• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Proksimat Karaginan

Karaginan merupakan polisakarida linear atau lurus dengan unit utama penyusunnya adalah galaktosa. Menurut Wenno et al. (2012) menyatakan bahwa karaginan adalah koloid hidrofilik yang diperlukan secara komersial dan materialnya terdapat dalam beberapa spesies rumput laut merah (Rhodophyta) termasuk di dalamnya Kappaphycus alvarezii. Karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan, pembentuk gel, bahan pengikat, bahan pengemulsi dan bahan penstabil. Analisis proksimat karaginan terdiri atas beberapa parameter yakni kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat, dan viskositas yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik proksimat karaginan Kappaphycus alvarezii

Parameter Karaginan (%) FAO (2005)

Kadar air 9,35± 0,10 9,43* 12%

Kadar abu 16,65± 0,51 16,60* 15-40%

Kadar abu tak larut asam 0 0,60* Maks 1%

Kadar sulfat 12,55± 0,30 30,05* 15-40%

Viskositas 40,25± 1,06 cP 44,0* 5-800 cP

10

Pengujian kadar air dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kandungan air dalam karaginan. Berdasarkan tabel hasil analisis kadar air karaginan sebesar 9,35% ± 0,10. Kadar air tepung karaginan ini dipengaruhi oleh jenis spesies rumput laut yang digunakan, umur panen, dan habitat, selain itu faktor penyimpanan yang terlalu lama juga akan mmepengaruhi rendahnya kadar air. Kadar air yang dihasilkan ini sudah memenuhi standar spesifikasi karaginan berdasarkan FAO (2005) yaitu sebesar 12%.

Jenis pengendap juga mempengaruhi kadar air karaginan, kadar air yang dihasilkan dengan pengendap IPA lebih rendah dibandingkan NaOH. Hal ini disebabkan IPA mengakibatkan serat-serat karaginan lebih banyak terbentuk dan

membentuk gel, sehingga kadar air dalam karaginan menjadi berkurang (Yasita dan Rachmawati 2009). Rendahnya kadar air karaginan yang diperoleh

diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dari karaginan.

Nilai kadar abu karaginan yaitu sebesar 16,65% ± 0,51. Kadar abu yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar FAO yaitu sebesar 15-40%. Menurut Thiansilakul et al. (2007) peningkatan kadar abu dapat disebabkan karena penambahan senyawa yang dapat membentuk garam. Penambahan senyawa NaOH dan HCL untuk menyesuaikan kondisi pH karaginan menyebabkan terbentuknya garam-garam mineral, sehingga kadar abu dapat meningkat.

Tingginya kadar abu karaginan dipengaruhi oleh adanya garam dan mineral lain yang ada pada rumput laut (bahan baku) seperti natrium, kalsium dan kalium (Winarno 1996).

Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan. Basmal et al. (2003) menyatakan bahwa abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika.

Hasil analis kadar abu tak larut asam karaginan menunjukkan tidak adanya abu tak larut asam yang terdeteksi. Hasil ini sudah memenuhi standar FAO (2005) yaitu sebesar maksimal 1%. Kadar abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika. Menurut Diharmi et al. (2011) kadar abu tidak larut asam yang tinggi menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau logam yang tidak dapat larut dalam asam pada suatu produk seperti silika yang ditemukan di alam sebagai kuarsa, pasir dan batu. Semakin tinggi kadar abu tak larut asam, semakin rendah mutu rumput laut. Sebaliknya semakin rendah dan tidak ada kandungan abu tak larut asam, maka mutu rumput laut akan semakin baik.

Kadar sulfat merupakan parameter yang digunakan untuk berbagai jenis polisakarida yang terdapat dalam alga merah (Winarno 1996). Nilai kadar sulfat karaginan adalah sebesar 12,55% ± 0,30. Nilai yang diperoleh masih di bawah standar minimum FAO yaitu 15-40%.

Semakin rendah kandungan sulfat pada karaginan maka menyebabkan

kekuatan gel meningkat sehingga kualitas karaginan menjadi lebih baik (Sukri 2006). Penggunaan pelarut IPA dalam pengendapan karaginan

menyebabkan hasil kadar sulfat rendah. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya gel yang baik pada karaginan.

Pengujian viskositas untuk mengetahui tingkat kekentalan karaginan sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas karaginan biasanya diukur pada suhu 75oC dengan konsentrasi 1,5% (FAO 2005). Nilai viskositas

11 karaginan yang dihasilkan sebesar 40,25 ± 1,06 cP. Nilai viskositas yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar yang ditetapkan oleh FAO yaitu 5-800 cP.

Nilai viskositas karaginan ditentukan oleh konsentrasi karaginan, suhu, jenis karaginan, berat molekulnya dan adanya molekul-molekul lain. Viskositas juga dipengaruhi oleh kandungan sulfat karena sulfat dapat menyebabkan larutan menjadi kental. Adanya sulfat akan menyebabkan terjadinya gaya tolak-menolak antar kelompok ester yang bermuatan sama dengan molekul air yang terikat dalam karaginan. Sejalan dengan Suryanigrum et al. (1991) yang menyatakan bahwa semakin kecil kandungan sulfatnya semakin kecil pula nilai viskositasnya tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat.

Karakteristik Skin Lotion Karakteristik sensori

1) Kenampakan

Nilai kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion berkisar antara 4,13-5,47 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kenampakan skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 4) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kenampakan skin lotion dengan karaginan 1,5% berbeda nyata terhadap kenampakan skin lotion dengan karaginan 0% dan 0,5% namun tidak berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 1% dan 2%.

Kekentalan dan warna skin lotion yang dihasilkan diduga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis pada kenampakan skin lotion. Wenno et al. (2012)

4,7a 4,13a 5,2b 5,47b 5,37b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

12

menyatakan bahwa karaginan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai stabilisator, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi.

2) Warna

Nilai kesukaan panelis terhadap warna skin lotion berkisar antara 4,8-5,0 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap warna skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap warna skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap warna skin lotion. Hal ini diduga karena konsentrasi karaginan yang ditambahkan pada formulasi skin lotion tidak menyebabkan perbedaan warna skin lotion. Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan penyusunnya (Mitsui 1997). Warna karaginan yang digunakan putih kecoklatan dan dengan jumlah konsentrasi yang rendah sehingga tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap parameter warna, selain itu bahan-bahan penyusun lainya juga memiliki warna yang sama.

3) Homogenitas

Homogenitas merupakan parameter yang cukup penting di dalam suatu emulsi dan sediaan kosmetika karena menunjukkan tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur yang dihasilkan. Suryani et al. (2000) menyatakan bahwa semakin halus dan seragam tekstur, maka semakin baik skin lotion yang dihasilkan karena tekstur tersebut merupakan parameter tercampurnya komponen minyak dan air. Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion berkisar antara 4,2-4,73 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap homogenitas skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 4.

4,8a 4,83a 4,97a 5a 4,97a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

13

Gambar 4 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion. Hal ini karena penambahan karaginan pada skin lotion masih dengan konsentrasi yang rendah sehingga homogenitas lebih ditentukan oleh pencampuran pada tahap pembuatan emulsi. Proses pembuatan dan pencampuran fase minyak dan air yang dilakukan pada pembuatan skin lotion ini sama sehingga homogenitas yang dihasilkan tidak berbeda nyata.

Homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan, serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil.

4) Kekentalan

Uji kesukaan terhadap parameter kekentalan dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion pada saat pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion berkisar antara 3,67-4,97 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak tidak suka sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kekentalan skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 5 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan

1,5% Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata. 4,2a 4,23a 4,47a 4,67a 4,73a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan 3,67a 3,7a 3,97ab 4,87b 4,97b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

14

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 2% berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 0% dan 0,5%. Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan semakin kental skin lotion yang dihasilkan.

Menurut Velde et al. (2002) karagenan memiliki kemampuan untuk membentuk gel secara thermo-reversible atau larutan kental jika ditambahkan ke dalam larutan garam sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental, dan bahan penstabil di berbagai industri seperti pangan, farmasi, kosmetik, percetakan, dan tekstil. Yuliani et.al (2011) menyatakan bahwa kemampuan pembentukan gel pada karaginan terjadi pada saat larutan dipanaskan dan dibiarkan menjadi dingin karena mengandung gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Hal inilah yang menyebabkan skin lotion dapat menjadi kental.

5) Kesan lembab

Kesan lembab merupakan salah satu parameter penting dalam memilih skin lotion. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap rasa lembab yang dirasakan selama pemakaian skin lotion. Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion berkisar antara 4,27-5,33 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kesan lembab skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 6.

Gambar 6 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 6) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kesan lembab skin lotion adalah skin lotion dengan konsentrasi karaginan 1,5% yang berbeda nyata dengan skin lotion 0% dan 0,5%. Penambahan karaginan dalam skin lotion dapat menambah kesan lembab pada kulit.

4,27a 4,8a 5,2b 5,33b 5,27b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Ni lai he do ni k Konsentrasi karagenan

15 Polimer hidrofilik seperti asam alginat, karaginan, kitosan, kolagen, dan asam hyaluronik berperan sebagai humektan dalam kosmetik sehingga dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).

6) Rasa lengket

Rasa lengket merupakan salah satu parameter yang dipertimbangkan dalam pemilihan skin lotion karena rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion berkisar antara 5,1-5,57 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak suka sampai suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap rasa lengket skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 7.

Gambar 7 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion. Hal ini diduga karena penggunaan karaginan dalam formulasi menyebabkan produk skin lotion menjadi tidak terlalu lengket.

Polimer hidrofilik, seperti asam alginat, karaginan, kitosan, kolagen, asam hyaluronik berperan sebagai humektan dalam kosmetik yang dapat membentuk film pada lapisan atas permukaan kulit sehingga dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).

Karakteristik fisiko-kimia

1) Stabilitas emulsi

Stabilitas emulsi menunjukkan suatu kestabilan bahan, dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak memiliki kecenderungan untuk membentuk suatu lapisan terpisah. Hasil analisis menunjukkan bahwa kestabilan emulsi skin lotion pada setiap perlakuan karaginan yang dihasilkan yaitu memiliki stabilitas emulsi yang baik dan stabil. Kestabilan ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya lapisan yang terpisah. Pengujian stabilitas skin lotion ini, tidak memberikan perubahan fisika maupun kimia yang terjadi. Perubahan kimia yang dapat terjadi yaitu perubahan warna dan bau, sedangkan perubahan fisika yang dapat terjadi yaitu pemisahan fase dan peretakan.

Kestabilan emulsi pada skin lotion dipengaruhi oleh faktor mekanis, temperatur, dan proses pembentukan emulsi. Silva et al. (2006) menyatakan bahwa emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan

5,1a 5,13a 5,2a 5,57a 5,2a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karagenan

16

selama proses emulsifikasi. Semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil.

2) Nilai pH

Nilai derajat keasaman merupakan faktor yang penting dalam suatu produk, terutama kosmetik karena pH yang sangat rendah atau tinggi akan menimbulkan iritasi pada kulit. Nilai pH pelembab kulit berdasarkan SNI 16-4399-1996 disyaratkan berkisar antara 4,5-8,0. Nilai pengukuran pH yaitu berkisar antara 7,33-7,70. Hasil uji pH skin lotion disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Nilai pH. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%, Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam nilai pH (Lampiran 9) menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan memberikan menpengaruh terhadap nilai pH skin lotion yang dihasilkan pada taraf α=0,05. Hasil uji Duncan (lampiran 10) menunjukkan bahwa nilai pH skin lotion tertinggi dengan konsentrasi karaginan 2% yang berbeda nyata dengan pH skin lotion 0% dan 0,5%. Peningkatan konsentrasi karaginan yang ditambahkan dalam formulasi skin lotion menyebabkan nilai pH akan meningkat. Hal ini karena proses tahap ekstraksi karaginan dari Kappaphycus alvarezii menggunakan pelarut alkali yaitu NaOH. Hal ini sesuai dengan penelitian Yasita dan Rachmawati (2009) yaitu proses pengolahan karaginan diekstraksi dengan menggunakan NaOH yang kemudian filtratnya ditambahkan HCl hingga pH-nya netral (pH 7). Proses pengolahannya inilah yang menyebabkan pH karaginan menjadi tinggi yang kemudian akan mempengaruhi nilai pH produk.

3) Viskositas

Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Hal ini menyebabkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000). Viskositas skin lotion berkisar antara 900-3459 cP. Hasil pengukuran viskositas skin lotion disajikan pada Gambar 9.

7,33a 7,48b 7,56bc 7,62bc 7,70c 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i pH Konsentrasi karaginan

17

Gambar 3 Viskositas skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan1,5%, Karaginan 2%. Huruf

superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam pada taraf α=0,05 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi viskositas skin lotion (Lampiran 11). Hasil uji Duncan (Lampiran 12) memperlihatkan bahwa viskositas skin lotion tertinggi pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 2% yang berbeda nyata terhadap viskositas skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,5%, 1% dan 1,5%. Viskositas skin lotion meningkat dengan meningkatnya konsentrasi karaginan yang digunakan.

Hal ini berhubungan dengan semakin tinggi kandungan sulfat karaginan, gaya tolak menolak antar grup ester sulfat yang bermuatan sama (negatif) disepanjang rantai polimer semakin meningkat yang menyebabkan rangkaian polimer kaku dan tertarik kencang sehingga molekul-molekul air terikat pada molekul karaginan yang mengakibatkan peningkatan viskositas (Rasyid 2003). Semakin banyak gugus hidrofilik yang terkandung yaitu gugus ester dan hidroksil menyebabkan semakin banyak air dalam skin lotion yang dapat terikat oleh gugus tersebut dan mengakibatkan peningkatan viskositas skin lotion.

4) Penyusutan berat

Penyusutan berat pada skin lotion merupakan uji yang dilakukan berkaitan dengan kestabilan emulsi. Suatu produk tidak akan mengalami penyusutan atau mempunyai penyusutan yang kecil bila memiliki stabilitas emulsi yang baik. Penyusutan berat ini disebabkan karena adanya penguapan air dalam bahan ketika

penyimpanan. Nilai persentase penyusutan berat yaitu berkisar antara 7,5%-1,45%. Hasil uji penyusutan berat skin lotion disajikan pada Gambar 10.

900a 1202,5b 1460c 2500d 3450e 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 0% 0.5% 1% 1.50% 2% visko sit as (c P) Konsentrasi Karaginan

18

Gambar 4 Persentase penyusutan berat skin lotion. Karaginan 0%,

Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%, Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam persentase penyusutan berat (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi karaginan memberikan pengaruh terhadap persentase penyusutan berat skin lotion (α=0.05). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa penyusutan berat tertinggi yaitu konsentrasi karaginan 0% yang berbeda nyata terhadap persentase penyusutan berat skin lotion dengan karaginan 0,5 %, 1%, 1,5% dan 2% (Lampiran 16).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan maka semakin kecil persentase penyusutan beratnya. Skin lotion dengan karaginan memiliki kestabilan dan kelembaban yang tinggi sehingga peristiwa terjadinya kehilangan berat kecil.

Karaginan memiliki fungsi sebagai humektan dimana karaginan memiliki sifat untuk mempertahankan kandungan air pada kulit dan skin lotion. Humektan adalah bahan higroskopis yang digunakan dalam formulasi kosmetik yang berfungsi menjaga kehilangan kandungan air selama penyimpanan dan pemakaian pada kulit (Rieger 2000).

5) Total mikrob

Analisis total mikrob yang dilakukan didasarkan bahwa setiap sel hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang muncul pada cawan yang merupakan suatu indeks jumlah mikrob yang dapat hidup dan terkandung dalam sampel (Mitsui 1997). Hasil uji total mikrob skin lotion dengan berbagai konsentrasi karaginan yaitu <2,5 x 102 cfu. Hasil menunjukkan bahwa skin lotion masih aman digunakan karena total mikrob masih berada dibawah batas total mikrob yang disyaratkan SNI 16-4399-1996. Adapun berdasakan hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan karaginan tidak mempengaruhi total mikrob skin lotion.

Penghambatan pertumbuhan mikrob ini disebabkan penambahan metil paraben yang berfungsi sebagai pengawet dalam formulasi produk. Metil paraben digunakan dalam skin lotion karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur (Rieger 2000).

Pemilihan Skin Lotion Terpilih

Penentuan skin lotion terpilih dilakukan dengan cara melihat hasil dari parameter subjektif (kesukaan panelis terhadap kenampakan, homogenitas, warna,

7,5a 5,45b 4,17b 3,72c 1,45d 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0% 0.5% 1% 1.5% 2% pen y usu tan berat (%) konsentrasi karaginan

19 kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket) dan objektif (pH, viskositas, stabilitas emulsi, dan total mikrob) dari skin lotion, dimana terdapat lima perlakuan yaitu konsentrasi karaginan 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%.

Berdasarkan dari hasil pengujian skin lotion secara subjektif maupun objektif diperoleh bahwa skin lotion dengan perlakuan konsentrasi karaginan 1,5% memiliki penilaian kesukaan tertinggi oleh panelis, dimana pada parameter kenampakan, warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket memiliki nilai kesukaan berturut-turut yaitu 5,47; 5; 4,67; 4,87; 5,33; dan 5,57 dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka. Selain itu skin lotion dengan perlakuan konsentrasi karaginan 1,5% memenuhi nilai viskositas yang disyaratkan oleh SNI 16-4399-1996, jika dibandingkan dengan skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,5% dan 1%. Pemilihan skin lotion tepilih ini juga memperhatikan penekanan terhadap jumlah karaginan yang digunakan untuk hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata, sehingga diperoleh bahwa skin lotion terpilih yaitu skin lotion dengan konsentrasi karaginan 1,5%. Hasil skin lotion terpilih ini yang kemudian akan digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan dengan penambahan ekstrak buah bakau.

6) Aktivitas antioksidan skin lotion buah bakau (Rhizophora mucronata)

Antioksidan adalah preservatif yang digunakan dalam kosmetik untuk mencegah terjadinya ketengikan dan oksidasi yang dapat mengubah warna dan bentuk kosmetik, selain itu antioksidan juga berfungsi sebagai penangkap efek buruk dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan kulit seperti munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah (Maysuhara 2009).

Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) yang akan ditambahkan pada skin lotion terlebih dahulu diuji aktivitas antioksidan. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak buah bakau memiliki nilai IC50 antioksidan sebesar 0,72 ppm. Berdasarkan klasifikasi aktivitas antioksidan Molyneux (2004), ekstrak buah bakau memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, karena nilainya kurang dari 50 ppm.

Uji aktivitas antioksidan skin lotion menggunakan metode DPPH dengan hasil yang didapatkan berupa persen inhibisi dan nilai IC50. Pengujian aktivitas antioksidan pada sampel lotion ini menggunakan penambahan ekstrak buah bakau (R. mucronata) dengan konsentrasi 0,5% dan 1% (Berna et al. 2013). Hasil uji aktivitas antioksidan Vitamin C dan aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji aktivitas antioksidan lotion dari buah bakau (R. mucronata)

Kontrol % Inhibisi IC50 (ppm) 0 2,5 5 7,5 10 Vitamin C 0,426 3,618 27,329 50,423 73,287 7,196 Sampel 6,25 12,5 25 50 100 IC50 (ppm) % Inhibisi Lotion ekstrak 0,5% 10,19 12,27 15,51 17,82 29,79 183,82 Lotion ekstrak 1% 12,19 14,99 17,88 20,99 40,89 130,49 Lotion komersil 7,41 8,79 10,19 12,27 17,82 334,15

20

Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sampel, maka semakin tinggi pula persen inhibisi yang dihasilkan. Presentase inhibisi tertinggi dihasilkan oleh larutan dengan konsentrasi 100 ppm, sedangkan persen inhibisi terendah dihasilkan larutan dengan konsentrasi 6,25 ppm pada masing-masing sampel. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanani et al. (2005) yang menyatakan bahwa presentase penghambatan ekstrak terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.

Nilai IC50 Vitamin C yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 7,196 ppm. Penelitian yang dilakukan Banerjee et al. (2008) pada kulit batang tanaman Rhizophora mucronata mendapatkan nilai IC50 Vitamin C sebesar 3,62 ppm. Hasil menunjukkan bahwa antioksidan Vitamin C merupakan aktivitas antioksidan yang sangat kuat, sesuai dengan pernyataan dari Molyneux (2004) bahwa suatu bahan dengan nilai IC50 < 50 ppm merupakan antioksidan yang sangat kuat.

Hasil IC50 pengukuran aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau konsentrasi 0,5% sebesar 183,82 ppm, lotion konsentasi 1% sebesar 130,49 ppm dan lotion komersil sebesar 334,15 ppm. Menurut klasifikasi Molyneux (2004), sampel skin lotion buah bakau memiliki aktivitas antioksidan yang lemah hingga sedang, karena nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, sedangkan untuk lotion komersil memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah karena nilainya lebih besar dari 200 ppm. Penelitian Rusdiana et al. (2007) menunjukkan bahwa IC50 dari ekstrak seledri pada kosmetik jenis gel adalah 466,107 ppm sedangkan hasil

Dokumen terkait