internet]. Beline (ED). Paper discussion No. 2013/21;[diunduh 2014 Maret 21]. Tersedia pada: http://www.econstor.eu/handle/10419/90876

Nugroho EA, et al. 2013. Pengaruh Coaching terhadap Motivasi kerja dan Kinerja Individual (Studi Kasus pada Pekerja/buruh bagian Support Service Departemen Production Service International Nikel Indonesia, Tbk) [internet]. [diacu 2014 Maret 24]. Tersedia pada:

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1554236aaaa372f424b662cf83f097e4.pdf

Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13 tahun 2012 tentang Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) [Internet]. [diacu 2014 Mei 10]. Tersedia pada:

www.kemenaketrans.goid

(35)

25 Kebutuhan Hidup Layak [Internet]. [diacu 2014 Juni 13]. Tersedia pada: www.hukumonline.com

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional [internet]. [diacu 2014 April 14]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/direktori-eksportir?what=kertas&prov=32

Pemerintah Republik Indonesia. 2003.Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Internet]. [diacu 2014 Mei 30 ] tersedia pada: www.hukumonline.com

Riduwan A. 2008. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID): Alfabeta

Rossana. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia BAB II [internet]. [diacu 2014 Maret 25]. Tersedia pada: repository.usu.ac.id

Ruky AS. 2001. Manajemen Penggajian dan Pengupahan untuk Pekerja/buruh Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama

Santoso S. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta (ID): Elex Media Kompetindo

Siagian SP. 2004. Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta (ID): Rineka Cipta Sirait JT. 2006. Memahami Aspek-Aspek Peneglolaan Sumber Daya Manusia

dalam Organisasi. Jakarta (ID): Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia Yuniarti F. 1999. Hubungan Kebijakan Upah Minimum Regional dengan Tingkat

(36)

26

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

“ANALISIS PENGARUH DAMPAK KIBAJAKAN UPAH MINIMUM REGIONAL

TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DAN KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH” (studi kasus PT Aspex Kumbong)

Saya Ai Sa’adah H24100045, mahasiswa departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor. Mohon kesedian Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini sebagai data dalam penelitian. Informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi dan pengalaman Bapak/Ibu/Sdr/i selama bekerja di perusahaan. Identitas dan informasi yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaannya serta hanay digunakan unutk kepentingan penelitian

Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i menjadi salah satu responden. BAGIAN I

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : (boleh dikosongkan)

Jenis Kelamin :

Usia :

Status perkawinan :

Pendidikan Terakhir : Bagian/ Jabatan :

Lama Bekerja :

Penghasilan

1. Berapa besar jumlah penghasilan yang Saudara terima ketika pertama kali bekerja? a. 500.000- 1.000.000

b. 1.000.001- 2.000.000 c. 2.000.001- 3.000.000 d. 3.000.001- 4.000.000 e. 4.000.001-5.000.000

f. ≥5.000.000

2. Apakah penghasilan Saudara cukup untuk biaya selama satu bulan? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah Saudara mempunyai penghasilan luar selain dari tempat Saudara bekerja a. Ya

b. Tidak

Upah Minimum

No Pernyataan

Skala Jawaban

Ya Tidak

1. Saya mengikuti perkembangan berita terkait upah minimum regional

2. Saya terlibat aktif dalam penetapan kebijakan upah minimum regional

(37)

27

Lanjutan Lampiran 1

Standar Kebutuhan Hidup Layak

No Pernyataan

Skala Jawaban

ya Tidak

4. Saya pernah mengikuti aksi mogok kerja untuk menuntut kebijakan upah minimum regional

No Pernyataan

Skala Jawaban

ya tidak

MAKANAN DAN MINUMAN

1.

Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli kebutuhan karbohidrat (nasi/jagung/roti/ubi)

2. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli kebutuhan protein (daging/ayam/telur/tempe/tahu)

3. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli kebutuhan serat (buah/sayuran)

4. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli susu

SANDANG

5. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli pakaian yang layak digunakan untuk bekerja dan bersantai

6. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli peralatan ibadah* (sajadah/mukena/sarung)

*bagi yang beragama islam

7. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli alas kaki (sepatu, sandal, kaos kaki) yang layak digunakan untuk bekerja dan bersantai

8. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli perlengkapan semir sepatu

RUMAH DAN PERLENGKAPANNYA

9. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membayar sewa kamar tepat waktu

10. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli perlengkapan rumah (lemari/tv/kasur/lainnya)

(38)

28

Lanjutan Lampiran 1

No Pernyataan

Skala Jawaban

ya tidak

12. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membayar listrik/pajak/kebersihan tepat waktu

KESEHATAN

13. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli perlengkapan obat pribadi.

14. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli alat dan perlengkapan mandi (handuk/sabun/pasta gigi / sikat gigi /shampo/lainnya)

15. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli perlengkapan cukur dan sesekali memotong rambut ke salon

16. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli perlengkapan untuk mempeindah diri (deodorant/ minyak wangi/ minyak rambut/pelembab/lainnya)

REKREASI DAN TABUNGAN

17. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat menyisihkan uang tersebut sebagai tabungan jangka panjang

18. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat menyisihkan uang tersebut untuk tabungan pendidikan anak saya

19. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat melakukan rekreasi di dalam kota/kab. (Bogor)

20. Dengan upah yang diberikan, saya dapat melakukan rekreasi ke tempat yang berada di luar kota/kab. Bogor

PENDIDIKAN

21. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli koran sebagai sarana penambah pengetahuan

22. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli buku bacaan sebagai sarana penambah wawasan

23. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli alat tulis yang digunakan untuk membantu saya dalam bekerja

(39)

29

Lanjutan Lampiran 1

Evaluasi:

Menurut saudara apakah 60 komponen yang dijadikan dasar perhitungan standar kehidupan layak (SKL) Upah Minimum Regional (UMR) sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saudara?

a. ya b. Tidak

jika ya,sebutkan alasan... jika tidak, sebutkan alasan...

Jika Saudara memiliki rekomendasi terkait komponen kebutuhan hidup layak (KHL), sebutkan!

(boleh lebih dari 1)

No Pernyataan

Skala Jawaban

ya tidak

TRANSPORTASI

25. Dengan upah yang diberikan, cukup untuk biaya tranportasi (ongkos angkot pulang- pergi)

26. Dengan upah yang diberikan, Saya dapat membeli kendaraan pribadi (sepeda/ sepeda motor)

27. Dengan upah yang diberikan, Saya mampu mencukupi kebutuhan bahan bakar kendaraan yang saya miliki (sepeda/motor)

(40)

30

Lampiran 2 Komponen kebutuhan hidup layak menurut Permenakertrans no. 13 tahun 2012

KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK

NO KOMPONEN NO KOMPONEN

(setara tepung terigu) 38

c. Sendok garpu Wajan alumunium

10 Teh atau kopi 39 Panci alumunium

11 Bumbu- bumbu 40 Sendok masak

II Sandang 41 Rice cooker ukuran ½ liter

12 Celana Panjang/pakaian muslim 42 Kompor dan perlengkapannya

13 Celana Pendek a. Kompor gas 1 tungku

14 Ikat pinggang b. Selang dan regulator

15 Kaos oblong/BH c. Tabung gas 3 kg

16 Celana dalam 43 Gas elpiji

17 Sarung/kain panjang 44 Ember plastik

18 Sepatu 45 Gayung plastik

19 Kemeja lengan pendek/ blus 46 Listrik 20 Perlengkapan semir sepatu:

a. Semir sepatu

III Pendidikan 55 Sarana kesehatan:

24 Bacaan/Radio a. Pasta dan sikat gigi

25 Balpoint/ pensil b. Sabun mandi

IV Transportasi c. Shampo

26 Transportasi kerja dan lainnya 56 Pembalut atau alat cukur V Rekreasi dan Tabungan 57 Deodorant

(41)

31

Lampiran 3 Komponen kebutuhan hidup layak menurut permenaker Per-17/Men/2005

KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK

(setara tepung terigu) 35

c. Sendok garpu

13 Kemeja lengan pendek/ blus 40 Bola lampu pijar/neon

14 Sepatu 41 Air bersih

15 Kaos oblong/BH 42 Sabun cuci

16 Celana dalam VII Kesehatan

17 Sarung/kain panjang 43 Sarana kesehatan:

18 Sandal jepit a. Pasta gigi IV Rekreasi dan Tabungan 44 Obat anti nyamuk

22 Rekreasi 45 Potong rambut

23 Tabungan VII

46

Transportasi

(42)

32

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas

Rekap Nilai Spearman correlation Hasil Uji Validitas

Pertanyaan ke- Nilai Spearmen

Correlation

Pertanyaan ke- Nilai Spearmen Correlation

1 0.730 15 0.906

2 0.713 16 0.834

3 0.769 17 0.823

4 0.846 18 0.847

5 0.833 19 0.889

6 0.744 20 0.650

7 0.831 21 0.826

8 0.876 22 0.731

9 0.890 23 0.819

10 0.884 24 0.665

11 0.871 25 0.675

12 0.898 26 0.810

13 0.899 27 0.829

14 0.630 28 0.853

(43)

33

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 4.3 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4 Persentase Karakteristik Reponden berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 4.6 Persentase Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan
+6

Referensi

Dokumen terkait

kelas, ruang makan, ruang tamu, di luar kamar dan sebagainya.. Peserta yang akan meninggalkan asrama dengan tujuan dalam kota harus mendapat ijin dari penyelenggara dan

Tanaman selada yang di tanam pada media biasa (sekam padi bakar) dengan tambahan 0% BA mengalami pecah benih pada hari ke 3, sedangkan dengan penambahan prosentase BA sebanyak

Penerima vaksin akan menerima pengesahan tarikh dan lokasi vaksinasi sekurang- kurangnya satu (1) hari sebelum tarikh janji temu yang dijadualkan. Bolehkah saya pergi terus

Sedangkan menurut Hall ( 2001, p8 ), sistem adalah sekelompok, dua atau lebih komponen yang saling berkaitan atau subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan. Dari beberapa

Kepala Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Utara, Mirza Aryadi, mengatakan dengan diberlakukan sistem ini nantinya kendaraan dari arah Jl Pluit Utara Raya sudah

Nama Pekerjaan : Kajian Desain Konservasi dan Pengembangan Sumber Air Kepulauan Sepudi dan Talango Lokasi : Kec.. Gayam, Nonggunong dan Talango

Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Masyarakat (PHBM) yang dilakukan Perhutani bersama masyarakat sekitar hutan di Resort Polisi Hutan (KPH) Tengger Kesatuan Pemangkuan Hutan

untuk menghasilkan produk yang disertifikasi halal dan produk yang tidak disertifikasi yang mengandung bahan dari babi atau turunannya... Fasilitas dan peralatan yang pernah