• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan Penutupan/Penggunaan Lahan

Analisis tutupan lahan dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Muaro Jambi. Luas masing-masing kelas penutupan/penggunaan lahan tahun 2013 di Kabupaten Muaro Jambi tertera pada Tabel 14 dan Peta Penggunaan Lahan disajikan pada Gambar 5.

Tabel 14 Luas kelas penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013

No. Tipe penutupan/penggunaan lahan Luas

ha %

1. Hutan 136.671 25,68

2. Perkebunan 310.280 58,31

3. Kolam ikan air tawar 179 0,03

4. Pertanian lahan kering 62.368 11,72

5. Permukiman 7.625 1,43 6. Rawa 1.064 0,20 7. Sawah 7.061 1,33 8. Sungai 5.165 0,97 9. Tanah terbuka 1.753 0,33 Jumlah 532.165 100

Dari hasil interpretasi citra diperoleh 9 (sembilan) kelas penutupan/penggunaan lahan yaitu: hutan, perkebunan, kolam ikan air tawar, pertanian lahan kering, permukiman, rawa, sawah, sungai dan tanah terbuka. Penggunaan lahan yang tergolong lahan pertanian pangan yaitu sawah dengan luas 7.061 ha (1,33%) dan pertanian lahan kering dengan luas 62.368 ha (11,72%). Penggunaan lahan terbesar yaitu perkebunan dengan luas 310.280 ha (58,31%), umumnya terdiri dari perkebunan kelapa sawit dan karet baik perkebunan skala kecil maupun skala besar. Penggunaan lahan terkecil adalah kolam ikan air tawar seluas 179 ha (0,03%) yang terdapat di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Sungai Gelam.

Karakteristik objek masing-masing tipe penutupan/penggunaan lahan pada Citra Landsat 7 ETM dengan kombinasibandRGB = 543 (Red =band5, Green = band4 dan Blue =band3) disajikan sebagai berikut:

1. Hutan

Kenampakan objek hutan alami berwarna hijau gelap sampai agak terang dan bertekstur kasar. Hutan alami merupakan bagian dari Taman Nasional Berbak yang berada di Kecamatan Kumpeh. Beberapa wilayah hutan tampak sudah mulai rusak, dengan dicirikan adanya perbedaan warna pada citra. Dalam penelitian ini wilayah Hutan Tanaman Industri (HTI) dikelompokkan kedalam kelas hutan. Objek HTI berwarna hijau gelap dengan tekstur halus, karena HTI merupakan hutan budidaya yang memiliki keseragaman umur, pola tanam dan jenis tanaman.

Jenis tanaman HTI yang ditemukan adalah akasia, berada di Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo. Luas penggunaan lahan untuk hutan yaitu 136.671 ha (25,68% dari keseluruhan).

Gambar 5 Penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013

2. Perkebunan

Penggunaan lahan perkebunan merupakan gabungan antara perkebunan kelapa sawit dan karet, baik usaha perkebunan skala kecil maupun skala besar. Objek perkebunan kelapa sawit memiliki warna hijau muda sampai hijau dan bertekstur yang halus karena memiliki tajuk tanaman yang seragam. Objek perkebunan karet berwarna lebih hijau terang sampai kecoklatan dan bertekstur agak kasar. Penggunaan lahan perkebunan seluas 310.280 (58,31%) merupakan penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi.

3. Kolam ikan air tawar

Kenampakan objek kolam ikan air tawar berwarna biru muda sampai gelap. Objek kolam ikan air tawar memiliki pola yang lebih teratur dibandingkan sawah. Ukuran objek kolam ikan air tawar hampir sama dengan sawah dan biasanya berada dekat dengan permukiman. Kenampakan objek kolam ikan air tawar pada citra Landsat relatif sulit dibedakan dengan sawah, sehingga diperlukan verifikasi lapangan. Luas kolam ikan air tawar yaitu 179 ha atau sekitar 0,03% dari luas Kabupaten Muaro Jambi.

4. Pertanian lahan kering

Penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering merupakan gabungan dari ladang, kebun campuran dan semak belukar dengan luas keseluruhan yaitu 62.368 ha (11,72%). Pengelompokkan semak belukar kedalam pertanian lahan kering didasarkan pada pola penggunaan lahan oleh masyarakat, yang mana pada lokasi semak belukar umumnya juga dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering. Objek pertanian lahan kering berasosiasi dengan permukiman (tidak jauh dari permukiman) dan merupakan lahan pertanian semusim. Kenampakan objek berwarna kuning sampai hijau terang, bertekstur kasar, pola agak teratur dan berada di sekitar permukiman.

5. Permukiman

Objek permukiman berwarna merah muda sampai keunguan dengan tekstur agak kasar. Permukiman berada di sekitar pinggiran sungai, jalan utama maupun jalan perdesaan dengan pola mengelompok sampai menyebar, tergantung kerapatan objek. Penggunaan lahan permukiman merupakan gabungan dari perumahan penduduk, gedung perkantoran dan jalan dengan luas 7.625 ha (1,43%).

6. Rawa

Kenampakan objek rawa berwarna ungu tua dan berbercak agak kehitaman, bertektur kasar dan terdapat di daerah dataran rendah. Umumnya merupakan bekas genangan air di musim hujan dan tidak memiliki tutupan vegetasi yang permanen. Luas penggunaan lahan rawa yaitu 1.064 ha (0,20%).

7. Sawah

Objek sawah memiliki warna ungu sampai kemerahan, memiliki lokasi berada disekitar sungai dan permukiman. Objek sawah memiliki pola yang teratur. Bentuk sawah empat persegi dengan luas yang beragam. Luas penggunaan lahan sawah yaitu 7.061 ha (1,33%).

8. Sungai

Kenampakan objek sungai (tubuh air) berwarna biru terang sampai gelap. Sungai besar berwarna lebih terang bila dibandingkan dengan sungai kecil. Sungai bertekstur halus dan berbentuk memanjang. Sungai yang dapat ditemukan di Kabupaten Muaro Jambi yaitu: Sungai Batanghari yang merupakan sungai terbesar, Sungai Kumpeh dan Sungai Pijoan. Luas keseluruhan penggunaan lahan sungai yaitu 5.165 ha (0,97%).

9. Tanah terbuka

Tanah terbuka merupakan gabungan dari lokasi galian tanah (bangsal batu bata) dan lokasi pertambangan minyak (sumur bor). Objek galian tanah berwarna merah muda, dengan bercak ungu yang menandakan adanya genangan air di sekitar galian dan bertekstur agak kasar. Objek tanah terbuka pertambangan berwarna merah muda yang bertekstur lebih halus. Penggunaan lahan tanah terbuka yaitu seluas 1.753 ha (0,33%).

Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan

Pengembangan lahan untuk pertanian tanaman pangan perlu mempertimbangkan ketersediaan lahan karena lahan merupakan faktor produksi. Penentuan ketersediaan lahan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya konflik akibat status pemanfaatan lahan. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi lahan yang dapat diarahkan untuk pengembangan tanaman pangan.

Analisis lahan tersedia tidak memasukkan lahan sawah eksisting karena telah sesuai untuk budidaya padi sawah. Namun dalam menyusun arahan pengembangan untuk padi sawah, lahan sawah eksisting tetap direkomendasikan. Rekomendasi arahan mempertimbangkan lahan sawah eksisting tersebut berada di luar kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, pertambangan, hutan dan HGU.

Lahan seluas 481.204 ha (90,42%) merupakan kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, HGU, perkebunan dan permukiman eksisting. Sebagian dari sawah dan pertanian lahan kering eksisting termasuk dalam kawasan ini. Hasiloverlay menunjukkan lahan sawah eksisting seluas 856 ha berada pada kawasan moratorium gambut dan kawasan HGU. Hanya seluas 6.025 ha lahan sawah eksisting yang dapat diusulkan dalam penyusunan arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Penggunaan lahan pertanian lahan kering yang berada pada kawasan moratorium gambut dan hutan, pertambangan, hutan dan HGU seluas 18.655 ha. Penggunaan lahan pertanian lahan kering yang direkomendasikan sebagai arahan pengembangan pertanian pangan seluas 43.713 ha.

Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan yang termasuk sawah eksisting seluas 50.961 ha (9,58%) sedangkan yang tidak termasuk sawah eksisting seluas 44.755 ha (8,41%). Lahan tidak tersedia yang tidak dapat direkomendasikan untuk perluasan sawah baru dan pengembangan pertanian lahan kering seluas 487.409 ha (91,59%). Secara lebih rinci, luas lahan tersedia dan tidak tersedia menurut kecamatan disajikan pada Tabel 15 dan Peta Lahan Tersedia untuk Pengembangan Pertanian Pangan disajikan pada Gambar 6.

Tabel 15 Luas lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan Lahan tersedia Lahan tidak tersedia

ha % ha %

Bahar Selatan 425 0,95 19.144 3,93

Bahar Utara 517 1,16 16.209 3,33

Jambi Luar Kota 4.299 9,60 23.714 4,87

Kumpeh 11.988 26,79 159.315 32,69 Kumpeh Ulu 11.875 26,53 26.790 5,50 Maro Sebo 3.094 6,91 23.046 4,73 Mestong 509 1,14 46.961 9,63 Sekernan 3.782 8,45 63.376 13,00 Sungai Bahar 1.092 2,44 14.958 3,07 Sungai Gelam 2.893 6,46 62.548 12,83 Taman Rajo 4.282 9,57 31.348 6,43 Jumlah 44.755 100 487.409 100

Satuan lahan tersedia terluas yaitu Au.1.2 (22.546 ha) yang terdapat di Kecamatan Jambi Luar Kota, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Sekernan dan Taman Rajo. Satuan lahan Pf.3.1 merupakan satuan lahan tersempit yaitu hanya 3 ha dan terdapat di Kecamatan Sungai Bahar.

Gambar 6 Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan yang memiliki ketersediaan lahan terluas untuk pengembangan pertanian pangan adalah Kumpeh dan Kumpeh Ulu, masing-masing dengan luas 11.988 ha dan 11.875 ha. Kecamatan yang memiliki ketersediaan lahan terkecil untuk pengembangan pertanian pangan adalah Bahar Selatan dengan luas 425 ha. Pada Kecamatan Bahar Selatan banyak ditemukan lahan dengan status kawasan hutan produksi, HGU dan tambang. Penggunaan lahan di Kecamatan Bahar Selatan didominasi perkebunan kelapa sawit. Status dan penggunaan lahan tersebut menyebabkan semakin kecilnya peluang pengembangan lahan untuk pertanian pangan.

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui tingkatan (kelas) kesesuaian lahan tiap komoditas pangan dengan faktor pembatasnya. Dengan mengetahui faktor pembatas, dapat diberikan usaha perbaikan kualitas lahan agar produktivitas lahan meningkat.

Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Lahan

Dalam evaluasi kesesuaian lahan, terlebih dahulu harus diketahui kualitas lahan yang akan dinilai. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Nilai karakteristik lahan yang dievaluasi dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran 5.

Ketersediaan air di lokasi penelitian cukup baik. Berdasarkan data selama 11 tahun terakhir (2002-2012), curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.389,7 mm dan kelembaban udara yaitu 85,8%. Kondisi ketersediaan air yang cukup ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pangan. Namun, beberapa komoditas pangan justru tidak membutuhkan curah hujan yang berlebihan dan menjadi faktor pembatas utama. Menurut Djaenudin dan Hendrisman (2008), data curah hujan, suhu, kelembaban udara dan lama penyinaran matahari yang rinci sangat diperlukan, terutama dalam perencanaan pengembangan tanaman pangan lahan kering. Dalam kaitannya dengan ketersediaan air untuk tanaman, terutama pada lahan tadah hujan, hal ini harus dicermati dan diantisipasi karena sangat penting dalam mengatur waktu dan pola tanam serta memilih jenis tanaman yang tepat. Pengaturan waktu tanam yang tepat merupakan kunci keberhasilan usahatani pada lahan kering.

Media perakaran dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan padi ladang ditentukan oleh drainase, tekstur, kedalaman tanah dan kematangan gambut (pada satuan lahan gambut). Pada penilaian kesesuaian lahan untuk jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar, drainase mencerminkan kualitas lahan ketersediaan oksigen. Drainase merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah (Djaenudinet al. 2003). Drainase di lokasi penelitian secara umum adalah baik. Hanya 4 (empat) satuan lahan yang memiliki drainase agak terhambat, 2 (dua) satuan lahan berdrainase sedang dan 2 (dua) satuan lahan berdrainase terhambat. Drainase agak terhambat, sedang dan terhambat belum dapat dikatakan menjadi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan karena sangat tergantung dengan pilihan komoditas pangan yang akan dikembangkan pada satuan lahan tersebut.

Tekstur merupakan gabungan komposisi antara fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tekstur halus sebanyak 10 satuan lahan (termasuk satuan lahan gambut) dan tekstur agak halus (12 satuan lahan). Hanya 1 (satu) satuan lahan yang bertekstur agak kasar yaitu Pf.4.2 dan 1 (satu) satuan lahan bertekstur sedang yaitu Pfq.3.1.

Kedalaman tanah menyatakan dalamnya lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan perakaran tanaman (Djaenudin et al. 2003). Kedalaman tanah di lokasi penelitian umumnya berkisar > 75 cm (kategori dalam). Tanaman pangan umumnya membutuhkan kedalaman efektif yang tidak terlalu dalam, karena zona perakaran tanaman pangan relatif dangkal. Selain pada tanah mineral, di lokasi penelitian terdapat tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik. Kematangan gambut menyatakan tingkat kandungan serat dalam bahan fibrik, hemik dan saprik. Semakin banyak serat mengindiksikan gambut belum matang.

Retensi hara Kapasitas Tukar Kation (KTK) menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat (Djaenudin et al. 2003). KTK di lokasi penelitian berkisar dari rendah (5-16 me/100 g) sampai tinggi (25-40 me/100 g) dan umumnya didomonasi satuan lahan dengan nilai KTK rendah (14 satuan lahan). Satuan lahan yang memiliki nilai KTK tinggi yaitu: Au.1.1.2, D.2.1.2 dan D.2.1.3.

Kejenuhan Basa (KB) menunjukkan perbandingan antara jumlah kation- kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Basa-basa umumnya mudah tercuci sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah terebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Hardjowigeno 2010). Kejenuhan basa di lokasi penelitian sangat bervariasi yaitu: rendah (< 20%) sampai tinggi (51-70%).

Nilai pH merupakan rekasi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas. Nilai ini berfungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman. Umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral. Nilai pH menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme (Hardjowigeno 2010). Nilai pH di lokasi penelitian sangat masam (< 5) sampai agak masam (5,6-6,5).

Kandungan C-organik tanah umumnya sangat rendah (< 1) sampai sedang (2,01-3,00). Hanya beberapa satuan lahan yang memiliki C-organik tinggi (3,01- 5,00) yaitu: Au.1.1.2, Au.4.1.1, D.2.1.2 dan D.2.1.3.

Kualitas lahan toksisitas ditentukan dengan karakteristik lahan salinitas. Salinitas merupakan kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (Djaenudinet al. 2003). Pada lokasi penelitian tidak ditemukan adanya bahaya salinitas.

Bahaya erosi dievaluasi dengan persentase kemiringan lereng. Topografi di lokasi penelitian cukup beragam antara datar, bergelombang sampai perbukitan. Erosi semakin besar dengan semakin curamnya lereng (Arsyad 2010). Semakin datar lerang akan semakin besar peluang pengembangan lahan untuk pertanian pangan. Satuan lahan yang mempunyai lereng > 8% yaitu: Hfq.2.2.2, Idf.4.2, Idf.5.3, Pf.4.2, Pf.4.3, Pf.5.2 dan Pf.5.3. Satuan lahan ini sangat rentan dengan bahaya erosi bila dibuka untuk pengembangan lahan pertanian pangan. Untuk itu diperlukan pengolahan lereng yang tepat sesuai dengan konsep konservasi tanah.

Penyiapan lahan dievaluasi dengan karakteristik jumlah singkapan batuan. Singkapan batuan merupakan volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah (Djaenudinet al. 2003). Singkapan batuan di lokasi penelitian sangat sedikit sekali yaitu < 5% sehingga kualitas lahan ini bukan merupakan pembatas utama. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman pangan merupakan kesesuaian lahan aktual dan dilakukan pada 8 (delapan) komoditas pangan yaitu: padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan terlampir pada Lampiran 6.

1. Padi Sawah

Lahan yang tergolong kelas S3 sebesar 43.678 ha (97,59% lahan tersedia). Lahan seluas 1.077 (2,41%) tergolong N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas bahaya erosi (lereng > 8%). Kecamatan yang memiliki lahan N dengan luas 1.077 ha yaitu: Bahar Selatan, Bahar Utara dan Sungai Bahar dengan satuan lahan Hfq.2.2.2, Idf.4.2, Idf.5.3, Pf.4.2, Pf.4.3, Pf.5.2 dan Pf.5.3. Satuan lahan ini tidak direkomendasikan untuk pengembangan padi sawah karena memerlukan usaha perbaikan kemiringan lereng.

Faktor pembatas pada lahan kelas S3 adalah bahaya erosi (lereng > 8%), retensi hara dan media perakaran. Faktor retensi hara yang menjadi pembatas yaitu: kejenuhan basa yang rendah dengan nilai rata-rata dibawah 35% dan nilai pH < 4,5. Faktor pembatas kualitas media perakaran yaitu tingkat kematangan gambut hemik pada satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3. Satuan lahan bergambut memerlukan pengolahan lebih lanjut agar kualitas lahan menjadi lebih baik. Sebaran kelas kesesuaian lahan padi sawah menurut kecamatan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) Jumlah S3 - nr S3 - nr, eh S3 - rc, nr N - eh

Bahar Selatan - 98 - 327 425

Bahar Utara - 281 - 236 517

Jambi Luar Kota 2.204 2.075 20 - 4.299

Kumpeh 7.672 - 4.316 - 11.988 Kumpeh Ulu 9.205 - 2.671 - 11.875 Maro Sebo 1.891 - 1.203 - 3.094 Mestong 47 462 - - 509 Sekernan 3.401 - 381 - 3.782 Sungai Bahar 11 567 - 514 1.092 Sungai Gelam 1.944 398 550 - 2.893 Taman Rajo 3.681 - 601 - 4.282 Jumlah 30.055 3.881 9.742 1.077 44.755 Persentase 67,15 8,67 21,77 2,41 100 Keterangan :

nr = faktor pembatas retensi hara eh = faktor pembatas bahaya erosi rc = faktor pembatas media perakaran

2. Padi Ladang

Lahan yang tergolong kelas S2 seluas 27.989 (62,54%) dan sisanya tergolong kelas S3. Satuan lahan dengan kelas S2 adalah Au.1.1.3, Au.1.2, Au.1.2.1, Au.1.2.2, Au.1.3 dan Au.4.1.1. Pada satuan lahan ini memiliki pH dan kejenuhan basa yang lebih tinggi dibandingkan satuan lahan lainnya sehingga kualitas retensi haranya lebih baik.

Faktor pembatas utama pada lahan kelas S3 yaitu retensi hara. Syarat minimal pH yang diperlukan agar lahan menjadi kelas S2 adalah pH 5,0-5,5 dan nilai KB minimal 20%. Media perakaran yang menjadi pembatas adalah drainase terhambat (satuan lahan Au.1.1.2 dan D.2.1.3), kematangan gambut hemik (satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3) serta tekstur agak kasar (satuan lahan Pf.4.2). Bahaya

erosi dengan lereng > 16% pada satuan lahan Hfq.2.2.2 juga menjadi pembatas lahan kelas S3. Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan

Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha)

Jumlah S2 - nr S3 - nr S3 - nr, eh S3 - rc, nr S3 - rc, nr, eh Bahar Selatan - 407 - - 18 425 Bahar Utara - 511 6 - - 517

Jambi Luar Kota 2.204 2.075 - 20 - 4.299

Kumpeh 7.651 2 - 4.335 - 11.988 Kumpeh Ulu 9.104 101 - 2.671 - 11.875 Maro Sebo 1.891 - - 1.203 - 3.094 Mestong 47 462 - - - 509 Sekernan 3.401 - - 381 - 3.782 Sungai Bahar 11 848 233 - - 1.092 Sungai Gelam - 2.342 - 550 - 2.893 Taman Rajo 3.681 - - 601 - 4.282 Jumlah 27.989 6.748 239 9.761 18 44.755 Persentase 62,54 15,08 0,53 21,81 0,04 100 Keterangan :

nr = faktor pembatas retensi hara eh = faktor pembatas bahaya erosi rc = faktor pembatas media perakaran

3. Jagung

Secara keseluruhan hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman jagung tergolong kelas S3. Faktor pembatas utama dalam pengembangan jagung adalah ketersediaan air (wa) yang berlebih. Di lokasi penelitian curah hujan cukup tinggi yaitu 2.389,7 mm/tahun (S3 > 1.600 mm/tahun). Oleh karena itu diperlukan pengaturan jadwal tanam dengan memilih bulan tanam yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 18.

Faktor pembatas lain dalam kesesuaian lahan untuk tanaman jagung adalah retensi hara. Jagung membutuhkan kejenuhan basa minimal 35% agar lahan menjadi kelas S2. Tingkat kemasaman tanah di lokasi penelitian sangat rendah dan syarat minimal yang dibutuhkan agar lahan menjadi kelas S2 yaitu pH > 5,5. Tekstur tanah yang agak kasar pada satuan lahan Pf.4.2 serta kematangan lahan gambut hemik pada satuan lahan D.2.1.2. dan D.2.1.3, menjadi faktor pembatas kualitas media perakaran (rc). Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan

Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha)

Jumlah S3 - wa, nr S3 - wa, nr, eh S3 - wa, oa, nr S3 - wa, oa, rc, nr S3 - wa, rc, nr Bahar Selatan 407 - - - 18 425 Bahar Utara 511 6 - - - 517

Jambi Luar Kota 4.279 - - - 20 4.299

Kumpeh 7.653 - 19 929 3.387 11.988 Kumpeh Ulu 9.205 - - 197 2.474 11.875 Maro Sebo 1.891 - - - 1.203 3.094 Mestong 509 - - - - 509 Sekernan 3.401 - - - 381 3.782 Sungai Bahar 971 121 - - - 1.092 Sungai Gelam 2.342 - - 222 328 2.893 Taman Rajo 3.681 - - - 601 4.282 Jumlah 34.850 127 19 1.348 8.412 44.755 Persentase 77,87 0,28 0,04 3,01 18,79 100 Keterangan :

wa = faktor pembatas ketersediaan air oa = faktor pembatas ketersediaan oksigen nr = faktor pembatas retensi hara rc = faktor pembatas media perakaran 4. Kedelai

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Kelas kesesuaian lahan untuk kedelai menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan

Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha)

Jumlah S3 - wa S3 - wa, nr S3 - wa, nr, eh S3 - wa, oa, nr S3 - wa, oa, rc, nr S3 - wa, rc, nr Bahar Selatan - 407 - - - 18 425 Bahar Utara - 511 6 - - - 517

Jambi Luar Kota 2.204 2.075 - - - 20 4.299

Kumpeh 7.651 2 - 19 929 3.387 11.988 Kumpeh Ulu 9.104 101 - - 197 2.474 11.875 Maro Sebo 1.891 - - - - 1.203 3.094 Mestong 47 462 - - - - 509 Sekernan 3.401 - - - - 381 3.782 Sungai Bahar 11 848 233 - - - 1.092 Sungai Gelam - 2.342 - - 222 328 2.893 Taman Rajo 3.681 - - - - 601 4.282 Jumlah 27.989 6.748 239 19 1.348 8.412 44.755 Persentase 62,54 15,08 0,53 0,04 3,01 18,79 100 Keterangan :

wa = faktor pembatas ketersediaan air oa = faktor pembatas ketersediaan oksigen nr = faktor pembatas retensi hara rc = faktor pembatas media perakaran

Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di Kabupaten Muaro Jambi seluruhnya termasuk dalam kelas S3 dengan faktor pembatas utama adalah kelembaban rata-rata > 85%. Berdasarkan data iklim tahun 2002-2012, kelembaban udara di lokasi penelitian relatif tinggi. Jumlah rata-rata bulan dengan nilai kelembaban udara > 85% yaitu 7 (tujuh) bulan. Tanaman kedelai memerlukan kelembaban udara maksimal 85% agar pertumbuhannya optimal. Untuk mengatasi kelembaban yang tinggi perlu dilakukan penjadwalan tanam.

Selain kualitas ketersediaan air (kelembaban), faktor pembatas lainnya adalah retensi hara, ketersediaan oksigen dan media perakaran. Kualitas retensi hara yang menjadi penyebab lahan kelas S3 adalah pH dan kejenuhan basa yang rendah. Agar lahan menjadi kelas S2 dibutuhkan pH 5 dan nilai kejenuhan basa 20%. Ketersediaan oksigen sangat dipengaruhi oleh drainase tanah. Satuan lahan Au.1.1.2. dan D.2.1.3 berdrainase terhambat yang dapat menghambat perkembangan tanaman kedelai. Faktor penghambat media perakaran yaitu tekstur agak kasar pada satuan lahan Pf.4.2.

5. Kacang Tanah

Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk kacang tanah terdapat lahan dengan kelas kesesuaian S2 seluas 27.989 ha (62,54%) dan sisanya termasuk dalam kelas S3 seluas 16.766 ha (37,46%). Satuan lahan dengan kelas S2 yaitu: Au.1.1.3, Au.1.2, Au.1.2.1, Au.1.2.2, Au.1.3 dan Au.4.1.1. Satuan lahan tersebut memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan satuan lahan lain. Tanaman kacang tanah membutuhkan pH > 5,0 agar kelas kesesuaian lahan menjadi S2. Nilai kejenuhan basa yang sangat rendah tergolong dalam kelas S2 (kelas S2 KB ≤ 35%). Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan

Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha)

Jumlah S2 - wa, nr S3 - nr S3 - nr, eh S3 - oa, nr S3 - oa, rc, nr S3 - rc, nr Bahar Selatan - 407 - - - 18 425 Bahar Utara - 511 6 - - - 517

Jambi Luar Kota 2.204 2.075 - - - 20 4.299

Kumpeh 7.651 2 - 19 929 3.387 11.988 Kumpeh Ulu 9.104 101 - - 197 2.474 11.875 Maro Sebo 1.891 - - - - 1.203 3.094 Mestong 47 462 - - - - 509 Sekernan 3.401 - - - - 381 3.782 Sungai Bahar 11 960 121 - - - 1.092 Sungai Gelam - 2.342 - - 222 328 2.893 Taman Rajo 3.681 - - - - 601 4.282 Jumlah 27.989 6.860 127 19 1.348 8.412 44.755 Persentase 62,54 15,33 0,28 0,04 3,01 18,79 100 Keterangan :

wa = faktor pembatas ketersediaan air oa = faktor pembatas ketersediaan oksigen nr = faktor pembatas retensi hara rc = faktor pembatas media perakaran

Faktor pembatas lahan kelas S3 yaitu: retensi hara, media perakaran, bahaya erosi dan ketersediaan oksigen. Umumnya lahan kelas S3 mengalami permasalahan pada retensi hara. Nilai pH < 5 menyebabkan lahan tergolong dalam kelas S3. Media perakaran dengan karakteristik lahan kematangan gambut hemik

Dokumen terkait