• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan

Usaha penangkapan ikan di laut meliputi kegiatan berangkat ke laut,

penangkapan ikan di laut, dan penyortiran sampai pembongkaran ikan di tempat

pendaratan kapal atau perahu, yaitu di TPI atau tangkahan milik swasta.

a. Persiapan Berangkat Ke Laut

Sebelum berangkat melaut, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan

seperti pembersihan kapal atau perahu, pengurasan air, pemeriksaan mesin kapal dan

alat tangkap sampai keadaan benar-benar siap pakai. Persiapan berangkat ke laut juga

meliputi pengisian bahan bakar, es untuk menjaga kesegaran ikan dan perbekalan

selama melaut.

Gambar 2. Kapal Motor 16 HP (1 GT)

Untuk kapal motor yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring

perbekalan misalnya makan siang dan rokok. Umumnya nelayan berangkat pada pagi

hari antara pukul 05.00 sampai 07.00 pagi dan kembali ke darat pada siang atau sore

hari.

Untuk alat tangkap pukat layang, biasanya nelayan membutuhkan waktu untuk

melaut yaitu sekitar 6 - 9 jam per trip. Sedangkan untuk alat tangkap jaring kembung

dibutuhkan waktu sekitar 8 – 12 jam per trip.

Setelah sampai pada zona tangkap nelayan dengan alat tangkap pukat layang

akan menurunkan pukatnya dan mulai melakukan operasi penangkapan ikan sampai

beberapa kali. Setelah berada di dasar atau pertengahan perairan yang cocok, nelayan

akan mulai menarik pukat dengan kekuatan mesin. Untuk nelayan dengan alat tangkap

jaring kembung, waktu operasi per trip lebih lama karena setelah menurunkan jaring,

nelayan akan menunggu sekitar 0,5 – 1 jam sampai jaring diangkat kembali. Selama

jaring ditebar, nelayan akan menunggu di atas kapal motor sampai nelayan merasa

jumlah ikan yang terjerat pada jaring sudah cukup banyak.

Nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat layang rata-rata melaut

sebanyak 5 trip per minggu atau sekitar 20 trip per bulan. Sedangkan nelayan yang

menggunakan alat tangkap jaring kembung atau jaring udang rata-rata melaut sebanyak

4 trip per minggu atau sekitar 16 trip per bulan. Frekuensi melaut nelayan yang

menggunakan alat tangkap jaring kembung lebih sedikit daripada alat tangkap pukat

layang. Hal ini karena hasil tangkapan utama jaring kembung adalah ikan yang bersifat

musiman, yaitu ikan kembung.

b. Kegiatan Penangkapan Ikan

Setelah kapal atau perahu motor nelayan sampai pada zona tangkap, nelayan

alat tangkapnya beberapa kali sampai nelayan sendiri yang memutuskan untuk selesai

menangkap ikan.

Cara penangkapan, jenis tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan berbeda-beda

untuk masing-masing jenis alat tangkap.

• Pukat Layang

Pukat layang merupakan alat tangkap yang berbentuk kantong, sebagai tempat

berkumpulnya ikan, alat tangkap ini dioperasikan dengan cara ditarik kearah

kapal motor dengan menggunakan tenaga mesin. Sehingga kekuatan mesin

kapal motor untuk menarik pukat sangat menentukan jumlah tangkapan.

Tangkapan utamanya adalah perikanan demersal seperti udang, kepiting, dan

cumi-cumi, serta beberapa jenis perikanan pelagis seperti ikan gulama, ikan

lidah, dan lain-lain.

Gambar 3. Pukat layang

• Jaring Kembung

Jaring kembung merupakan alat tangkap yang terdiri atas lembaran-lembaran

pada mata jaring. Tangkapan utamanya adalah perikanan pelagis seperti ikan

kembung, ikan tamban, dan beberapa jenis perikanan demersal seperti udang.

Gambar 4. Jaring kembung

Setelah mendapatkan hasil tangkapan, ikan segera dimasukkan ke dalam tempat

penyimpanan yang diberi es untuk mempertahankan kesegaran ikan.

Perikanan di Pantai Timur Sumatera juga dipengaruhi oleh musim. Pada saat

musim barat terjadi, yaitu bulan Desember sampai Maret dan musim peralihan I (bulan

April sampai Juni), biasanya nelayan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak.

Sebab pada musim ini, angin bertiup dari arah barat Kepulauan Indonesia yaitu dari

Benua Asia dan melewati Samudera Hindia kemudian berhembus kearah timur

Indonesia. Keadaan seperti ini menyebabkan terjadinya arus air laut dari Samudera

Hindia menuju perairan Indonesia melewati Selat Malaka.

Pada musim ini, arus air laut mengandung banyak plankton-plankton dan zat-zat

makanan bagi ikan dari Samudera Hindia. Sehingga hal ini banyak mengundang ikan

untuk mencari makanan di Selat Malaka. Para nelayan menyebut musim ini sebagai

musim banyak ikan sehingga jumlah hasil tangkapan oleh nelayan meluap dan

menyebabkan harga ikan menjadi turun

Dalam satu trip melaut, nelayan bisa mengoperasikan alat tangkapnya beberapa

kali. Setelah proses penangkapan selesai, nelayan akan kembali pulang ke darat dan

melabuh di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Labu ataupun di tangkahan milik

swasta.

Nelayan biasanya melakukan transaksi di TPI atau dijual kepada toke di

tangkahan atau gudang. Biaya retribusi penjualan di TPI atau tangkahan sudah termasuk

dalam harga ikan yang dijual oleh nelayan. Dari hasil penjualan ikan ini, selanjutnya

nelayan memperoleh penerimaan yang akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

serta biaya untuk kegiatan penangkapan ikan berikutnya.

Jumlah upah yang diterima oleh tenaga kerja per trip, tergantung dari besarnya

penerimaan dan biaya variabel atau biaya operasional. Penerimaan dari hasil penjualan

ikan selanjutnya dikurangi dengan biaya operasional, yaitu bahan bakar dan perbekalan,

sehingga diperoleh penerimaan yang telah dikurangi biaya operasional. Dari jumlah

penerimaan ini selanjutnya dibagikan kepada Anak Buah Kapal (ABK), nelayan tekong,

dan pemilik kapal motor, dimana masing-masing ABK dan nelayan tekong memperoleh

satu (1) bagian sedangkan pemilik kapal motor memperoleh dua (2) bagian. Namun

biaya kerusakan kapal, mesin, alat tangkap, serta biaya penyusutan menjadi tanggungan

pemilik kapal.

Produktivitas Penangkapan Ikan

Perbedaan jenis alat tangkap serta perbedaan dalam penggunaan faktor-faktor

produksi yang tersedia mempengaruhi produksi (jumlah tangkapan ikan). Dari jumlah

hasil tangkapan nelayan maka akan diketahui produktivitasnya. Produktivitas per trip

produktivitas mesin kapal motor adalah perbandingan antara jumlah tangkapan dengan

besarnya ukuran mesin kapal motor.

Untuk mengetahui rata-rata produktivitas kedua jenis alat tangkap per trip

dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Produktivitas dan Penerimaan Pukat Layang dan Jaring Kembung

Alat Tangkap Produktivitas Tangkapan (Kg/trip) Ukuran Mesin Kapal Motor (HP) Produktivitas Tangkapan (Kg/HP) Penerimaan (Rp/Trip) Pendapatan Bersih/ Bulan (Rp) Pukat Layang 14,83 13,47 1,10 180.166,67 1.148.367,96 Jaring Kembung 48,50 13,33 3.64 310.900,00 1.095.632,84

Data diolah dari Lampiran 3

Dari Tabel 18 di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor dengan alat

tangkap pukat layang, rata-rata jumlah tangkapan nelayan per trip adalah sebesar 14,83

Kg, dengan ukuran mesin kapal rata-rata sebesar 13,47 HP (Horse Power). Sehingga

diperoleh nilai produktivitasnya sebesar 1,10 Kg/HP.

Sedangkan untuk kapal motor dengan alat tangkap jaring kembung, rata-rata

jumlah tangkapan nelayan per trip adalah sebesar 48,50 Kg, dengan ukuran mesin kapal

rata-rata sebesar 13,33 HP (Horse Power). Sehingga diperoleh nilai produktivitasnya

sebesar 3,64 Kg/HP.

Walaupun produksi tangkapan jaring kembung lebih besar daripada produksi

tangkapan pukat layang, namun rata-rata pendapatan bersih per bulan hampir sama,

yakni masing-masing sebesar Rp. 1.148.367,96 untuk nelayan pukat layang dan Rp.

1.095.632,84 untuk nelayan jaring kembung. Hal ini disebabkan karena produk

tangkapan pukat layang lebih tinggi harga jualnya daripada produk tangkapan jaring

kepiting, sedangkan produk utama tangkapan jaring kembung adalah ikan kembung, dan

ikan tamban yang harganya lebih murah.

Variabel – Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Tangkapan Nelayan

Dalam penelitian ini, beberapa variabel diuji untuk melihat pengaruhnya

terhadap produksi tangkapan nelayan, variabel yang diuji antara lain meliputi: bahan

bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman.

Untuk alat tangkap pukat layang, variable Y (produksi tangkapan) memiliki rata –

rata 14,83 Kg/trip dan jumlah kasus ada 30. Variable X1 (bahan bakar) memiliki rata-rata 9,83 Liter dan jumlah kasus ada 30. Variabel X2 (tenaga kerja) memiliki rata-rata 1,17 jiwa/ trip dan jumlah kasus ada 30. Variabel X3 (perbekalan) memiliki rata-rata Rp 25.666.67 dan jumlah kasus ada 30. Variabel X4 (ukuran mesin) memiliki rata-rata 13,47 HP dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (umur nelayan) memiliki rata-rata 33,07 tahun dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (pengalaman nelayan) memiliki rata-rata 12,27 tahun dan jumlah kasus ada 30.

Untuk alat tangkap jaring kembung,variable Y (produksi tangkapan) memiliki

rata – rata 48,50 Kg/trip dan jumlah kasus ada 30. Variable X1 (bahan bakar) memiliki rata-rata 11,03 Liter dan jumlah kasus ada 30. Variabel X2 (tenaga kerja) memiliki rata- rata 2,03 jiwa/ trip dan jumlah kasus ada 30. Variabel X3 (perbekalan) memiliki rata-rata Rp 47.166,67 dan jumlah kasus ada 30. Variabel X4 (ukuran mesin) memiliki rata-rata 13,33 HP dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (umur nelayan) memiliki rata-rata 36,70 tahun dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (pengalaman nelayan) memiliki rata-rata 17,17 tahun dan jumlah kasus ada 30.

a. Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Besarnya Produksi Tangkapan dengan Pukat

Layang

Untuk melihat pengujian variabel – variabel bebas yang berpengaruh terhadap

variabel terikat Y (produksi tangkapan) dengan alat tangkap pukat layang dapat dilihat

pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19 Beberapa Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Besarnya

Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang

Variabel Koef. Regresi Std. Error t-hitung Signifikansi

X1 (bahan bakar) 0,310 0,124 2,505 0,020 * X2 (tenaga kerja) 0,353 0,162 2,171 0,040 * X3 (perbekalan) 0,106 0,154 0,687 0,499 Tn X4 (ukuran mesin) 0,311 0,126 2,467 0,022 * X5 (umur nelayan) -0,062 0,124 -0,497 0,624 Tn X6 (pengalaman nelayan) 0,079 0,054 1,471 0,155 Tn Constanta 1,082 1,385 0,063 0,951 R2 = 0,756 F-hitung = 11,885 F- tabel (0,05) = 2,464 t-tabel (0,05) = 1,717

Sumber : Diolah dari Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada Lampiran 14

Keterangan:

Tn = Tidak nyata, jika ≥ α (0,05) * = Nyata, jika < α (0,05)

Berdasarkan Tabel 19 di atas diperoleh sebuah persamaan sebagai berikut:

Y = 1,082X10,310X20,353X30,106X40,311X5-0,062X60,079 Keterangan :

Y = Produksi tangkapan nelayan pukat layang (Kg/trip)

X1 = Bahan bakar (Liter/trip) X2 = Tenaga kerja (Orang/trip) X3 = Perbekalan (Rp/trip) X4 = Ukuran mesin kapal (HP) X5 = Umur nelayan (tahun) X6 = Pengalaman nelayan (tahun)

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui:

1. Bahwa secara parsial, ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap produksi

tangkapan nelayan dengan pukat layang per trip, penjelasannya adalah sebagai

berikut:

a.Karena nilai t-hitung = 2,505 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.020 < 0,05 maka disimpulakan variabel bahan bakar

(X1) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi bahan bakar sebesar 0,310 yang artinya setiap ada penambahan bahan

bakar sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,310%. Variabel

bahan bakar berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan

apabila bahan bakar bertambah maka produksi tangkapan akan meningkat. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (2006) serta hasil penelitian

Waridin (2007) yang meyatakan bahwa bahan bakar merupakan faktor produksi

yang sangat penting. Semakin banyak bahan bakar yang dibawa, semakin leluasa

nelayan dalam menjangkau fishing ground yang dikehendaki yang banyak ikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2a) yang

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian diterima (H0 ditolak, H1 diterima).

b. Karena nilai t-hitung = 2,171 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.040 < 0,05 maka disimpulakan variabel tenaga kerja

(X2) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi tenaga kerja sebesar 0,353 yang artinya setiap ada penambahan tenaga

kerja sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,353%. Variabel

tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan

apabila tenaga kerja bertambah maka produksi tangkapan akan meningkat. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (2006) serta hasil penelitian

Waridin (2007) yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang lebih banyak

akan lebih mudah dan cepat nelayan dalam mengangkat maupun menebar jaring

kembali sehingga produki tangkapan yang diperoleh lebih banyak dengan waktu

yang sama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2b) yang

menyatakan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian diterima (H0 ditolak, H1 diterima).

c.Karena nilai t-hitung = 0,687 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.499 > 0,05 maka disimpulakan variabel perbekalan (X3) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien

regresi perbekalan sebesar 0,106 yang artinya setiap ada penambahan perbekalan

sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,106%. Variabel

perbekalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan

yang lama, sehingga jumlah perbekalan yang dibawa cukup seperlunya saja. Hal

ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Waridin (2007) yang secara parsial jumlah

perbekalan berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dengan cantrang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2c) yang

menyatakan bahwa variabel perbekalan memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian ditolak (H0 diterima, H1 ditolak).

d.Karena nilai t-hitung = 2,466 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.022 < 0,05 maka disimpulakan variabel ukuran mesin

(X4) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi ukuran mesin sebesar 0,311 yang artinya setiap ada penambahan ukuran

mesin sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,311%. Variabel

ukuran mesin berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan

apabila ukuran mesin ditambah, maka produksi tangkapan dengan pukat layang

akan meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (2006)

bahwa semakin besar ukuran mesin kapal maka akan semakin leluasa kapal dalam

menjangkau fishing ground, dan lebih cepat dalam mengoperasikan jaring, serta

hasil penelitian Waridin (2007) dimana variabel ukuran mesin berpengaruh

terhadap produksi tangkapan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2d) yang

menyatakan bahwa variabel ukuran mesin memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian diterima (H0 ditolak, H1 diterima).

e.Karena nilai t-hitung = -0,497 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.624 > 0,05 maka disimpulakan variabel umur nelayan

(X5) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi umur sebesar -0,062 yang artinya setiap ada penambahan umur

sebesar 1% akan mengurangi produksi tangkapan sebesar 0,062%. Variabel umur

tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan untuk

,menebar dan mengangkat jaring diperlukan tenaga yang cukup besar agar lebih

mudah dan cepat. Nelayan yang masih muda biasanya memiliki tenaga yang lebih

besar daripada nelayan yang sudah berusia lanjut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2e) yang

menyatakan bahwa variabel umur nelayan memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian ditolak (H0 diterima, H1 ditolak).

f.Karena nilai t-hitung = 1,471 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.155 > 0,05 maka disimpulakan variabel pengalaman

nelayan (X6) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi pengalaman nelayan sebesar 0,079 yang artinya setiap ada

penambahan pengalaman sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan

sebesar 0,079%. Variabel pengalaman nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi tangkapan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Waridin (2007) dimana

untuk menjadi nakhoda yang dianggap cukup profesional dalam memproduksi

ikan tidak harus memiliki pengalaman yang terlalu lama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2f) yang

menyatakan bahwa variabel pengalaman nelayan memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian ditolak

2. Bahwa secara serempak beberapa variabel-variabel (bahan bakar, tenaga kerja,

perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan

berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan nelayan dengan pukat layang. Hal

ini disimpulkan berdasarkan nilai F-hitung yaitu 11,885 > α (0,05) yaitu 2,464 yang berarti H0 ditolak/H1 diterima.

3. Nilai koefisien koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh sebesar 0,756 yang

berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman variabel

terikat (produksi tangkapan nelayan) sebesar 75,60 %, sedangkan sisanya sebesar

24,40 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model ini,

misalnya lama waktu menangkap ikan, pengaruh musim, jalur operasi penangkapan,

pendidikan nelayan, dan lain-lain.

Dari hasil analisis linier berganda di atas, dapat diketahui bahwa variabel bahan

bakar (X1), tenaga kerja (X2), dan variabel ukuran mesin kapal (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah tangkapan nelayan pukat layang per tripnya.

b. Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Besarnya Produksi Tangkapan dengan Jaring

Kembung

Untuk melihat pengujian variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap

variabel terikat Y (produksi tangkapan nelayan) dengan alat tangkap jaring kembung

dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:

Tabel 20. Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap produksi tangkapan nelayan dengan jaring kembung

Variabel Koef. Regresi Std. Error t-hitung Signifikansi

X1 (bahan bakar) 0,654 0,195 3,362 0,602 * X2 (tenaga kerja) 0,425 0,181 2,341 0,000 * X3 (perbekalan) 0,062 0,211 0,294 0,477 Tn

X4 (ukuran mesin) 0,150 0,124 1,212 0,071 Tn X5 (umur nelayan) -0,164 0,140 -1,173 0,139 Tn X6 (pengalaman nelayan) 0,126 0,078 1,625 0,034 Tn Constanta 3,310 2,049 0,584 0,090 R2 = 0,930 F-hitung = 50,660 F- tabel (0,05) = 2,464 t-tabel (0,05) = 1,717

Sumber : Diolah dari Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada Lampiran 14

Keterangan:

Tn = Tidak nyata, jika ≥ α (0,05) * = Nyata, jika < α (0,05)

Berdasarkan Tabel 20 di atas diperoleh sebuah persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

Y = 3,310X10,654X20,425X30,062X40,150X5-0,164X60,126 Y = Produksi tangkapan nelayan jaring kembung (Kg/trip)

X1 = Bahan bakar (Liter/trip) X2 = Tenaga kerja (Orang/trip) X3 = Perbekalan (Rp/trip) X4 = Ukuran mesin kapal (HP) X5 = Umur nelayan (tahun) X6 = Pengalaman nelayan (tahun)

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui:

1. Bahwa secara parsial, ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah

tangkapan nelayan dengan jaring kembung per tripnya, penjelasannya adalah sebagai

a.Karena nilai t-hitung = 3,362 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.003 < 0,05 maka disimpulakan variabel bahan bakar (X1) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien regresi

bahan bakar sebesar 0,654 yang artinya setiap ada penambahan bahan bakar

sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,654%. Variabel bahan

bakar berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan apabila bahan

bakar bertambah maka produksi tangkapan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Widodo (2006) serta hasil penelitian Waridin (2007) yang

menyatakan bahwa bahan bakar merupakan faktor produksi yang sangat penting.

Semakin banyak bahan bakar yang dibawa, semakin leluasa nelayan dalam

menjangkau fishing ground yang dikehendaki yang banyak ikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2a) yang

menyatakan bahwa variabel bahan bakar memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung di daerah penelitian diterima (H0 ditolak, H1 diterima).

b. Karena nilai t-hitung = 2,341 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.028 < 0,05 maka disimpulakan variabel tenaga kerja (X2) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien regresi

tenaga kerja sebesar 0,425 yang artinya setiap ada penambahan tenaga kerja

sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,425%. Variabel tenaga

kerja berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan apabila tenaga

kerja bertambah maka produksi tangkapan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Widodo (2006) serta hasil penelitian Waridin (2007) yang

cepat nelayan dalam mengangkat maupun menebar jaring kembali sehingga produki

tangkapan yang diperoleh lebih banyak dengan waktu yang sama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2b) yang

menyatakan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung di daerah penelitian diterima (H0 ditolak, H1 diterima).

c.Karena nilai t-hitung = 0,294 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.772 > 0,05 maka disimpulakan variabel perbekalan (X3) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien regresi

perbekalan sebesar 0,062 yang artinya setiap ada penambahan perbekalan sebesar 1%

akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,062%. Variabel perbekalan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan karena opersi

penangkapan ikan dengan jaring kembung tidak memerlukan waktu yang lama,

sehingga jumlah perbekalan yang dibawa cukup seperlunya saja. Hal ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian Waridin (2007) yang secara parsial jumlah perbekalan

berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dengan cantrang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2c) yang

menyatakan bahwa variabel perbekalan memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung di daerah penelitian ditolak (H0 diterima, H1 ditolak).

d. Karena nilai t-hitung = 1,212 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.238 > 0,05 maka disimpulakan variabel ukuran mesin (X4) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien regresi

ukuran mesin sebesar 0,150 yang artinya setiap ada penambahan ukuran mesin

mesin tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan pada alat

tangkap jaring kembung, penebaran dan pengangkatan jaring bersifat manual, bukan

dengan kekuatan mesin. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo

(2006) bahwa semakin besar ukuran mesin kapal maka akan semakin leluasa kapal

dalam menjangkau fishing ground, dan lebih cepat dalam mengoperasikan jaring,

serta hasil penelitian Waridin (2007), dimana ukuran mesin berpengaruh secara

signifikan terhadap produksi tangkapan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2d) yang

menyatakan bahwa variabel ukuran mesin memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung di daerah penelitian ditolak (H0 diterima, H1 ditolak).

e. Karena nilai t-hitung = -1,173 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.253 > 0,05 maka disimpulakan variabel umur nelayan (X5) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien regresi

umur sebesar -0,164 yang artinya setiap ada penambahan umur sebesar 1% akan

mengurangi produksi tangkapan sebesar 0,164%. Variabel umur tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan untuk menebar dan mengangkat

jaring diperlukan tenaga yang cukup besar agar lebih mudah dan cepat. Nelayan

yang masih muda biasanya memiliki tenaga yang lebih besar daripada nelayan yang

sudah berusia lanjut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2e) yang

menyatakan bahwa variabel umur nelayan memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang di daerah penelitian ditolak (H0 diterima, H1 ditolak).

f. Karena nilai t-hitung = 1,625 < t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0,118 > 0,05 maka disimpulakan variabel pengalaman nelayan (X6) tidak signifikan terhadap produksi tangkapan dengan jaring kembung (Y). Koefisien

regresi pengalaman nelayan sebesar 0,126 yang artinya setiap ada penambahan

Dokumen terkait