• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BUAH BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.) PADA FORMULASI SKIN LOTION DENGAN KARAGINAN TIKA AYU BUDIARTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BUAH BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.) PADA FORMULASI SKIN LOTION DENGAN KARAGINAN TIKA AYU BUDIARTI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BUAH BAKAU

(

Rhizophora mucronata

Lamk.) PADA FORMULASI

SKIN LOTION

DENGAN KARAGINAN

TIKA AYU BUDIARTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Aktivitas Antioksidan dari Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Formulasi Skin Lotion dengan Karaginan” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014 Tika Ayu Budiarti NIM C34090051

(4)
(5)

ABSTRAK

TIKA AYU BUDIARTI. Aktivitas Antioksidan dari Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Formulasi Skin Lotion dengan Karaginan.

Dibimbing oleh SRI PURWANINGSIH dan ELLA SALAMAH.

Skin lotion merupakan produk kosmetika yang berfungsi melembutkan dan menjaga kulit dari kekeringan. Karaginan berfungsi sebagai pengental dan ekstrak buah bakau sebagai sumber antioksidan dalam skin lotion. Tujuan penelitian adalah mengetahui konsentrasi terbaik dari penambahan karaginan dan aktivitas antioksidan buah bakau (Rhizophora mucronata) pada skin lotion. Analisis yang dilakukan yaitu analisis proksimat karaginan dan analisis skin lotion. Hasil penelitian menunjukkan karaginan memiliki kadar air 9,35%; kadar abu 16,65%; kadar abu tak larut asam 0%; kadar sulfat 12,55%; dan nilai viskositas 40,25 cps. Konsentrasi karaginan terbaik yaitu 1,5% dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62; viskositas 2500 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%, dan total mikrob kurang dari 25 cfu. Pengukuran aktivitas aktioksidan ekstrak buah bakau memiliki nilai IC50 0,72 ppm. Aktivitas antioksidan pada skin lotion konsentrasi buah bakau 0,5% sebesar 183,816 ppm, konsentasi buah bakau 1% sebesar 130,494 ppm.

Kata kunci: antioksidan, karaginan, Rhizopora mucronata, skin lotion.

ABSTRACT

TIKA AYU BUDIARTI. Antioxidant Activity from Mangrove Fruit (Rhizophora mucronata Lamk.) on Skin Lotion Formulation with Carrageenan.

Supervised by SRI PURWANINGSIH and ELLA SALAMAH.

Skin lotion was a cosmetic product which served soften and preserving the skin from drying. Carrageenan acted as a thickener and the role of mangrove fruit as a source of antioxidants in the skin lotion. The objectives of this research were to determine the best concentration of the addition of carrageenan and antioxidant activity of mangrove fruit (Rhizophora mucronata) in skin lotion. Analysis conducted in this research were proximatet analysis of carrageenan and skin lotion analysis. The results showed compositions of carrageenan were: moisture 9,35%, ash 16,65%, acid-insoluble ash 0%, sulfate 12,55%, and viscosity value 40,25 cps. The carragenan concentration was 1.5% with the sensory characteristic ranged between “kind of like” to “like”, pH value 7,62, viscosity 2500 cP, emulsion stability 100%, weight shrinkage 3,72%, and total microbes less than 25 cfu. Antioxidant activity for extract mangrove fruit had IC50 value of 0,72 ppm. Antioxidant activity on skin lotion for 0,5% mangrove fruit concentration was 183,816 ppm, and 1% mangrove fruit concentration was 130,494 ppm.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)
(9)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BUAH BAKAU

(

Rhizophora mucronata

Lamk.) PADA FORMULASI

SKIN LOTION

DENGAN KARAGINAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

TIKA AYU BUDIARTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan dari Buah Bakau

(Rhizophora mucronata Lamk.) pada Formulasi Skin Lotion dengan Karaginan

Nama : Tika Ayu Budiarti

NIM : C34090051

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi Pembimbing I

Dra Ella Salamah, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(12)

Judul Skripsi : Akti i:as An io,' sidan dari Buah Bakau

(Rhi::o ;0 ·0 lIucronata Lamk.) pada Formulasi Skin Lotion

dengao f.:.araginan Nama : Tika A_lI Budiarti

NIM : C340900 -1

Program Studi: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi Pembimbing I

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Aktivitas antioksidan dari buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada formulasi skin lotion dengan karaginan” dilaksanakan pada bulan Maret hingga Oktober 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1) Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi dan Dra Ella Salamah, MSi selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2) Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku dosen penguji, atas kritik dan saran, serta pengarahan yang diberikan kepada penulis.

3) Orang tua, Kakak, Adik dan keluarga tercinta yang telah memberikan semua yang dibutuhkan penulis serta cinta dan doanya.

4) Teman seperjuangan THP 46 serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2014 Tika Ayu Budiarti

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... v PENDAHULUAN ... ..1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah ... 1 Tujan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE ... 2

Bahan ... 3

Alat ... 3

Prosedur Analisis Penelitian ... 3

Ekstraksi tepung karaginan ... 4

Pembuatan skin lotion ... 4

Analisis proksimat karaginan ... 4

Kadar air (AOAC 2005) ... 4

Kadar abu (AOAC 2005) ... 5

Kadar abu tak larut asam ... 5

Kadar sulfat (2005 ... 5

Viskositas (2005) ... 5

Analisis skin lotion ... 6

Analisi pH ... 6

Analisis viskositas ... 6

Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997) ... 6

Analisis total mikrob ... 6

Uji sensori (Carpenter et al. 2000) ... 6

Penyusutan berat (Suryani et al. 2000) ... 7

Analisis antioksidan ... 7

Pengujian aktivitas antioksidan skin lotion ... 7

Rancangan percobaan ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Karakteristik proksimat karaginan ... 9

Karakteristik skin lotion ... 11

Karakteristik sensori ... 11 Kenampakan ... 11 Warna ... 12 Homogenitas ... 12 Kekentalan ... 13 Kesan lembab ... 14 Rasa lengket ... 14 Karakteristik fisiko-kimia ... 15 Stabilitas emulsi ... 15 Nilai pH ... 16

(15)

Viskositas ... 16

Penyusutan berat ... 17

Total mikrob ... 18

Pemilihan skin lotion terpilih ... 18

Aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau ... 19

SIMPULAN DAN SARAN ... 21

Simpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 24

(16)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi skin lotion ... 4

2 Karakteristik proksimat karaginan ... 9

3 Hasil uji aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau ... 19

DAFTAR GAMBAR

1 Metode penelitian ... 3

2 Nilai kesukaan panelis terhadap kenampakan ... 11

3 Nilai kesukaan panelis terhadap warna ... 12

4 Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas ... 13

5 Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan ... 13

6 Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab ... 14

7 Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket ... 15

8 Nilai pH skin lotion ... 16

9 Nilai viskositas skin lotion ... 17

10 Persentase penyusutan berat skin lotion ... 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion ... 25

2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik ... 26

3 Hasil uji Kruskal-Wallis uji sensori ... 27

4 Hasil uji lanjut Multiple Comparisons kenampakan ... 27

5 Hasil uji lanjut Multiple Comparisons kekentalan ... 27

6 Hasil uji lanjut Multiple Comparisons kesan lembab ... 27

7 Nilai pH dan viskositas skin lotion ... 28

8 Uji normalitas pH dan viskositas ... 28

9 Hasil analisis ragam pH ... 28

10 Uji lanjut Duncan pH ... 28

11 Uji analisis ragam viskositas ... 29

12 Hasil uji lanjut Duncan viskositas ... 29

13 Nilai uji penyusutan berat ... 29

14 Uji normalitas persentase penyusutan berat ... 29

15 Hasil analisis ragam penyusutan berat ... 29

16 Hasil uji lanjut Duncan penyusutan berat ... 30

(17)
(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kappaphycus alvarezii merupakan jenis rumput laut penghasil karaginan. Karaginan merupakan suatu jenis galaktan yang memiliki karakteristik unik dan memiliki daya ikat air yang cukup tinggi (Ulfah 2009). Karaginan memiliki sifat khas yang dapat dimanfaatkan sebagai pengemulsi, penstabil, pengental, dan bahan pembentuk gel (Pebrianata 2006). Pemanfaatan karaginan di dunia industri sangatlah luas, mulai dari industri pangan maupun non-pangan. Salah satunya yaitu pada bidang kosmetik. Soraya (2002) menyatakan bahwa para ahli kosmetik dan kecantikan sepakat menyebutkan ekstrak rumput laut baik untuk perawatan kulit.

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kulit sangat mendukung penampilan seseorang sehingga perlu dirawat dan dijaga kesehatannya. Perawatan dan pemeliharaan membuat penampilan kulit akan terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma 1998). Proses kerusakan kulit ditandai dengan munculnya kulit keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah, hal tersebut disebabkan oleh radikal bebas (Maysuhara 2009). Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa antioksidan.

Rhizophora mucronata Lamk. menurut penelitian Lahucky et al. (2010) memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Informasi mengenai senyawa aktif pada buah bakau tersebut serta aplikasinya dibidang kosmetik terutama pada skin lotion masih belum banyak. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan bahan alami sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetika (Mario 2001). Kosmetika adalah bahan atau campuran yang bukan obat untuk digosokan, dilekatkan, dituangkan, atau dimasukan dalam, dipergunakan pada bagian badan manusia dengan tujuan untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah penampilan seseorang dengan tidak mengganggu faal kulit dan tubuh manusia (Sukanto 1995). Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetik yang aman dan berbahan alami, memberikan peluang penggunaan rumput laut (karaginan) dan ekstrak buah bakau sebagai bahan baku kosmetika yang aman dan alami. Penelitian mengenai penambahan karaginan dan eksrtrak buah bakau pada formulasi skin lotion ini perlu dilakukan untuk mengganti penggunaan bahan sintetik dan untuk menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak buah Rhizophora mucronata Lamk. pada formulasi skin lotion.

Perumusan Masalah

Fenomena penggunaan kosmetika di kalangan masyarakat sudah menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar. Hal ini dikarenakan penggunaan kosmetika tidak hanya terbatas untuk mempercantik dan merawat diri saja tetapi juga untuk tujuan kesehatan. Karaginan dan ekstrak buah bakau yang merupakan salah satu

(19)

2

produk hasil perairan diprediksi mampu mengganti penggunaan bahan sintetik pada skin lotion sehingga penggunaan ekstrak rumput laut dan buah bakau ini baik untuk perawatan kulit. Hal ini mendorong diciptakannya suatu inovasi produk kosmetika menggunakan karaginan dan ekstrak buah bakau, namun perlu diketahui terlebih dahulu tingkat keefektifan dan aktivitas ekstrak terhadap skin lotion tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian berbasis pada pemanfaatan rumput laut dan ekstrak buah bakau untuk diaplikasikan pada pembuatan skin lotion. Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah mempelajari pengaruh konsentrasi karaginan terhadap karakteristik skin lotion hingga mendapatkan konsentrasi karaginan terpilih dan mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak buah bakau Rhizophora mucronata Lamk. pada formulasi skin lotion

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah untuk pendayagunaan rumput laut dan buah bakau hasil perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alami dalam pembuatan skin lotion. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai masukan berupa informasi baru dan alternatif dalam pembuatan produk skin lotion secara alami bagi industri kosmetika.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah ekstrasi rumput laut (Kappaphycus alvarezii) menjadi karaginan yang akan digunakan sebagai

pengental dan pengemulsi pada skin lotion, serta penambahan ekstra buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) sebagai zat antioksidan pada skin lotion.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Organoleptik, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Laboratorium Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor; Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

(20)

3 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dan ekstrak metanol buah bakau (Rhizopora mucronata). Penelitian terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama ekstrasi karaginan, bahan yang digunakan yaitu NaOH, akuades, Isoprophil alkohol (IPA), dan HCl. Tahap kedua pembuatan skin lotion, bahan yang digunakan untuk membuat skin lotion menurut Nussinovitch (1997) dalam buku Application of Hydrocolloid yaitu asam stearat, mineral oil, setil alkohol, triethanolamin, gliserin, air murni, pengawet dan pewangi.

Alat

Alat yang digunakan untuk preparasi rumput laut dan buah bakau adalah timbangan digital, blender, dan baskom. Alat yang digunakan dalam pembuatan skin lotion adalah peralatan gelas, timbangan analitik, termometer, pemanas listrik, bulb, pengaduk, alumunium foil, stirrer dan pipet volumetrik. Alat yang digunakan untuk analisis adalah pH meter, viscometer brookfield, oven, ruang pendingin, inkubator, cawan petri, pipet volumetrik, dan botol sampel.

Prosedur Analisis Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama ekstrasi karaginan. Tahap kedua pembuatan skin lotion. Diagram alir metode penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Metode penelitian

Rumput laut kering

Ekstraksi karaginan

Pembuatan skin lotion

Uji aktivitas antioksidan Ekstrak bakau (R. mucronata) Tepung karaginan Skin lotion terbaik Uji aktivitas antioksidan

Analisis kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat dan viskositas

Analisis sensori, pH, viskositas, penyusutan berat, stabilitas emulsi dan

(21)

4

Ekstraksi tepung karaginan (Uju 2005 yang dimodifikasi)

Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii direndam 24 jam dengan akuades dan dihancurkan, diekstraksi dengan larutan NaOH selama 3 jam, perbandingan rumput laut dan NaOH (1:20) pada suhu 90oC dan pada pH 9-10 selanjutnya disaring menggunakan nilon 150 mesh sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat rumput laut tersebut diendapkan dengan IPA dengan perbandingan filtrate dan IPA (1:1,5) kemudian disaring kembali dan dijemur. Proses penepungan dilakukan untuk menghasilkan tepung karaginan. Analisis yang dilakukan terhadap karaginan yaitu kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat serta viskositas.

Pembuatan skin lotion (Nussinovitch 1997).

Pembuatan skin lotion terbagi dua bagian yaitu bahan yang larut minyak (sediaan 1) dan bahan yang larut air (sediaan 2). Bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat dan parafin cair dimasukkan ke dalam gelas piala. Karaginan yang digunakan terlebih dahulu dilarutkan ke dalam air sebelum dicampurkan ke dalam fase air. Bahan yang termasuk fase air seperti gliserin, triethanolamin (TEA), larutan karaginan, dan sisa air lalu dicampurkan. Sediaan 1 dan 2 dipanaskan, diaduk pada suhu 70-75oC secara terpisah hingga homogen. Sediaan yang telah homogen, dicampur dan diaduk. Proses pencampuran kedua sediaan yang berbeda tersebut dilakukan pada suhu 70oC. Proses pengadukan dengan stirrer hingga campuran homogen dan mencapai suhu 40oC (sediaan 3). Metil paraben dan parfum dimasukkan dalam sediaan 3 pada suhu 35oC kemudian dilakukan pengadukan dengan stirrer kurang lebih satu menit. Formulasi pembuatan skin lotion dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi skin lotion dalam (Nussinovitch 1997 dengan dimodifikasi).

Bahan Formula A (%) Formula B (%) Formula C (%) Formula D (%) Formula E (%) Karaginan 0 0,5 1 1,5 2 Asam stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Paraffin cair 7 7 7 7 7 Gliserin 5 5 5 5 5 Triethenolamin 1 1 1 1 1 Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Esencial oil 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Air Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Analisis Proksimat Karaginan Kadar air (AOAC 2005)

Uji kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105oC selama 20 menit. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator dan dibiarkan hingga dingin kemudian ditimbang. 1-2 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 110oC selama 8 jam. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan didiamkan sampai dingin untuk selanjutnya ditimbang kembali.

(22)

5

Kadar sulfat = P x 0,4116 x 100% Berat sampel

Keterangan P = Berat endapan BaSO4 Perhitungan kadar air:

% Kadar air = B1 – B2 x 100% B1 – B0

Keterangan :

B0 = Berat cawan kosong (gram)

B1 = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

B2 = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram) Kadar abu (AOAC 2005)

Uji kadar abu dilakukan untuk mengetahui banyaknya mineral yang terkandung dalam sampel. Pertama-tama, cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang. 2 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600oC selama 6 jam dan ditimbang. Penentuan kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Kadar abu (berat basah)= Bobot setelah tanur-cawan kosong(g)x100% Berat sampel awal (g)

Kadar abu tak larut asam (AOAC 2005)

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Perhitungan kadar abu tak larut asam :

Kadar abu tidak larut asam = berat abu (g) x 100% berat contoh (g)

Kadar sulfat (AOAC 2005)

Uji kadar sulfat dilakukan dengan memasukkan 1 gram sampel ke dalam labu Erlenmeyer kemudian ditambahkan 50 ml HCl dan direfluks sampai mendidih selama 1 jam. Sebanyak 25 ml larutan H2O2 ditambahkkan ke dalamnya dan direfluks selama 6 jam sampai larutan menjadi jernih. Larutan ini dipindahkan ke dalam gelas piala dan dipanaskan sampai mendidih. Selanjutnya ditambahkan 10 ml larutan BaCl2 di atas penangas air selama 2 jam. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dengan kertas saring tak berabu dan dicuci dengan akuades mendidih hingga bebas klorida serta ditetes AgNO3. Kertas saring dikerigkan ke dalam oven pengering kemudian diabukan pada suhu 1000oC sampai didapat abu berwarna putih. Abu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Selanjutnya dilakukan dengan perhitungan kadar sulfat. Perhitungan kadar sulfat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Viskositas (AOAC 2005)

Larutan karaginan dengan konsentrasi 1,5% dipanaskan dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur sampai suhu mencapai 76-77oC. Selanjutnya dilakukan pengukuran viskositas dengan menggunakan viskometer.

(23)

6

Analisis Skin Lotion

Analisis terhadap skin lotion yang dihasilkan meliputi uji sensori, analisis pH, viskositas, stabilitas emulsi, total mikrob, penyusutan berat, dan analisis antioksidan.

Analisis pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter Orion model 410A yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan sensor pH ke dalam contoh uji, lalu ditunggu sampai angka yang muncul pada layar stabil.

Analisis viskositas (SNI 1998)

Sampel sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya menggunakan viskometer Brookfield Engineering Labs, INC tipe Middceboro MA 02346 USA (spindel no 3 dan 4) dengan kecepatan 30 rpm. Faktor koreksi untuk spindel 3 adalah 40 sedangkan untuk spindel 4 adalah 200. Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran x faktor konversi.

Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997)

Pengukuran sampel bahan emulsi dimasukkan dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45oC selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu dibawah 0oC selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke oven pada suhu 45oC selama 1 jam. Pengamatan dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan, emulsi dikatakan tidak stabil dan tingkat kestabilannya dihitung berdasarkan persentase fase terpisahkan terhadap emulsi keseluruhan (Mitsui 1997). Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:

SE (%) = 100% - Berat fase yang memisah x 100% Berat total bahan emulsi

Analisis total mikrob (SNI 19-2897-1992)

Pengukuran total mikrob yaitu lotion secara aseptis ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam larutan pengencer (garam fisiologis) kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 103. Sebanyak 1 ml sampel, diinokulasikan pada cawan petri steril. Media Plate Count Agar (PCA) yang steril pada suhu 45–55 oC dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15 ml. Cawan petri digoyang dan dibiarkan memadat. Inkubasi pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah mikrob yang tumbuh dinyatakan sebagai total mikrob.

Uji sensori (Carpenter et al. 2000)

Uji sensori dilakukan menggunakan penilaian dengan skala hedonik yang ditransfer dalam bentuk angka. Uji sensori pada penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya terima atau tingkat kesukaan panelis terhadap produk. Jumlah panelis yang digunakan adalah 30 orang dan bahan diberikan secara acak dengan diberi kode. Pengamatan dilakukan dengan skala hedonik yang bernilai satu sampai tujuh dimana: (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; (3) agak tidak suka; (4)

(24)

7 normal; (5) agak suka; (6) suka; (7) sangat suka (Carpenter et al. 2000). Data yang diperoleh diuji dengan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis dan uji lanjutannya digunakan Multiple Comparison.

Penyusutan berat (Suryani et al. 2000)

Uji penyusutan berat dilakukan berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu produk. Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik tidak akan mengalami penyusutan berat atau penyusutan berat yang dialami memiliki persentase yang kecil. Penyusutan antara lain juga disebabkan penguapan air pada saat penyimpanan. Uji ini juga dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang dipakai pada formulasi. Uji dilakukan dengan menimbang bahan pada saat sebelum dan setelah mengalami penyimpanan selama satu bulan, kemudian dihitung persentase kehilangan beratnya (Suryani et al. 2000).

Pengujian aktivitas antioksidan (Hanani et al. 2005 yang dimodifikasi)

Pengujian aktivitas antioksidan pada skin lotion terhadap radikal bebas DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian aktivitas antioksidan pada skin lotion dilakukan dengan mempersiapkan larutan sampel. Sampel skin lotion bakau dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50; dan 100 ppm, kemudian diinkubasi dalam ruang tertutup suhu 37oC selama 30 menit. Pengukuran serapan dengan spetrofotometer UV-Vis pada absorbansi panjang gelombang optimum yaitu 517 nm. Pembanding yang digunakan vitamin C yang merupakan blanko positif dimana dibuat dengan perlakuan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Setelah 30 menit sampel dan blanko diukur secara spektofotometri dengan mengukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum 517 nm.

Aktivitas antioksidan dari skin lotion dan Vitamin C dinyatakan dengan persen inhibisi yang dihitung dengan rumus berikut:

Nilai konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx digunakan untuk mencari nilai IC50 (inhibitor concentration 50%) dari masing-masing sampel dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50. Nilai IC50 menyatakan besarnya konsentrasi larutan sampel (ekstrak maupun antioksidan pembanding Vitamin C) yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.

Rancangan Percobaan Perhitungan uji sensori

Perhitungan uji sensori menggunakan analisis non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis menggunakan software Statistical Process for Social Science (SPSS) versi 14.0. Perhitungan nilai secara manual (Steel dan Torie 1991):

Uji Kruskal Wallis meliputi langkah-langkah berikut: a. Merumuskan H0 dan H1

(25)

8

H0 : Pemberian konsentrasi karaginan tidak berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap parameter skin lotion

H1 : Pemberian konsentrasi karaginan berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap parameter skin lotion

b. Perangkingan

c. Membuat tabel rangking

d. Menghitung ΣT = [(t -1)t(t +1)] e. Menghitung faktor koreksi (FK)

f. Menghitung H yng merupakan kriteria uji

g. Menghitung H’ yang merupakan nilai X2 hitung

h. Melihat X2 tabel α = 0,05 dan db(v) = k-1

Jika X2 hitung > X2 tabel maka tolak H0, dan dilanjutkan uji Mulitiple

Comparisons Jika X2 hitung < X2 tabel maka gagal tolak H0

Uji ini digunakan apabila hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil tolak H0. Rumus uji Mulitiple Comparisons adalah:

Keterangan:

n : banyaknya data

t : jumlah data yang sama H : kriteria yang akan diuji H’ : X2 hitung

ni : jumlah pengamatan pada setiap perlakuan Ri : jumlah rangking pada setiap perlakuan

K : perlakuan (konsentrasi karaginan 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%) Z : peubah acak

Analisis karakteristik skin lotion

Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi karaginan (0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%) dan dua kali ulangan. Model matematis rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Yij = μ + Ai + εij Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan lotion ke-j dengan perlakuan ke-i

i = Perbedaan konsentrasi karaginan (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%) j = Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali)

μ = Nilai tengah umum Ai = Pengaruh perlakuan ke-i Εij = Pengaruh galat

(26)

9 Hipotesis :

H0 : Pemberian konsentrasi karaginan tidak berpengaruh pada karakteristik skin lotion

H1 : Pemberian konsentrasi karaginan berpengaruh pada karakteristik skinlotion

Pengaruh perlakuan terhadap karakteristik dapat diketahui dengan analisis ragam. Bila hasil analisis ragam menunjukkan tolak Ho maka dilanjutkan dengan ujiDuncan, dengan rumus:

Keterangan:

Rp = nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan p = perlakuan

dbs = derajat bebas

kts = jumlah kuadrat tengah r = ulangan

Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil uji ini menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan menyebar normal (Steel dan Torie 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Proksimat Karaginan

Karaginan merupakan polisakarida linear atau lurus dengan unit utama penyusunnya adalah galaktosa. Menurut Wenno et al. (2012) menyatakan bahwa karaginan adalah koloid hidrofilik yang diperlukan secara komersial dan materialnya terdapat dalam beberapa spesies rumput laut merah (Rhodophyta) termasuk di dalamnya Kappaphycusalvarezii. Karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan, pembentuk gel, bahan pengikat, bahan pengemulsi dan bahan penstabil. Analisis proksimat karaginan

terdiri atas beberapa parameter yakni kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat, dan viskositas yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik proksimat karaginan Kappaphycus alvarezii

Parameter Karaginan (%) FAO (2005)

Kadar air 9,35± 0,10 9,43* 12%

Kadar abu 16,65± 0,51 16,60* 15-40%

Kadar abu tak larut asam 0 0,60* Maks 1%

Kadar sulfat 12,55± 0,30 30,05* 15-40%

Viskositas 40,25± 1,06 cP 44,0* 5-800 cP

(27)

10

Pengujian kadar air dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kandungan air dalam karaginan. Berdasarkan tabel hasil analisis kadar air karaginan sebesar 9,35% ± 0,10. Kadar air tepung karaginan ini dipengaruhi oleh jenis spesies rumput laut yang digunakan, umur panen, dan habitat, selain itu faktor penyimpanan yang terlalu lama juga akan mmepengaruhi rendahnya kadar air. Kadar air yang dihasilkan ini sudah memenuhi standar spesifikasi karaginan berdasarkan FAO (2005) yaitu sebesar 12%.

Jenis pengendap juga mempengaruhi kadar air karaginan, kadar air yang dihasilkan dengan pengendap IPA lebih rendah dibandingkan NaOH. Hal ini disebabkan IPA mengakibatkan serat-serat karaginan lebih banyak terbentuk dan

membentuk gel, sehingga kadar air dalam karaginan menjadi berkurang (Yasita dan Rachmawati 2009). Rendahnya kadar air karaginan yang diperoleh

diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dari karaginan.

Nilai kadar abu karaginan yaitu sebesar 16,65% ± 0,51. Kadar abu yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar FAO yaitu sebesar 15-40%. Menurut Thiansilakul et al. (2007) peningkatan kadar abu dapat disebabkan karena penambahan senyawa yang dapat membentuk garam. Penambahan senyawa NaOH dan HCL untuk menyesuaikan kondisi pH karaginan menyebabkan terbentuknya garam-garam mineral, sehingga kadar abu dapat meningkat.

Tingginya kadar abu karaginan dipengaruhi oleh adanya garam dan mineral lain yang ada pada rumput laut (bahan baku) seperti natrium, kalsium dan kalium (Winarno 1996).

Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan. Basmal et al. (2003) menyatakan bahwa abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika.

Hasil analis kadar abu tak larut asam karaginan menunjukkan tidak adanya abu tak larut asam yang terdeteksi. Hasil ini sudah memenuhi standar FAO (2005) yaitu sebesar maksimal 1%. Kadar abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika. Menurut Diharmi et al. (2011) kadar abu tidak larut asam yang tinggi menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau logam yang tidak dapat larut dalam asam pada suatu produk seperti silika yang ditemukan di alam sebagai kuarsa, pasir dan batu. Semakin tinggi kadar abu tak larut asam, semakin rendah mutu rumput laut. Sebaliknya semakin rendah dan tidak ada kandungan abu tak larut asam, maka mutu rumput laut akan semakin baik.

Kadar sulfat merupakan parameter yang digunakan untuk berbagai jenis polisakarida yang terdapat dalam alga merah (Winarno 1996). Nilai kadar sulfat karaginan adalah sebesar 12,55% ± 0,30. Nilai yang diperoleh masih di bawah standar minimum FAO yaitu 15-40%.

Semakin rendah kandungan sulfat pada karaginan maka menyebabkan

kekuatan gel meningkat sehingga kualitas karaginan menjadi lebih baik (Sukri 2006). Penggunaan pelarut IPA dalam pengendapan karaginan

menyebabkan hasil kadar sulfat rendah. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya gel yang baik pada karaginan.

Pengujian viskositas untuk mengetahui tingkat kekentalan karaginan sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas karaginan biasanya diukur pada suhu 75oC dengan konsentrasi 1,5% (FAO 2005). Nilai viskositas

(28)

11 karaginan yang dihasilkan sebesar 40,25 ± 1,06 cP. Nilai viskositas yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar yang ditetapkan oleh FAO yaitu 5-800 cP.

Nilai viskositas karaginan ditentukan oleh konsentrasi karaginan, suhu, jenis karaginan, berat molekulnya dan adanya molekul-molekul lain. Viskositas juga dipengaruhi oleh kandungan sulfat karena sulfat dapat menyebabkan larutan menjadi kental. Adanya sulfat akan menyebabkan terjadinya gaya tolak-menolak antar kelompok ester yang bermuatan sama dengan molekul air yang terikat dalam karaginan. Sejalan dengan Suryanigrum et al. (1991) yang menyatakan bahwa semakin kecil kandungan sulfatnya semakin kecil pula nilai viskositasnya tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat.

Karakteristik Skin Lotion

Karakteristik sensori 1) Kenampakan

Nilai kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion berkisar antara 4,13-5,47 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kenampakan skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 4) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kenampakan skin lotion dengan karaginan 1,5% berbeda nyata terhadap kenampakan skin lotion dengan karaginan 0% dan 0,5% namun tidak berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 1% dan 2%.

Kekentalan dan warna skin lotion yang dihasilkan diduga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis pada kenampakan skin lotion. Wenno et al. (2012)

4,7a 4,13a 5,2b 5,47b 5,37b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

(29)

12

menyatakan bahwa karaginan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai stabilisator, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi.

2) Warna

Nilai kesukaan panelis terhadap warna skin lotion berkisar antara 4,8-5,0 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap warna skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap warna skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap warna skin lotion. Hal ini diduga karena konsentrasi karaginan yang ditambahkan pada formulasi skin lotion tidak menyebabkan perbedaan warna skin lotion. Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan penyusunnya (Mitsui 1997). Warna karaginan yang digunakan putih kecoklatan dan dengan jumlah konsentrasi yang rendah sehingga tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap parameter warna, selain itu bahan-bahan penyusun lainya juga memiliki warna yang sama.

3) Homogenitas

Homogenitas merupakan parameter yang cukup penting di dalam suatu emulsi dan sediaan kosmetika karena menunjukkan tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur yang dihasilkan. Suryani et al. (2000) menyatakan bahwa semakin halus dan seragam tekstur, maka semakin baik skin lotion yang dihasilkan karena tekstur tersebut merupakan parameter tercampurnya komponen minyak dan air. Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion berkisar antara 4,2-4,73 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap homogenitas skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 4.

4,8a 4,83a 4,97a 5a 4,97a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

(30)

13

Gambar 4 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion. Hal ini karena penambahan karaginan pada skin lotion masih dengan konsentrasi yang rendah sehingga homogenitas lebih ditentukan oleh pencampuran pada tahap pembuatan emulsi. Proses pembuatan dan pencampuran fase minyak dan air yang dilakukan pada pembuatan skin lotion ini sama sehingga homogenitas yang dihasilkan tidak berbeda nyata.

Homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan, serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil.

4) Kekentalan

Uji kesukaan terhadap parameter kekentalan dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion pada saat pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion berkisar antara 3,67-4,97 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak tidak suka sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kekentalan skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 5 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan

1,5% Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata. 4,2a 4,23a 4,47a 4,67a 4,73a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan 3,67a 3,7a 3,97ab 4,87b 4,97b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karaginan

(31)

14

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 2% berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 0% dan 0,5%. Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan semakin kental skin lotion yang dihasilkan.

Menurut Velde et al. (2002) karagenan memiliki kemampuan untuk

membentuk gel secara thermo-reversible atau larutan kental jika ditambahkan ke

dalam larutan garam sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental, dan bahan penstabil di berbagai industri seperti pangan, farmasi, kosmetik,

percetakan, dan tekstil. Yuliani et.al (2011) menyatakan bahwa kemampuan

pembentukan gel pada karaginan terjadi pada saat larutan dipanaskan dan dibiarkan menjadi dingin karena mengandung gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Hal inilah yang menyebabkan skinlotion dapat menjadi kental.

5) Kesan lembab

Kesan lembab merupakan salah satu parameter penting dalam memilih skin lotion. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap rasa lembab yang dirasakan selama pemakaian skin lotion. Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion berkisar antara 4,27-5,33 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kesan lembab skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 6.

Gambar 6 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion. Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 6) menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kesan lembab skin lotion adalah skin lotion dengan konsentrasi karaginan 1,5% yang berbeda nyata dengan skin lotion 0% dan 0,5%. Penambahan karaginan dalam skin lotion dapat menambah kesan lembab pada kulit.

4,27a 4,8 a 5,2b 5,33b 5,27b 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Ni lai he do ni k Konsentrasi karagenan

(32)

15 Polimer hidrofilik seperti asam alginat, karaginan, kitosan, kolagen, dan asam hyaluronik berperan sebagai humektan dalam kosmetik sehingga dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).

6) Rasa lengket

Rasa lengket merupakan salah satu parameter yang dipertimbangkan dalam pemilihan skin lotion karena rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion berkisar antara 5,1-5,57 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak suka sampai suka. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap rasa lengket skin lotion ditunjukkan oleh Gambar 7.

Gambar 7 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%

Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil uji Kruskal-Wallis (α=0,05) pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion. Hal ini diduga karena penggunaan karaginan dalam formulasi menyebabkan produk skin lotion menjadi tidak terlalu lengket.

Polimer hidrofilik, seperti asam alginat, karaginan, kitosan, kolagen, asam hyaluronik berperan sebagai humektan dalam kosmetik yang dapat membentuk film pada lapisan atas permukaan kulit sehingga dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).

Karakteristik fisiko-kimia 1) Stabilitas emulsi

Stabilitas emulsi menunjukkan suatu kestabilan bahan, dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak memiliki kecenderungan untuk membentuk suatu lapisan terpisah. Hasil analisis menunjukkan bahwa kestabilan emulsi skin lotion pada setiap perlakuan karaginan yang dihasilkan yaitu memiliki stabilitas emulsi yang baik dan stabil. Kestabilan ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya lapisan yang terpisah. Pengujian stabilitas skin lotion ini, tidak memberikan perubahan fisika maupun kimia yang terjadi. Perubahan kimia yang dapat terjadi yaitu perubahan warna dan bau, sedangkan perubahan fisika yang dapat terjadi yaitu pemisahan fase dan peretakan.

Kestabilan emulsi pada skin lotion dipengaruhi oleh faktor mekanis, temperatur, dan proses pembentukan emulsi. Silva et al. (2006) menyatakan bahwa emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan

5,1a 5,13a 5,2a 5,57 a 5,2a 1 2 3 4 5 6 7 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i hedonik Konsentrasi karagenan

(33)

16

selama proses emulsifikasi. Semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil.

2) Nilai pH

Nilai derajat keasaman merupakan faktor yang penting dalam suatu produk, terutama kosmetik karena pH yang sangat rendah atau tinggi akan menimbulkan iritasi pada kulit. Nilai pH pelembab kulit berdasarkan SNI 16-4399-1996 disyaratkan berkisar antara 4,5-8,0. Nilai pengukuran pH yaitu berkisar antara 7,33-7,70. Hasil uji pH skin lotion disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Nilai pH. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%, Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam nilai pH (Lampiran 9) menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan memberikan menpengaruh terhadap nilai pH skin lotion yang dihasilkan pada taraf α=0,05. Hasil uji Duncan(lampiran 10) menunjukkan bahwa nilai pH skin lotion tertinggi dengan konsentrasi karaginan 2% yang berbeda nyata dengan pH skin lotion 0% dan 0,5%. Peningkatan konsentrasi karaginan yang ditambahkan dalam formulasi skin lotion menyebabkan nilai pH akan meningkat. Hal ini karena proses tahap ekstraksi karaginan dari Kappaphycus alvarezii menggunakan pelarut alkali yaitu NaOH. Hal ini sesuai dengan penelitian Yasita dan Rachmawati (2009) yaitu proses pengolahan karaginan diekstraksi dengan menggunakan NaOH yang kemudian filtratnya ditambahkan HCl hingga pH-nya netral (pH 7). Proses pengolahannya inilah yang menyebabkan pH karaginan menjadi tinggi yang kemudian akan mempengaruhi nilai pH produk.

3) Viskositas

Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Hal ini menyebabkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000). Viskositas skin lotion berkisar antara 900-3459 cP. Hasil pengukuran viskositas skin lotion disajikan pada Gambar 9.

7,33a 7,48b 7,56bc 7,62bc 7,70c 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0% 0.5% 1% 1.5% 2% Nila i pH Konsentrasi karaginan

(34)

17

Gambar 3 Viskositas skin lotion. Karaginan 0%, Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan1,5%, Karaginan 2%. Huruf

superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam pada taraf α=0,05 menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan mempengaruhi viskositas skin lotion (Lampiran 11). Hasil uji Duncan (Lampiran 12) memperlihatkan bahwa viskositas skin lotion tertinggi pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 2% yang berbeda nyata terhadap viskositas skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,5%, 1% dan 1,5%. Viskositas skin lotion meningkat dengan meningkatnya konsentrasi karaginan yang digunakan.

Hal ini berhubungan dengan semakin tinggi kandungan sulfat karaginan, gaya tolak menolak antar grup ester sulfat yang bermuatan sama (negatif) disepanjang rantai polimer semakin meningkat yang menyebabkan rangkaian polimer kaku dan tertarik kencang sehingga molekul-molekul air terikat pada molekul karaginan yang mengakibatkan peningkatan viskositas (Rasyid 2003). Semakin banyak gugus hidrofilik yang terkandung yaitu gugus ester dan hidroksil menyebabkan semakin banyak air dalam skin lotion yang dapat terikat oleh gugus tersebut dan mengakibatkan peningkatan viskositas skin lotion.

4) Penyusutan berat

Penyusutan berat pada skin lotion merupakan uji yang dilakukan berkaitan dengan kestabilan emulsi. Suatu produk tidak akan mengalami penyusutan atau mempunyai penyusutan yang kecil bila memiliki stabilitas emulsi yang baik. Penyusutan berat ini disebabkan karena adanya penguapan air dalam bahan ketika

penyimpanan. Nilai persentase penyusutan berat yaitu berkisar antara 7,5%-1,45%. Hasil uji penyusutan berat skin lotion disajikan pada Gambar 10.

900a 1202,5 b 1460c 2500d 3450e 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 0% 0.5% 1% 1.50% 2% visko sit as (c P) Konsentrasi Karaginan

(35)

18

Gambar 4 Persentase penyusutan berat skin lotion. Karaginan 0%,

Karaginan 0,5%, Karaginan 1%, Karaginan 1,5%, Karaginan 2%. Huruf superscript menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam persentase penyusutan berat (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi karaginan memberikan pengaruh terhadap persentase penyusutan berat skin lotion (α=0.05). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa penyusutan berat tertinggi yaitu konsentrasi karaginan 0% yang berbeda nyata terhadap persentase penyusutan berat skin lotion dengan karaginan 0,5 %, 1%, 1,5% dan 2% (Lampiran 16).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan maka semakin kecil persentase penyusutan beratnya. Skin lotion dengan karaginan memiliki kestabilan dan kelembaban yang tinggi sehingga peristiwa terjadinya kehilangan berat kecil.

Karaginan memiliki fungsi sebagai humektan dimana karaginan memiliki sifat untuk mempertahankan kandungan air pada kulit dan skin lotion. Humektan adalah bahan higroskopis yang digunakan dalam formulasi kosmetik yang berfungsi menjaga kehilangan kandungan air selama penyimpanan dan pemakaian pada kulit (Rieger 2000).

5) Total mikrob

Analisis total mikrob yang dilakukan didasarkan bahwa setiap sel hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang muncul pada cawan yang merupakan suatu indeks jumlah mikrob yang dapat hidup dan terkandung dalam sampel (Mitsui 1997). Hasil uji total mikrob skin lotion dengan berbagai konsentrasi karaginan yaitu <2,5 x 102 cfu. Hasil menunjukkan bahwa skin lotion masih aman digunakan karena total mikrob masih berada dibawah batas total mikrob yang disyaratkan SNI 16-4399-1996. Adapun berdasakan hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan karaginan tidak mempengaruhi total mikrob skin lotion.

Penghambatan pertumbuhan mikrob ini disebabkan penambahan metil paraben yang berfungsi sebagai pengawet dalam formulasi produk. Metil paraben digunakan dalam skin lotion karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur (Rieger 2000).

Pemilihan Skin Lotion Terpilih

Penentuan skin lotion terpilih dilakukan dengan cara melihat hasil dari parameter subjektif (kesukaan panelis terhadap kenampakan, homogenitas, warna,

7,5a 5,45b 4,17b 3,72c 1,45d 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0% 0.5% 1% 1.5% 2% pen y usu tan berat (%) konsentrasi karaginan

(36)

19 kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket) dan objektif (pH, viskositas, stabilitas emulsi, dan total mikrob) dari skin lotion, dimana terdapat lima perlakuan yaitu konsentrasi karaginan 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%.

Berdasarkan dari hasil pengujian skin lotion secara subjektif maupun objektif diperoleh bahwa skin lotion dengan perlakuan konsentrasi karaginan 1,5% memiliki penilaian kesukaan tertinggi oleh panelis, dimana pada parameter kenampakan, warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket memiliki nilai kesukaan berturut-turut yaitu 5,47; 5; 4,67; 4,87; 5,33; dan 5,57 dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka. Selain itu skin lotion dengan perlakuan konsentrasi karaginan 1,5% memenuhi nilai viskositas yang disyaratkan oleh SNI 16-4399-1996, jika dibandingkan dengan skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,5% dan 1%. Pemilihan skin lotion tepilih ini juga memperhatikan penekanan terhadap jumlah karaginan yang digunakan untuk hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata, sehingga diperoleh bahwa skin lotion terpilih yaitu skin lotion dengan konsentrasi karaginan 1,5%. Hasil skin lotion terpilih ini yang kemudian akan digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan dengan penambahan ekstrak buah bakau.

6) Aktivitas antioksidan skin lotion buah bakau (Rhizophora mucronata) Antioksidan adalah preservatif yang digunakan dalam kosmetik untuk mencegah terjadinya ketengikan dan oksidasi yang dapat mengubah warna dan bentuk kosmetik, selain itu antioksidan juga berfungsi sebagai penangkap efek buruk dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan kulit seperti munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah (Maysuhara 2009).

Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) yang akan ditambahkan pada skin lotion terlebih dahulu diuji aktivitas antioksidan. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak buah bakau memiliki nilai IC50 antioksidan sebesar 0,72 ppm. Berdasarkan klasifikasi aktivitas antioksidan Molyneux (2004), ekstrak buah bakau memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, karena nilainya kurang dari 50 ppm.

Uji aktivitas antioksidan skin lotion menggunakan metode DPPH dengan hasil yang didapatkan berupa persen inhibisi dan nilai IC50. Pengujian aktivitas antioksidan pada sampel lotion ini menggunakan penambahan ekstrak buah bakau (R. mucronata) dengan konsentrasi 0,5% dan 1% (Berna et al. 2013). Hasil uji aktivitas antioksidan Vitamin C dan aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji aktivitas antioksidan lotion dari buah bakau (R. mucronata)

Kontrol % Inhibisi IC50 (ppm) 0 2,5 5 7,5 10 Vitamin C 0,426 3,618 27,329 50,423 73,287 7,196 Sampel 6,25 12,5 25 50 100 IC50 (ppm) % Inhibisi Lotion ekstrak 0,5% 10,19 12,27 15,51 17,82 29,79 183,82 Lotion ekstrak 1% 12,19 14,99 17,88 20,99 40,89 130,49 Lotion komersil 7,41 8,79 10,19 12,27 17,82 334,15

(37)

20

Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sampel, maka semakin tinggi pula persen inhibisi yang dihasilkan. Presentase inhibisi tertinggi dihasilkan oleh larutan dengan konsentrasi 100 ppm, sedangkan persen inhibisi terendah dihasilkan larutan dengan konsentrasi 6,25 ppm pada masing-masing sampel. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanani et al. (2005) yang menyatakan bahwa presentase penghambatan ekstrak terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.

Nilai IC50 Vitamin C yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 7,196 ppm. Penelitian yang dilakukan Banerjee et al. (2008) pada kulit batang tanaman Rhizophora mucronata mendapatkan nilai IC50 Vitamin C sebesar 3,62 ppm. Hasil menunjukkan bahwa antioksidan Vitamin C merupakan aktivitas antioksidan yang sangat kuat, sesuai dengan pernyataan dari Molyneux (2004) bahwa suatu bahan dengan nilai IC50 < 50 ppm merupakan antioksidan yang sangat kuat.

Hasil IC50 pengukuran aktivitas antioksidan skin lotion ekstrak buah bakau konsentrasi 0,5% sebesar 183,82 ppm, lotion konsentasi 1% sebesar 130,49 ppm dan lotion komersil sebesar 334,15 ppm. Menurut klasifikasi Molyneux (2004), sampel skin lotion buah bakau memiliki aktivitas antioksidan yang lemah hingga sedang, karena nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, sedangkan untuk lotion komersil memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah karena nilainya lebih besar dari 200 ppm. Penelitian Rusdiana et al. (2007) menunjukkan bahwa IC50 dari ekstrak seledri pada kosmetik jenis gel adalah 466,107 ppm sedangkan hasil penelitian Kurniati (2011) menunjukkan bahwa lotion ekstrak kulit delima konsentrasi 1% memiliki nilai IC50 sebesar 30,36 ppm.

Perbedaan aktivitas antioksidan ini dapat dipengaruh oleh berbagai faktor salah satunya jenis ekstrak dan faktor penyimpanan, selain itu diduga dalam sampel lotion masih terdapat senyawa-senyawa yang bukan sebagai antioksidan

yang dapat mempengaruhi aktivitasnya. Menurut Pokorny et al. (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antioksidan antara lain: oksigen,

penyimpanan, pemanasan ataupun iradiasi yang menyebabkan peningkatan terjadinya rantai inisiasi dan propagasi dari reaksi oksidasi dan menurunkan aktivitas antioksidan yang ditambahkan dalam bahan.

(38)

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karaginan hasil ekstrasi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki konsentrasi terpilih dalam formulasi skin lotion yaitu 1,5% dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62; viskositas 2500 cP,

stabilitas emulsi baik dan stabil, penyusutan berat 3,72%. dan total mikrob <2,5 x 102 cfu. Hasil aktioksidan menunjukkan aktivitas antioksidan pada skin

lotion didapatkan nilai IC50 lotion konsentrasi ekstrak buah bakau 0,5% sebesar 183,816 ppm, lotion konsentasi ekstrak buah bakau 1% sebesar 130,494 ppm dan lotion komersil sebesar 334,149 ppm.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyimpanan terhadap karakterisktik fisiko-kimia skin lotion dan aktivitas antioksidanya. Uji keamanan kulit dan pengujiannya secara dermatologis.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Basmal J, Syarifuddin, Ma’ruf, W.F. 2003. Pengaruh konsentrasi larutan potasium hidroksida terhadap mutu kappa-karaginan yang diekstraksi dari Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5):95–103. Berna E, Rosmala Dewi, Muhammad Haqqi Budiman. 2013. Antioxidant cream

of Solanum lycopersicum L. International Journal of PharmTech Research. 5(1):233 -238. ISSN : 0974-4304

Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in Food Product Development and Quality Control. 2nd Ed. Marylands Aspen Publisher.

Diharmi A, Dedi F, Nuri Andarwulan, Endang Sri Heruwati. 2011. Karakteristik karagenan hasil isolasi Eucheuma spinosum (alga merah) dari perairan semenep madura. Jurnal Perikanan dan Kelautan .16(1):117-124.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2005. FAO JECFA Monographs 1: Combined Compendium of Food Additive Specifications. Rome (IT): Food and Agricultural Organization.

(39)

22

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian.

2(3):127-133.

Kurniati N. 2011. Uji stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan formula krim mengandung ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L) [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Lahucky R, Nuernberg K, Kovac L, Bucko O, Nuenberg. 2010. Assesment of the antioxidant potential of selected plant extract in vitro and in vivo experiments on pork. Journal of Meat Science. 85(2):779-7784, doi.org/10.1016/j.meatsci.2010.04.004.

Mario M. 2001. Inovasi Masker. www.Kosmetikaonline.net.[3 September2013]. Maulida D, Naufal Z. 2010. Ekstraksi antioksidan (likopen) dari buah tomat

dengan menggunakan solven campuran n-heksana aseton dan etanol [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat dan Awet Muda. Yogyakarta (ID): Pustaka Panasea.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York (US): Elsevier.

Molyneux P. 2004.The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazil (DPPH) for estimating antioxidant activity. Jounal Scencei and Technology. 26:211-219.

Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid Aplication : Gum Technology In The Food and Other Industries. London (GB): Blackie Academic and Professional. Pebrianata E. 2006. Pengaruh pencampuran kappa dan iota karaginan terhadap

kekuatan gel dan viskositas karaginan campuran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon N. 2001. Antioxidant in Food. England (GB): CRC Press Cambrige

Rasyid A. 2003. Beberapa Catatan Tentang Karaginan. Osean. Vol 28(4):1-6 ISSN 0216-1877.

Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practise of Industrial Pharmacy.

Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. New York (US): Chemical Publishing Co Inc.

Rusdiana T, Ida Musfiroh, Nawang A. 2007. Formulasi gel antioksidan dari ekstrak seledri (Apium graveolens L.) dengan menggunakan Aqupec HV-505. Makalah pada Kongres Ilmiah XV ISFI di Jakarta.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Cemaran Mikrob. SNI 19-2897-1992. Bandar Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-1996. Bandar Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. Cara Uji Viskositas Larutan. Bandar Standarisasi Nasional.

Soraya N. 2002. Bahan Kosmetik Alami. http://www.pikiranrakyat.com. [3 September 2013].

Silva CM, Riberio AJ, Figueiredo M, Ferreira D, Veiga F. 2006. Microencapsulation of hemoglobin in chitosan-coated alginate

(40)

23 microspheres prepared by emulsification internal gelation. AAPS Journal 7:E903-E912.

Soekarto ST. 1985. Penelitian Organoleptik. Pusat pengembangan teknologi pangan. Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, JH Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik edisi ketiga. Penerjemah : Bambang Sumantri, PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan : Principles and Procedures of Statistics. Sukanto H. 1995. Efek samping penggunaan kosmetika. Suplemen Khusus 1..

6(4).

Sukri N. 2006. Karakteristik Alkali Treated Cottonii (ATC) dan karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suryaningrum TD, Suwarno T, Soekarto, Putro S. 1991. Kajian sifat-sifat mutu komoditi rumput laut budidaya jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Jurnal Penelitian Pasca Panen. 68:13-24.

Suryaningrum, Murdina, Erlina. MD. 2003. Pengaruh perlakuan alkali dan volume larutan pengekstrak terhadap mutu karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Pasca Panen. Badan Riset Perikanan dan Kelautan Departemen Kelautan Perikanan. 9(5):65–76.

Thiansilakul Y, Benjakul S, Shahidi F. 2007. Compositions, functional properties, and antioxidative activity of protein hydrolysates prepared from round scad (Decapterus maruadsi). Journal Food Chemistry. 103:1385-1394. Uju. 2005. Kajian proses pemurnian dan pengkonsentrasian karaginan dengan

membran mikrofiltrasi [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ulfah M. 2009. Pemanfaatan iota karaginan (Eucheuma spinosum) dan kappa karaginan (Kappaphycus alvarezii) sebagai sumber serat untuk meningkatkan kekenyalan mie kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Van de Velde, Knutsen, Usov, A.I. Romella, Cerezo, A.S. 2002. 1H and 13C high resolution NMR spectoscopy of carrageenans: Aplication in research and

industry. Trend in Food Science and Technology. 13:73-92.

Wenno MR, Johanna LT, Cynthia GC. 2012. Karakteristik kappa karaginan dari Kappaphycus alvarezii pada berbagai umur panen. Jurnal PB Perikanan. 7(1):61–68.

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta (ID): Sinar Harapan.

Wirajayakusuma H. 1998. Hidup Sehat Cara Hembing. Jakarta (ID): Gramedia. Yasita D, Rachmawati. 2009. Optimasi proses ekstraksi pada pembuatan

karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii untuk mencapai foodgrade. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Yuliani, Marwati, Muhammad Wahyu RF. 2011. Studi variasi konsentrasi ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan Karaginan terhadap mutu minuman jeli rosela. Jurnal Teknologi Pertanian. 7(1):1-8. ISSN 1858-2419.

(41)

24

(42)

25 Lampiran 1 Lembar uji sensori skla hedonik skin lotion

UJI SENSORI SKALA HEDONIK Nama Panelis :

Jenis contoh : Skin lotion

Instruksi : Nyatakan penilaian dengan angka

Parameter Skin Lotion

H1405 E1206 I1910 R0707 D1511 Kenampakan Warna Homogenitas Kekentalan Kesan lembab Rasa lengket Keterangan:

1 : sangat tidak suka 5 : agak suka 2 : tidak suka 6 : suka 3 : agak tidak suka 7 : sangat suka 4 : normal

(43)

26

Lampiran 2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik (kekentalan)

Panelis Skin Lotion

H1405 E1206 I1910 R0707 D1512 1 3 5 5 3 5 2 3 4 2 3 7 3 5 3 1 1 1 4 4 6 5 6 5 5 5 5 5 6 7 6 3 3 3 3 7 7 4 4 6 6 6 8 2 1 5 7 4 9 2 2 2 7 3 10 2 3 3 3 3 11 3 5 2 7 7 12 5 3 4 7 3 13 2 2 7 6 7 14 4 4 2 6 3 15 2 2 7 4 7 16 3 2 4 4 6 17 2 3 2 3 5 18 5 5 5 5 4 19 5 5 5 7 3 20 3 5 4 5 4 21 4 3 5 5 6 22 5 5 4 7 4 23 6 3 7 3 4 24 3 6 4 6 6 25 5 3 3 3 4 26 3 2 2 2 4 27 6 6 4 6 6 28 4 3 3 5 6 29 3 3 3 5 6 30 4 5 5 5 6 Jumlah 110 111 119 146 149 Rata-rata 3,67 3,70 3,97 4,87 4.97 Keterangan :

H1405 : skin lotion dengan penambahan karaginan 0% E1206 : skin lotion dengan penambahan karaginan 0,5% I1910 : skin lotion dengan penambahan karaginan 1% R0707 : skin lotion dengan penambahan karaginan 1,5% D1511 : skin lotion dengan penambahan karaginan 2%

Gambar

Gambar 1 Metode penelitian Rumput laut kering
Gambar  2  Nilai  rata-rata  kesukaan  panelis  terhadap  kenampakan  skin  lotion.
Gambar  3  Nilai  rata-rata  kesukaan  panelis  terhadap  warna  skin  lotion.
Gambar  4  Nilai  rata-rata  kesukaan  panelis  terhadap  homogenitas  skin  lotion.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikaitkan dengan nilai salinitas terhadap nilai oksigen terlarut yang diperoleh maka akan diperoleh nilai yang berbanding lurus, karena ketika nilai oksigen

Pada prinsipnya pelapisan logam dengan cara lapis listrik adalah merupakan rangkaian dari : arus listrik, anoda, larutan elektrolit dan katoda (benda kerja).. Keempat gugusan

3 milyar yang merupakan penurunan nilai persediaan tahun // yang belum diamortisasi, menurut %omite &amp;udit harus dibebankan sekaligus pada tahun //0 sebagai beban

Upaya pengelolaan yang dilakukan oleh petani hutan terhadap tegakan sengon dapat dilihat dari pernyataan ke 9 yang menyatakan bahwa penanaman sengon di daerah Pasir Madang

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul ”Perencanaan Peningkatan

Pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terdapat alur mengajar yang akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Secara umum alur mengajar mata pelajaran bahasa Jepang

Inklusioaren ikuspegitik banakako curriculum egokitzapenerako teknika

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu: 1) Terdapat perbedaan yang tidak signifikan prestasi belajar dari siswa kelas regular dan kelas