• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Menentukan titik kritis (t α ; 6), nilai t kritis ditentukan dari hasil hitungan dengan menggunakan tabel (t student table).

7. Kesimpulan, jika - t α ; 6 < t hitung < t α ; 6 maka terima H0 Namun, jika t hitung > t α ; 6 atau t hitung > - t α ; 6 maka tolak H0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Sebelum mengambil data denyut jantung dari para pemanen dilakukan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengamati kegiatan-kegiatan dan pola kerja yang dilakukan dalam kegiatan pemanenan kelapa sawit. Dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu diharapkan dapat menyesuaikan metode pengambilan data yang cocok dalam proses pemanenan sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam pengambilan data denyut jantung dari masing-masing pekerja panen. Penelitian pendahuluan ini meliputi pengamatan tentang cara pemanenan kelapa sawit, alat yang digunakan, sistem rotasi pemanen, transportasi menuju ke lahan, lama waktu yang digunakan dalam masing-masing aktivitas pemanenan, dan lain-lain.

Pemanenan kelapa sawit dilakukan secara manual dengan menggunakan egrek atau dodos yang penggunaannya tergantung dari ketinggian masing-masing pohon. Biasanya untuk ketinggian pohon diatas empat meter pemanen menggunakan egrek untuk memotong tangkai kelapa sawit sedangkan untuk pohon yang tingginya kurang dari empat meter menggunakan alat dodos untuk memotong tangkai kelapa sawit. Setiap harinya pemanen mulai bekerja pada pukul 6 pagi sampai 2 siang. Untuk menuju ke lahan yang akan dipanen biasanya pemanen berjalan kaki/mengendarai motor dengan membawa peralatan panen seperti: egrek, dodos, angkong, kampak, parang, dan lain-lain dengan menempuh jalan dengan kondisi yang berbukit/naik turun. Setelah tiba di lahan yang akan dipanen biasanya pemanen istirahat sejenak sambil sarapan di lahan tersebut. Setelah selesai kemudian pemanen menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pemanenan kelapa sawit. Selanjutnya pemanen mencari tandan buah segar (TBS) yang siap panen dengan melihat brondolan yang jatuh ke tanah sambil membawa alat panen. Biasanya pemanenan kelapa sawit dengan menggunakan egrek akan memotong beberapa pelepah untuk memudahkan dalam proses pemotongan

21 tangkai tandan. Berbeda dengan menggunakan dodos yang disarankan pemanen

untuk menggunakan sistem ‘curi buah’ sehingga tidak ada pelepah yang terpotong. Setelah tandan jatuh ke tanah pemanen akan memotong dan menyusun pelepah dilanjutkan dengan mengumpulkan brondolan yang jatuh. Setelah brondolan terkumpul semua kemudian pemanen akan memotong tangkai mepet dengan tandan buah. Pemanen akan meninggalkan tandan buah segar tersebut untuk mencari buah yang matang terlebih dahulu dan memanennya sehingga apabila dirasa cukup untuk satu kapasitas angkong sampai terisi penuh maka pemanen akan mengangkutnya ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan angkong. Sehingga dalam satu kali ke TPH akan membawa beberapa tandan buah segar yang tergantung dari ukuran masing-masing tandan tersebut, kondisi tersebut dilakukan di PT. Waru Kaltim Plantation, sedangkan aktivitas pemanenan di PT. Pasang Kayu di mulai dari mencari tandan matang, persiapan alat dan memotong tangkai dengan menggunakan egrek terlebih dahulu dalam satu blok kemudian diikuti dengan memotong dan menyusun pelepah. Setelah dalam satu blok dipanen semua kemudian dilanjutkan dengan aktivitas mengambil brondolan dan membawa TBS yang di panen ke TPH. Perbedaan kondisi tersebut dikarenakan kebiasaan dari masing-masing tempat yang berbeda dan juga bisa berubah sesuai dengan tingkat kesulitan dari lahan tempat TBS yang akan dipanen.

Berdasarkan pola kerja tersebut maka pengambilan data denyut jantung dimulai dari rumah masing-masing pekerja panen hingga aktivitas pemanenan di lahan yang disesuaikan pada kebiasaan masing-masing tempat. Pada waktu dirumah pekerja panen akan melakukan kalibrasi step test sebelum melakukan aktivitas pemanenan di lahan. Kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara peningkatan denyut jantung dengan peningkatan beban kerja, sehingga data denyut jantung terendah dari masing-masing pemanen akan diketahui dari pengukuran kalibrasi step test tersebut. Di lahan aktivitas sarapan ditiadakan karena dapat mengakibatkan data yang diambil kurang akurat sehingga disarankan pekerja panen untuk makan dua jam sebelum pengukuran berlangsung. Selain itu selama pengukuran pekerja panen juga tidak diperkenankan melakukan pekerjaan lain, seperti: banyak bicara, jalan-jalan, makan maupun minum.

Pemilihan subjek yang akan dihitung beban kerjanya berjenis kelamin laki-laki dengan dengan jumlah 16 orang yang 8 diantaranya berumur > 30 tahun dan 8 orang berumur < 30 tahun. Pemilihan ini secara umum berdasarkan dari kemampuan fisik manusia yang berada pada top performance ketika berusia 25 sampai 35 tahun sedangkan pada umur 35 sampai 40 tahun performance kerja seseorang akan menurun secara bertahap dan akan menurun drastis ketika berumur 40 tahun.

Dari masing-masing pekerja panen yang diukur pasti memiliki perbedaan baik itu mengenai lokasi pemanenan ataupun tinggi pohon, karena lokasi pemanenan berubah-berubah setiap harinya yang sudah ditentukan berdasarkan sistem rotasi dari masing-masing lahan/blok. Tetapi sebagian besar lahan adalah berbukit sehingga kondisi lahannya relatif sama, yang membedakan hanyalah tinggi pohon. Untuk itu subjek diminta melakukan pemanenan yang tinggi pohonnya relatif seragam.

22

Kalibrasi Subjek Penelitian (Kalibrasi Step test)

Sebelum dilakukan pengukuran denyut jantung dengan menggunakan HRM harus dipastikan bahwa alat benar-benar terpasang tepat didada dan menyuntuh kulit sehingga denyut jantung dari pemanen yang diukur dapat dideteksi secara otomatis oleh sensor yang berada di dada yang akan mengirim (transmitter) data denyut jantung ke receiver yang digunakan pada pergelangan tangan. Pemasangan yang tepat ditandai dengan berkedipnya lambang jantung pada receiver yang dipasang di pergelangan tangan.

Terdapat dua macam terminologi beban kerja, yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif (kejerihan) (Syuaib 2003). Beban kerja kuantitatif adalah besarnya total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Dalam penelitian ini digunakan terminologi TEC (Total Energy Cost),

BME (Basal Metabolic Energy), dan WEC (Work Energy Cost). TEC adalah energi total yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas, sedangkan energi yang digunakan oleh seseorang hanya untuk menjalankan proses metabolisme dalam tubuh adalah BME, sehingga BME ini selalu ada walaupun seseorang tidak melakukan pekerjaan. Energi yang digunakan oleh seseorang hanya saat melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang merupakan nilai dari WEC. Beban kerja kualitatif merupakan suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Beban kerja kualitatif dihitung sebagai rasio relatif suatu beban kerja seseorang sehingga digunakan istilah IRHR

(Increase Ratio of Heart Rate). IRHR merupakan indeks perbandingan relatif denyut jantung seseorang saat melakukan suatu aktivitas terhadap denyut jantungnya saat beristirahat. Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan tingkat beban kerja kualitatif dari suatu aktivitas.

Sebelum pengukuran denyut jantung pada kalibrasi step test dilakukan pengukuran karakteristik fisik yang meliputi tinggi dan berat badan dari pekerja panen. Berdasarkan pengukuran karakteristik fisik tersebut akan digunakan untuk menghitung BME dengan pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dengan mengkonversi berdasarkan luas permukaan tubuh. Adapun data karakteristik fisik dan nilai BME dari masing-masing subjek yang diukur dapat dilihat pada Tabel 3.

23 Tabel 3 Karakteristik fisik subjek dan nilai BME

Subjek Usia (tahun) w (kg) H (cm) A (m 2 ) VO2 (ml/menit) BME (kkal/menit) A1 > 30 53 159 1.55 192 0.96 A2 55 162.6 1.60 198 0.99 A3 62.5 168 1.72 213 1.07 A4 50 151.5 1.46 181 0.91 A5 52 155.8 1.51 187 0.94 A6 55 160.2 1.58 195 0.98 A7 67 162.3 1.73 214 1.07 A8 51 165 1.56 193 0.97 B1 < 30 48 163 1.51 187 0.94 B2 48.5 159.5 1.49 184 0.92 B3 60 170 1.71 212 1.06 B4 54 165.1 1.60 198 0.99 B5 52 160 1.54 190 0.95 B6 48 147.3 1.4 173 0.87 B7 63 161.7 1.68 208 1.04 B8 45 153.1 1.4 173 0.87

Contoh perhitungan luas permukaan tubuh dan BME untuk subjek A3 dan B1: A3, A = H 0.725 × w 0.425 × 0.007246 A = 168 0.725 × 62.5 0.425 × 0.007246 = 1.72 m2 ̇O2 = 213 (Tabel 2) BME = = 1.07 kkal/menit B1, A = H 0.725 × w 0.425 × 0.007246 A = 163 0.725 × 48 0.425 × 0.007246 = 1.51 m2 ̇O2 = 187 (Tabel 2) BME = = 0.94 kkal/menit

Berdasarkan nilai BME yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin besar berat badan atau semakin besar tinggi subjek maka akan semakin besar BME-nya. Nilai BME tersebut diperoleh dari masing-masing subjek pekerja panen yang tergantung dari karakteristik fisik subjek antara lain tinggi dan berat badan. Nilai BME yang diperoleh berdasarkan tabel 1 adalah nilai BME ekivalen dengan VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh (ml/min), sehingga perlu adanya konversi ke dalam satuan kkal/menit. Kemudian setelah nilai BME diketahui dari masing-masing subjek dilanjutkan menghitung nilai IRHR, WECST, WECwork,

TEC, serta TEC’.

Pengambilan data denyut jantung dilakukan dari pukul 06.00 sampai dengan selesai di lahan lokasi pemanenan yang setiap subjek berbeda tergantung dari blok yang akan dipanen. Pengukuran dimulai dari rumah para pekerja panen

24

hingga sampai ke blok yang akan dipanen. Lamanya perjalanan dari rumah ke blok yang akan dipanen tergantung dari lokasi jauh atau tidaknya blok yang akan dipanen tersebut, sehingga ada pekerja panen yang menggunakan motor untuk menuju lokasi blok panen yang jauh.

Salah satu metode yang dipergunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung ini adalah dengan mempergunakan metode step test atau metode langkah. Dengan metode step test, dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode ini juga lebih mudah karena dapat dilakukan dimana-mana, terutama di lapang.

Tujuan dilakukannya step test ini adalah untuk menganalisa ketidakstabilan denyut jantung, hal ini dikarenakan dalam pengukuran denyut jantung dilapangan tidak hanya dipengaruhi oleh usaha-usaha fisik, melainkan juga oleh kondisi dan tekanan mental. Selain itu, bervariasinya karakter denyut jantung pada setiap orang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Dengan metode step test beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan, harus diperhatikan sebagi faktor penting untuk menentukan karakteristik individu yang diukur. Untuk mengetahui beban kerja yang pasti dengan mengkalibrasi antara kurva denyut jantung saat bekerja dengan beban kerja (denyut jantung) yang ditetapkan sebelum bekerja (metode step test).

Kalibrasi ini dilakukan pada masing-masing pekerja dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja. Dalam melakukan step test digunakan bangku dengan tinggi ±30 cm dengan frekuensi bertahap yang berbeda. Tahapan frekuensi yang digunakan adalah 15 siklus/menit, 20 siklus/menit, 25 siklus/menit, dan 30 siklus/menit. Dengan setiap tahapan frekuensi yang dilakukan selama 5 menit terdapat selang istirahat selama 5 menit, kecuali pada lama waktu istirahat pertama yang berbeda tergantung dari masing-masing subjek yang diukur. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai denyut jantung yang terendah ketika tidak melakukan suatu pekerjaan apapun. Dalam melakukan step test digunakan digital metronome untuk mengatur langkah sehingga setiap frekuensi step test pelu diatur agar sesuai dengan frekuensi yang telah ditentukan. Hasil pengukuran denyut jantung pekerja A3 dan B1 pada waktu kalibrasi step test dapat dilihat pada Gambar 10 dan untuk subjek lainnya dapat dapat dilihat pada Lampiran 2.

25

Gambar 10 Grafik denyut jantung saat Step Test

Keterangan Gambar 10:

R1 : Rest 1

ST1 : Step test 1 (15 langkah/menit)

R2 : Rest 2

ST2 : Step test 2 (20 langkah/menit)

R3 : Rest 3

ST3 : Step test 3 (25 langkah/menit)

R4 : Rest 4

ST4 : Step test 4 (30 langkah/menit)

R5 : Rest 5

Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa pengukuran pada waktu istirahat awal (R1) denyut jantung subjek terlihat naik-turun tidak beraturan, artinya denyut jantung tersebut kurang stabil. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian

0 20 40 60 80 100 120 140 0:00:00 0:05:00 0:10:00 0:15:00 0:20:00 0:25:00 0:30:00 0:35:00 0:40:00 0:45:00 HR ( d e n y u t/ m e n it) Waktu (menit)

A3

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 HR ( d e n y u t/ m e n it) Waktu (menit)

B1

26

subjek dengan pengukuran dan alat ukur yang digunakan. Selain itu, pada step test

pertama (ST1) denyut jantung masih kurang stabil, hal ini dikarenakan subjek juga masih mengalami penyesuaian terhadap langkah kaki dan bunyi digital metronome saat melakukan step test. Namun, seiring berjalannya waktu pengukuran, denyut jantung sudah mulai stabil yang membentuk pola yang diharapkan. Berdasarkan dari gambar diatas dapat terlihat bahwa denyut jantung akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi. Hal ini disebabkan karena kelelahan otot dan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Lain halnya dengan denyut jantung pada waktu istirahat diantara step test yang lebih rendah. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa denyut jantung saat ST1 lebih rendah dari ST2, denyut jantung saat ST2 lebih rendah dari ST3, dan denyut jantung saat ST3 lebih rendan dari ST4. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa terjadinya kenaikan beban kerja pada subjek tersebut.

Dari masing-masing subjek memiliki peningkatan denyut jantung yang berbeda-beda, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi dari masing-masing subjek, misalnya karakteristik fisik subjek yang meliputi umur, berat badan, tinggi subjek, dan sikap kerja dari tiap-tiap subjek. Selain itu pengalaman dalam bekerja juga dapat mempengaruhi besarnya denyut jantung yang dihasilkan. Dari keseluruhan grafik denyut jantung dapat diketahui bahwa subjek dengan umur > 30 tahun denyut jantungnya lebih rendah dari subjek dengan umur < 30 tahun. Besarnya denyut jantung pada pekerja dengan umur < 30 tahun dapat disebabkan karena tekanan emosional, kelelahan, dan juga pengalaman bekerja yang belum lama. Pada umumnya subjek bekerja dari umur muda sehingga pekerja dengan umur > 30 tahun memiliki pengalaman bekerja yang lebih lama dari pekerja yang berumur < 30 tahun. Sehingga dapat diartikan bahwa pekerja dengan umur > 30 tahun merupakan pekerja berpengalaman sedangkan pekerja dengan umur < 30 tahun merupakan pekerja pemula.

Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan IRHR yang merupakan indeks perbandingan relatif denyut jantung seseorang saat melakukan suatu aktivitas terhadap denyut jantung saat beristirahat. Untuk mengambil data denyut jantung pada waktu melakukan aktivitas dan istirahat dilakukan dengan mengambil data yang dianggap stabil dalam waktu minimal kurang lebih 30 detik atau 6 data. Untuk pengambilan data denyut jantung pada waktu istirahat biasanya terdapat pada R1 karena subjek belum melakukan suatu aktivitas sehingga denyut jantung akan rendah dari pada R2, R3, R4, dan R5. Tetapi tidak semuanya denyut jantung yang terendah terdapat pada R1, hal ini dikarenakan pada R1 kondisi subjek belum stabil dan masih menyesuaikan dengan kondisi alat sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi denyut jantung terendah terdapat pada R2, R3, R4, atau R5. Data denyut jantung pada waktu istirahat diambil dari denyut jantung yang terendah dan stabil. Kemudian untuk data denyut jantung yang digunakan pada waktu melakukan aktivitas pada masing-masing frekuensi step test diambil denyut jantung yang tertinggi dan stabil dengan data denyut jantung yang diambil tidak boleh pada menit-menit awal karena pada menit awal tersebut terjadi proses

anaerob. Sebagai contoh besarnya HRrest dan HRwork ST2 pada subjek A3 berturut-turut sebesar 60.2 dan 97.25, sehingga dari besarnya nilai tersebut didapatkan perbandingan nilai HRwork dengan HRrest sebesar 1.61 yang merupakan nilai IRHR.

27 Nilai IRHR dari masing-masing subjek berbeda walaupun melakukan aktivitas yang sama. Pada waktu melakukan Step test disetiap frekuensi yang berbeda terdapat waktu untuk istirahat selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk menstabilkan denyut jantung subjek menjadi sekitar 60-80 denyut/menit. Pada Tabel 4 denyut jantung pada waktu istirahat (HRrest) khususnya pada subjek B2 denyut jantung lebih rendah dari yang lainnya. Rendahnya kondisi denyut jantung tersebut sangat berkaitan dengan sistem jantung dari subjek yang lebih baik. Berikut ini adalah nilai dari denyut jantung dari masing-masing subjek:

Tabel 4 Nilai HR Subjek pada saat istirahat dan step test

Subjek Usia HRrest HR1 HR 2 HR3 HR4

A1 > 30 68.36 98.14 104.2 112 131.87 A2 58.18 81.44 90.43 96.4 109.78 A3 60.2 89.95 97.25 107.82 121.18 A4 72.56 100.53 102.17 109.42 121.45 A5 62.87 88.56 96.7 104.42 112.25 A6 63.77 87.56 93.3 104.59 119.87 A7 59.15 106.33 115.36 129.67 148.86 A8 60 83.75 90.95 105.61 124.39 B1 < 30 78.68 114.23 126.27 144.35 163.18 B2 53.29 82.64 88.77 99.06 111.42 B3 77.33 110.38 121.55 127.88 146.73 B4 53.78 100.63 113.57 132.78 148.29 B5 58.93 90.53 103.45 116.5 129.56 B6 68.6 97.8 105.75 111.17 132.2 B7 73.07 116.9 134.39 155.17 172.36 B8 61.9 87.77 96.03 108.5 128.54

Untuk mengetahui laju konsumsi energi yang diperlukan dalam melakukan

step test maka dihitung nilai WECST dari masing-masing subjek. Nilai WECST tersebut dihitung dengan pendekatan prinsip tenaga yang diasumsikan subjek berjalan menaiki tangga dengan membawa beban tubuhnya sendiri yang dipengaruhi oleh faktor berat badan, tinggi bangku step test, gaya gravitasi, dan frekuensi yang digunakan dalam kalibrasi step test. Berikut ini contoh perhitungan nilai WECST dari subjek B2:

WECST1 1.02 kkal/menit WECST2 1.36 kkal/menit WECST3 1.70 kkal/menit WECST4 2.04 kkal/menit

28

Dari masing-masing subjek terdapat empat buah WECST, dimana satu dengan yang lainnya memiliki nilai yang berbeda. Dari empat frekuensi yang digunakan semakin besar frekuensinya maka nilai WECST juga akan semakin besar. Pengaruh nilai WECST selain dari besarnya frekuensi yang digunakan juga dipengaruhi oleh berat badan dari subjek, sehingga apabila berat badan subjek semakin besar atau gemuk maka nilai WECST yang dihasilkan juga semakin besar pula. Nilai IRHR dan nilai WECST pada masing-masing subjek dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai IRHRST dan WECST

Subjek IRHRST WECST (kkal/menit)

ST1 ST2 ST3 ST4 WECST1 WECST2 WECST3 WECST4 A1 1.44 1.52 1.64 1.93 1.11 1.48 1.86 2.23 A2 1.40 1.55 1.66 1.89 1.16 1.54 1.93 2.31 A3 1.49 1.61 1.79 2.01 1.31 1.75 2.19 2.63 A4 1.39 1.41 1.51 1.67 1.05 1.4 1.75 2.10 A5 1.41 1.54 1.66 1.79 0.99 1.32 1.66 1.99 A6 1.37 1.46 1.64 1.88 1.05 1.40 1.75 2.10 A7 1.80 1.95 2.19 2.52 1.28 1.71 2.13 2.56 A8 1.40 1.52 1.76 2.07 0.97 1.3 1.62 1.95 B1 1.45 1.61 1.84 2.07 1.01 1.34 1.68 2.02 B2 1.55 1.67 1.86 2.09 1.02 1.36 1.7 2.04 B3 1.43 1.57 1.65 1.90 1.26 1.68 2.1 2.52 B4 1.87 2.11 2.47 2.76 1.13 1.51 1.89 2.27 B5 1.54 1.76 1.98 2.2 0.99 1.32 1.66 1.99 B6 1.43 1.54 1.62 1.93 0.92 1.22 1.53 1.83 B7 1.60 1.84 2.12 2.36 1.20 1.61 2.01 2.41 B8 1.42 1.55 1.75 2.08 0.86 1.15 1.43 1.72 Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai IRHRST berbeda-beda dari masing-masing subjek, hal ini dikarenakan setiap subjek memiliki respon beban kerja yang berbeda-beda. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan fisiologis yang berkaitan dengan cardio-vaskular (jantung) dari masing-masing subjek.

Karena perbedaan respon fisiologi dari masing-masing subjek berbeda maka perlu pemetaan hubungan antara IRHRST dengan WECST. Selanjutnya nilai IRHRST di masukan dalam grafik sebagai nilai dari sumbu y dan WECST sebagai nilai dari sumbu x, sehingga dari hubungan tersebut didapatkan grafik yang akan membentuk garis linier dengan persamaan y = ax + b, dimana y merupakan nilai IRHR dan x merupakan nilai WECST. Grafik hubungan antara IRHRST dan WECST untuk subjek A4 dan B4 dapat dilihat pada Gambar 11 dan subjek lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

29

Gambar 11 Grafik hubungan antara IRHTST dengan WECST

Setiap subjek memiliki grafik dan persamaan yang berbeda karena tergantung dari respon denyut jantung sebagai akibat dari beban kerja yang diterima. Persamaan daya dari masing-masing subjek dapat dilihat dari Tabel 6.

y = 0.3047x + 1.0113 R² = 0.9764 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 IR HR WEC ST (kkal/menit)

A4

y = 0.7732x + 0.9896 R² = 0.9984 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 IR HR WEC ST (kkal/menit)

B4

30

Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHRST terhadap WECST

Subjek Persamaan R2 A1 y = 0.3905x + 0.9838 0.9722 A2 y = 0.3712x + 0.9850 0.9904 A3 y = 0.3761x + 0.9904 0.9948 A4 y = 0.3047x + 1.0113 0.9764 A5 y = 0.3959x + 1.0065 0.9994 A6 y = 0.3997x + 0.967 0.9734 A7 y = 0.5758x + 1.0065 0.9941 A8 y = 0.5239x + 0.9362 0.9519 B1 y = 0.5218x + 0.9619 0.9852 B2 y = 0.5220x + 0.9954 0.9946 B3 y = 0.3415x + 0.9936 0.9882 B4 y = 0.7732x + 0.9896 0.9984 B5 y = 0.6015x + 0.9761 0.9964 B6 y = 0.4713x + 0.9842 0.9694 B7 y = 0.5654x + 0.9675 0.9945 B8 y = 0.5936x + 0.9471 0.9624

Perubahan nilai IRHRST terhadap beban kerja (WECST) dapat dilihat dari kemiringan garis yang berbeda-beda dari tiap subjek. Slope garis dapat dilihat dari nilai a pada persamaan y = ax + b, yang artinya setiap perubahan nilai y disebabkan oleh perubahan a satuan nilai x. Semakin curam kemiringannya maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap tingkat beban kerja (WEC), dan begitu pula sebaliknya. Jadi penambahan beban sedikit akan menyebabkan peningkatan IRHR yang cukup besar. Nilai slope (a) paling besar tedapat pada subjek B4, yaitu sebesar 0.7732. Hal ini menandakan bahwa penambahan beban

step test dari frekuensi yang berbeda menyebabkan meningkatnya nilai IRHR menjadi lebih berat dari sebelumnya. Nilai b yang dihasilkan dari persamaan diatas umumnya mendekati nilai 1. Nilai b yang bernilai 1 menunjukan bahwa kondisi denyut jantung saat bekerja sama dengan denyut jantung saat istirahat. Ketika nilai x = 0 menunjukan bahwa subjek dalam keadaan istirahat sehingga nilai y (IRHR) adalah sebesar b (contoh: pada subjek A4, A5, A7 nilai konstanta b masing-masing sebesar 1.0113, 10065, 10065). Pada hasil hubungan kolerasi antara IRHRST dan WECST diperoleh titik-titik yang mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan atau kolerasi positif yang tinggi antara IRHRST dan WECST. Korelasi positif dimaksudkan bahwa semakin besar nilai x, maka akan semakin besar nilai y, begitu juga sebaliknya.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi x terhadap variasi/keragaman. Koefisien determinasi juga dapat diartikan sebagai koefisien korelasi linier sebagai ukuran hubungan linier antara dua peubah acak x dan y. Pada hasil hubungan korelasi antara WECST dan IRHRST diperoleh titik-titik yang menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang

31 tinggi antara WECST dan IRHRST. Nilai dari koefisien determinasi tersebut adalah berkisar dari nol sampai dengan satu (0<R2<1). Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-nilai y

di antara keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel x.

Pengukuran Konsumsi Energi Kerja

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur dengan kondisi topografi yang berbukit (rolling (R)) yang dilakukan oleh subjek A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, dan B4 dan di PT. Pasang Kayu, Sulawesi Barat dengan kondisi topografi berbukit (rolling (R)) dan datar (flat (F)) yang dilakukan oleh subjek A5, A6, A7, A8, B5, B6, B7, dan B8. Untuk pengambilan data saat pemanenan dilakukan di lahan atau blok- blok dengan luas rata-rata 4 ha dengan spesifikasi tinggi pohon dan kondisi lahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter tinggi pohon dan kondisi lahan

Parameter Kondisi Kondisi Simbol

Tinggi Pohon

0-3 meter 1

3-6 meter 2

6-12 meter 3

12-24 meter 4 Kondisi Lahan/Topografi Datar/ Flat F Berbukit/ Rolling R

Dengan parameter tinggi pohon dan kondisi lahan maka pembagian analisis data pada masing-masing subjek dapat dilihat pada Tabel 8.

32

Tabel 8 Identifikasi subjek berdasarkan tinggi pohon dan kondisi lahan Umur Subjek Tinggi Pohon dan Kondisi Lahan

>30 A1 R2 A2 R2 A3 R3 A4 R3 A5 R3 A6 R4 A7 F2 A8 F3 <30 B1 R2 B2 R3 B3 R3 B4 R3 B5 R4 B6 F3 B7 F3 B8 F3

*)Tidak ada subjek yang melakukan pemanenan di lahan F4 dan F1

Pada saat pengambilan data denyut jantung terdapat waktu istirahat, waktu istirahat tersebut bertujuan untuk menghindari kelelahan yang terakumulasi, karena dalam pengukuran denyut jantung akan menghasilkan limbah metabolisme berupa asam laktat yang tertimbun didalam darah dan jaringan otot sehingga dapat mengakibatkan kelelahan. Untuk membebaskan asam laktat tersebut maka diperlukan waktu untuk istirahat, karena asam laktat akan teroksidasi sehingga terurai menjadi CO2 dan H2O yang mudah dikeluarkan dari tubuh. Dalam kegiatan pemanenan terdiri dari beberapa kegiatan yang harus dilakukan, kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

33

Gambar 12 Elemen kerja pemanenan kelapa sawit

Dokumen terkait